Kehadiran tata rias dan busana dalam pertunjukan tari dapat memperkuat

Tata rias dan busana merupakan faktor penunjang dalam sebuah pertunjukan seni khususnya seni tari. Fungsi rias menurut jazuli adalah untuk mengubah karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang sedang dibawakan, untuk memperkuat ekspresi, dan untuk menambah daya tarik penampilan (Jazuli,2008:23). Menurut Didi Nini Thowok (2012:12) tata rias panggung atau stage make-up adalah make-up untuk menampilkan watak tertentu bagi seorang pemeran di panggung. Ciri-ciri stage make-up adalah:

1. Garis-garis wajah yang tajam

2. Pilihan warna-warna yang menyolok dan kontras 3. Alas bedak yang digunakan lebih tebal (Didi, 2012:14)

Rias cantik adalah merias wajah agar menjadi cantik. Rias cantik dapat menghasilkan riasan sebagai berikut:

a. Wajah menjadi tetap (sesuai aslinya)

b. Wajah menjadi nampak lebih tua dibandingkan aslinya c. Wajah menjadi nampak lebih muda dibandingkan aslinya

d. Wajah menjadi berubah sesuai dengan harapan seperti menjadi lonjong, bulat, segi empat dan sebagainya (Lestari,1993: 79)

Dalam mengerjakan rias cantik atau corrective make-up, pengetahuan anatomi wajah sangat diperlukan (Didi,2012:15).

Lestari (1993:15) menyatakan bahwa busana adalah segala sesuatu yang dipakai mulai dari rambut sampai kaki. Ini berarti bahwa bagian-bagian busana hendaknya saling melengkapi satu sama lain sehingga menjadi satuan penampilan busana yang utuh. Rias busana adalah segala tindakan untuk memperindah diri agar kelihatan menarik (Lestari,1993:16). Busana tari yang baik bukan hanya sekedar untuk menutup tubuh semata, melainkan juga harus dapat mendukung desain ruang pada saat penari sedang menari (Jazuli,2008:20). Penataan busana yang mampu mendukung penyajian tari akan menambah daya tarik dan dapat mempesona perasaan penontonnya.

Tata rias dan busana sangat berpengaruh terhadap penampilan pertunjukan tari. Semakin menarik dan semakin berkarakternya rias dan busana tari yang dikenakan membawa kesan dan rasa tersendiri pada penonton yang menyaksikan pertunjukan tari.

2.4.2 Tata lampu

Tata cahaya bukan sekedar alat penerangan belaka yang diabaikan kehadirannya, tetapi memiliki fungsi serta peranan sebagai penambah nilai estetis bagi seni tontonan dan juga memperkaya apresiasi dan daya imajinasi penonton (Hendro Martono, 2010: 13)

Penataan lampu bukanlah sekedar sebagai penerangan semata, melainkan juga berfungsi untuk menciptakan suasana atau efek dramatik dan memberi daya hidup pada sebuah pertunjukan tari, baik secara langsung maupun tidak langsung (Jazuli, 2008:29)

Ketika lampu penonton mulai padam dan lampu panggung menyala secara bertahap dan pelan, maka seakan-akan dunia nyata berpindah ke dunia lain yang dibentuk oleh panggung dan tata cahayanya (Hendro Martono,2010:9). Fungsi cahaya panggung antara lain adalah:

a. Penerangan umum (general illumination)

Lampu-lampu panggung berfungsi menerangi yaitu dengan menyalakan lampu panggung sehingga pentas dalam keadaan terang.

b. Penerangan khusus (specific illumination)

Penerangan yang berfungsi menyinari emain atau benda khusus atau yang membutuhkan penonjolan tertentu sesuai dengan suasana yang diharapkan ( Lestari,1993:13).

Tata cahaya panggung sangat mempengaruhi pembentukan suasana di atas panggung. Ketepatan tata cahaya dalam pementasan tari semakin menarik perhatian pengunjung terutama pada pose-pose atau gerak tertentu yang dibuat

sedemikian rupa untuk disesuaikan dengan penerangan atau tata cahaya panggung sehingga mampu menjadi sajian yang menarik dan teratur.

2.5

Tari

2.5.1 Perkembangan tari di era globalisasi

Dengan hadirnya era globalisasi, para seniman memiliki kebebasan untuk menampilkan gaya yang mereka inginkan sehingga memunculkan perkembangan seni yang kita sebut multikulturalisme yaitu menghargai karya seni dengan gaya apapun dan dari negara manapun (Soedarsono,2005:112).

