Saat ini pembelajaran yang dilaksanakan secara tradisional-konvensional dirasakan sudah tidak cocok untuk dipergunakan. Pembelajaran tradisional-konvensional hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber informasi, penggunaan media pembelajaran yang masih sederhana, dan jika dalam jumlah skala besar pembelajaran tradisional-konvensional membutuhkan biaya yang cukup besar dalam penyiapan infrastrukturnya (ruangan, laboratorium, perpustakaan, meubel, media pembelajaran, dan lain-lain). Dengan kondisi seperti itu dan seiring meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), banyak pihak penyelenggara pendidikan baik itu pemerintah maupun swasta memanfaatkan kemajuan teknologi. E-learning yang merupakan singkatan dari Electronic Learning merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai sistem pembelajarannya. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan IPTEK terutama dalam teknologi informasi dan komunikasi.
Sebelum membahas tentang e-learning, terlebih dahulu dibahas mengenai pengertian teknologi informasi dan komunikasi. Pada awalnya teknologi informasi diartikan sebagai perangkat keras dan lunak untk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data (Alter dalam Syam, 2004). Menurut R Weiner (dalam Saefudin, 2008) teknolgi informasi adalah pemrosesan, pengolahan, dan penyebaran sata oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah alat untuk menambah kemmapuan orang berkomunikasi. Pandangan-pandangan yang mengarah definisi E-learning diantaranya:
Berdasarkan pandangan tersebut e-learning dapat didefiniskan sebagai upaya menghubungkan pembelajar (siswa) dengan sumber belajar (data base, pakar/guru, dan perpustakaan) yang secara terpisah atau berjauhan. Interaktivitas dalam hubungan tersebut dapat dilakukan secara langsung (synchronous) maupun tidak langsung (asynchronous). Sedangkan jika dilihat dari asal katanya e-learning terdiri dari dua kata, yaitu “e” berarti elektronik dan “learning” yang berarti pembelajaran. Selain itu e-learning memiliki pengertian yang memanfaatkan suatu jaringan atau web baik yang dilaksanakan seccara online maupun offline (Naidu, 2006 ; Robert Peterson dan Piper Jafray dalam Saefudin, 2008). Menurutnya lagi pembelajaran ini dapat dilaksanakan baik secara individual maupun kelompok. Menurut Rosenberg (Surya, 2006), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.
Pemanfaatan internet sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran di sekolah tidaklah sesederhana dan semudah yang dibayangkan, karena banyak hal yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh sebelum menerapkannya. Salah satunya adalah berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan. Menurut Boettcher (dalam Saefudin, 2008) ada tiga mode dasar dialog komunikasi yang mendukung keterlaksanaan strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi, dan evaluasi, yaitu:
Jika ketiga komunikasi dasar ini dapat dipadukan secara seimbang maka dapat diharapkan proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan web atau internet ini dapat berjalan dengan baik.
Ada beberapa hal yang perlu mendapatkan penanganan dan perhatian agar penyelenggaraan pemanfaatan internet untuk pembelajaran bisa berhasil, yaitu (Surya, 2006) :
Menurut Haughey (dalam Saefudin, 2008) ada tiga bentuk system pembelajaran yang dapat mendayagunakan internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course. Web Course merupakan penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, dimana seluruh bagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Siswa dan guru sepenuhnya terpisah, komunikasi yang berlangsung lebih banyak dilakukan secara ansynchronous daripada secara synchronous. Proses pembelajaran sepenuhnya menggunakan fasilitas internet seperti email, chat rooms, bulletin board, dan online conference. Selain itu sumber belajar secara digital, baik yang dikembangkan sendiri maupun dengan menggunkan berbagai sumber belajar dengan jalan membuat hubungan (link) ke berbagai sumber belajar yang tersedia pada internet, seperti data base statistic berita dan informasi, e-book, perpustaaan elektronik dan lain-lain. Bentu pembelajaran seperti ini biasanya dipergunakan untuk keperluan pendidikan jarak jauh (distance education/learning). Model pembelajaran yang kedua ini, internet hanya digunakan untuk sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi, dan latihan dilakukan secara tatap muka. Walaupun begitu persentase proses pembelajaran tatap muka lebih lebih kecil dibandingkan dengan presentase proses pembelajaran yang dilakukan melalui internet. Model ini dikenal juga dengan nama web lite course. Web Enhanced Course merupakan pemanfaatan internet untuk pendidikan,menunjang peningkatan kualitas belajar mengajar di kelas. Kegiatan utama proses pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka di dalam kelas. Internet berperan di dalam menyediakan sumber-sumber belajar, misalnya dengan memberikan alamat-alamat web tertentu atau membuat link ke berbagai sumber belajar yang sesuai dan dapat diakses secara online. Model lainnya yang telah berkembang dengan berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), Pada dasarnya pembelajaran yang dilaksanakan dan memanfaatkan internet merupakan hal yang sangat baik. Apalagi internet memiliki karakteristik tertentu sehingga secara nyata dapat digunakan dalam seting pembelajaran disekolah. Meskipun demikian ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan di dalam pengembangannya, diantaranya dari segi:
Untuk itu ada tiga cara pengembangan pada system pembelajaran internet, yaitu :
Dalam proses pembelajaran aplikasi e-learning bisa mencakup aspek perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran pada dasarnya merupakan gambaran rencana (scenario) yang memproyeksikan mengenai berbagai aktivitas dan tindakan yang dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar yang tercakup dalam perencanaan pembelajaran pada intinya berisi mengenai deskripsi materi/bahan ajar, metode pembelajaran, dan alat/media pembelajaran. Untuk kepentingan media berbasis e-bahan ajar disediakan dalam halaman web yang akan diakses siswa. Melalui pendekatan pembelajaran pembelajaran berbasis e-learning kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil dapat dilakukan secara bervariasi, setiap siswa dapat secara keseluruhan melihat di halaman web. Bisa berupa pertanyaan, tugas-tugas, dan atau latihan-latihan yang harus dikerjakan siswa. Dalam implementasi pembelajaran, terdapat model penerapan e-learning yang bisa digunakan yaitu selective model (jika jumlah computer yang ada di sekolah hanya ada sattu unit computer), sequential model (jika hanya terdapat dua atau tiga unit computer sehingga siswa dapat menggunakan secara bergiliran untuk mencari sumber pelajaran yang dibutuhkan), static station model (jika jumlah computer terbatas, siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok. Sebagian kelompok menggunakan e-learning dan kelompok lainnya menggunakan sumber belajar lain yang disiapkan guru), Laboratory model (jika jumlah computer tersedia cukup banyak, dimana satu siswa dapat mengakses sumber belajar ke internet). |