Adi Prasetijo disadur dari tulisan ‘Ruth Benedict’, hal. 78-87, Jerry D. Moore, Visions of Culture : an Introduction to Anthropological Theories and Theorists, Altamira Press (2009) Ruth Benedict, Ilmuwan Sosial Perempuan Yang Tangguh Ruth Benedict mendapatkan pendidikan yang kuat di Vassar College, sebuah sekolah terkenal di thn 1880. Sebuah sekolah yang bertujuan untuk mendidik wanita agar sejajar dengan laki-laki. Awalnya, Ruth Benedict tertarik kepada bidang kesastraan dan puisi. Pada masa selanjutnya ia menerbitkan puisi dalam berbagai majalah puisi dan jurnal. Pengalamannya dengan berbagai kritik analisis sastra nantinya berpengaruh kepada ke-antropologiannya. Pada tahun 1914, ia menikah dengan Stanley Benedict dan bercerai beberapa tahun kemudian. Pada umur 31 tahun, ia memasuki New School for Social Research. Setelah beberapa tahun kemudian ia mengambil program pasca sarjana dibawah supervisi Franz Boas di Columbia University dari tahun 1921 –1942. Boas mensupervisi disertasi Benedict yang berjudul “ The Concept of the Guardian Spirit in North America”. Disertasinya ini ditulis berdasar penelitian studi kepustakaan. Disertasinya ini mendiskusikan tentang implikasi budaya pada pengalaman keagamaan individu. Ia mencoba untuk melakukan pendekatan inovatif dalam mempelajari budaya melewati pemilihan keputusan yang dilakukan oleh individu. Pada tahun 1920-an, ia mengunjungi Amerika barat daya untuk melakukan penelitian (summer research). Antara lain daerah tersebut adalah Zuni (1924), Zuni dan Cochiti (1925), O’otam (Pima 1927), dan Mescalero Apache ( 1931). Penelitian Benedict di Zuni yang kemudian menjadi buku Pattern of Culture pada tahun 1934. Selama periode ini ia membangun ketertarikannya kepada kepribadian (personality) dan budaya. Pola Kebudayaan Tiga Pola Kebudayaan Benedict tidak hanya menceritakan prasangkanya tentang masyarakat tersebut, ia juga menawarkan generalisasi etnografi tentang perbedan nilai dari masyarakat yang berbeda. Ia meminjam istilah yang dikemukakan oleh Nietzche, yaitu Apollonian dan Dionysian. Kedua nama ini didasarkan atas nama yang dideskripsikan oleh Nietzche berdasarkan atas tragedy Yunani. Kemudian ia mengkontraskan konfigurasi kebudayaan masyarakat Zuni atau masyarakat Puebloan, dengan masyarakat Kwakiutl dan masyarakat Amerika Utara dengan meminjam istilah Nietzche itu. Ia membicarakan tentang 2 cara dalam melihat nilai-nilai yang ada. Dionysian merupakan nilai-nilai yang menghapuskan batas-batas kebiasaan dan batas eksistensi manusia untuk mencapai momen yang paling berharga dengan menembus di luar batas panca indra, agar dapat mencapai eksistensi yang lain. Ia melihat Dionysian dalam pengalaman personal dan ritual, adalah melalui pencapaian keadaan psikologi tertentu agar mencapai perbuatan yang dluar batas/berlebihan (excess). Analogi terdekat dengan apa yang ia lihat adalah emosi yang ia lihat dalam kedaan kemabukan dan ia nilai sebagai iluminasi dari kegilaan. Ia percaya bagian dari perbuatan di luar batas akan menuju kepada tempat yang bijak. Masyarakat Indian secara keseluruhan termasuk di Mexico, menurutnya adalah tipe yang Dionysian. Mereka dinilai dari semua pengalaman kekerasan, dimana semuanya berarti manusia mungkin memecahkan sensor rutin kebiasaan, dan semua pengalaman yang mereka