Mengapa bekerja harus didasari niat ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta Ala?

selamat menunaikan ibadah puasa Copy

Suasana hari pertama puasa ramadhan terasa tenang. Jalan-jalan tak seperti biasanya yang ditandai dengan kemacetan. Tapi kali ini meski ramai, tapi tak ada kemacetan. Hal ini bisa jadi karena seperti biasanya pada hari pertama puasa, jam masuk kantor Pegawai Negeri Sipil ( PNS), lebih siang. Ketenangan itu adalah salah satu sisi yang dapat kita rasakan pada hari pertama puasa. Sesungguhnya yang lebih penting adalah bagaimana kita mengisi ramadhan agar setiap hari menjadi bermakna ibadah. Apapun pekerjaan yang kita lakukan dapat bernilai ibadah kepada Allah. Agar pekerjaan bernilai ibadah, kita harus mendahului setiap pekerjaan dengan membaca basmalah. Artinya tak ada pekerjaan yang kita lakukan kecuali dengan menyebut nama Allah. Kita berharap setiap pekerjaan yang kita lakukan dinilai Allah sebagai amal kebaikan, itu yang pertama. Yang kedua, niat. Setelah berserah diri kepada Allah dengan membaca basmalah, kita fokus untuk meniatkan bahwa apapun pekerjaan yang kita lakukan diniatkan karena Allah. "Sesungguhnya semua amal perbuatan itu tergantung pada niat, dan sesungguhnya bagi tiap-tiap orang sesuai dengan apa yang ia niatkan..." ( HR.Bukhari dan Muslim). Jika  Anda seorang profesional sedang menekuni penelitian, niatkan penelitian itu karena Allah agar dapat bermanfaat untuk orang banyak. Bukankah sebaik-baik manusia adalah orang bermanfaat untuk orang lain. Oleh karena itu nilai setiap pekerjaan sangat ditentukan niat. Bahkan untuk ibadah puasa, harus dilandasi dengan niat. Bahkan tak ada puasa tanpa niat sebagaimana hadis yang diriwayatkan Ahmad dan Tirmizi. "Barangsiapa yang tidak berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya" ( HR: Ahmad dan At Tirmizi). Jika Anda seorang staf yang melayani niatkanlah pekerjaan itu karena Allah dan berikanlah pelayanan terbaik sehingga pekerjaan Anda bernilai ibadah. Insya Allah, dengan berserah diri kepada Allah dan dengan niat ikhlas kepada Allah kita dapat melaksanakan pekerjaan di ramadhan bernilai ibadah. Sehingga, ramadhan ini lebih bermakna dan lebih bernilai disisi Allah. Amin.

Cara menjaga Niat Bekerja dalam Islam adalah sebagai berikut:

1 .Kerja harus didasari niat atau motivasi kerja Dalam Islam, setiap niat kerja itu harus dilandasi karena Allah semata. Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup, dan mati itu karena Allah (QS. al-An’am; 162) dalam hadits disebutkan; innama al a’malu binniyat… (dasar setiap pekerjaan itu adalah niat)

2. Islam memerintahkan seorang muslim untuk bekerja dan tidak menyuruh pemeluknya bermalas-malasan. Betapa banyak ayat maupun hadis yang menganjurkan dan menyuruh hambanya untuk bekerja keras dan bersungguh-sungguh, baik mencari nafkah untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat ataupun makhluk lainnya. Sebagaimana sabda Rasulullah: “Tidaklah sekali-kali seseorang makan-makanan yang lebih baik daripada makan dari hasil kerja tangannya sendiri, dan sesungguhnya Nabiyullah Daud juga makan dari hasil kerja tangannya sendiri” (HR. Bukhari). Karena itu betapa pentingnya bekerja dalam Islam, maka ada etika atau adab-adab tersendiri dalam bekerja, di antaranya yaitu:

3. Bekerja dengan Ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya amal kerja itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya orang itu tergantung dari apa yang diniatkannya itu” (HR. Bukhari dan Muslim). Bekerjalah Sesuai dengan Aturan, tidak Melanggar Prinsip-prinsip Syari’ah

4. Bekerja dengan Sebaik-baiknya (Ihsanul Amal) Sabda Rasulullah: “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan dalam segala hal. Jika kalian membunuh (hewan) maka bunuhlan dengan baik. Jika menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah seseorang diantara kamu menajamkan pisaunya dan menenangkan sembelihannya” (HR. Muslim).

5. Bekerja dengan Penyelesaian yang Baik, Profesional (Itqanul Amal)

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang melakukan suatu pekerjaan maka dilakukannya secara Itqan (profesional)” (HR. Thabrani).

