Jelaskan penyebab Jepang sebagai negara yang sering mengalami bencana gempa bumi

tirto.id - Gempa kembali terjadi di Jepang, di beberapa kota sekaligus pada Minggu (6/10/2019) dan Senin (7/10/2019). Gempa terjadi di Sapporo dengan kekuatan 3,9, Kagoshima (4,9 m), Shinhidaka (3,9 m), Sugoshima (4,6 m), Amagi (4,9 m), Naha (3,9 m).

Sebelumnya, Earthquake USGS melansir, gempa juga terjadi di beberapa daerah di Jepang pada tanggal 2 dan 3 Oktober, seperti di Iwate (4,7 m), dan Hachijo-Tokyo (4,4 m).

Gempa sering terjadi di Jepang, karena Jepang berada di area yang disebut Cincin Api Pacific, wilayah dilalui oleh lempengan api bawah permukaan bumi.

Cincin api tersebut berbentuk seperti sepatu kuda, yang mengikuti pelek di Samudra Pasifik dan sering kali menjadi penyebab gempa bumi dan erupsi volkanis di wilayah di atasnya.

Lempeng tektonik di cincin api ini sering bertumbuk dan bertabrakan. Lapisan cadangan api di atasnya sering mencuat atau bergoncang ketika lempeng bergerak dan bertabrakan.

Lempeng-lempeng tersebut bergerak dan berinteraksi satu sama lain, entah bertubrukan, memisah, dan menumpuk. Hal-hal tersebut membuat lapisan tanah yang berada di atasnya juga ikut bergerak, pergerakan inilah yang disebut gempa.

Dilansir Livescience, Jepang berada di atas lempeng Pasifik dan lempeng Laut Filipina. Kedua lempeng ini sangat aktif dibandingkan dengan lempeng-lempeng lainnya di dunia. Jepang adalah negara kepulauan dan titik gempa di lepas pantai sehingga memicu timbulnya tsunami.

Rata-rata gempa yang terjadi di Jepang berkekuatan 7 magnitudo (kekuatan itensitas gempa). Pada kekuatan 0 m, getaran sama sekali tidak terasa. Kekuatan 1 M dapat dirasakan oleh beberapa orang dalam ruangan.

Kekuatan 3 M, orang di dalam ruangan dapat merasakan dan kemungkinan aliran listrik ikut terguncang. Pada kekuatan 4 M dapat mengejutkan orang karena guncangannya terasa, mampu mengguncang ringan benda-benda di atas ruangan.

Sementara itu 5 M menyebabkan guncangan, benda-benda terjatuh dari tempatnya, orang-orang sulit berpegangan pada benda, dan bangunan seperti tembok mulai tidak kuat menahan jaringan satu sama lain.

Kekuatan 6 M menyulitkan orang bergerak dengan kaki (berjalan, berlari), dan tembok dapat rubuh, serta benda-benda bergerak dari tempatnya dan kemungkinan akan pecah, hancur. Pada kekuatan 7, orang sudah sulit untuk bertindak seperti kemauan dan kesadarannya, dan benda-benda dalam ruangan berhamburan ke segala arah, dan beberapa bangunan rubuh.

Jelaskan penyebab Jepang sebagai negara yang sering mengalami bencana gempa bumi

Infografik Gempa Jepang. tirto.id/Fuadi

Efek riil juga bergantung pada jarak wilayah dari pusat gempa, Real Estate Tokyo melansir. Karena gempa sering terjadi di wilayah ini, pemerintah dan penduduk Jepang memiliki persiapan sangat baik dalam menghadapi gempa dan tsunami untuk meminimalisir korban jiwa dan kerusakan.

Telegraph mewartakan, pendidikan menghadapi gempa, tsunami, dan banjir sudah diajarkan sejak sekolah dasar.

Setiap bulan mereka dilatih peka terhadap alarm peringatan bencana dan bersembunyi di bawah meja hingga gempa berakhir untuk dalam ruangan. Saat berada di luar ruangan, mereka akn berlari ke ruang terbuka yang tidak memiliki atap atau benda apapun yang dapat menimpa.

Pemerintah memfasilitasi sekolah-sekolah dengan alat simulasi gempa dan setiap sekolah memiliki ruang penyimpanan yang dapat digunakan siswa untuk mengamankan diri.

Mereka diajarkan untuk tetap diam di tempat dengan tenang hingga ada orang dewasa yang menghampiri mereka.

Selain pendidikan, sistem bangunan juga dibuat tahan gempa, yaitu dengan penanaman fondasi yang dalam dan teknologi peredam getar untuk keamanan bangunan.

