Paradigma penelitian kuantitatif merupakan topik yang cukup menarik untuk dibahas. Topik ini memiliki ikatan yang erat dengan pembuatan suatu penelitian ilmiah dalam subjek ilmu apa pun. Metode penelitian sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti metode penelitian historis, penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif penelitian eksperimen, penelitian ex post facto, penelitian hoslik dan lainnya. Show Metode penelitian pun bisa dibagi secara umum menjadi metode postivisme dan non-positivisme. Banyak yang membedakan metode penelitian positivisme sebagai metode penelitian kuantitatif dan metode non postivisme dikatakan sebagai metode kualitatif. Artikel ini akan membahas secara lebih jelas mengenai paradigma penelitian kuantitatif, termasuk definisi dan karateristiknya. Baca juga: Definisi Paradigma Penelitian KuantitatifSecara singkat, penelitian kuantitatif didefinisikan sebagai bentuk usaha pencatatan data hasil penelitian dalam bentuk jumlah tertentu. Hasil penelitian kuantitatif juga bisa dinyatakan dalam bentuk statistik atau pun angka angka. Secara luas, penelitian kuantitatif diartikan sebagai teknik penelitian ilmiah yang menggunakan metode statistik, yakni dengan mengumpulkkan, menyusun, meringkas dan mempresentasikan data hasil penelitian dalam bentuk angka atau statistik. Dari hasil penelitian ini, peneliti membuat kesimpulan dan keputusan yang logis. Seorang ahli bernama Kasiran menjelaskan dalam bukunya berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif bahwa penelitian kuantitatif diartikan sebagai proses mencari pengetahuan dengan menggunakan data data berupa angka yang dijadikan alat untuk membuat analisis keterangan mengenai hal yang ingin diteliti dan diketahui. Penelitian kuantitatif tentunya memiliki perbedaan yang mencolok dengan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif lebih mengutamakan pada proses dan persepsi atau makna sementara penelitian kuantitatif berfokus pada hasil penelitian yang berbentuk angka atau statistika. Penelitian kuantitatif memiliki prosedur dan kerangka acuan yang baku dan pasti sementara penelitian kualitatif lebih bersifat fleksibel mengikuti proses dari penelitian itu sendiri. Baca juga: Pendekatan Penelitian KuantitatifParadigma penelitian kuantitatif sendiri memilki pendekatan khas yang patut untuk diperhatikan. Dengan memahami sifat dari penelitian kuantitatif, peneliti akan lebih mudah mengambil arah yang benar dalam menentukan topik penelitian, menyusun data, membuat analisis dan laporan penelitian. Berikut beberapa pendekatan penting dari penelitian kuantitatif
Baca juga:
[AdSense-A] Prosedur Penelitian KuantitatifSelain memilki karakteristik yang khas, penelitian kuantitatif juga memiliki beberapa asumsi yang harus diketahui. Asumsi dalam paradigma penelitian kuantitatif antara lain:
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, penelitian kuantitatif harus dijalankan sesuai dengan prosedur penelitian yang telah ditentukan di awal penelitian. Berikut adalah beberapa prosedur penelitian kuantitatif yang wajib untuk diikuti
Untuk bisa berhasil menghasilkan penelitian kuantitatif yang baik, seorang peneliti wajib mengikuti dan tidak melenceng dari prosedur penelitian yang dijabarkan diatas. Pengaplikasian prosedur dan paradigma penelitian kuantitatif akan dijelaskan lebih detail pada bagian selanjutnya. Baca juga:
Jenis Penelitian KuantitatifSalah satu prosedur dalam penelitian kuantitatif adalah pengembangkan desain penelitian. Dalam hal ini, peneliti dapat memakai metode dan desain yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Pertimbangan dalam menentukan metode dan desain penelitian adalah tujuan penelitian yang hendak dicapai dan karakteristik masalah yang akan ditemui. Berdasarkan karakteristik permasalahannya, penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi beberapa tipe penelitian. Berikut adalah pembagian tipe penelitan kuantitatif berdasarkan sifat permasalahannya:
Baca juga:
[AdSense-C] Penerapan Paradigma Penelitian KuantitatifSeperti dijelaskan sebelumnya, salah satu metode yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah metode deduktif. Metode ini sering digunakan dalam penelitian kuantitatif analitik. Menurut metode ini, teori ilmiah yang telah diketahui dan diterima kebenarannya oleh masyarakat luas boleh dijadikan suatu acuan untuk mencari kebenaran dalam penelitian selanjutnya. Dalam penerapan paradigma penelitian kuantitatif, peneliti harus mengerti benar metode penelitian yang digunakan dan cara mengaplikasikannya. Suriasumantri dalam bukunya Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik menjelaskan secara umum tentang kerangka berpikir ilmiah yang bisa menjadi sarana penerapan paradigma penelitian kuantitatif. Berikut adalah langkah langkah penelitian kuantitatif dalam penerapannya:
Contoh prosedur penelitian kuantitatif diatas hanya merupakan sedikit penerapan dari paradigma penelitian kuantitatif. Terdapat banyak hal lain yang bisa dijadikan contoh dari paradigma penelitian kuantitatif. Yang harus diperhatikan, penelitian kuantitatif memiliki sifat dan prosedur yang tentunya berbeda dengan penelitian kualitatif atau penelitian lainnya. [accordion] [/toggle] Detail Ditulis oleh Kirana Kategori: Berita Ditayangkan: 19 April 2021 Dilihat: 6959
Filsafat menjadi dasar pengembangan penelitian akuntansi dan bisnis sebagai upaya memahami realitas melalui pemikiran sistematis, kritis, dan radikal. Filsafat membantu mengembangkan riset dan menghasilkan kebaruan (novelty) juga inovasi (breakthrough) dengan memanfaatkan paradigma untuk dapat memberikan jawaban terbaik dalam praktik. Hal tersebut diungkapkan oleh Heyvon Herdhayinta, S.E., M.Sc., Ph.D. selaku pembicara dalam rangkaian kedua seri webinar bertema “Filsafat dan Pendekatan Penelitian Akuntansi dan Bisnis” pada Jumat (16/04). Seri webinar ini diselenggarakan oleh Laboratorium Akuntansi, Departemen Akuntansi FEB UGM bersama Program Studi Magister Sains dan Doktor (MD) FEB UGM dan pada rangkaian kedua berfokus menelaah lebih lanjut mengenai paradigma positivisme dan neo-positivisme. Acara dibuka oleh Master of Ceremony (MC), Meliani Mukti, sekaligus memperkenalkan moderator sebagai pemandu berjalannya sesi diskusi, yaitu Achmad Masyhadul Amin, S.E., M.Sc. Acara berlanjut ke sesi inti penjelasan paradigma positivisme oleh pembicara. Positivisme dianggap sebagai paradigma mainstream dan dominan karena paling banyak digunakan dalam penelitian akuntansi dan bisnis. “Karakteristik utama dari paradigma ini adalah realitas yang independen dan objektivitas. Artinya, peneliti melihat apa yang ia teliti terpisah dari peneliti sebagai suatu realitas yang objektif,” jelas Heyvon. Selain itu, terdapat beberapa karakteristik lain dari paradigma positivisme yang diterangkan Heyvon. Paradigma positivisme cenderung mirip atau mengadopsi pendekatan ilmu alam dan juga mampu menjelaskan suatu fenomena regularitas perilaku sosial manusia secara universal dan kausal. Jika dibandingkan dengan neo-positivisme atau yang dikenal juga sebagai post-positivisme, keduanya masih sama-sama menganut realitas yang sifatnya objektif. Namun perbedaannya, neo-positivisme mulai mempertimbangkan interpretasi subjektif aktor untuk lebih memahami perilaku manusia misalnya dengan mempertimbangkan konteks atau kulturnya. Selanjutnya, Heyvon juga menjelaskan mengenai metode riset positivisme dan implikasi paradigma tersebut terhadap riset. Desain penelitian positivis umumnya menggunakan metodologi riset kuantitatif dengan data sekunder, eksperimen, ataupun survei. Terdapat sekitar delapan poin implikasi positivisme terhadap riset yang diantaranya data yang dianalisis dapat diuji apakah mendukung hipotesis (testability) dan lebih memilih solusi yang sederhana dalam riset daripada yang kompleks dengan banyak faktor (parsimony). Menurut Heyvon, keterbatasan serta kritik terhadap positivisme juga perlu menjadi pertimbangan peneliti dalam melakukan risetnya. Paradigma positivisme biasanya hanya mengamati “permukaan” yang tampak tanpa memahami makna secara lebih dalam. Tujuan dari paradigma ini pun untuk mencapai generalisasi di mana faktanya ada hal-hal seperti perilaku manusia yang tidak bisa digeneralisasi dan akan tetap ada unsur subjektivitas. Reportase: Kirana Lalita Pristy/Sony Budiarso. |