بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ #AhkamulJanaiz HUKUM MENGANGKAT TANGAN PADA TAKBIR-TAKBIR SHALAT JENAZAH Oleh: Al Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi Para ulama sepakat, bahwa disyariatkan mengangkat kedua tangan, pada takbir yang pertama dalam shalat jenazah. [Kesepakatan ini disebutkan oleh Ibnul Mundzir dalam Al-Ijma’:42] Dan yang terjadi PERSELISIHAN di kalangan para ulama adalah tentang hukum mengangkat tangan, pada takbir kedua dan seterusnya. Dalam hal ini ada dua pendapat yang masyhur: Pendapat pertama: mengatakan, bahwa tidak disyariatkan mengangkat kedua tangan, kecuali pada takbir yang pertama. Ini adalah pendapat Sufyan Ats-Tsauri dan Abu Hanifah. Pendapat ini juga dikuatkan oleh Ibnu Hazm dan Asy-Syaukani. Adapun Imam Malik, diperselisihkan tentang pendapat beliau. [Dalam satu riwayat Malik mengatakan: diangkat tangan pada awal takbir dalam shalat jenazah. Dalam riwayat lain beliau mengatakan: Aku senang agar kedua tangan diangkat pada empat kali takbir. (Al-Mudawwanatul Kubra: 176)] Pendapat kedua: mengatakan, bahwa disyariatkan mengangkat kedua tangan pada setiap kali takbir. Ini adalah pendapat Salim bin Abdillah bin Umar, Umar bin Abdil Aziz, Atha’, Yahya bin Sa’id, Qais bin Abi Hazim, Az-Zuhri, Ahmad, Ishaq, Asy-Syafi’i, Al-Auza’i, Abdullah bin Mubarak, dan dikuatkan oleh Ibnul Mundzir dan An-nawawi. At-Tirmidzi menyandarkan pendapat ini kepada kebanyakan ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi ﷺ. [Lihat: Al-Mughni,Ibnu Qudamah: 2/373,Jami’ At-Tirmidzi: 3/388, Al-Muhalla, Ibnu Hazm:5/124, Nailul Authar: 4:105, Al-Majmu’, An-Nawawi: 5/136, Al-Mudawwanatul Kubra, Imam Malik:176. Ahkamul Janaiz, Al-Albani:148. As-Sunan Al-Kubra, Al-Baihaqi:4/44. Ma’rifatus Sunan wal Atsar, Al-Baihaqi (3/169). Al-Umm,Asy-Syafi’i:1/271, Al-Hawi Al-Kabir (3/55)] Kesimpulan: Dari pemaparan dalil-dalil yang dijadikan hujjah oleh masing-masing pendapat (untuk lengkapnya, silakan klik tautan berikut ini: http://abuayaz.blogspot.co.id/2010/09/hukum-mengangkat-tangan-pada-takbir.html), tampak bagi kita sekalian, bahwa riwayat yang dijadikan dalil oleh pendapat pertama tidak satu pun yang shahih, namun berada di antara lemah dan sangat lemah sekali. Sementara riwayat-riwayat yang dijadikan dalil oleh pendapat kedua, telah shahih datang dari beberapa sahabat Nabi ﷺ, seperti Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, dan tidak diketahui ada yang menyelisihi mereka dalam hal ini, sehingga dapat dijadikan sebagai hujjah. Wallahu A’lam Bish-Shawab. Faidah: Telah ditanya Samahatusy Syekh Bin Baaz rahimahullah tentang mengangkat kedua tangan dalam shalat jenazah bersaman dengan takbir-takbir, apakah termasuk sunnah? Maka beliau menjawab: السنة رفع اليدين مع التكبيرات الأربع كلها ; لما ثبت عن ابن عمر وابن عباس أنهما كانا يرفعان مع التكبيرات كلها , ورواه الدارقطني مرفوعا من حديث ابن عمر بسند جيد. (مجموع فتاوى ابن باز:13؟148) Beliau menjawab: “Yang sunnah adalah mengangkat kedua tangan bersamaan dengan empat takbir seluruhnya, berdasarkan (riwayat) yang shahih dari Ibnu Umar, Ibnu Abbas, bahwa keduanya mengangkat (kedua tangannya) bersama dengan seluruh takbir. Diriwayatkan (oleh) Ad-Daruquthni secara marfu’ dari hadis Ibnu Umar dengan sanad yang bagus.” [Majmu’ Fatawa Bin Baaz: 13/148] Ini juga menjadi jawaban dari Lajnah da’imah, dalam fatwanya dinyatakan: تجوز صلاة الجنازة بدون رفع اليدين؛ لأن الواجب فيها التكبيرات وقراءة الفاتحة والدعاء للميت والسلام، ولكن رفع اليدين هو السنة في جميع التكبيرات.وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم . اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء عضو، عضو، نائب رئيس اللجنة، الرئيس عبدالله بن قعود، عبدالله بن غديان، عبدالرزاق عفيفي، عبدالعزيز بن عبدالله بن باز (فتاوى اللجنة:2514) “Boleh shalat jenazah tanpa mengangkat kedua tangan, sebab yang wajib padanya adalah bertakbir dengan beberapa kali takbir, membaca al-Fatihah, berdoa untuk si mayyit, dan mengucapkan salam. Namun mengangkat kedua tangan adalah hal yang sunnah pada seluruh takbir, dan taufiq hanya milik Allah. Shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad, para pengikutnya, dan para shahabat.”