6. Jujur dan Amanah

“Pebisnis yang jujur lagi terpercaya (amanah) akan bersama pada nabi, shiddiqin, dan syuhada” (HR. Tirmidzi).

Sifat wajib rasul adalah sifat yang harus dimiliki oleh rasul. Sifat wajib rasul adalah sebagai berikut seperti dikutip dari buku Aqidah Akhlaq karya Ahmad Kusaeri. Dalam bekerja dua sifat ini harus dapat diterapkan. Jujur merupakan salah satu sikap yang harus dimiliki oleh setiap manusia dalam beraktivitas, salah satunya adalah jujur saat bekerja. Sikap jujur akan melahirkan kepercayaan antara satu orang dan lainnya. Sikap jujur juga menjauhkan rasa curiga hingga kekhawatiran akan rusaknya sebuah kepercayaan yang dibangun.

Amanah artinya dapat dipercaya bahwa kita sebagai pegawai berperan untuk memberikan layanan, maka kita harus menghasilkan layanan yang memuaskan pelanggan, yakni Mahasiswa, Dosen, dan pihak-pihak terkait yang berkepentingan. Sebagai pekerja harus mengakui dan menerima tugas dan jabatan  sebagai Amanah, dan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban tersebut harus Tumaninah

7. Menjaga Etika sebagai Seorang Muslim

Bekerja haruslah memperlihatkan adab dan etika sebagai seorang Muslim. Seperti berbicara, menegur, berpakaian, bergaul dan lain-lain.

8. Menghindari Syubhat

Rasulullah bersabda: “Yang halal itu jelas dan haram itu jelas. Di antara keduanya ada perkara syubhat, barang siapa memelihara diri dari para syubhat, maka ia telah menjaga kehormatan dirinya. Namun, barang siapa terjerumus kepada perkara syubhat, maka ia terjerumus pada perbuatan haram…” (HR. Bukhari).

Pelayanan Laboratorium 24 Jam

Instalasi laboratorium RSI Amal Sehat Sragen berfungsi sebagai instalasi penunjang medis, yang...

Read more ...

Poli Bedah Tulang

Di Indonesia, dokter bedah ortopedi adalah dokter yang telah menyelesaikan pendidikan yang diajukan dalam bedah...

Read more ...

Instalasi Radiologi

Merupakan salah satu instalasi penunjang medik di RSI Amal Sehat Sragen yang mempunyai tujuan untuk...

Read more ...

Unit Gawat Darurat (UGD)

Unit Gawat Darurat (UGD) merupakan bagian dari pelayanan RS Islam Amal Sehat Sragen...

Read more ...

Pelayanan Operasi/Bedah RSI Amal Sehat Sragen

Pelayanan bedah Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen merupakan suatu pelayanan terpadu yang...

Read more ...

Ambulan

Ambulans adalah kendaraan transportasi gawat darurat medis khusus orang sakit atau cedera yang digunakan untuk...

Read more ...

Pelayanan Farmasi

Instalasi farmasi Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen adalah suatu unit di rumah sakit yang...

Read more ...

Pelayanan Bagian Kerohanian

Kerohanian RS Islam Amal Sehat Sragen merupakan salah satu unit...

Read more ...

RSIAMALSEHAT.COM-SRAGEN. Ketika berbicara tentang “ibadah” mindset seseorang akan tertuju pada ibadah-ibadah yang dikhususkan kepada Allah SWT, seperti: shalat, puasa, zakat, ataupun sedekah. Banyak Muslimin yang belum memaknai bahwasannya segala sesuatu yang kita lakukan akan bernilai ibadah apabila kita niatkan untuk ibadah kepada Allah SWT, tidak terkecuali dengan pekerjaan yang kita tekuni. Kemudian, timbul pertanyaan yang menggelitik, “Bagaimana menjadikan pekerjaan bernilai ibadah?” Ustadz Sri Yoko, Amd mengupasnya dalam pengajian Senin rutin.

