Keunggulan mutlak yang dimiliki Indonesia adalah A Indonesia adalah

Keunggulan komparatif pada produk jasa merupakan suatu konsep yang relatif baru. Konsep keunggulan komparatif dalam ilmu ekonomi menghadirkan suatu penemuan teoritis pada suatu negara untuk lebih terspesialisasi dalam suatu produk dan masuk dalam perdagangan internasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur keunggulan komparatif sektor pariwisata negara-negara ASEAN khususnya Indonesia, membuat Tourism Mapping, serta membuat Flying Geese Mapping. Tahun pengamatan dalam penelitian ini adalah tahun 2001 – 2010. Alat analisis yang digunakan adalah indeks Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) yang merupakan indikator keunggulan komparatif dan indeks Trade Ratio (TRR) yang merupakan indikator spesialisasi suatu negara apakah net-importer atau net-exporter. Kedua alat analisis tersebut kemudian digunakan untuk menyusun Tourism Mapping dan berdasarkan Tourism Mapping tersebut dibuatlah Flying Geese Mapping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif kecuali terhadap Singapura dan Brunei Darussalam serta lebih terspesialisasi sebagai negara pengimpor. Hal ini tercermin dengan masuknya Indonesia ke group D pada 5 tahun terakhir penelitian. Berdasarkan hasil Tourism Mapping dan Flying Geese Mapping, terjadi pergeseran pemimpin angsa terbang, yaitu pada tahun 2001 sektor pariwisata ASEAN dipimpin oleh Laos, sedangkan pada tahun 2010 sektor pariwisata ASEAN dipimpin oleh Kamboja yang kemudian disebut sebagai negara yang paling unggul dalam sektor pariwisata internasional dan juga disebut negara pengekspor. Berdasarkan Tourism Mapping, dapat diketahui pula bahwa terdapat hubungan positif antara keunggulan komparatif dan neraca perdagangan. Semakin tinggi keunggulan komparatif dalam sektor pariwisata internasional, maka semakin tinggi pula kemungkinan suatu negara disebut negara pengekspor dalam sektor pariwisata tersebut.

Comparative advantage in services is a relatively new concept. The concept of comparative advantage in economics provide a theoretical foundation for countries to specialize in production and enter into international trade in order to maximize their economic welfare. This study is aimed to measure the comparative advantage in ASEAN countries tourism sector, especially Indonesia, create The Tourism Mapping, and The Flying Geese Mapping. The observation years of this study is 2001 – 2010. The analysis tools used in this study are Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) Index as the indicator of comparative advantage, Trade Ratio (TRR) Index as the indicator whether a country has specialization in export (net-exporter) or in import (net-importer). Both of that analysis tools then used to construct Tourism Mapping and based on that Tourism Mapping, The Flying Geese Mapping created. The result obtained that in this international tourism sector, Indonesia has relatively comparative disadvantage compared to others, except Singapore and Brunei Darussalam and also called the net-importer country in international tourism. This is reflected in the entering of Indonesia tourism sector to the group D in the past 5 research years. Based on the Tourism Mapping and Flying Geese Mapping, could be seen that there is change/shift in the leader of the geese flying in the tourism sector, Laos in 2001 replaced by Cambodia in 2010 and then called the most comparative advantage country and net-exporter country in tourism sector. Based on The Tourism Mapping, also shows positive relationship between comparative advantage and trade balance, the higher the comparative advantage of the country international tourism sector, the higher the possibility of that country becomes the net-exporter.

Kata Kunci : Keunggulan Komparatif, Neraca Perdagangan, Indeks RSCA, Indeks TRR, Tourism Mapping, Flying Geese Mapping.

Keunggulan mutlak yang dimiliki Indonesia adalah A Indonesia adalah
Keunggulan mutlak yang dimiliki Indonesia adalah A Indonesia adalah

Keunggulan absolut (absolute advantage) merujuk pada kemampuan sebuah negara, wilayah, atau perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa secara lebih efisien daripada yang lainnya. Dengan demikian, mereka yang memiliki keunggulan ini dapat memproduksi dengan biaya yang lebih rendah.

