Show
Mamaos Cianjuran merupakan sebuah seni tradisi yang menggambungkan permainan kecapi dengan pembacaan kisah-kisah adiluhung. Awal mula seni ini sebetulnya sudah ada sejak 1761 seiring masa kepemimpinan R.A.A Wiratanudatar. Adapun seni ini sebetulnya baru berkembang di Cianjur sejak 1834. Seni tradisi itu diwariskan oleh Dalem Pancaniti atau RAA Kusumaningrat, Bupati Cianjur saat itu. Kusumaningrat merupakan seorang yang sangat peduli terhadap mamaos cianjuran. Dengan bantuan saudara-saudaranya, ia mengantar mamaos cianjuran mencapai kejayaannya. Ketika itu, yang menjadi juru pantunnya adalah Aen. Tahun 1862 Dalem Pancaniti wafat dan digantikan oleh anaknya yang bernama Aom Alibasah yang sering disebut juga Dalem Marhum. Ketika itu mamaos cianjuran diolah oleh tiga orang, yaitu: R. Djajawiredja, Aong Djalalahiman, dan R. Etje Maadjid. Pada mulanya mamaos dinyanyikan oleh kaum pria. Baru pada perempat pertama abad ke-20 mamaos bisa dipelajari oleh kaum wanita. Hal ituTerbukti dengan munculnya para juru mamaos wanita, seperti Rd. Siti Sarah, Rd. Anah Ruhanah, Ibu Imong, Ibu O�oh, Ibu Resna, dan Nyi Mas Saodah. Adapun bahan mamaos berasal dari berbagai seni suara Sunda, seperti pantun, beluk (mamaca), degung, serta tembang macapat Jawa, yaitu pupuh. Lagu-lagu mamaos yang diambil dari vokal seni pantun dinamakan lagu pantun atau papantunan, atau disebut pula lagu Pajajaran, diambil dari nama keraton Sunda pada masa lampau. Sedangkan lagu-lagu yang berasal dari bahan pupuh disebut tembang
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2015
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2015
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2015
Mamaos, Seni Tembang Sunda Cianjuran | Adatnusantara - Mamaos adalah satu kesenian daerah Jawa Barat yang lahir dan berkembang di Kabupaten Cianjur. Mamaos lebih dikenal masyarakat Indonesia sebagai tembang sunda cianjuran atau kata "Cianjuran" saja. Mamaos, sebagai seni tembang sunda Cianjuran terlahir dari Cipta, Rasa dan Karsa seorang Bupati Cianjur bernama R. Aria Adipati kusumahningrat yang dikenal dengan sebutan Dalem Pancaniti yang memimpin Cianjur sejak tahun 1834 sampai dengan tahun 1864. Apakah Seni Mamaos Itu?Mamaos adalah seni suara suku sunda yang dinyanyikan, dengan tujuan agar kita bisa berhubungan dengan tiga hal, yaitu manusia dengan alam, manusia dengan manusia dan manusia dengan Sang Maha Pencipta. Istilah mamaos hanya menunjukkan pada lagu-lagu yang berpolakan pupuh (tembang), karena istilah mamaos merupakan penghalusan dari kata mamaca, yaitu seni membaca buku cerita wawacan dengan cara dinyanyikan. Buku wawacan yang menggunakan aturan pupuh ini ada yang dilagukan dengan teknik nyanyian rancag dan teknik beluk. Lagu-lagu mamaos berlaras pelog (degung), sorog (nyorog; madenda), salendro, serta mandalungan. Berdasarkan bahan asal dan sifat lagunya mamaos dikelompokkan dalam beberapa wanda, yaitu: papantunan, jejemplangan, dedegungan, dan rarancagan. Sekarang ditambahkan pula jenis kakawen dan panambih sebagai wanda tersendiri. Lagu-lagu mamaos dari jenis tembang banyak menggunakan pola pupuh Kinanti, Sinom, Asmarandana, dan Dangdanggula, serta ada di antaranya lagu dari pupuh lainnya. Lagu-lagu dalam wanda papantunan di antaranya Papatat, Rajamantri, Mupu Kembang, Randegan, Randegan Kendor, Kaleon, Manyeuseup, Balagenyat, Putri Layar, Pangapungan, Rajah, Gelang Gading, Candrawulan, dsb. Sementara dalam wanda jejemplangan di antaranya terdiri dari Jemplang Panganten, Jemplang, Cidadap, Jemplang Leumpang, Jemplang Titi, Jemplang Pamirig, dsb. Wanda dedegungan di antaranya Sinom Degung, Asmarandana Degung, Durma