1. Melakukan Pekerjaan yang Baik dan Halal

Dengan melakukan pekerjaan yang halal, uang yang kita dapatkan tentu halal sehingga makanan yang kita makan juga halal. Kita harus berhati-hati karena makanan yang halal apabila didapatkan dengan cara yang tidak halal maka menjadi makanan yang haram. Sama-sama melakukan pekerjaan yang diniatkan untuk menghidupi keluarga, nilai ibadah dan keberkahan tidak akan sama tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Sebagai umat Muslim, kita diwajibkan menekuni pekerjaan-pekerjaan yang halal sesuai dengan tuntunan syariat dan menjauhi segala bentuk pekerjaan yang menyuburkan praktik-praktik kemaksiatan, seperti: membuat patung untuk sesembahan/ pemujaan, memproduksi atau menjual khamr atau berbagai jenis minuman memabukkan, memfasilitasi perjudian, meminjami uang dengan sistem riba, suap-menyuap, sihir-menyihir, beternak hewan yang haram, mencuri/ merampok, menipu, dan lain-lain. 

2. Melakukan Pekerjaan dengan Profesional dan Penuh Tanggung Jawab

Pekerjaan yang kita lakukan harus didasari oleh sikap profesional dan penuh tanggung jawab karena pekerjaan itu tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada atasan tetapi juga kepada Allah SWT. Menumbuhkan rasa cinta terhadap pekerjaan bisa menjadi cara ampuh untuk memantik semangat kita dalam berkarya. Senantiasa melakukan inovasi-inovasi dan memunculkan ide-ide segar akan membuat kita terbebas dari rutinitas pekerjaan yang menjemukan. Rasulullah SAW merupakan suri tauladan terbaik dalam hal profesionalisme dan tanggung jawab. Beliau merupakan sosok yang sangat berdedikasi dalam setiap hal yang dilakukan, baik sebagai individu, suami, ayah, sahabat, maupun sebagai seorang nabi sehingga beliau mendapat gelar Al-Amin yang berarti “yang terpercaya”.

Kata ikhlas disini selaras dengan motto RS Islam Amal Sehat Sragen “Santun dalam Melayani, Ikhlas dalam Mengabdi”. Semua karyawan diharapkan mampu mengaplikasikan sikap ikhlas dalam mengabdi ini sesuai dengan bidang dan tupoksinya. Sebagai contohnya, perawat: menyuntik, memberikan obat, memantau kondisi pasien, Customer Service: menghimpun segala bentuk keluhan dan saran dari pasien untuk ditindaklanjuti ke bagian terkait, Cleaning Service: mengepel lantai, membersihkan kamar pasien dan ruangan di lingkungan rumah sakit. Yang dimaksud dengan ikhlas disini adalah memasrahkan semua yang kita kerjakan semata-mata untuk mendapat ridho Allah. Amal perbuatan kita tergantung dari niat. Seyogyanya, sebelum bekerja kita memulainya dengan membaca doa “Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi, walaa haula wala quwwata illa billah. 

4. Bekerja dengan Tidak Melalaikan Kewajiban kepada Allah SWT

Menurut Ustadz Yusuf Mansur dimanapun kita bekerja apabila saat adzan berkumandang kita tidak bergegas untuk salat maka nilai ibadah dalam bekerjanya batal. Syarat pahala adalah kita tidak melalaikan kewajiban melaksanakan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla saat bekerja. Betapa beruntungnya kita dapat bekerja di instansi yang mendorong para karyawan untuk beribadah seperti halnya RS Islam Amal Sehat Sragen. Bahkan, Direktur dr. H. Dukut Sarwandi HA, Sp. PD., Finasim menghimbau bagian Kerohanian untuk mengingatkan para penunggu pasien/ pengunjung untuk melaksanakan shalat. Coba dibayangkan apabila kita bekerja di negara-negara sekuler yang tidak memberikan waktu untuk menjalankan shalat atau memperbolehkan pekerja wanita mengenakan hijab. 

Apapun jenis pekerjaan yang kita jalani saat ini, seberapa besar ataupun kecil gaji yang didapat kita harus tetap mensyukurinya karena tidak semua orang diberi nikmat pekerjaan. Di luar sana, ada ribuan bahkan jutaan orang berlabel “pencari kerja” yang menghabiskan banyak waktunya untuk menulis Curiculum Vitae dan berjalan kesana-kemari untuk melamar pekerjaan dan menjalani sesi tes dan wawancara. Oleh karena begitu banyaknya kemudahan yang kita dapatkan sebagai karyawan hendaknya kita bersyukur. Yakinlah bahwa niat ibadah akan diganjar nilai ibadah. Niat menolong orang lain maka Allah SWT pun akan memberikan pertolongan kepada kita. Sesuatu yang dimiliki memang seringkali terasa tidak spesial namun apabila hal yang dimiliki tersebut tidak ada lagi dalam genggaman maka kita baru merasa kehilangan. Begitu pun dengan pekerjaan kita.

Seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW “Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.” [HR. Tirmidzi] (nevi/cs)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA