Jakarta - Salah satu utusan Allah di bumi, Nabi Yunus AS pernah ditelan ke dalam perut ikan paus. Kisah Nabi Yunus ini pun diabadikan oleh Allah SWT dalam Quran surat Yunus dan surat Al Anbiyaa. Ada banyak hikmah yang bisa diperoleh dari kisah Nabi Yunus. Terlebih, kisah Nabi Yunus untuk anak banyak mengajarkan tentang kesabaran dan keimanan. Seperti apa kisah Nabi Yunus singkat? Kala itu Nabi Yunus tengah diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu di suatu daerah. Nabi Yunus diminta mengajak para penduduk di kota itu beriman dan meninggalkan berhala. Namun, para penduduk kota itu menolak ajakan Nabi Yunus dan malah memilih untuk menyembah berhala serta sesat dalam kekafiran. Bahkan, mereka mengolok-olok Nabi Yunus. Nabi Yunus pun marah kepada kaumnya karena tidak mau menerima petunjuk dari Allah. Maka, Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Yunus untuk disampaikan bahwa Allah akan memberikan azab kepada mereka. Setelah menyampaikan wahyu itu, Nabi Yunus bergegas pergi dari daerah tersebut. Mengetahui kepergian Nabi Yunus, kaumnya pun meyakini bahwa Nabi Yunus merupakan utusan Allah. Mereka pun bertaubat dan menyesali perbuatan. Melihat hal itu, Allah menghilangkan azab dari mereka dan memberikan kesenangan. Hal itu Allah firmankan dalam Quran surat Yunus ayat 98 yang berbunyi Arab: فَلَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ اٰمَنَتْ فَنَفَعَهَآ اِيْمَانُهَآ اِلَّا قَوْمَ يُوْنُسَۗ لَمَّآ اٰمَنُوْا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنٰهُمْ اِلٰى حِيْنٍ Latin: falau lā kānat qaryatun āmanat fa nafa'ahā īmānuhā illā qauma yụnus, lammā āmanụ kasyafnā 'an-hum 'ażābal-khizyi fil-ḥayātid-dun-yā wa matta'nāhum ilā ḥīn Artinya: Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu. Namun, Nabi Yunus tetap meninggalkan kampung tersebut karena marah terhadap kaumnya. Padahal Allah SWT belum mengizinkannya untuk pergi. Kisah Nabi Yunus dimulai ketika pergi ke tepi laut dan menaiki kapal. Sayang, cuaca saat itu tidak bersahabat sehingga membuat kapal oleng sehingga hampir membuat semua di atas kapal tenggelam. Maka, atas keputusan bersama semua barang yang berat dibuang ke laut untuk meringankan kapal. Namun, masih dibutuhkan satu orang yang dibuang ke laut maka dibuat lah undian dan ternyata undian jatuh kepada Nabi Yunus. Semua orang tak menginginkan Nabi Yunus untuk dibuang ke laut. Maka diulangnya lagi undian tetapi hasilnya tetap sama sehingga Nabi Yunus pun melempar dirinya ke laut. Pada saat yang bersamaan, Allah SWT mengirimkan ikan paus untuk menelan dirinya tanpa merobek daging atau mematahkan tulangnya. Di dalam perut ikan paus Nabi Yunus berdoa memohon ampun kepada Allah. Kisah Nabi Yunus ini difirmankan oleh Allah SWT dalam Quran surat Al Anbiya ayat 87. Allah mengabulkan doa Nabi Yunus yang saat itu berada di dalam perut paus karena perasaan marah. Arab: وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ Latin: wa żan-nụni iż żahaba mugāḍiban fa ẓanna al lan naqdira 'alaihi fa nādā fiẓ-ẓulumāti al lā ilāha illā anta sub-ḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn Artinya: Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, "Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim." Nah, kisah nabi Yunus di atas semoga bisa menjadi pembelajaran untuk kita agar bisa lebih bersabar menghadapi ujian. (pay/erd) Doa Nabi Yunus dalam Perut Ikan Paus, untuk Keluar dari Kesulitan Hidup/Foto: ANTARA FOTO/Dian Bawenti