alami akan diatribusikan sebagai nilai tertinggi. Apollonian tidak percaya akan hal ini dan selalu mempunyai ide yang tidak begitu berbeda dari alam seperti pengalaman yang mereka alami. Menurut Benedict, masyarakat Zuni atau Indian Puebloan adalah masyarakat yang bertipe Apollonian. Suatu masyarakat yang telah teratur dengan tatanan yang baik . Hal ini tercermin dalam tradisi mereka. Pengaruh akan kekuatan yang melawan tradisi dinilai tidak menyenangkan dan berusaha diminimalkan dan pranata mereka. Mereka juga mempunyai ketidakpercayaan atas perbutan yang berlebihan dan suka pesta pora. Bagi Benedict, masyarakat Indian daratan secara keseluruhan sebagian merupakan Dionysian atau menilai perbuatan yang berlebihan sebagai pelarian kepada kondisi eksistensi yang keluar dari panca indra. Walaupun dalam berbagai perbedaan dalam bahasa dan kebudayaan, ia melihat condong untuk mengkarakterkan masyarakat Indian pada perilaku Dionysian. Dengan beberapa bukti yang mencurigakan adalah ketika mempertanyakan visi di dalam individu dalam melewati puasa, merokok, dan mutilasi diri, dengan maksud mencoba untuk menembus kontak langsung dengan supernatural. Seperti seperangkat nilai inti yang dibentuk oleh praktek kebudayaan yang besar, kemudiuan menghasilkan pola kebudayaan. Oleh Ruth Benedict individu baginya tidak semua dapat menyesuaikan diri dengan pola kebudayaan yang ada dalam kehidupannya. Ia melihat konflik antara individu dan kebudayaan. Bagian akhir dari buku “Pattern of Culture” mengalamatkan permasalahan ini. Sifat manusia begitu lunak, teguran dari satu kebudayaan begitu eksplisit dan sangsi akan ketidak patuhan begitu kerasnya, dimana masyarakat luas tidak hanya menerimanya sebagai inti kebudayaan tetapi juga berasumsi bahwa pranata mereka merefleksikan kondisi ideal yang pokok. Benedioct beragumentasi bahwa deviasi/penyimpangan adalah konflik antara kepribadian individu dan nilai kebudayaan yang diberikan dan tidak merupakan dimensi yang benar-benar tunggal bagi semua orang. “Pattern of Culture” mengajukan konflik yang menarik antara individu dan kebudayaan di satu sisi, disisi yang lain kebudayaan adalah ekspresi dari inti nilai dimana hampir setiap orang mempelajari dan menyerapnya, disisi yang lain juga adalah kepribadian individu yang mencoba untuk mengartikan lain arti kebudayaan. Didalam “Pattern of Culture” terdapat tidak hanya nilai-nilai kebudayaan yang relatif, tetapi juga definisi dari penyimpangan. Buku Benedict ini merupakan buku text antropology yang membahas hubungan antara kebudayaan dan kepribadian. Penutup Ia juga menekankan pada kekuatan dari adat kebiasaan dan proses pembelajaran sebagai argumen untuk “melawan” alam dan berusaha untuk tidak membatasi kapasitas kemampuan manusia untuk mengubah. Namun Benedict merepresentasikan kebudayaan dengan redukdisionis dengan mengkarakterkan kebudayaan. Ia mencoba untuk menggunakan pola kebudayaan yang disimplikasikan, seperti pola kebudayaan yang Apollonian dan Dionysian. Dan pola kebudayaan ini yang menjadi konsep utamanya untuk menjelaskan perilaku individu atau pola penyebab perilaku. Bagaimanapun juga teori Benedict dalam “Pattern of culture”-nya merupakan representasi teori budaya yang pada waktu itu sifatnya baru, non evolusi, nonkomparatif dan nonbiologi. 0.000000 0.000000 |