Degung, Dangdanggula Degung, Rumangsang Degung, Panangis Degung dan sebagainya. Wanda rarancagan di antaranya; Manangis, Bayubud, Sinom Polos, Kentar Cisaat, Kentar Ajun, Sinom Liwung, Asmarandana Rancag, Setra, Satria, Kulu-kulu Barat, Udan Mas, Udan Iris, Dangdanggula Pancaniti, Garutan, Porbalinggo, Erang Barong dan sebagainya. Wanda kakawen di antaranya: Sebrakan Sapuratina, Sebrakan Pelog, Toya Mijil, Kayu Agung, dan sebagainya. Wanda panambih di antaranya: Budak Ceurik, Toropongan, Kulu-kulu Gandrung Gunung, Renggong Gede, Panyileukan, Selabintana, Soropongan, dsb.Kapan Seni Mamaos disebut Tembang Sunda Cianjuran?Seni Mamos kemudian dinamakan tembang Sunda Cianjuran sejak tahun 1930-an dan dikukuhkan tahun 1962 ketika diadakan Musyawarah Tembang Sunda sa-Pasundan di Bandung. Seni mamaos merupakan seni vokal Sunda dengan alat musik kacapi indung, kacapi rincik, suling, dan atau rebab. Pada masa awal penciptaannya, Cianjuran merupakan revitalisasi dari seni Pantun. Kacapi dan teknik memainkannya masih jelas dari seni Pantun. Begitu pula lagu-lagunya hampir semuanya dari sajian seni Pantun. Rumpaka lagunya pun mengambil dari cerita Pantun Mundinglaya Dikusumah. Pada masa pemerintahan bupati RAA. Prawiradiredja II (1864—1910) kesenian mamaos mulai menyebar ke daerah lain. Rd. Etje Madjid Natawiredja (1853—1928) adalah di antara tokoh mamaos yang berperan dalam penyebaran ini. Dia sering diundang untuk mengajarkan mamaos ke kabupaten-kabupaten di Priangan, di antaranya oleh bupati Bandung RAA. Martanagara (1893—1918) dan RAA. Wiranatakoesoemah (1920—1931 & 1935—1942). Ketika mamaos menyebar ke daerah lain dan lagu-lagu yang menggunakan pola pupuh telah banyak, maka masyarakat di luar Cianjur (dan beberapa perkumpulan di Cianjur) menyebut mamaos dengan nama tembang Sunda atau Cianjuran, karena kesenian ini khas dan berasal dari Cianjur. Demikian pula ketika radio NIROM Bandung tahun 1930-an menyiarkan kesenian ini menyebutnya dengan tembang Cianjuran. Selain Rd. Etje Madjid Natawiredja, dikenal pula Bapak Aem dan Maing Buleng yang turut membantu penyebaran dan penyempurnaan seni mamaos di Priangan. Pada awal mulanya, seni mamaos dinyanyikan oleh kaum pria. Baru pada perempat pertama abad ke-20 mamaos bisa dipelajari oleh kaum wanita. Hal ituTerbukti dengan munculnya para juru mamaos wanita, seperti Rd. Siti Sarah, Rd. Anah Ruhanah, Ibu Imong, Ibu O’oh, Ibu Resna, dan Nyi Mas Saodah.Fungsi dan Perkembangan Seni MamaosPada mulanya mamaos berfungsi sebagai musik hiburan alat silaturahmi di antara kaum menak. Tetapi mamaos sekarang, di samping masih seperti fungsi semula, juga telah menjadi seni hiburan yang bersifat profit oleh para senimannya seperti kesenian. Mamaos sekarang sering dipakai dalam hiburan hajatan perkawinan, khitanan, dan berbagai keperluan hiburan atau acara adat..Pemain dan Peralatan Musik yang digunakan dalam Seni MamaosPeralatan musik yang di pakai dalam tembang Cianjuran atau mamaos diantaranya kecapi indung, kecapi rincik dan suling, kalau ada lagu panambih biasanya kecapi induk di barengi dengan kecapi rincik yang kesemuanya termasuk dalam alat musik tradisional Jawa Barat Adapun pemain mamaos terdiri dari empat orang dimana masing-masing memiliki tugas sendiri yaitu pemain kecapi indung, pemain kecapi rincik pemain suling dan vokal. Busana yang di pakai laki-laki adalah baju taqwa, sinjang, dengan benggol atau iket di kepala sebagai aksesorisnya. Sedangkan pakaian yang di pakai oleh perempuan yaitu kebaya, sinjang, selendang dan biasanya memakai sanggul. Seiring perkembangan zaman, busana para pemain mamaos ini tidak menjadi patokan serta bisa disesuaikan dengan keperluan.