Jakarta - Salah satu utusan Allah SWT, Nabi Yunus AS pernah ditelan ke dalam perut ikan paus. Dalam kondisi tersebut ia memanjatkan doa agar dikeluarkan dari kesulitan hidup. Seperti apa doa Nabi Yunus?Kala itu, Nabi Yunus harus mengorbankan diri untuk dilempar ke laut karena kapal yang dinaikinya kelebihan muatan. Maka, atas izin Allah SWT ia diselamatkan dengan masuk ke dalam perut ikan paus. Berikut doa Nabi Yunus yang dirangkum detikcom: Doa Nabi Yunus untuk keluar dari kesulitan hidup adalah "lā ilāha illā anta sub-ḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn". Doa dalam perut ikan paus tersebut difirmankan oleh Allah SWT dalam Quran surat Al-Anbiya ayat 87 Arab: وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚLatin: wa żan-nụni iż żahaba mugāḍiban fa ẓanna al lan naqdira 'alaihi fa nādā fiẓ-ẓulumāti al lā ilāha illā anta sub-ḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīnArtinya: Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, "Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim."Dalam doanya, Nabi Yunus mengagungkan Allah SWT sebagai satu-satunya tuhan. Ia pun memohon taubat kepada Allah agar diselamatkan dari kesulitannya di dalam perut ikan paus.Nah, semoga doa Nabi Yunus bisa diamalkan kala menghadapi kesulitan hidup. (pay/erd)
Diriwayatkan dalam Tafsir Ali bin Ibrahim (al-Qummi) dari Ibn Abi Umair bin Jamil, dia berkata: Tanukha, ahli ibadah, menyarankan kepada Nabi Yunus as. agar mendo’akan kebinasaan terhadap kaumnya, sedangkan orang ‘alim mencegahnya untuk melakukan hal itu. Ia berkata, “Janganlah kamu mendo’akan kebinasaan terhadap mereka, karena sesungguhnya Allah akan mengabulkan do’amu, padahal Dia tidak suka kebinasaan akan hamba-hamba-Nya.” Akan tetapi, Nabi Yunus as. lebih menerima saran ahli ibadah. Maka Allah pun mewahyukan kepada Nabi Yunus as. bahwa Dia akan mendatangkan azab kepada mereka pada tahun ‘anu’. Tatkala waktu kedatangan azab seudah dekat, Nabi Yunus as. keluar dari negeri itu bersama ahli ibadah, sementara orang ‘alim tetap tinggal di dalam negeri itu. Kemudian tatkala azab datang, Raubil, orang ‘alim berkata kepada kaum yang tinggal, “Wahai, Kaumku, berlindunglah kalian kepada Allah, mudah-mudahan Dia akan menyayangi kalian dan membatalkan azab itu dari kalian.” Mereka bertanya, “Apa yang harus kami lakukan?” Dijawab oleh orang ‘alim, “Keluarlah kalian ke padang pasir, dan pisahkanlah antara kaum perempuan dan anak-anak, antara unta dan anak-anaknya, antara sapid an anak-anaknya, dan antara domba dan anak-anaknya. Kemudian hendaklah kalian menangis dan memohon kepada Allah dengan sungguh-sungguh.” Mereka pun pergi ke padang pasir dan melakukan semua yang dikatakan oleh orang ‘alim. Mereka berteriak histeris dan menangis. Maka Allah mengasihani mereka dan memalingkan azab itu dari mereka, dan Dia mencerai-beraikan azab itu ke gunung-gunung. Pada hari itu, azab itu hanya turun di dekat mereka (tidak menimpa mereka). Nabi Yunus as. mulai melihat-lihat, bagaimana Allah membinasakan kaumnya itu. Nabi Yunus as. malah melihat para petani sedang bercocok tanam di tanah mereka, maka ia pun bertanya, “Apa yang telah terjadi pada kaum Yunus?” Mereka menjawab, sedang mereka tidak lagi mengenali Nabi Yunus as. “Sesungguhnya Yunus telah mendo’akan kebinasaan terhadap mereka, maka Allah