Teknologi bangunan lainnya adalah dengan membuat fondasi sedikit fleksibel sehingga dapat bergerak mengikuti goncangan, sehingga meminimalisir kerusakan gedung.

Di bawah fondasi bangunan Jepang, biasanya tanah terlebih dahulu diencerkan sehingga meredam getaran dan sebagai penghalus gerakan agar tidak bertubruk.

Warga Jepang, kantor, dan sekolah-sekolah juga pada umumnya memiliki persediaan untuk keadaan darurat seperti air minum dalam botol, obat-obatan, makanan kering, perlengkapan tidur protabel untuk situasi genting yang mengharuskan mereka mengungsi.

Kembali melansir USGS, selain Jepang, Indonesia sebenarnya memiliki aktivitas gempa terbanyak di dunia, tetapi sering terjadi di laut sehingga penduduk tidak merasakan, dan atau terjadi dalam intensitas kecil sehingga tidak berdampak pada populasi manusia.

Baca juga:

  • Gelombang Panas dan Topan Faxai di Jepang, 2 Orang Meninggal
  • Di Balik Terpilihnya Jepang Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya

Baca juga artikel terkait GEMPA BUMI atau tulisan menarik lainnya Anggit Setiani Dayana
(tirto.id - asd/dip)


Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Kontributor: Anggit Setiani Dayana

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Oleh:

Dok. Britannica.com Dua bangunan penahan di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, timur laut prefektur Fukushima, Jepang, beberapa hari setelah gempa bumi dan tsunami 11 Maret 2011 yang melumpuhkan instalasi tersebut.

Bisnis.com, JAKARTA - Jepang belakangan kerap mengalami gempa bumi dengan skala besar. Misalnya gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,3 mengguncang Jepang Timur pada Rabu, 16 Maret 2022.

Berpusat di lepas pantai wilayah Fukushima di kedalaman 60 kilometer, gempa tersebut sempat berpotensi menimbulkan tsunami, mengutip Tempo.co.

Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, mengatakan pihaknya terus mengumpulkan informasi terkait perkembangan situasi tersebut.

“Kami berkomitmen untuk mengumpulkan informasi, melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan mereka yang terkena dampak gempa dan akan kami komunikasikan informasi secara tepat kepada publik," ujarnya..

Gempa yang terjadi di Jepang tampaknya tidak hanya sekali ini saja. Japan Meteorological Agency (JMA) mencatat ada sekitar 5.000 gempa bumi kecil yang terjadi di Jepang setiap tahun. Kekuatannya pun bervariasi, mulai dari magnitudo 3,0 hingga 5, atau bahkan lebih. Terletak di zona seismik dan vulkanik paling aktif di dunia, tak ayal Jepang sering diguncang gempa bumi dan aktivitas vulkanik.

Dilansir dari Live Science, gempa yang kerap terjadi di Jepang disebabkan oleh letak geografisnya yang berada di area “Cincin Api Pacific”. Wilayah ini dilalui oleh lempengan api di bawah permukaan bumi.

Baca Juga : Gempa Guncang Jepang, 4 Tewas dan Ketinggian Tsunami Satu Meter

Disebut “cincin” karena zona ini sebenarnya berbentuk tapal kuda imajiner yang mengikuti tepi Samudera Pasifik. Negara-negara yang berada di zona tersebut, termasuk Indonesia, akan banyak mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi.

Lempeng Pasifik dan lempeng laut Filipina diketahui sebagai lempeng paling aktif dibandingkan lempeng-lempeng lainnya di dunia. Di mana posisi negara Jepang berada di atas kedua lempeng tersebut.

Mengingat Jepang adalah negara kepulauan dan sering kali titik gempa bumi berapa di lepas pantai sehingga hal itu memicu timbulnya tsunami.

Seorang ahli Geofisika dari USGS California, Douglas Given, menjelaskan di dalam Cincin Api Pacific terdapat beberapa lempeng tektonik yang berpotensi akan saling bertumbuk atau bertabrakan.

“Permukaan bumi terbagi sekitar 12 atau lebih potongan besar yang semuanya bergerak dan saling berinteraksi di tepi mereka,” ujarnya.

Guna memantau informasi gempa bumi, Japan Meteorological Agency mengoperasikan jaringan pengamatan gempa yang terdiri dari sekitar 200 seismograf dan 600 meter intensitas seismik.

Alat ini berfungsi mengumpulkan data terkait potensi terjadinya gempa bumi. Dengan begitu, masyarakat dapat melakukan antisipasi lebih dini melalui peringatan yang dikeluarkan. Selain itu, pemerintah Jepang juga gencar melakukan edukasi terkait bencana gempa bumi kepada warganya.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Source: tempo.co

Editor: Hafiyyan