Mengapa ibu harus dijelaskan tentang tanda bahaya persalinan

10 November 2019 | Dilihat 48704 Kali

Mengapa ibu harus dijelaskan tentang tanda bahaya persalinan

Tanda Bahaya Kehamilan yang Harus Diketahui Oleh Ibu Hamil


Di masa kehamilan memungkinkan untuk ibu hamil mengalami beberapa perubahan dan keluhan pada tubuh. Keluhan-keluhan yang umum biasanya akan hilang sendiri, namun ada beberapa keadaan tertentu yang perlu ibu hamil waspadai. Keadaan tersebut harus diketahui oleh ibu hamil sebagai tanda bahaya pada masa kehamilan. Berikut adalah tanda-tanda bahaya tersebut!

Tanda-Tanda Bahaya Pada Masa Kehamilan

  1. Tidak Mau Makan dan Muntah Terus-MenerusMual-muntah memang banyak dialami oleh ibu hamil, terutama ibu hamil pada trimester pertama kehamilan. Namun jika mual-muntah tersebut terjadi terus-menerus dan berlebihan bisa menjadi tanda bahaya pada masa kehamilan. Hal itu dikarenakan dapat menyebabkan kekurangan gizi, dehidrasi, dan penurunan kesadaran. Segera temui dokter jika hal ini terjadi agar mendapatkan penanganan dengan cepat.
  2. Mengalami Demam TinggiIbu hamil harus mewaspadai hal ini jika terjadi. Hal ini dikarenakan bisa saja jika demam dipicu karena adanya infeksi. Jika demam terlalu tinggi, ibu hamil harus segera diperiksakan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan pertama.
  3. Pergerakan Janin di Kandungan KurangPergerakan janin yang kurang aktif atau bahkan berhenti merupakan tanda bahaya selanjutnya. Hal ini menandakan jika janin mengalami kekurangan oksigen atau kekurangan gizi. Jika dalam dua jam janin bergerak di bawah sepuluh kali, segera periksakan kondisi tersebut ke dokter.
  4. Beberapa Bagian Tubuh MembengkakSelama masa kehamilan ibu hamil sering mengalami perubahan bentuk tubuh seperti bertambahnya berat badan. Ibu hamil akan mengalami beberapa pembengkakan seperti pada tangan, kaki dan wajah karena hal tersebut. Namun, jika pembengkakan pada kaki, tangan dan wajah disertai dengan pusing kepala, nyeri ulu hati, kejang dan pandangan kabur segera bawa ke dokter untuk ditangani, karena bisa saja ini pertanda terjadinya pre-eklampsia.
  5. Terjadi PendarahanIbu hamil harus waspada jika mengalami pendarahan, hal ini bisa menjadi tanda bahaya yang dapat mengancam pada baik pada janin maupun pada ibu. Jika mengalami pendarahan hebat pada saat usia kehamilan muda, bisa menjadi tanda mengalami keguguran. Namun, jika mengalami pendarahan pada usia hamil tua, bisa menjadi pertanda plasenta menutupi jalan lahir.
  6. Air Ketuban Pecah Sebelum Waktunya

    Jika ibu hamil mengalami pecah ketuban sebelum waktunya segera periksakan diri ke dokter, karena kondisi tersebut dapat membahayakan kondisi ibu dan bayi. Hal ini dapat mempermudah terjadinya infeksi dalam kandungan.


Nah, itulah tanda bahaya pada masa kehamilan yang harus ibu hamil ketahui agar dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Jika anda mengalami salah satu atau lebih tanda bahaya tersebut segera hubungi petugas kesehatan.

Proses persalinan adalah momen yang tak bisa ditebak. Terlepas dari harapan persalinan berjalan mulus, selalu ada risiko terjadinya komplikasi. Untuk itu, ibu hamil dan orang terdekat perlu tahu apa saja tanda bahaya persalinan mulai dari fase pembukaan hingga setelah bayi keluar.

27 Nov 2020|Azelia Trifiana

Ditinjau olehdr. Anandika Pawitri

Saat persalinan selalu ada risiko komplikasi

Proses persalinan adalah momen yang tak bisa ditebak. Terlepas dari harapan persalinan berjalan mulus, selalu ada risiko terjadinya komplikasi. Untuk itu, ibu hamil dan orang terdekat perlu tahu apa saja tanda bahaya persalinan mulai dari fase pembukaan hingga setelah bayi keluar.Terkadang, kondisi medis atau penyakit yang diderita ibu sebelum hamil juga bisa berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi. Di sinilah pentingnya mendeteksi kemungkinannya lewat antenatal care dan pemeriksaan USG.