Dalam perdagangan internasional, keunggulan absolut adalah konsep penting yang menjelaskan mengapa beberapa negara menghasilkan barang atau jasa secara lebih efisien daripada negara lain. Dikenal juga dengan istilah keunggulan mutlak.

Keunggulan absolut dalam teori perdagangan internasional

Gagasan keunggulan absolut muncul di akhir abad ke-18 dan dikenalkan oleh Adam Smith. Gagasan tersebut merupakan landasan bagi teori perdagangan internasional. Suatu negara dapat menghasilkan barang dengan lebih efisien daripada negara lain. Negara-negara dengan keunggulan absolut dapat memutuskan untuk berspesialisasi dalam produksi. Mereka menjual produk atau jasa tersebut ke negara lain. Uang dari penjualan untuk membeli barang dan jasa dari negara lain. Saling ketergantungan ini mendorong terciptanya perdagangan internasional.

Contoh perbandingan keunggulan absolut dan keunggulan komparatif

Keunggulan komparatif dan absolut adalah dua konsep yang berbeda. Keunggulan komparatif mengacu pada manfaat yang muncul dari biaya peluang yang lebih rendah. David Ricardo memperkenalkannya sebagai kritik terhadap konsep keunggulan absolut Adam Smith.

Keunggulan mutlak yang dimiliki Indonesia adalah A Indonesia adalah

Misalnya, dua negara, Indonesia dan Malaysia, memproduksi sepatu (shoes) dan produk pakaian (clothing). Output setiap jam dari masing-masing negara ada di tabel di atas.

Indonesia memiliki keunggulan absolut dalam produksi pakaian dan sepatu. Indonesia memproduksi 6 sepatu dan 3 pakaian, lebih banyak dari Malaysia, yang hanya memproduksi 1 sepatu dan 2 pakaian.

Namun, dari perspektif David Ricardo, Malaysia, dan Indonesia, keduanya memiliki keunggulan komparatif. Malaysia memiliki biaya peluang yang lebih rendah dalam pakaian. Di Indonesia, biaya peluang untuk memproduksi 1 unit pakaian adalah 2 unit sepatu (6/3). Tapi, di Malaysia, biaya peluang untuk memproduksi 1 unit pakaian hanya 0,5 unit sepatu (1/2). Karena itu, Malaysia memiliki keunggulan komparatif dalam produksi pakaian.

Sementara itu, untuk produksi sepatu, Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Indonesia dapat memproduksi 1 sepatu dengan biaya peluang 0,5 unit pakaian (3/6). Dan Malaysia memiliki biaya peluang 2 unit pakaian (2/1).

Implikasi untuk perdagangan internasional

Adam Smith berpendapat bahwa suatu negara harus berspesialisasi dalam produk yang memiliki keunggulan absolut dengan menjual ke luar negeri. Kemudian, uang dapat digunakan untuk membeli produk yang tidak memiliki keunggulan absolut. Dalam contoh di atas, Indonesia tidak akan berdagang dengan Malaysia karena memiliki keunggulan absolut atas kedua produk.

Sebaliknya, dalam argumen David Ricardo, suatu negara harus berspesialisasi dalam barang yang memiliki keunggulan komparatif dan, selebihnya, berdagang dengan negara lain. Menurut argumen ini, Indonesia dan Malaysia akan berdagang. Indonesia membeli pakaian dari Malaysia, dan Malaysia membeli sepatu dari Indonesia.

Mengapa Indonesia harus membeli pakaian dari Malaysia?

Kita bisa menjawabnya dengan menelusuri harga pakaian dan sepatu. Malaysia memiliki biaya produksi pakaian yang lebih rendah karena menanggung biaya peluang yang lebih murah daripada Indonesia. Dengan demikian, dengan spesialisasi, harga pakaian di Malaysia akan lebih rendah daripada di Indonesia. Demikian juga, Indonesia dapat menghasilkan sepatu yang lebih terjangkau karena memiliki biaya peluang yang lebih rendah.

