Mengapa derajat orang berilmu lebih tinggi daripada orang yang beriman?

Red:

Berbahagialah bagi orang yang beriman dan terus bertambah kuat imannya dari hari ke hari dan juga senatiasa diiringi oleh penambahan ilmu, baik itu ilmu syar'i maupun kauniy. Mengapa demikian? Karena, Allah SWT akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat lebih tinggi seperti firman-Nya dalam Alquran surah al-Mujaadilah ayat 11: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." Subhanallah. Namun, mengapa Allah SWT menggandengkan antara kedua kata ini, yaitu iman dan ilmu? Karena kedua kata tersebut memiliki hubungan satu sama lain yang sangat erat, di mana jika orang bertambah ilmunya maka semestinya bertambah jugalah imannya, mirisnya yang sedang banyak terjadi di zaman smartphone sekarang ini banyak orang yang berilmu tetapi iman mereka berkurang, mereka meniggalkan kewajiban mereka sebagai hamba Allah SWT terutama di poin salat lima waktu. Sepertinya hal tersebut sudah menjadi sebuah budaya baru bagi para penuntut ilmu di zaman yang serbamodern ini, khususnya bagi negara kita Indonesia yang di mana penduduk di negeri khatulistiwa ini mayoritas memeluk agama Allah, yaitu Islam, maka sangatlah di sayangkan jika seorang penuntut ilmu tak mengerti apa yang ia dapat dan tak juga mengamalkan apa yang ia pelajari serta tak menambah keimanannya sedikit pun. Naudzubillah semoga Allah menjauhkan diri kita semua dan seluruh umat Islam dari hal yang sangat miris tersebut. Amin. Maka dari itu marilah kita mulai memuhasabah diri kita dari sekarang, sudahkah kita menjadi orang yang berilmu dan beriman? Mengapa? Karena kedua hal tersebut akan bermanfaat bagi diri kita di dunia maupun di akhirat nanti dan juga barang siapa yang berilmu niscaya Allah SWT dekat dengannya seperti sabda Rasulullah SAW. "Tuntutlah ilmu,sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza Wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat." Sudahlah jelas firman dan sabda nabi-Nya, maka dari itu mari kita perbaiki iman dan ilmu kita untuk menjadi hamba Allah SWT yang dekat dan tinggi di sisi-Nya, dan akan mendapat surga Firdaus kelak di hari akhir nanti. Jadi tuntutlah ilmu mulai sekarang, kelak akan beguna bagi akhirat dan dunia kita di masa yang akan datang.

Namun tak cukup hanya dengan ilmu saja, hiasilah keilmuan dengan keimanan kepada yang Maha Esa Allah SWT dengan demikian diri dan jiwa kita akan selalu dekat dan selalu dinaungi perlindungan  Allah SWT.

Mengapa derajat orang berilmu lebih tinggi daripada orang yang beriman?

Orang yang berilmu mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah SWT

Antara/Makna Zaezar

Orang yang berilmu mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah SWT. Ilustrasi menimba ilmu agama

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, — Pernahkah Anda mendengar bahwa orang yang berilmu atau ulama lebih utama dibandingkan ahli ibadah yang tak berilmu?

Baca Juga

Allah SWT dalam firman-Nya, mengangkat derajat orang-orang yang mempunyai ilmu. Hal ini sebagaimana penegasan surat Al Mujadilah ayat 11:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan..”   

Sementara itu, dalam Sunan Ad Darimi, diriwayatkan sejumlah hadits terkait dengan keutamaan orang-orang yang berilmu. Di antaranya adalah sebagai berikut:     

Pertama, keutamaan orang berilmu seperti keutamaan Rasulullah SAW dalam konteks transfer ilmu.

 حَدَّثَنَا مَكْحُولٌ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ { إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ } إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَرَضِيهِ وَالنُّونَ فِي الْبَحْرِ يُصَلُّونَ عَلَى الَّذِينَ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ الْخَيْرَ

Makhul berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Keutamaan seorang yang berilmu dari seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas orang-orang yang paling rendah diantara kalian, kemudian beliau membaca surat Fathir ayat 28, "innama yakhsyallaha min 'ibadihil 'ulama`" (bahwa yang takut kepada Allah dari hamba-hambaNya adalah para ulama). Sesungguhnya Allah, para malaikat, penduduk langit dan bumi, serta ikan di lautan (selalu) bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia'."   