Faktor risiko terjadinya komplikasi

Komplikasi persalinan adalah kondisi yang bisa berbahaya untuk ibu dan bayi. Bagi ibu hamil yang sebelumnya sudah menderita penyakit kronis, sampaikan kepada dokter tentang hal ini. Dengan demikian, dokter bisa memantau dengan baik.Beberapa contoh penyakit dan kondisi medis yang bisa meningkatkan risiko saat persalinan adalah:Faktor risiko lain yang juga berpengaruh adalah hamil berusia di atas 35 tahun atau terlalu muda, merokok, mengonsumsi obat-obatan terlarang, hamil kembar, atau pernah mengalami persalinan prematur dan keguguran sebelumnya.

Tanda bahaya persalinan

Terkadang sulit mendeteksi tanda bahaya persalinan, terutama jika gejalanya cukup ringan. Oleh sebab itu, ibu hamil sebaiknya tidak meremehkan gejala apapun yang dirasakannya.Lebih baik curiga pada kondisi false alarm ketimbang mengabaikannya. Namun tentu saja, ibu hamil tetap tidak perlu terlalu stres dan khawatir tentang risiko-risiko yang mungkin terjadi.Salah satu cara agar tidak kelewat resah adalah dengan tahu apa saja tanda komplikasi persalinan, seperti:

Mengecek tekanan darah ibu hamil

Ada alasan mengapa ibu hamil selalu diminta mengukur tekanan darahnya secara berkala. Tekanan darah tinggi termasuk tanda bahaya karena berarti pembuluh darah arteri yang mengalirkan darah dari jantung ke plasenta menjadi lebih sempit.Tak hanya itu, tekanan darah tinggi juga berkaitan dengan risiko komplikasi lain seperti preeklamsia. Kondisi ini membuat ibu hamil rentan melahirkan sebelum hari perkiraan lahir atau prematur. Umumnya, preeklamsia terjadi pada usia kehamilan awal hingga 20 minggu.Tanda bahaya persalinan adalah ketika bayi keluar dengan posisi kaki lebih dulu daripada kepala. Menurut American Pregnancy, posisi ini dikenal dengan kelahiran sungsang footling breech, yang mana salah satu atau kedua kaki bayi lahir terlebih dahulu sebelum seluruh tubuh janin.Sebagian besar bayi yang berada di posisi ini akan dilahirkan dengan cara operasi, utamanya jika dokter mendeteksi janin stres atau terlalu besar untuk bisa dikeluarkan lewat vagina.Bayi yang terlilit tali pusar juga bisa menjadi alasan dokter memutuskan persalinan lewat operasi C-section. Utamanya jika tali pusar melilit leher bayi, tertekan, menutup jalan lahir atau keluar lebih dulu sebelum bayi.Baca juga: Ini Cara Mengetahui Posisi Bayi dalam Perut dengan Belly MappingUmumnya, perempuan akan kehilangan 500 ml darah saat persalinan bayi tunggal lewat vagina. Ketika persalinan dilakukan lewat operasi C-section, volume darah yang hilang sekitar 1.000 ml.Perdarahan bisa terjadi setelah plasenta keluar dari tubuh mengingat kontraksi rahim terlalu lemah dan tidak bisa menekan pembuluh darah yang menjadi tempat melekatnya plasenta.Konsekuensi yang mungkin terjadi adalah tekanan darah rendah, gagal organ, hingga kematian. Beberapa kondisi dapat meningkatkan risiko ini seperti placenta previa, hipertensi, hingga proses persalinan yang terlalu lama.Baca juga: Komplikasi Perdarahan Post Partum, Penyebab Utama Kematian Ibu Setelah MelahirkanKondisi prolonged labor terjadi ketika fase mulai dari pembukaan hingga persalinan berlangsung terlalu lama, yaitu bayi tidak lahir lebih dari 20 jam untuk kehamilan pertama. Sementara untuk kehamilan berikutnya, rentangnya adalah lebih dari 14 jam.Wajar jika persalinan lama terutama di fase pembukaan. Namun apabila prolonged labor terjadi pada fase pembukaan aktif, mungkin saja perlu intervensi medis.Penyebab persalinan terlalu lama beragam, mulai dari pembukaan serviks yang lambat, ukuran bayi terlalu besar, kehamilan kembar, serta faktor emosional seperti rasa stres dan takut.Rahim robek atau uterine rupture bisa terjadi apabila seseorang pernah menjalani persalinan C-section sebelumnya. Ada kemungkinan luka ini terbuka saat persalinan berikutnya. Jika ini terjadi, bayi berisiko mengalami kekurangna oksigen. Selain itu, ada risiko ibu mengalami perdarahan berlebih.Usia kehamilan di atas 35 tahun, ukuran bayi, serta pemberian induksi juga dapat berpengaruh terhadap kondisi ini. Untuk ibu hamil yang berencana melakukan vaginal birth after caesarian atau persalinan normal setelah C-section, diskusikan matang-matang dengan dokter.Idealnya, tubuh ibu akan mengeluarkan plasenta dalam waktu 30 menit setelah mengeluarkan bayi. Jika lebih dari itu, disebut retained placenta. Kondisi ini dapat mengancam nyawa serta menyebabkan komplikasi bagi sang ibu, termasuk infeksi dan perdarahan berlebih.Mengeluarkan ari-ari atau plasenta sama pentingnya seperti melahirkan bayi, agar rahim bisa berkontraksi dan perdarahan berhenti. Jika tidak berhasil dikeluarkan, pembuluh darah tempat organ melekat akan terus berdarah. Rahim pun tak bisa menutup sempurna sehingga risiko kehilangan darah dalam jumlah banyak bisa berbahaya.Baca juga: Waspadalah, Kelainan Plasenta Ini Bisa Bahayakan Nyawa Anda dan JaninIbu hamil bisa mengalami kejang saat proses persalinan dengan tahapan seperti tatapan mata kosong, kewaspadaan menurun, hingga tubuh bergerak tak terkendali. Istilah medis untuk kondisi ini adalah eclampsia. Ini merupakan komplikasi serius dari preeklamsia. Seseorang bisa mengalaminya meski tidak pernah kejang sebelumnya.