Dalam dunia tari, tubuh dan gerak merupakan modal dasar yang tidak dapat ditinggalkan, secara umum wanita lebih enak dipandang daripada laki-laki sehingga dalam bisnis pariwisata banyak penyelenggara atraksi wisata menggunakan wanita sebagai daya tarik, termasuk yang disajikan dalam bentuk tari (Soedarsono,1999:135)

Art of acculturation adalah seni yang kehadirannya dihadapan kita merupakan produk baru(bukan modern)sebagai hasil dari upaya mengantisipasi kehadiran masyarakat, produk ini terjadi antara perpaduan atau akulturasi antara kreatifitas dan ketrampilan para seniman dengan selera wisatawan (Soedarsono.1999:99)

Dari beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa kini telah muncul model penyajian kesenian baru yang muncul sesuai dengan selera komunitas masyarakat tertentu yang produk tersebut ditujukan untuk kebutuhan pariwisata atau hiburan.

Karya-karya tari multikulturalisme yang dibuat kini di manfaatkan dalam sektor wisata seperti tari hula-hula di Amerika, tari garapan baru seniman di Bali dsb. Perkembangan tari ini di dominasi oleh kaum perempuan yang dianggap lebih menarik pihak wisatawan (Soedarsono,1999:135).

2.5.2 Perkembangan Tari kreasi

Tari Kreasi adalah jenis tari yang koreografinya masih bertolak dari tari tradisional atau pengembangan dari pola-pola tari yang sudah ada (Jazuli, 2008: 76). Tari kreasi adalah tarian yang berasal dari hasil karya individu yang memiliki kebebasan dalam pengungkapan, dan tidak berpijak pada aturan-aturan tradisi atau standar yang sudah ada (Caturwati, 1998:82).

Pada perkembangannya tari kreasi melahirkan pola-pola tarian baru yang berkembang sesuai dengan zaman dan perubahan selera masyarakat tertentu sebagai sarana hiburan. Tarian baru yang dimaksud adalah sexy dance atau dalam bahasa Indonesia adalah tarian seksi.

Menurut Iyus Rusliana tari mempunyai arti hasil daya kreasi seorang koreografer yang telah diungkapkan oleh penari (Rusliana, 1999:1). Penari adalah merupakan media tunggal pengungkap tari.

2.5.2.1 Pengertian Sexy dancer

Dalam buku Man Watching tentang perilaku estetika menjelaskan bahwa tidak ada yang dianggap cantik oleh semua orang disemua tempat. Sesuatu yang dipuji-puji akan kecantikan/ keindahan dianggap jelek oleh sebagian orang namun kenyataannya bahwa konsep kecantikan/keindahan ada dalam otak setiap orang di

mana saja (Abrams,278:1977). Begitu juga dengan konsep seksi bahwa tidak ada kriteria seksi karena pandangan setiap orang satu dengan yang lain akan berbeda dalam memandang sebuah keseksian. Dijelaskan pula bahwa kecantikan tiap daerah diseluruh dunia maupun masa berbeda satu sama lain. Salah satu ukuran yang digunakan sebagai kriteria cantik dan seksi disebut “vital statistics” ukuran dada pinggang, pinggul pada kontes kecantikan tahun 1970an adalah 35-24-35 inci,pada tahun 20.000 SM stasistik vital adalah 96-89-96, ukuran ini berubah-ubah sesuai pada zamannya masing-masing (Abrams,282:1977). Dari beberapa teori di atas maka dapat kita ketahui bahwa kecantikan dan keseksian seseorang tidak memliki kriteria atau ukuran yang pasti. Setiap orang memiliki sudut pandang tersendiri dalam menilai seseorang itu cantik atau seksi.

Seksi menurut kamus Teaurus Bahasa Indonesia mempunyai arti sensual,seronok;erotis,hot(cak),membirahikan,memikat,menarik,menawan,mengg airahkan,menggiurkan,merangsang,panas (Sugono, 2008:437). Sexy atau seksi adalah menggiurkan,membangkitkan birahi (Moeliono, 1991: 389).

Dari beberapa pandangan di atas, penulis berpendapat bahwa Sexy merupakan ungkapan yang ditujukan untuk menginterpretasikan fisik seseorang baik laki-laki ataupun perempuan. Sexy menurut satu orang dengan yang lain berbeda sesuai dengan selera dan pandangan masing-masing. Sexy secara umum diidentikkan dengan postur tubuh yang ideal dan enak dipandang.