Baca juga: Terpikat Sholat Menjadi Alasan Mualaf Sari Sukma Masuk Islam

Kedua, Allah mudahkan jalannya menuju surga

كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ كُنْتُ جَالِسًا مَعَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنِّي أَتَيْتُكَ مِنْ الْمَدِينَةِ مَدِينَةِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي عَنْكَ أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَمَا جَاءَ بِكَ تِجَارَةٌ قَالَ لَا قَالَ وَلَا جَاءَ بِكَ غَيْرُهُ قَالَ لَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ بِهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ النُّجُومِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظِّهِ أَوْ بِحَظٍّ وَافِرٍ    

Dari Katsir bin Qais berkata, "Aku sedang duduk bersama Abu Darda`RA di Masjid Damaskus. Tiba-tiba seorang laki-laki datang, dan berkata: "Wahai Abu Darda`, aku mendatangimu dari Madinah kota Rasulullah SAW karena dorongan memperoleh hadits yang datang darimu, yang kamu ceritakan dari Rasulullah sallallahu `alaihi wa sallam. Abu darda' bertanya: 'Apa sebenarnya yang mendorongmu kemari, dagangkah barangkali?, dia menjawab: 'tidak'. Abu darda" bertanya lagi: Tidak pula dorongan lain? ', dia menjawab: 'tidak'. 

Baca juga:  

3 Keutamaan Membaca Alquran Setiap Kelipatan 10 Ayat

9 Langkah yang Disarankan untuk Raih Keutamaan Alquran

23 Adab Membaca Alquran yang Penting Dipraktikkan

Abu Darda' berkata, 'Rasulullah SAW bersabda: 'Siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari untuk mencari ilmu, Allah memudahkan jalan baginya (menuju) surga, dan Malaikat membentangkan sayapnya karena ridha terhadap pencari ilmu. Sesungguhnya pencari ilmu, penghuni langit dan di bumi selalu memintakan ampun kepadanya hingga ikan paus yang ada di air.  

Keutamaan pemilik ilmu atas hamba-Nya (yang lain) seperti keutamaan bulan atas semua bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu, maka siapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil bagiannya atau bagian yang melimpah ruah'."  

Ketiga, keutamaannya sebanyak 100 derajat yang setiap dua derajatnya ditempuh 500 tahun dengan kuda.

 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَجْلَانَ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْمُجْتَهِدِ مِائَةُ دَرَجَةٍ مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ خَمْسُ مِائَةِ سَنَةٍ حُضْرُ الْفَرَسِ الْمُضَمَّرِ السَّرِيعِ

Muhammad bin 'Ajlan dari Az Zuhri berkata, "Keutamaan seorang yang berilmu dibandingkan seorang mujtahid (ahli ibadah) sebanyak seratus derajat, dan setiap dua derajat (jaraknya seperti antara) lima ratus tahun yang ditempuh dengan menggunakan kuda yang larinya sangat cepat."      

Mengapa derajat orang berilmu lebih tinggi daripada orang yang beriman?

Arivaie Rahman (penulis)

Tulisan ini berupaya menafsirkan surah al-Mujahadah [58]: 11 berbicara tentang kedudukan orang yang berilmu di sisi Allah sebagaimana yang disitir melalui ayat al-Qur’an.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. al-Mujadalah [l58]: 11).

Fokus penafsiran ayat di atas adalah tentang derajat orang yang beriman dan berilmu yang diangkat serta ditinggikan oleh Allah, “yarfaʼillahu alladzin amanū minkum walladzina ūtū al-ilma darajāt”. Penulis mengutip beberapa tafsir untuk menjelaskan maksud potongan ayat tersebut, di antaranya: Tafsir Mafatih al-Ghaib, Tafsir al-Qurthubi, Tafsir al-Maraghi, Tafsir al-Munir, dan Tafsir Fath al-Qadir.