Catatan dari SehatQ

Cara terbaik untuk mencegah komplikasi saat persalinan adalah dengan memantau perkembangan janin selama kehamilan melalui fasilitas kesehatan. Selalu sampaikan kepada dokter apabila ada gejala yang dirasa janggal.Untuk berdiskusi lebih lanjut apa saja langkah pencegahan komplikasi saat persalinan yang bisa membahayakan ibu dan janin, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.

menjaga kehamilankehamilantrimester pertama kehamilan

Healthline. https://www.healthline.com/health/pregnancy/delivery-complications
Diakses pada 16 November 2020
American Pregnancy Association. https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/labor-and-birth/breech-presentation-739/
Diakses pada 16 November 2020
BMC Pregnancy and Childbirth. https://bmcpregnancychildbirth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12884-017-1253-4
Diakses pada 16 November 2020
Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/307462
Diakses pada 16 November 2020
Healthline. https://www.healthline.com/health/eclampsia
Diakses pada 16 November 2020
Heatlhline. https://www.healthline.com/health/pregnancy/complications-retained-placenta
Diakses pada 16 November 2020

Selain perubahan fisik yang nyata, faktor hormonal juga bisa menyebabkan gatal ruam saat hamil. Selain itu, ada banyak keluhan ibu hamil lain yang terkadang sulit dijelaskan penyebabnya.

06 Nov 2020|Azelia Trifiana

Kehamilan aterm adalah istilah yang menggambarkan usia kehamilan normal atau cukup bulan, yakni selama 37-40 minggu. Ini adalah usia ketika bayi berada pada kondisi kesehatan optimal untuk lahir.

16 Mar 2022|Yanita Nur Indah Sari

Obat sakit tenggorokan untuk ibu hamil tidak boleh dikonsumsi sembarangan. Dokter mungkin akan meresepkan antibiotik jika sakit tenggorokan saat hamil disebabkan oleh infeksi bakteri, antasida bila disebabkan oleh kenaikan asam lambung, dan obat batuk untuk mengurangi peradangan.

02 Jun 2020|Dina Rahmawati

Dijawab Oleh dr. Lidya Hapsari

Dijawab Oleh dr. Dwiana Ardianti

Dijawab Oleh dr. Farahdissa