Contoh Lirik MamaosPAPATAT Daweng diajar ludeung, Pusaka dayeuh Cianjur Kawitna ti Cibalagung Cibalagung kantun suwung Nya ngalih ka Pamoyanan Pamoyanan kantun ngaran Nya ngalih ka tebeh wetan Badak putih tetenggerna Dugika ayeuna pisan SUNDA MEKAR Cacandran para luluhur Ciri bumi dayeuh panca tengah Ciri dayeuh pancatengah Lemah duhurna lemah lengkobna Lemah padataranana (GELENYU...) Nagara bukti wibawa Parlambangna congkrang kujang papasangan (GELENYU...) Yasana para pujangga Teu sulaya dinyatanaLAYAR PUTRI Sada gugur di Kapitu Sada gelap ngadasaran Sada laut lilintungan Ka mana ngaitkeun kincir Ka kalèr ka tojo bulan Ka mana ngaitkeun pikir Sugan palèr ku sabulan Demikian Sobat Tradisi, sekilas informasi mengenai Mamaos, seni tembang sunda Cianjuran. Semoga bermanfaat..Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Tembang_Cianjurangambar : kangkamal.com
CIANJUR – Gaya bernyanyi lagu daerah masyarakat Sunda dan Cianjur, adalah Mamaos. Yaitu suatu permainan musik yang menggabungkan kecapi dengan pembacaan kisah-kisah adiluhung. Hal ini merupakan cirikhas yang telah ada sejak zaman dulu pada masyarakat Sunda dan Cianjur. Sebelum mengetahui seperti apa gaya bernyanyi lagu daerah masyarakat Sunda dan Cianjur. Tidak ada salahnya mengenal lagu daerah dan penyanyi beserta pengiringnya Dengan langkah ini bisa memahami bagaimana cara bernyanyi memakai gayanya khas dan menarik. Biasanya lagu-lagu daerah mengiringi tradisi maupun adat istiadat setempat. Mulai dari mengiringi upacara adat, tarian tradisonal bahkan dalam bentuk nasehat. Menariknya dalam menyanyikan lagu daerah dibawakan oleh seorang penyanyi yang disebut dengan sinden. Atau dengan kata lain sinden, adalah sebutan penyanyi lagu daerah di Jawa dan Bali . Menariknya aksinya seorang sinden tidak sendirian ditemani 8-10 orang bila pertunjukkannya besar. Baca Juga: Situs Gunung Padang Cianjur Masuk 50 Besar Desa Wisata Terbaik di IndonesiaGaya Bernyanyi Lagu Daerah Masyarakat Sunda dan CianjurHal menarik dari lagu daerah yang dinyanyikan oleh sinden, adalah gaya sinden bernyanyi. Lagu daerah selain berbeda bahasanya juga gaya bernyanyinya khas dan biasanya bersifat turun temurun dari nenek moyang. Hal ini berbeda dengan gaya bernyanyi lagu daerah masyarakat Sunda dan Cianjur juga mempunyai ciri khas dan kebiasaan tersendiri yang disebut dengan Mamaos atau Mamanca. Baca Juga: Aksara Sunda Swara, Ngalagena, Rarangken, dan Pangwilang AngkaApa itu MamaosMamaos telah ada sejak sebelum kemerdekaan, tetapi dalam perkembangan merupakan sebuah seni yang menggabungkan permainan kecapi dengan kisah-kisah adiluhung. Melansir laman warisan budaya.kemendikbud.go.id Hal menarik dari Mamaos telah ada semenjak tahun 1761 baru berkembang di wilayah Cianjur tahun 1834 oleh Bupati Cianjur RAA Kusumaningrat. Perkembangan selanjutnya Mamaos pada awalnya dinyanyikan oleh kaum laki-laki, tetapi kemudian kaum perempuan juga ikut menyanyikannya sampai sekarang. Para juru mamaos yang berasal dari kaum wanita terkenal di kalangan masyarakat Sunda dan Cianjur, antara lain Ibu Mong, Ibu O’oh, Nyi Mas Saodah dan Rd Siti Sarah. Mereka rata-rata memiliki kemampuan berbeda dan ciri khas dalam gaya bernyanyi lagu daerah masyarakat Sunda dan Cianjur. |