Kehidupan manusia pada zaman praaksara mengalami perkembangan dari masa ke masa di mana mereka dapat beradaptasi dengan kondisi alam yang selalu berubah. bagaimanakah interaksi manusia praaksara dengan alam dan sesama manusia pada masa bercocok tanam?

KOMPAS.com - Kehidupan zaman praaksara adalah kehidupan pada masa di mana catatan sejarah tertulis belum ada.

Mengutip Kemdikbud RI, masa praaksara disebut juga masa prasejarah atau nirleka. Masa praaksara adalah zaman sebelum ditemukan tulisan atau zaman sebelum manusia mengenal tulisan.

Manusia pada zaman praaksara antara lain Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus, dan Homo Sapiens.

Kehidupan masyarakat praaksara dibagi menjadi tiga masa, yaitu:

Baca juga: 4 Pembagian Zaman Prasejarah Berdasarkan Geologi

Berikut ini penjelasannya:

Masa berburu dan mengumpulkan makanan

Manusia purba pada masa ini selalu berpindah-pindah (nomaden) karena tidak punya tempat tinggal tetap. Untuk mencari tempat-tempat yang menyediakan banyak bahan makanan.

Manusia purba mengumpulkan makanan yang tersedia di alam, tanpa mengolah atau menanam lebih dulu.

Alat-alat yang digunakan pada masa ini antara lain:

  • Kapak perimbas untuk merimbas kayu, menguliti binatang, dan memecah tulang.
  • Kapak genggam untuk menggali umbi dan memotong hewan buruan.
  • Alat serpih digunakan sebagai pisau.

Manusia praaksara membutuhkan api untuk memasak dan penerangan pada malam hari. Pembuatan api dengan cara menggosokkan dua keing batu yang mengandung unsur besi. Maka akan timbul percikan api untuk membakar lumut atau rumput kering.

Dalam kehidupan sosial, manusia praaksara hidup dalam kelompok-kelompok dan membekali diri untuk menghadapi lingkungan sekitarnya.

Baca juga: Bagaimana Pola Makan Zaman Manusia Purba?

Masa bercocok tanam

Masa bercocok tanam adalah masa ketika manusia mulai memenuhi kebutuhan hidup dengan cara pembukaan laham di hutan untuk dijadikan ladang.

Pada masa ini, manusia praaksara mulai hidup menetap di suatu tempat tinggal sederhana secara berkelompok. Tetapi kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan tidak sepenuhnya ditinggalkan.

Masa ini sangat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat karena terdapat beberapa penemuan baru seperti penguasaan sumber-sumber alam, memelihara tumbuhan dan hewan.

Alat-alat yang digunakan pada masa bercocok tanam berasal dari batu yang telah dihaluskan, antara lain:

  • Mata panah untuk berburu.
  • Barang pecah belah dari tanah liat (gerabah).
  • Beliung persegi untuk menebang kayu dan mencangkul.
  • Kapak lonjong untuk mengolah tanah.

Baca juga: Jenis Peninggalan Bersejarah

Masa perundagian

Pada masa ini manusia sudah mengenal teknologi sederhana dan pembagian kerja.

Di kehidupan pada masa perundagian, manusia purba sudah menemukan bijih-bijih logam dan mengenal pengolahan logam. Sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dari logam.

Pertukangan dan pengecoran logam seperti perunggu, tembaga dan besi untuk membuat barang-barang kebutuhan rumah tangga yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Meski sudah ada alat-alat dari logam, tetapi manusia purba pada masa ini masih menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu.

Akan tetapi penggunaan bahan logam tidak tersebar luas sebagaimana penggunaan bahan batu. Karena persediaan logam masih terbatas.

KOMPAS.com - Masa praaksara adalah zaman manusia belum mengenal tulisan. Masa praaksara dimulai sejak manusia ada di muka bumi sampai dengan saat manuisa mengenal tulisan.