mengabulkan do’anya dan Dia menurunkan azab kepada mereka. Mereka berkumpul dan menangis serta memohon kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka Allah mengasihani mereka dan memalingkan azab itu dari mereka serta mencerai-beraikan azab itu di gunung-gunung. Dan sekarang ini mereka sedang mencari nabi Yunus as. untuk beriman kepadanya.” Nabi Yunus pergi dalam keadaan marah hingga sampai di tepian laut. Kemudian ia melihat sebuah kapal yang telah bersiap-siap hendak berangkat, maka Nabi Yunus as. meminta mereka untuk mengangkutnya dan mereka pun mengangkutnya bersama mereka. Tatkala mereka telah sampai di tengah laut, Allah mengutus seekor ikan besar, lalu ikan itu menahan geraknya kapal. Nabi Yunus as. melihat ikan besar itu, maka ia pun menjadi ketakutan. Kemudian Nabi Yunus as. pergi ke belakang kapal, tetapi ikan besar it uterus berputar mengelilinginya dan membuka mulutnya. Maka orang-orang yang berada di dalam kalap keluar, dan berkata, “Di tengah-tengah kita ada seorang durhaka.” Kemudia mereka mengundi, maka keluarlah Nama Nabi Yunus as . dalam undian itu.Qs. 37 : 141 فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ [٣٧:١٤١] “kemudian ia ikut berundi, lalu ia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian.” Mereka lalu mengeluarkan Nabi Yunus as. dan melemparkannya ke laut, maka ia pun ditelan ikan besar yang membawanya pergi ke dalam air. Seorang Yahudi pernah bertanya kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as. tentang sebuah penjara yang membawa keliling penghuninga ke segenap penjuru bumi. Amirul Mukminin as. menjawab, “Wahai, Yahudi, penjara yang membawa keliling penghuninya ke segenap Tatkala Nabi Yunus as. berada dalam perut ikan itu, maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap. Qs. 21 : 87 وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ [٢١:٨٧] “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim’.” Maka Allah memperkenankan do’anya dan memerintahkan ikan besar itu untuk mengeluarkannya ke pantai. Tatkala itu, kulit dan daging Nabi Yunus as. telah berubah, lalu Allah menumbuhkan pohon labu, maka pohon labu itu menaunginya dari panas mataharo. Maka Nabi Yunus as. pun menjadi tenang. Kemudian Allah memerintahkan pohon itu untuk menyingkir darinya, maka pohon itu pun menyingkir darinya sehingga panas matahari mengenainya, maka ia pun menjadi gelisah.Allah mewahyukan kepadanya, “Hai, Yunus, mengapa kamu tidak mengasihani 100.000 orang atau lebih, sedangkan kamu merasa gelisah dari rasa sakit sesaat?” Nabi Yunus as. berkata, “Wahai, Tuhanku, aku mohon ampunan-Mu.” Maka Allah mengembalikan kesehatan badannya, kemudian ia pulang kepada kaumnya dan mereka pun beriman kepadanya. Nabi Yunus as. tinggal dalam perut ikan selama 9 jam. Diriwayatkan dari Abu Ja’far bahwasanya Nabi Yunus as. tinggal dalam perut ikan selama 3 jam. Diriwayatkan dari Abu Abdillaah as., dia berkata, “Ummu Salamah pernah mendengar Nabi Saw. mengucapkan di dalam do’anya, ‘Allaahumma la takilni ila nafsi tharfata ‘ainin abadan’, yang artinya: Ya, Allah, janganlah Engkau serahkan urusanku kepada diriku sendiri sekejap mata pun selamanya. Maka Ummu Salamah menanyakan hal itu kepada Nabi saw., lalu beliau saw. menjawab, “Wahai, Ummu Salamah, apa yang menyebabkan aku merasa aman (jika Allah menyerahkan urusanku kepada diriku sendiri sekejap mata pun)? Sesungguhnya Allah telah menyerahkan urusan Yunus bin Matta kepada dirinya sendiri sekejap mata, maka terjadilah padanya apa yang telah terjadi padanya itu.” Diriwayatkan dalam ‘Uyun al-Akhbar berkenaan dengan kabar Ibn al-Jahm bahwasanya al-Ma’mun bertanya kepada ar-Ridha as. tentang firman Allah ‘Azza wa Jalla, “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim’.” (Qs. 21 : 87). Ar-Ridha as. menjawab, “Itu adalah Yunus bin Matta, ia pergi dalam keadaan marah kepada kaumnya, lalu ia menyangka dengan yakin bahwa Allah tidak akan mempersempitnya, yakni bahwasanya Allah sekali-kali tidak akan menyulitkannya dalam rezekinya.” Diriwayatkan dalam Tafsir al-‘Iyasyi dari al-Baqir as. dalam sebuah hadits, di antaranya al-Baqir as. berkata, ‘Bahwasanya setelah Nabi Yunus as. memohon kepada Allah agar menurunkan azab kepada kaumnya, Allah mewahyukan kepadanya, “Sesungguhnya di anatara mereka itu terdapat perempuan yang sedang mengandung, bayi, anak kecil, orang tua laki-laki yang sudah tua, dan perempuan yang lemah, sedangkan Aku adalah Hakim Yang Maha Adil. Rahmat-Ku mendahului murka-Ku. Aku tidak menyiksa anak-anak kecil lantaran dos-dosa orang dewasa dari kaummu. Mereka itu adalah hamba-hamba-Ku. Aku menyukai bersabar terhadap mereka dan bersikap lembut terhadap mereka, dan Aku menunggu tobat mereka. Sesungguhnya Aku mengutusmu kepada kaummu adalah agar kamu berlaku lembut terhadap mereka. Hendaklah kamu terhadap mereka itu seperti seorang dokter yang sedang mengobati pasiennya dan seorang ‘alim yang mengobati penyakit. Kamu telah bertentangan dengan mereka, dan kamu tidak memperlakukan hati mereka dengan kelembutan. Kemudian kamu bermohon kepada-Ku disebabkan oleh kejelekan pandanganmu agar Aku menurunkan azab kepada mereka karena sedikitnya kesabaranmu. Sesungguhnya hamba-Ku Nuh lebih sabar daripada kamu terhadap kaumnya, lebih baik dalam bergaul dengan mereka, dan lebih tidak tergesa-gesa, maka Aku murka untuknya ketika ia murka untuk-Ku, dan Aku memperkenankan do’anya ketika ia memohon kepada-Ku.” Nabi Yunus as. berkata, “Wahai, Tuhanku, sesungguhnya aku marah terhadap mereka karena Engkau, dan sesungguhnya aku mendo’akan kebinasaan terhadap mereka ketika mereka telah durhaka kepada Engkau. Oleh karena itu, demi keagungan-Mu, aku tidak akan menaruh iba dan tidak akan berlaku lembut terhadap mereka selamanya. Maka, turunkanlah azab-Mu kepada mereka karena sesungguhnya mereka tidak akan beriman kepada-Mu selamanya.”Allah berfirman, “Wahai, Yunus, sesungguhnya mereka itu berjumlah 100.000 lebih dari makhluk-Ku yang mendiami negeri-Ku dan melahirkan hamba-hamba-Ku, dan kasih sayang-Ku adalah tidak tergesa-gesa menurunkan azab kepada mereka karena telah ada ketetapan terdahulu dari ilmu-Ku berkenaan dengan mereka dan dirimu. Ketetapan-Ku berbeda dengan ilmumu dan ketetapanmu. Kamu adalah orang yang diutus, sedangkan Aku telah perkenankan permohonanmu untuk menurunkan azab kepada mereka, dan itu, wahai, Yunus, bukanlah sesuatu yang lebuh menguntungkanmu di sisi-Ku. Dan azab-Ku itu akan turun pada Bulan Syawal hari Rabu di pertengahan bulan setelah terbitnya matahari. Maka beritahukanlah mereka tentang itu.” Nabi Yunus as. menjadi seang karena hal itu, dan ia tidak tahu akibatnya. Nabi Yunus as. pergi ke Tanukha, ahli ibadah, lalu ia mengabarkan kepadanya tentang apa yang telah diwahyukan Allah kepadanya, yaitu tentang akan turunnya azab kepada kaumnya pada hari itu. Nabi Yunus as. berkata kepada Tanukha, “Pergilah kamu kepada mereka dan beritahukanlah kepada mereka tentang apa yang telah Allah wahyukan kepadaku, yaitu tentang turunnya azab kepada mereka.” Tanukha berkata, “Kalau begitu, biarkanlah mereka dalam kesesatan mereka dan kedurhakaan mereka sehingga Allah mengazab mereka.” Nabi Yunus as. berkata kepadanya, “Akan tetapi, kita mesti berjumpa dengan Raubil dan bermusyawarah dengannya karena sesungguhnya ia adalah seorang ‘alim yang bijak dari keluarga nubuwwah.” Keduanya pun pergi menjumpai Raubil. Nabi Yunus as. mengabarkan kepadanya tentang apa yang Allah telah wahyukan kepadanya, yaitu tentang akan turunnya azab kepada kumnya pada Bulan Syawal, hari rabu di pertengahan bulan setelahnya matahari terbit. Nabi Yunus as. berkata kepada Raubil, “Bagaimana menurutmu? Marilah pergi bersama kami sehingga aku mengabarkan hal itu kepada mereka.” Raubil menjawab, “Kembalilah kamu kepada Tuhanmu sebagai kembalinya seorang nabi yang bijaksana, dan mohonlah kepada-Nya agar Dia memalingkan azab itu dari mereka karena sesungguhnya Dia tidak membutuhkan untuk menurunkan azab kepada mereka. Sebab, Dia menyukai berlaku lembut terhadap hamba-hamba-Nya. Barangkali kaummu itu setelah mendengar dan melihat kekafiran mereka dan keingkaran mereka, mereka akan beriman pada suatu hari nant. Oleh karena itu, hendaklah kamu bersabar terhadap mereka dan janganlah kamu tergesa-gesa memohon kepada Allah agar menurunkan azab kepada mereka.” Tanukha berkata kepada Raubil, “Celaka kamu, wahai, Raubil, atas dasar apa kamu member saran dan kamu perintahkan Yunus setelah kekafiran mereka kepada Allah dan keingkaran mereka kepada nabi-Nya dan pendustaan mereka terhadapnya serta pengusiran mereka terhadapnya dari tempat tinggalnya, dan mereka tidak berbelas kasihan kepadanya.” Raubil menjawab, “Diamlah kamu, karena sesungguhnya kamu adalah seorang ahli ibadah yang tidak memiliki pengetahuan.” Kemudia Raubil menghadap kepada Nabi Yunus as. dan berkata, “Wahai, Yunus, jika Allah menurunkan azab kepada kaummu, apakah Dia akan membinasakan mereka semuanya ataukah Dia akan membinasakan sebagian mereka dan membiarkan selamat sebagian yang lain?” Nabi Yunus as. menjawab, “Allah akan membinasakan mereka semuanya, dan demikianlah aku mohon kepada-Nya. Aku tidak menaruh belas iba kepada mereka sehingga aku tidak akan kembali kepada Allah untuk memalingkan azab itu dari mereka.”Raubil kembali berkata, “Apakah kamu mengetahui, wahai, Yunus, barangkali jika Allah menurunkan azab kepada mereka, lalu mereka mengetahui itu dan bertobat kepada-Nya, lalu Allah mengasihani mereka karena sesungguhnya Dia adalah ar-Rohmaan ar-Rohiim, dan Dia menghilangkan azab itu dari mereka setelah kamu mengabarkan kepada mereka dari Allah bahwasanya Dia akan menurunkan azab kepada mereka pada hari Rabu, maka jadilah kamu dalam pandangan mereka itu sebagai pendusta.” Tanukha berkata kepada Raubil, “Celaka kamu, wahai, Raubil! Sungguh, kamu telah mengucapkan kata-kata yang besar (dosa yang besar). Nabi yang diutus telah mengabarkan kepadamu, sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadanya bahwasanya Dia akan menurunkan azab kepada mereka, maka kamu membantah firman Allah dan kamu ragu tentangnya dan tentang ucapan rasul Allah. Pergilah kamu, karena sesungguhnya Allah telah menghapus pahala amal-amalmu!” Raubil