Mengapa terjadi perbedaan individu pada anak usia sekolah dasar?


MAKALAH

PERBEDAAN INDIVIDUAL DAN JENIS KEBUTUHAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR

Disusun untuk memenuhi tugas mandiri


Mata Kuliah   : Perkembangan Peserta Didik

Dosen              : Sugiro, M.Pd.

 


Mengapa terjadi perbedaan individu pada anak usia sekolah dasar?

Oleh : Su’anto

PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NAHDLATUL ULAMA INDRAMAYU

(STKIP NU INDRAMAYU)

TAHUN AKADEMIK 2011/2012


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang

Pemahaman seorang pendidik terhadap peserta didik merupakan tuntutan yang harus dikuasai untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang efektif, kondusif dan menyenangkan. Terutama anak usia sekolah dasar di mana setiap anak di usia ini sedang berada dalam tahap perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial pun meningkat.

Setiap peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda, karakter mereka pun berbeda-beda sehingga perlu adanya perlakuan yang berbeda pula sesuai keadaan dan kondisi peserta didik tersebut. Atas dasar itu sebagai pendidik harus mengetahui perbedaan individual peserta didik dan jenis-jenis kebutuhan mereka. Sehingga diharapkan mampu menghadapi masalah terkait kenakalan-kenakalan peserta didik, mampu menyelesaikannya dan menemukan jalan keluarnya serta dapat juga dijadikan sebagai bahan introspeksi diri.

1.2.     Perumusan Masalah

Apa saja perbedaan individual anak usia sekolah dasar ?

Apa saja jenis-jenis kebutuhan anak usia sekolah dasar ?

1.3.      Tujuan

Memahami perbedaan individual anak usia sekolh dasar

Memahami jenis-jenis kebutuhan anak usia sekolah dasar



BAB II

PEMBAHASAN

2.1.     Perbedaan Individual Anak Usia Sekolah Dasar

Perbedaan individual seorang anak akan terjadi pada setiap aspek perkembangan anak itu. Aspek perkembangan tersebut di antaranya adalah pada aspek perkembangan fisik, intelektual, moral, maupun aspek kemampuan.

Perbedaan perkembangan fisik anak usia SD dapat dilihat berdasarkan beberapa faktor antara lain ras yang berlainan, kebangsaan dan tingkat sosialekonomi.

Perbedaan pada aspek perkembangan fisik jelas terlihat dari perbedaan bentuk, berat, dan tinggi badan. Selain itu, perbedaan fisik juga dapat diidentifikasi dari segi kesehatan anak.

Sedangkan perbedaan pada aspek perkembangan intelektual dapat dilihat sejalan dengan tahapan usia, kemampuan anak pun meningkat. Namun demikian, karena pengaruh berbagai faktor, kemampuan di antara anak-anak tersebut bisa berbeda. Misalnya, si A pada usia 3 tahun sudah bisa menghitung, tetapi si B pada usia yang sama belum bisa melakukan hal yang dilakukan si A.

            2.1.1.  Teori Piaget

Tahap pertama yaitu tahap realisme moral (moralitas oleh pembatasan). Tahap ini terjadi pada anak usia kurang dari dua belas tahun dan pada tahap ini juga perilaku mereka dibedakan lagi berdasarkan usia.

Usia 0 – 5 tahun

Pada tahap ini perilaku anak ditentukan oleh ketaatan otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran / penilaian. Anak menilai tindakan berdasarkan konsekuensinya.

Usia 7/8 – 12

Pada tahap ini anak menilai perilaku atas dasar tujuan. Konsep tentang benar atau salah mulai dimodifikasi (lebih fleksibel), konsep tentang keadilan mulai berubah.

Tahap kedua yaitu tahap operasional formal (moralitas dengan analisis). Tahap ini terjadi pada anak usia di atas dua belas tahun. Pada tahap ini anak mampu mempertimbangkan segala cara untuk memecahkan masalah. Anak bernalar atas dasar hipotesis dan dalil (melihat masalah dari berbagai sudut pandang)

2.1.2.   Teori Kohlberg

Pra conventional morality

Pada tingkatan ini anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman, anak melakukan sesuatu agar memperoleh hadiah dan tidak mendapatkan hukuman. Mereka juga berperilaku relativistik hedonism yaitu anak tidak lagi secara mutlak tergantung aturan yang ada. Mereka mulai menyadari bahwa setiap kejadian bersifat relatif dan lebih berorientasi pada prinsip kesenangan dan orientasi moral anak masih bersifat individualitas, egosentris dan konkrit.