Setiap bangsa tidak sama meninggalkan masa praaksara. Masuknya suatu bangsa ke dalam zaman sejarah bergantung dari adanya penemuan tertulis pertama.

Dilansir dari buku Sejarah (2007) karya Anwar Kurnia, Indonesia memasuki zaman sejarah kira-kira awal abad ke-5. Catatan angka tahun tertua diketahui dari batu-batu bertulis yang ada di aliran Sungai Mahakam di Kalimantan Timur.

Perkembangan kehidupan manusia praaksara di Indonesia dibagi terdalam beberapa masa, yaitu:

Awal kehidupan manusia praaksara Indonesia ditandai dengan kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan. Binatang perburuan yang dicari, di antaranya gajah, banteng, badak, rusam dan kerbau liar. Selain itu, mereka juga berburu ikan dan kerang di laut.

Baca juga: Zaman Masa Praaksara di Indonesia

Kegiatan perburuan kebanyakan dilakukan oleh laki-laki. Tugas perempuan adalah mengumpulkan makanan yang didapat dari alam sekitar. Bahan makanan yang dikumpulkan antara lain, ubi, keladi, daun-daunan, dan buah-buahan.

Pada masa itu, manusia purba belum mengenal cara bercocok tanam. Mereka sangat bergantung pada alam yang tersedia. Segala yang terdapat disekitar, diambil dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Alat kehidupan yang digunakan pada masa mengumpulkan makanan berupa:

  • Kapak perimbas (chopper), kapak perimbas sejenis kapak batu yang digenggam dan tidak bertangkai.
  • Alat serpih, terbuat dari tulang atau tanduk rusa. Fungsi alat ini yaitu untuk penusuk, alat melubangi (gurdi), dan sebagai pisau. Biasanya untuk mengorek ubi atau keladi dari dalam tanah dan juga menangkap ikan.

Kehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan kebanyakan di gua-gua dekat sungai. Gua yang digunakan adalah gua yang bagian atasnya terlindungi oleh karang.

Kehidupan manusia di gua-gua dapat dilihat dari peninggalan seni lukis yang terdapat di Gua Leang-Leang di Provinsi Sulawesi Selatan.

Lukisan yang tertera berupa tangan-tangan manusia dan binatang dengan cat merah. Lukisan tersebut menggambarkan perjuangan hidup manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan.

Manusia purba yang tinggal di daerah pantai meninggalkan sampah-sampah dapur atau kjokkenmoddinger.

Fosil sampah dapur terbentuk dari sisa-sisa makanan, kulit kerang, dan tulang-tulang ikan yang menggunung di tepi-tepi pantai. Fosil tersebut hampir di sepanjang pantai Sumatera Timur.

Kehidupan manusia purba pada masa berburu dan mengumpulkan makanan ditandai juga dengan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain (nomaden).

Baca juga: Manusia Masa Praaksara di Indonesia

Masa bercocok tanam dan beternak

Pada masa bercocok tanam, timbul suatu revolusi peradaban yang menyangkut kehidupan manusia purba. Pada saat itu, terjadi perubahan dari tradisi mengumpulkan makanan menuju menghasilkan makanan.

Di masa ini, manusia sudah tidak bergantung lai pada alam. Selain itu, kehidupan nomaden juga mulai hilang. Tempat-tempat yang didiami adalah tempat yang tinggi.

Bukit-bukit kecil yang dikelilingi sungai atau jurang yang dipagar oleh hutan juga menjadi tempat tingga. Manusia sudah berusaha menghasilkan makanan sendiri dengan bercocok tanam dan beternak.

Jenis tanaman yang ditanam, antara lain padi, jagung, keladi, sukun, pisang, dan ketela. Hewan yang diternak seperti unggas, kerbau, dan babi.

Perkakas batu yang digunakan saat itu umumnya sudah diasah sampai halus. Alat batu yang banyak digunakan, yaitu:

  • Kapak persegi (beliung persegi)
  • Kapak lonjong
  • Alat obsidian (batu kecubung)
  • Mata panah

Peninggalan kapak persegi di Indonesia banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Bali. Untuk kapak lonjong menyebar di Papua dan sekitarnya.

Untuk memenuhi kehidupan, manusia masa itu melakukan sistem barter. Sistem barter yaitu tukar-menukar barang dengan barang.

Alat tukar yang biasa digunakan, yaitu garam, ikan laut kering, atau hasil kerajinan tangan (gerabah, beliung, dan berbagai perhiasan dari batu).

Baca juga: Peninggalan Manusia Praaksara

Sarana lalu-lintas perdagangan dari satu tempat ke tempat lain dilakukan dengan memanfaatkan perahu bercadik atau rakit.

Dengan berbagai kegiatan yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan bahasa lisan diperkirakan sudah diberlakukan. Beberapa ahli sejarah menduga mereka telah memakai bahasa Melayu Austronesia.

Masa megalithikum

Selain alat-alat yangsudah ditemukan, masih terdapat benda lain yang dihasilkan, khususnya benda yang dikaitkan dengan kepercayaan manusia pada masa zaman batu.

Kepercayaan masyarakat pada masa bercocok tanam merupakan perkembangan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan.

Pada masa sebelumnya, manusia purba sudah mengenal kepercayaan adanya penguburan. Pada masa bercocok tanam, kepercayaan itu dibuktikan dengan ditemukannya bangunan-bangunan batu besar atau disebut megalithikum.

Bangunan megalithikum diperkirakan berlangsung sejak masa bercocok tanam dan masa perundagian.

Baca juga: Sejarah Peradaban India Kuno

Bangunan-bangunan batu pada masa mengalithikum antara lain:

  • Menhir
  • Dolmen
  • Sarkopagus atau keranda
  • Kubur batu
  • Punden berundak-undak
  • Waruga
  • Arca

Masa kemahiran teknik atau perundagian

Pada masa perundagian, manusia purba sudah mahir membuat perkakas-perkakas yang berasal dari logam. Mereka memanfaatkan perkakas tersebut bagian dari kehidupannya.

Peninggalan perkakas pada masa itu kebanyakan berupa artefak logam, perunggu, dan besi. benda-benda logam perunggu yang ditemukan di Indonsia, di antaranya:

Bagaimana interaksi Manusia Praaksara dengan alam dan sesama manusia?

Interaksi manusia praaksara dengan alam mulai memperbaharui mereka dan menggunakan produk alam melalui pertanian dan peternakan. Sedangkan, interaksi manusia praaksara dengan sesama manusia selama masa bercocok tanam sudah hidup dan bekerja dengan kelompok yang lebih besar.

Perkembangan manusia zaman praaksara mengalami perkembangan dari masa ke masa dimana mereka dapat beradaptasi dengan kondisi?

Perkembangan manusia zaman praaksara mengalami perkembangan dari masa ke masa Dimana mereka dapat beradaptasi dengan kondisi alam yang selalu berubah Bagaimana interaksi manusia praaksara dengan alam dan sesama manusia pada masa bercocok tanam?

Bagaimana bentuk interaksi antara manusia dan alam pada zaman prasejarah?

Pembahasan: Bentuk interaksi manusia dengan alam di zaman prasejarah lebih berbentuk pemanfaatan alam untuk pertanian dengan adanya metode penanaman sawah basah yang diperkenalkan oleh bangsa Austronesia yang datang di tahun 2000 sebelum masehi.

Bagaimana kehidupan manusia yang hidup pada zaman praaksara?

Bagaimana cara hidup di masa praaksara? Pada awalnya corak hidup manusia zaman praaksara dengan cara nomaden (berpindah-pindah). Kemudian mereka mengalami perubahan dari nomaden ke semi nomaden. Akhirnya mereka hidup secara menetap di suatu tempat dengan tempat tinggal yang pasti.