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya: Apakah termasuk dari sunnah, mengangkat kedua tangan pada takbir-takbir shalat jenazah? Beliau menjawab: نعم من السنة,أن يرفع الإنسان يديه عند كل تكبيرة في صلاة الجنازة كما صح ذلك عن عبد الله بن عمر ولأن رفع اليدين في صلاة الجنازة بمنزلة الركوع والسجود في الصلوات الأخرى ,الصلوات الأخرى تشتمل على فعل وقول ,صلاة الجنازة أيضا تشتمل على فعل وقول ,فكونك ترفع في الأولى وتسكت معناه لم تميز في الذكر بين التكبيرة الأولى والتكبيرة الثانية,ولذلك قد دل الأثر والنظر على أن صلاة الجنازة ترفع فيها الأيدي عند كل تكبيرة “Iya, termasuk dari sunnah seseorang mengangkat kedua tangannya, pada setiap kali takbir dalam shalat jenazah, sebagaimana yang telah shahih hal itu dari Abdullah bin Umar. Dan karena mengangkat kedua tangan dalam shalat jenazah kedudukannya seperti ruku’ dan sujud pada shalat-shalat yang lain, shalat-shalat yang lain mencakup perbuatan dan perkataan, shalat jenazah juga mencakup perbuatan dan perkataan. Maka ketika engkau mengangkat pada takbir pertama lalu engkau diam, maka maknanya engkau tidak memisahkan dalam zikir antara takbir pertama dengan takbir kedua. Oleh karenanya, telah ditunjukkan oleh atsar maupun pandangan, bahwa shalat jenazah diangkat kedua tangan pada setiap kali takbir.” [Silsilah Liqa’ al-bab al-Maftuh, kaset no:179, set kedua] Sumber: http://abuayaz.blogspot.co.id/2010/09/hukum-mengangkat-tangan-pada-takbir.html Jakarta - Rukun sholat adalah bacaan dan gerakan yang wajib dilaksanakan saat sholat. Kewajiban sholat tercantum dalam Al Quran surat An Nisa ayat 103, إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا Arab latin: ...innaṣ-ṣalāta kānat 'alal-mu`minīna kitābam mauqụtā Artinya: "...Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (An Nisa ayat 103) Menurut buku Fiqh Shalat Terlengkap yang ditulis Abu Abbas Zain Musthofa Al-Basuruwani, rukun sholat ialah perkara dalam kegiatan ibadah yang tidak boleh ditinggalkan. Bila rukun sholat tidak atau sengaja ditinggalkan maka sholat fardhunya dianggap tidak sah. Dikutip dari Syekh Wahbah Az Zuhaili dalam Kitab Fiqhul Islam wa Adillathuhu juz 2, ada 11 rukun sholat yang telah disepakati para ulama mazhab Hanafi, Hambali, Maliki hingga Syafi'i. Rukun sholat serta bacaannya1. Takbiratul Ihram Posisi takbiratul ihram dimulai dengan berdiri, menghadap kiblat, sambil mengucapkan takbir. Namun dalam kondisi tertentu diperbolehkan untuk sholat sambil duduk bahkan berbaring. Bacaan takbir: اللهُ أكْبَرُ Bacaan latin: "Allahu Akbar." Artinya: Allah Maha Besar 2. Berdiri dalam sholat fardhu Rukun sholat yang kedua ini dilakukan yang mampu sesuai pendapat dari Syekh Wahbah. Pendapat ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Bukhari, كانتْ بي بَواسيرُ ، فسأَلتُ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عنِ الصلاةِ ، فقال : صَلِّ قائمًا ، فإن لم تستَطِع فقاعدًا ، فإن لم تستَطِعْ فعلى جَنبٍ Artinya: "Ketika menderita bawasir, aku bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai sholat dan beliau bersabda, 'Sholatlah sambil berdiri. Jika tidak mampu maka sholatlah sambil duduk. Jika tidak mampu juga, maka sholatlah sambil berbaring miring." (HR Al Bukhari) Dalam hadist yang lain, Rasulullah sAW pernah berkata, فإن لم تستطع فمستلقياً Artinya: "Jika tidak mampu maka berbaringlah telentang. Allah tidak membebani hamba-Nya kecuali sesuai dengan kemampuannya." (HR. An Nasa'i) 3. Membaca surat dalam Al Quran Membaca surat-surat Al Quran dalam dua rakaat pertama disepakati para ulama bahwa hukumnya wajib. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda: "Sholat tidak sah kecuali dengan membaca ayat Al Quran." (HR Imam Muslim). 4. Rukuk Secara etimologi, rukuk artinya membungkukkan kepala dan punggung bersamaan dengan tangan memegang lutut. Berikut ini bacaan saat rukuk adalah: سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ Bacaan latin: Subhaana robbiyal 'adziimi wabihamdih (sebanyak 3 kali.) Artinya: "Maha suci Tuhan yang Maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya." 5. I'tidal Rukun sholat selanjutnya adalah bangun dari ruku' dan berdiri tegak yang disebut dengan i'tidal. Gerakan i'tidal dilakukan dengan tuma'ninah sambil membaca: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ Bacaan latin: Sami'allaahu liman hamidah Artinya: "Allah maha mendengar terhadap orang yang memujinya." Setelah