Mengapa lampu hijau di jepang disebut biru

MATA INDONESIA, TOKYO – Warna lampu lalu lintas yang biasa kita tahu adalah merah, kuning, dan hijau. Namun di Jepang ternyata berbeda. Yaitu merah, kuning, dan biru. Kenapa mereka menggunakan warna biru?

Hal ini berkaitan dengan bahasa yang ada di Jepang. Ternyata lampu lalu lintas berwarna biru itu terjadi karena ada hubungannya dengan masalah bahasa di sana. Pada ratusan tahun silam, bahasa Jepang hanya mengenali empat warna, yaitu hitam, putih, merah, dan biru.

Di Jepang, warna merah untuk menyebutkan warna dengan rona yang hangat, sedangkan warna biru digunakan untuk menyebut warna dengan rona yang dingin. Oleh karena itu, warna biru atau ‘ao’ dalam bahasa Jepang, juga digunakan untuk menyebut benda yang berwarna hijau.

Bahasa Jepang untuk warna hijau adalah ‘midori’. Bahasa ini belum ada sampai abad ke-8 di Jepang. Istilah ‘midori’ baru ada di masa milenial pertama. Namun meski sudah ada warna hijau, mereka masih keliru menggunakannya karena sudah terbiasa menggunakan warna biru.

Misalnya ketika menyebut apel hijau menjadi ao ringgo (apel biru). Hutan hijau menjadi ao mori (hutan biru). Bahkan lampu lalu lintas yang berwarna hijau pun menjadi ao singau (lampu biru). Pada awalnya, lampu lalu lintas di Jepang sudah berwarna hijau, tapi di dokumen lalu lintas resmi, penyebutan lampu hijau sebagai ao daripada midori.

Pada 1968, di Konvensi Vienna menentukan warna lampu lalu lintas internasional. Namun, ternyata Jepang tidak ikut menandatangani Konvensi tersebut. Karena hal itu merupakan keputusan internasional, akhirnya pada tahun 1973, Pemerintah Jepang  menetapkan bahwa lampu lalu lintas harus berwarna hijau.

Meskipun begitu, Jepang membuat lampu lalu lintas mereka dengan warna hijau yang paling mendekati warna biru. Jadi, warna hijau masih memenuhi syarat. Penyebutannya warna ‘ao’, juga tetap hijau sesuai dengan standard internasional.

Namun Jepang tetap menggunakan lampu berwarna biru untuk tes mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM). Untuk mendapatkan SIM, warga Jepang harus melewati pemeriksaan mata. Dalam pemeriksaan mata itu ada tes yang mengharuskan mereka bisa membedakan antara warna merah, kuning, dan biru.

Reporter: Dinda Nurshinta

Ilustrasi rambu lalu lintas di Jepang. Foto: REC Stock Footage/Shutterstock

Lampu lalu lintas dibuat di berbagai negara untuk mengatur kapan kendaraan harus berjalan dan berhenti. Seperti yang kita tau, umumnya lampu lalu lintas terdiri dari tiga warna, yaitu merah yang berarti berhenti, kuning atau berhati-hati, dan hijau artinya kendaraan boleh melaju.

Namun, lain hal di Jepang, alih-alih melihat lampu hijau yang menyala, kamu justru akan melihat lampu berwarna biru turquoise. Bukan rusak, ternyata ada alasan kenapa lampu lalu lintas di Jepang berwarna biru.

Ilustrasi rambu lalu lintas di Jepang. Foto: umaruchan4678/Shutterstock

Dilansir The Sun, ada sejarah panjang di balik warna lampu lalu lintas yang digunakan di Jepang. Hal ini berkaitan dengan bahasa yang digunakan di Negeri Matahari Terbit tersebut.

Sejak ratusan tahun yang lalu, hanya ada empat warna dasar dalam Bahasa Jepang, yakni hitam (kuro), putih (shiro), merah (aka), dan biru (ao). Ketika ingin menggambarkan sesuatu dengan warna hijau, maka orang Jepang akan menggunakan kata "ao" yang berarti biru.

Ini dikarenakan pada masa lalu, istilah untuk warna hijau belum ada. Oleh karena itu, warna biru atau "ao" dalam bahasa Jepang juga digunakan untuk menyebut benda yang berwarna hijau.

Warna Hijau Baru Ditemukan

Ilustrasi rambu lalu lintas di Jepang. Foto: oneinchpunch/Shutterstock

Bahasa ini belum ada setidaknya sampai abad ke-8 di Jepang. Istilah untuk warna hijau atau "midori" baru ditemukan di masa millenium pertama.

Kata yang awalnya punya arti “kecambah” dalam bahasa Jepang itu, berangsur-angsur mulai digunakan secara tertulis untuk menggambarkan warna hijau.

Namun, meski sudah ada warna hijau, masyarakat Jepang masih keliru untuk menggunakannya, karena sudah terbiasa menggunakan warna biru.

Ilustrasi Jepang Foto: Shutter stock

Perubahan mendadak soal istilah warna itu ternyata masih belum sepenuhnya bisa diadaptasi secara langsung oleh kebanyakan masyarakat Jepang. Hal itulah yang membuat hingga kini lampu lalu lintas di Jepang, masih memakai warna biru untuk menggambarkan warna hijau.

Bahkan, tak hanya lampu lalu lintas saja. Beberapa hal di Jepang juga masih memakai istilah ao sebagai warna hijau. Misalnya, saat akan membeli buah apel.

Penjual kemungkinan akan menyebutnya sebagai “ao ringo” atau bila diartikan adalah apel biru. Hutan hijau menjadi "ao mori" (hutan biru). Bahkan lampu lalu lintas yang berwarna hijau pun menjadi "ao singau" (lampu biru).

Jepang Akhirnya Buat Lampu Lalu Lintas Berwarna Biru Kehijauan

Ilustrasi rambu lalu lintas di Jepang. Foto: REC Stock Footage/Shutterstock

Pada awalnya, lampu lalu lintas di Jepang sudah berwarna hijau, tapi di dokumen lalu lintas resmi, penyebutan lampu hijau sebagai ao daripada midori.

Sementara, undang-undang lalu lintas internasional menetapkan semua tanda "maju" harus digambarkan dengan lampu hijau.

Ahli bahasa Jepang merasa keberatan dengan keputusan pemerintah, dan mereka masih terus menggunakan kata "ao" untuk menggambarkan warna yang kini jelas-jelas "midori".

Kemudian, pemerintah Jepang memutuskan untuk berkompromi. Pada 1973, pemerintah lewat kabinet memutuskan bahwa lampu lalu lintas dibuat tetap berwarna hijau dengan shade kebiruan agar bisa disebut "ao".

Jepang membuat lampu lalu lintas mereka dengan warna hijau yang paling mendekati warna biru. Jadi, warna hijau masih memenuhi syarat. Penyebutan warna "ao" juga tetap hijau, sesuai dengan standard internasional.

Meski demikian, Jepang masih tetap menggunakan lampu berwarna biru untuk tes mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM). Untuk mendapatkan SIM, warga Jepang harus melewati pemeriksaan mata.

Dalam pemeriksaan mata itu ada tes yang mengharuskan mereka bisa membedakan antara warna merah, kuning, dan biru.