Conventional morality

Pada tingkat ini mereka berfokus pada kebutuhan sosial. Orientasi mereka memperlihatkan perbuatan yang dapat dinilai orang lain, mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas yakni mereka menyadari kewajiban untuk melaksanakan norma yang ada dan mempertahankan pentingnya keberadaan norma, artinya untuk dapat hidup harmonis, kelompok sosial harus menerima peraturan yang lebih disepakati bersama dan melaksanakannya.

Post conventional morality

Pada tingkat ini individu mendasarkan penilaian moral pada prinsip yang benar secara intern. Orientasinya pada perjanjian antara individu dengan lingkungan sosialnya yaitu ada hubungan timbal balik artinya bila seseorang melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan tuntutan norma sosial, ia berharap mendapatkan perlindungan dari masyarakat.

Mereka mempunyai prinsip universal yaitu adanya norma etik dan norma pribadi yang bersifat subjektif, artinya dalam hubungan dengan masyarakat ada unsur-unsur sebjektif yang menilai apakah perbuatan itu baik atau tidak baik, moral atau amoral. Di sini dibutuhkan unsur etik / norma etik yang sifatnya universal sebagai sumber untuk menentukan suatu perilaku yang berhubungan dengan moralitas.

2.2.      Jenis-jenis Kebutuhan Anak Usia Sekolah Dasar

Istilah “kebutuhan”, “dorongan”, atau “motif” pada kehidupan sehari-hari sering digunakan secara bergantian. Secara definisi istilah “dorongan” atau “motif adalah keadaan di dalam diri pribadi seseorang yang merupakan pemicu dalam melakukan suatu perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan “kebutuhan” lebih sering digunakan untuk mengacu pada keadaan fisiologis seseorang yang tidak mempunyai suatu jaringan tertentu. Dari penjelasan tadi, dapat tergambar bahwa sebenarnya kebutuhan dan dorongan atau motif berjalan seiring namun tidak sama. Dorongan atau motif lebih merupakan sesuntu yang merupakan akibat psikologis dari suatu kebutuhan.

Sedangkan Thompson (1987) mendefinisikan istilah need alau kebutuhan sebagai istilah yang sering digunakan untuk menunjuk suatu drive atau dorongan seperti contohnya manusia membutuhkan tidur, dan kelinci butuh mcnggali liang. Sehingga di sini kata kebutuhan tersebut menunjukkan adanya suatu kekuatan yang bersifat emotivasi yang mendorong terbentuknya suatu ketegangan dalam diri makhluk hidup karena adanya kekurangan-kekurangan tertentu. Jadi dari kedua jabaran definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kata need atau kebutuhan bersifat fisik dan mendasar, sedangkan drive atau dorongan lebih merupakan kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi dan bersifat psikologis.

Pada dasarnya, kebutuhan individu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis (Cole dan Bruce, 1959). Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer seperti makan, minum, tidur, seksual, atau perlindungan diri. Sedangkan kebutuhan psikologis yang disebut juga kebutuhan sekunder dapat mencakup kebutuhan untuk mengembangkan kcpribadian pada seseorang. Contohnya adalah kebutuhan untuk dicintai, kebutuhan mengaktualisasikan diri, atau kebutuhan untuk memiliki scsuatu di mana kebutuhnn psikologis tersebut bersifat lebih rumit dan sulit diidentifikasi segera.

BAB III

PENUTUP

3.1.   Kesimpulan

Memahami dengan benar perkembangan-perkembangan peserta didik bagi seorang tenaga pendidik sangatlah penting karena dengan begitu penguasaan dan pencarian solusi setiap masalah yang berkaitan dengan peserta didik dapat dengan mudah ditemukan terutama pada perkembangan kognitif dan moral.



DAFTAR PUSTAKA

http://massofa.wordpress.com/2008/01/15/perbedaan-individual-dan-jenis-kebutuhan-anak-usia-sekolah-dasar/

http://www.kuliahpsikologi.dekrizky.com/teori-piaget-tentang-perkembangan-moral/

http://www.kuliahpsikologi.dekrizky.com/tahap-tahap-perkembangan-moral-menurut-kohlberg/

http:www.rosyid.info/2009/11/perbedaan-individu-dan-jenis-kebutuhan.html/

http://www.konselorindonesia.blogspot.com/2010/12/kebutuhan-anak-usia-sd-by-pakde-sofa.html/


Page 2