berdiri tegak, lalu membaca : رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ Bacaan latin: Robbanaa lakal hamdu mil us samawaati wamil ul ardhi wamil u maa syi'ta min syain ba'du. Artinya: "Ya Allah tuhan kami, bagimu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh sesuatu yang engkau kehendaki sesudah itu." 6. Dua kali sujud Selanjutnya adalah sujud. Secara terminologi singkat, sujud bisa diartikan sebagai meletakkan sebagian dahi yang terbuka ke tanah atau tempat sholat. Bacaan saat sujud adalah: سُبْحَانَ رَبِّىَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ Bacaan latin: Sub haana robbiyal a'la wabihamdih (sebanyak 3 kali.) Artinya: "Maha Suci Tuhan yang Maha Tinggi serta memujilah aku kepadanya." Diriwayatkan dalam hadits Ibnu Hibban dalam shahihnya, Rasulullah SAW bersabda, "Jika engkau sujud, maka letakkanlah dahimu dan jangan terburu-buru." 7. Duduk di antara dua sujud Posisi duduk di antara dua sujud dilakukan dengan duduk iftirasy. Duduk iftirasy adalah duduk di atas kaki kiri yang terlipat dan menegakkan kaki kanan dengan jari-jari dalamnya menekan tanah agar tetap menghadap kiblat. Berikut ini adalah bacaan duduk di antara dua sujud: رَبِّ اغْفِرْ لِى وَارْحَمْنِى وَاجْبُرْنِى وَارْزُقْنِى وَارْفَعْنِى Bacaan latin: Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aafinii wa'fu 'annii. Artinya: "Ya Allah ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku, cukupkanlah segala kekurangan dan angkatlah derajatku, berilah rizki kepadaku, berilah aku petunjuk, berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku." 8. Duduk terakhir selama tasyahud Menurut Syafi'iyyah dan Hanabilah, duduk terakhir dalam sholat, membaca tasyahud akhir, sholawat atas Nabi Muhammad SAW, kemudian duduk diam selama bacaan, 'Allaahumma Sholli'alaa Muhammadi' termasuk dalam rukun sholat. Namun pendapat Malikiyyah berbeda. Yang masuk dalam rukun adalah lamanya duduk untuk salam. Sementara itu, menurut Hanafiyyah tasyahud awal sama hukumnya seperti tasyahud akhir, yaitu wajib. Bacaan tasyahud awal: التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِاَ . للَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ Bacaan latin: Attahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaaamu'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rosuulullah. Allahumma sholli 'alaa Muhammad. Artinya: "Segala penghormatan, keberkahan, salawat dan kebaikan hanya bagi Allah. Semoga salam sejahtera selalu tercurahkan kepadamu wahai nabi, demikian pula rahmat Allah dan berkah-Nya dan semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad." Bacaan tasyahud akhir: اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ Bacaan latin: Allahumma sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad kamaa shollaita 'alaa Ibroohim wa 'alaa aali Ibroohimm innaka hamiidum majiid. Alloohumma baarik 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad kamaa baarokta 'alaa Ibroohim wa 'alaa aali Ibroohimm innaka hamiidum majiid. Artinya: "Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya engkau maha terpuji lagi maha mulia. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya engkau maha terpuji lagi maha mulia." 9. Mengucapkan salam Menurut mazhab Malikiyyah dan Syafi'iyyah, hukumnya fardhu untuk mengucapkan salam yang pertama sebagai tanda keluar dari sholat ketika posisi duduk. Sementara itu menurut mahdzab Hanabilah, kedua salam hukumnya fardhu kecuali dalam sholat jenazah, sholat sunnah, sujud syukur, dan sujud tilawah. السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ Bacaan latin: Assalaamu alaikum wa rahmatullah Artinya: "Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu." 10. Tuma'ninah Tuma'ninah artinya diam sebentar dna tidak terburu-buru. Jumhur dan mayoritas ulama berpendapat tuma'ninah termasuk rukun atau syarat rukun yang dilakukan saat rukuk, i'tidal, sujud, dan duduk di antara dua sujud. 11. Tertib dalam rukun sholat Rukun yang terakhir adalah tertib. Tertib artinya melakukan sholat atau semua rukun sholat dengan beraturan. Mayoritas ulama mengatakan tertib dalam sholat hukumnya rukun. Wajib dalam hal bacaan dan sesuatu yang terulang dalam satu rakaat. Itulah rukun sholat yang disepakati para ulama, semoga bermanfaat! (row/row) |