berkata kepada Tanukha, “Sungguh, amatlah lemah pendapatmu itu.” Kemudia Raubil menghadap kepada Nabi Yunus as. seraya berkata kepadanya, “Jika telah turun wahyu dan perintah dari Allah kepadamu, yaitu turunnya azab terhadap mereka dan perkataan-Nya itu adalah benar, bukankah kamu tahu jika hal itu terjadi, lalu kaummu itu binasa seluruhnya dan kotamu itu menjadi hancur, bukankah Allah akan menghapus namamu dari kenabian dan membatalkan risalahmu, dan jadilah kamu seperti orang-orang lainnya yang lemah dan binasa melaluimu 100.000?” Tampak, Nabi Yunus as. masih enggan menerima nasihat Raubil. Kemudian Nabi Yunus as. pergi bersama Tanukha, ke luar dari kota itu. Keduanya menyingkir ke suatu tempat yang tidak jauh dari mereka. Kemudian Nabi Yunus as. pulang kepada kaumnya dan mengabarkan kepada mereka, sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku bahwasanya Dia akan emnurunkan azab kepada mereka pada B ulan Syawal hari Rabu, pada pertengahan bulan setelah matahari terbit. Maka mereka menolak perkataaan Nabi Yunus as, dan mendustakannya, dan mereka mengusirnya dari kota mereka secara kejam. Maka Nabi Yunus as. ke luar dari kota itu bersama Tanukha, dan keduanya menyingkir ke suatu tempat yang tidak jauh dari mereka. Keduanya tinggal di tempat itu sambil menunggu turunnya azab kepada kaumnya. Sementara itu Raubil tetap tinggal bersama kaumnya di kota mereka. Setelah mask Bulan Syawal, Raubil berteriak dengan suara sekerasnya kepada kaumnya dari atas puncak gunung, “Aku adalah raubil, orang yang menaruh bels kasihan dan sangat menyayangi kalian, dan ini Bulan Syawal. Sesungguhnya nabi dan rasul kalian, Nai Yunus as. telah mengabarkan bahwasanya azab itu akan turun kepada kalian pada Bulan Syawal, hari Rabu, pada pertengahan bulan setelah matahari terbit. Dan sesungguhnya Allah tidak akan emngingkari janji-Nya, dan demikian pula rasul-Nya. Mak aperhatikanlah apa yang harus kalian lakukan!” Ucapan Raubil benar-benar membuat mereka takut, dan mereka pun merasakan kebenaran akan turunnya azab kepada mereka. Maka mereka menuju Raubil dan berkata, “Apa saranmu kepada kami, wahai, Raubil, karena sesungguhnya kamu adalah seorang ‘alim yang bijak. Kami senantiasa mengetahui belas kasihan dan kasih sayangmu kepada kami. Telah sampai kepada kami tentang apa yang telah kamu sarankan kepada Yunus berkenaan dengan kami. Oleh karena itu, perintahlah kami dengan perintahmu dan berikanlah saranmu kepada kami.” Raubil berkata kepada mereka, “Kalau begitu, sesungguhnya aku akan memberikan pandangan dan saran kepada kalian, yaitu perhatikanlah jika fajar telah terbit pada hari Rabu pertengahan bulan, maka pisahkanlah anak-anak kecil dan ibu mereka di lereng gunung di jalan yang menuju ke lembah, dan tempatkanlah kaum perempuan di kaki gunung. Hendaklah kalian lakukan semua itu sebelum matahari terbit. Kemudia jika kalian melihat angin kuning telah datang dari arah timur, maka hendaklah kalian semuany, baik orang-orang dewasa maupun anak-anak kecil, berteriak dengan teriakan yang keras, menangis, merendah diri kepada Allah, bertobat kepada-Nya, dan tengadahkanlah kepala kalian ke langit sambil mengucapkan do’a, ‘Ya, Tuhan kami, kami telah emndzalimi diri kami sendiri dan kami telah mendustakan nabi kami. Kami bertobat kepada-Mu dari semua dosa kami. Jika Engkau tidak memberi ampun kepada kami dan tidak pula menaruh belas kasihan kepada kami, pasti kami akan termasuk orang-orang yang merugi dan orang-orang yang disiksa. Maka terimalah tobat kami dan sayangilah kami, wahai, Tuhan Yang Maha Penyayang’.” “Kemudian janganlah kalian bosan menangis, berteriak, dan merendahkan diri kepada Allah sampai matahari itu tertutup dari pandangan dan Allah menghilangkan azab dari kalian sebelum itu.” Maka semua orang menyepakati saran Raubil. Tatkala tiba hari Rabu, Raubil menyingkir dari kota itu pada waktu mendengar teriakan mereka dan melihat azab itu telah turun. Tatkala fajar telah terbit, kaum Nabi Yunus as. mengerjakan apa-apa yang telah diperintahkan Raubail kepada mereka. Kemudian tatkala terbit matahari, datanglah angin kuning yang gelap yang memiliki bunyi, desisan, dan suara gaduh. Tatkala mereka melihat itu, maka mereka pun semuanya mulai berteriak dengan teriakan yang keras, menangis, merendahkan diri kepada Allah, dan bertobat kepada-Nya. Sementara itu, anak-anak kecil menjerit-jerit mencari ibu mereka, anak-anak kambing mengembik mencari susu, dan binatang-binatang ternak meraung mencari padang rumput. Mereka terus-menerus seperti itu, sementara Nabi Yunus as. dan Tanukha mendengar jeritan dan teriakan mereka, dan keduanya terus-menerus berdo’a kepada Allah akan Allah menurunkan azab yang keras kepada mereka. Adapun Raubil, maka ia di tempatnya mendengar teriakan dan jeritan mereka, dan ia melihat azab yang turun kepada mereka, sementara ia berdo’a kepada Allah agar menghilangkan azab itu dari mereka. Tatkala matahari telah tergelincir, pintu-pintu langit telah terbuka, dan kemurkaan Tuhan Yang Maha Tinggi telah mereda, maka Allah memperkenankan do’a mereka dan menerima tobat mereka. Allah mewahyukan kepada Malaikat Isrofil, “Turunlah kamu kepada kaum Yunus, karena sesungguhnya mereka telah berteriak kepada-Ku dengan tangisan, merendahkan diri kepada-Ku, dan bertobat kepada-Ku, maka Aku pun merahmati mereka. Dan Aku adalah Tuhan Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Hamba-Ku Yunus telah memohon kepada-Ku agar Aku menurunkan azab kepada kaumnya, dan Aku adalah Yang paling patut memenuhi janji-Ku. Dan sesungguhnya Yunus tidaklah mensyaratkan kepada-Ku ketika memohon kepada-Ku agar Aku menurunkan azab kepada mereka bahwasanya Aku harus membinasakan mereka. Oleh karena itu, Aku memalingkan azab itu dari mereka setelah Aku menurunkannya kepada mereka.” Malaikat Isrofil berkata, “Wahai, Tuhanku, sesungguhnya azab-Mu telah mencapai pundak mereka dan hamper membinasakan mereka, dan aku tidaklah melihat kecuali azab itu telah turun di halaman mereka, maka bagaimana aku dapat memalingkannya dari mereka?” Allah berfirman, “Sekali-kali tidak, sesungguhnya Aku telah memerintahkan para malaikat-Ku untuk menghentikan azab itu dan tidak menurunkannya kepada mereka sehingga datang perintah-Ku berkenaan dengan mereka dan ketetapan-Ku. Oleh karena itu, turunlah kamu, wahai, Isrofil, kepada mereka dan palingkanlah azab itu dari mereka, hamparkanlah azab itu ke gunung-gunung ke tempat mata air yang luas dan saluran-saluran air banjirt di gunung0gunung yang jauh dan panjang, lalu kikislah lereng-lereng gunung itu sehingga ia menjadi dataran besi yang keras.” Maka Isrofil turun kepada mereka, lalu dia membentangkan sayap-sayapnya, mengambil azab itu dan melemparkannya ke arah gunung-gunung itu. – Buku “Dari Adam as hingga Isa as”, Al-Jazairi |