Dancer adalah penari yaitu gerakan tubuh (tangan dll) yang diiringi dengan irama musik (Purwodarminto,2002:121). Dancer atau penari adalah orang yang menari (Moeliono,1991: 299). Sexy dancer atau penari seksi yang dimaksud

disini adalah seseorang yang melakukan kegiatan menari dengan olahan gerakan yang menggairahkan atau menggiurkan bagi penonton. Gerak tersebut menonjolkan pinggil dan dada yang termasuk dalam taboo zone.

Taboo zone adalah bagian tubuh yang tidak boleh „disentuh‟yang tidak hanya berarti kontak fisik secara langsung namun dapat dimaknakan pula „boleh dilihat‟ atau bahkan „diungkap‟oleh khalayak umum, istilah tidak boleh disentuh dapat dimaknai ganda yaitu agar tidak menimbulkan dampak negatif karena dapat menstimulus nafsu dan disucikan sehingga perlu disembunyikan (Nugraheni, 2009:228).

Bhataramedia.com – Begitu banyak macamnya seni, sehingga para ahli membaginya menjadi beberapa macam berdasarkan bentuk dan fungsinya. Salah satunya seni tari, yang memiliki fungsi sebagai hiburan, pertunjukkan, pergaulan hingga pendidikan. Pada seni tari terdapat beberapa unsur pendukung yang perlu diperhatikan, seperti tata rias dan busana. Dan apa fungsi dari tata rias dan busana dalam pertunjukkan tari? Berikut ulasannya.

Seni Tari

Seni tari merupakan salah satu seni yang mengekspresikan nilai batin secara indah melalui gerak badan dengan adanya mimik untuk mengungkapkan maskud, perasaan serta pikiran. Dalam seni tari, tenaga sangat diperlukan untuk menampilkan kreatifitas dengan rasa dan emosi. Sehingga gerakan tari akan membangkitkan kesan mendalam jika diatur dan dikendalikan dengan tenaga yang sesuai dengan ritme irama.

Unsur – Unsur Pendukung dalam Pertunjukkan Tari

Dalam pertunjukkan tari, selain gerak dan tenaga ada unsur – unsur pendukung lainnya yang penting dan akan membuat makna atau nilai dalam pertunjukkan seni tari lebih tersampaikan. Adapun unsur – unsur pendukung tersebut meliputi:

Salah satu unsur pokok dalam pertunjukkan tari karena dengan gerakan baik kepala, muka, wajah, tangan, bola mata, pinggul hingga kaki tarian bisa memberikan makna dan nilai.

Properti yang dimaksud seperti halnya dalam tari piring yang memerlukan piring dan remahan kaca. Ini yang membedakan tarian satu dengan yang lainnya.

Iringan dalam sebuah pertunjukkan tari meliputi alat musik seperti rebana, gendang, gamelan, piano dan lainnya.

Unsur ini meliputi tatanan panggung mulai dari segi pencahayaan maupun letak dari properti lainnya.

BACA JUGA:  Beberapa Aplikasi Lucu dan Menghibur

Pertunjukkan seni tari tidak akan lengkap jika tidak memiliki tata busana, karena denga busana seperti baju, celana, selendang dan lainnya, para penonton akan tahu makna tari tersebut dan tentunya sebagai penyempurna dari sebuah pertujukkan.

Unsur pendukung ini meliputi alat make up mulai dari lipstick, bedak, dan lainnya yang nantinya akan menciptakan nuasa pertunjukkan yang sempurna.

Fungsi dari Tata Rias dan Busana

Sesuai dengan judul kita yang mengenai fungsi dari tata rias dan busana dalam pertunjukkan tari, berikut adalah fungsinya.

Adapun fungsi dari tata rias adalah sebagai berikut:

  • Menambah nilai keindahan karya tari.
  • Menambahkan efek gerak pada seorang penari dengan ekspresi wajahnya.
  • Menyempurnakan tampilan wajah penari.
  • Menunjukkan karakter atau watak penari.

Dan fungsi tata busana dalam pertunjukkan tari, yakni:

  • Menambah nilai estetika dan etika.
  • Mempermudah penari dalam mengeluarkan ekspresi.
  • Menghidupkan peran atau karakter dari penari.
  • Memperjelas tema dari tarian yang dibawakan.

Itulah sedikit ulasan mengenai fungsi dari tata rias dan busana dalam pertunjukkan tari. Semoga bermanfaat dan dapat menambah informasi untuk kita semua.