Dengan berdagang, Indonesia mendapatkan pakaian dengan harga lebih rendah dari produksi dalam negeri. Dan Malaysia juga membeli sepatu Indonesia karena harganya lebih murah daripada produksi dalam negeri.

Asumsi

Smith menerapkan prinsip biaya peluang dan spesialisasi ke dalam landasan kebijakan ekonomi internasional. Dia menjelaskan sebuah negara lebih baik mengimpor barang dari luar negeri di mana barang itu dapat diproduksi dengan lebih efisien. Ddengan demikian, negara tersebut dapat fokus untuk menempatkan sumber dayanya pada industri yang paling produktif dan efisien. Dengan demikian Smith menekankan bahwa perbedaan teknologi antar negara adalah penentu utama arus perdagangan internasional di seluruh dunia.

Teori, keunggulan absolut Smith dilandaskan pada berbagai asumsi, termasuk:

  • Biaya produksi barang hanya dihitung dari jumlah relatif tenaga kerja yang diperlukan (atau faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja).
  • Tidak ada perbedaan kualitas barang dari dua negara
  • Tenaga kerja tidak bisa bergerak antar negara
  • Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang
  • Tidak ada biaya transportasi, yang mana dapat mempengaruhi harga jual barang di negara tujuan

Darimana sumber keunggulan absolut berasal?

Keuntungan absolut dicapai melalui produksi berbiaya rendah. Sumber keunggulan biaya tersebut dapat berasal dari:

  • Kuantitas dan kualitas sumber daya alam yang tersedia. Misalnya, beberapa negara kaya dengan cadangan minyak bumi, sedangkan yang lain tidak memiliki sama sekali.
  • Tingkat investasi modal termasuk infrastruktur. Investasi infrastruktur publik yang lebih besar dapat mengurangi biaya perdagangan dan oleh karena itu, meningkatkan kapasitas pasokan.
  • Efisiensi dan produktifitas yang lebih besar dalam proses produksi melalui kemajuan teknologi, pembagian kerja dan spesialisasi tenaga kerja
  • Biaya tenaga kerja atau bahan baku yang lebih murah

Keunggulan absolut vs keunggulan komparatif

David Ricardo mengkritik keunggulan absolut yang diperkenalkan oleh Adam Smith. Dia kemudian memperkenalkan teori keunggulan komparatif, yang mana menempatkan biaya peluang pada fokus keputusan produksi agen.

Keuntungan absolut mengarah pada keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan hanya dalam kasus di mana setiap produsen memiliki keunggulan absolut dalam menghasilkan barang. Jika sebuah negara tidak memiliki keunggulan absolut maka argumen Adam Smith belum tentu berlaku. Namun, produsen dan mitra dagangnya mungkin masih dapat merealisasikan keuntungan dari perdagangan jika mereka dapat mengkhususkan berdasarkan pada keunggulan komparatif masing-masing.

Kritik

Teori keunggulan absolut Adam Smith mengasumsikan bahwa hanya perdagangan bilateral yang dapat terjadi antara negara dan hanya dalam dua komoditas yang akan dipertukarkan. Asumsi ini ditantang secara signifikan ketika perdagangan internasional meningkat, yang mana melibatkan lebih dua negara dan dua produk. 

Selain itu, biaya transportasi dapat berkontribusi menghilangkan efek keunggulan. Misalnya, walaupun sebuah negara dapat memproduksi pada biaya yang rendah, namun karena biaya transportasi tinggi akibat masalah infrastruktur yang tidak memadai, maka pada akhirnya, harga jual pada akhirnya akan lebih besar.

Teori ini juga mengasumsikan bahwa barang dapat keluar dan masuk antar negara (perdagangan bebas). Faktanya, proteksi perdagangan masih sering kita lihat, termasuk melalui hambatan tarif, kuota, atau persyaratan keamanan konsumsi dan lingkungan.