Fakhruddin al-Razi menerangkan, bahwa Allah mengangkat derajat orang beriman yang taat kepada Rasul-Nya dan orang-orang yang berilmu di antara mereka dengan derajat yang spesial. Lalu apa maksud dari diangkat derajatnya itu? Pertama, pendapat klasik mengatakan: diangkat kedudukannya sebagaimana orang yang pernah semajlis dengan Rasulullah. Kedua, pendapat yang populer: akan diberikan pahala, dan marabat yang diridhai Allah (Tafsir Mafatih al-Ghaib, 1420: 29/496). Pendapat pertama dan kedua merupakan pendapat yang menerangkan kedudukan kemuliaan bagi orang yang beriman dan berilmu.

Menurut imam al-Qurthubi, Allah akan memberikan pahala di akhirat dan kemuliaan ketika di dunia, maka diangkat derajat orang beriman atas orang yang tidak beriman, dan diangkat derajat orang berilmu atas orang yang tidak berilmu. Kata Ibn Mas’ud, melalui ayat ini Allah memuji kedudukan orang berilmu. Sedangkan derajat orang yang berilmu atas orang beriman yang tidak berilmu adalah derajat agama apabila mereka melakukan amal berdasarkan ilmu. Sumpulan secara umum, pada ayat ini Allah mengangkat derajat seseorang karena keimanannya, kedua karena ilmunya (Tafsir al-Qurthubi, 1964: 17/299-230). Jadi yang diangkat derajatnya itu adalah orang berilmu yang telah beriman. Diangkat derajatnya karena keimanan, kemudian derajat kerena ilmu yang mereka miliki. Mereka ini akan mendapat kemuliaan di dunia dan balasan pahala di akhirat.

Al-Maraghi menegaskan bahwa Allah mengangkat derajat orang beriman adalah dengan menaikkan status mereka pada Hari Kiamat. Dan mengangkat derajat orang berilmu dengan derajat yang spesial, derajat dalam soal kemuliaan dan matartabat yang tinggi (Tafsir al-Maraghi, 1365, 15/28). Wahbah al-Zuhaili menambahkan, Allah mengangkat derajat secara spesial berupa kemuliaan dan martabat yang tinggi bagi mereka yang memadukan antara ilmu dan amal, karena ilmu dan matabat yang tinggi menghendaki amaliyah dan peningkatan (Tafsir al-Munir, 1418: 28/38). Sampai di sini kita pahami bahwa kedudukan orang yang berilmu sangatlah mulia, kemuliaan tersebut tidak hanya mereka dapatkan ketika di dunia tatapi juga di akhirat, tetapi dengan catatan mereka mengaplikasikan ilmunya.

Al-Syaukani menjelaskan, ayat ini secara umum untuk setiap orang beriman dan orang yang berilmu agama, tidak ada pengkhususan bagi umat tertentu, ayat ini merupakan kemuliaan besar bagi orang yang berilmu, bahkan tentang kemuliaannya telah disebutkan dalam al-Qur’an maupun hadits Nabi. (Tafsir Fath al-Qadir, 1414: 5/226). Di antara hadits-hadits yang banyak dikutip oleh para mufasir terkait dengan kedudukan dan derajat orang yang berilmu antara lain, sebagimana yang terdapat dalam Tafsir al-Qurthubi:

وَرُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: (بَيْنَ الْعَالِمِ وَالْعَابِدِ مِائَةُ دَرَجَةٍ بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ حَضْرُ الْجَوَادِ الْمُضَمَّرِ سَبْعِينَ سَنَةً). وَعَنْهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ). وَعَنْهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: (يَشْفَعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلَاثَةٌ الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْعُلَمَاءُ ثُمَّ الشُّهَدَاءُ) فَأَعْظِمْ بِمَنْزِلَةٍ هِيَ وَاسِطَةٌ بَيْنَ النُّبُوَّةِ وَالشَّهَادَةِ بِشَهَادَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Diriwayatkan dari Nabi Saw, sesunggunya ia bersabda: “Jarak antara orang yang berilmu dan seorang budak adalah seratus derajat, jarak antara dua derajatnya seperti tujuh puluh tahun perjalanan kuda”. Dan dari Nabi Saw, “Keutamaan orang berilmu atas seorang budak adalah laksana bulan purnama ketika malam atas sekalian bintang-gemintang”. Dan dari Nabi Saw: “Pada hari kiamat akada ada tiga golongan yang memberi syafaat: para nabi, para ulama, dan para syuhada”, maka tempat yang paling mulia adalah di pertengahan antara kenabian dan kesaksian Rasulullah (Tafsir al-Qurthubi, 1964: 17/ 300).