Aransemen (bahasa Belanda: arrangement, bahasa Inggris: arrangement) adalah penyesuaian komposisi musik dengan nomor suara penyanyi atau instrumen lain yang didasarkan pada sebuah komposisi yang telah ada sehingga esensi musiknya tidak berubah.
Di samping itu aransemen merupakan usaha yang dilakukan terhadap sebuah karya musik untuk suatu pergelaran yang pengerjaannya bukan sekadar perluasan teknis, tetapi juga menyangkut pencapaian nilai artistik yang dikandungnya.[1] Orang yang membuat aransemen lagu disebut penata musik (bahasa Inggris: arranger). Modal dasar yang harus dimiliki seorang pengaransemen adalah penguasaan pengetahuan tentang harmoni.
Aransemen terdiri dari tiga jenis: aransemen vokal, aransemen instrumen, dan aransemen campuran.
Setiap lagu dapat dibuatkan aransemen khusus vokal, yaitu dalam dua suara, tiga suara, atau empat suara.[2] Aransemen vokal dalam dua suara adalah aransemen lagu yang paling mudah. Penyusunan aransemen vokal dalam tiga dan empat suara memerlukan lebih banyak persyaratan.[2] Setelah aransemen lagu selesai disusun, lagu tersebut dicoba untuk dinyanyikan secara bersama-sama. Apabila aransemen masih dirasa kurang baik atau kurang memuaskan, maka aransemen tersebut dapat disusun kembali hingga didapat hasil akhir yang memuaskan.
Penyusunan aransemen instrumen sangat berbeda dengan aransemen vokal. Aransemen instrumen harus disesuaikan dengan alat-alat musik yang nantinya dipakai untuk memainkan lagu tersebut. Semakin lengkap alat musik yang digunakan, semakin banyak pula kemungkinan variasi yang dapat diciptakan.[2] Penyusunan aransemen instrumen berpedoman pada pengetahuan ilmu harmoni dan akord.
Bagian-bagian dari suatu aransemen musik dikenal dengan istilah partitur (bahasa Belanda: Partituur, bahasa Italia: partitura, bahasa Inggris: part, dan bahasa Prancis: parte). Dalam aransemen instrumen, kebanyakan partitur dimainkan bergantian tugas, sedangkan dalam aransemen vokal pada umumnya semua partitur umumnya berbunyi bersamaan.
Aransemen campuranAransemen campuran adalah campuran aransemen vokal dan instrumen.[2] Teknik yang dilakukan adalah menggabungkan dua jenis aransemen yang telah ada. Pada aransemen campuran, umumnya ditonjolkan aspek vokalnya, sementara instrumen berfungsi sebagai pengiring sekaligus memeriahkan, sehingga pertunjukan yang disajikan bertambah sempurna. Seorang dirigen/konduktor berfungsi sebagai pemimpin yang mengendalikan keseimbangan dalam menampilkan aransemen yang telah disusun.[2]
Musik tradisional secara umum dapat diartikan sebagai seni budaya yang sejak lama turun-temurun telah hidup dan berkembang di daerah tertentu (Tumbijo dalam tim Kemdikbud, 2017). Musik ini tersebar hampir di seluruh pelosok negeri dan setiap daerahnya mempunyai ciri khas yang berbeda pula. Sementara itu, Purnomo (2010) menyatakan bahwa seni musik tradisional adalah musik yang lahir, tumbuh dan berkembang di seluruh wilayah kepulauan (Indonesia) dan merupakan kebiasaan turun-temurun yang masih di jalankan dan di pelihara oleh masyarakatnya hingga sekarang. Dapat disimpulkan bahwa musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah atau wilayah tertentu dan dilakukan serta dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakatnya. Adapun ciri-cirinya akan disampaikan pada pemaparan di bawah ini. Ciri Ciri Musik TradisionalMusik tradisional memiliki karakteristik khas, baik dari segi melodi, aransemen khas. Musik jenis ini tidak ditulis atau didokumentasikan dan diturunkan dengan cara lisan. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah ciri-ciri musik tradisional Menurut tim Kemdikbud (2017, hlm. 6).
Selain 4 ciri di atas, berikut adalah beberapa ciri-ciri lain yang menandakan suatu musik menjadi seni musik tradisional.
Fungsi Musik TradisionalBagi masyarakat Indonesia secara umum ada enam fungsi musik tradisional: (a) sarana upacara adat (ritual); (b) pengiring tarian; (c) sarana hiburan; (d) sarana komunikasi; (e) sarana pengungkapan diri; (f) sarana ekonomi (tim Kemdikbud, 2017, hlm. ). Selain itu, menurut Meriam dalam (Sarapang, 2013, hlm. 22) terdapat beberapa fungsi musik tradisional dalam kehidupan masyarakat sebagai berikut ini.
Jenis Musik TradisionalPengelompokan jenis musik tradisional pada umumnya terkait dengan kedudukan musik tersebut pada acara, kegiatan, atau upacara adat tradisi tertentu. Setiap daerah, budaya, etnis atau suku bangsa memiliki corak-corak musik untuk perayaan adat tradisi sesuai ragam musik khas masing-masing. Oleh karena itu pembagian jenis musik tradisional dapat dibagi menjadi:
Selain itu, jenis musik tradisi juga dapat mengacu pada pembagian masing-masing budaya musik antardaerah seperti pada berbagai musik tradisional nusantara yang di antara lain adalah sebagai berikut. Contoh Seni Musik Tradisional Indonesia
Berbagai jenis musik tradisional nusantara di atas tentunya memiliki berbagai instrumen atau alat musik tradisional yang khusus pula. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pemaparan mengenai alat musik tradisional. Pengertian Alat Musik TradisionalAlat musik tradisional adalah alat musik yang berasal dari getaran alat musik itu sendiri, bukan rekayasa elektronik yang diciptakan dan dibuat untuk memainkan musik tradisi (Kemdikbud, 2017, hlm. 19). Secara garis besar, ragam alat musik tradisional dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu alat musik petik, tiup, gesek, pukul, tepuk dan goyang. Berikut adalah beberapa contoh alat musik tradisional Indonesia berdasarkan cara memainkannya. Contoh Alat Musik Tradisional IndonesiaAlat musik tradisional petikAlat musik tradisional petik terdiri dari dua unsur pokok, yaitu tali yang dipetik dan ruang resonansinya untuk menggaungkan bunyi petikan. Bahan dan bentuknya bermacam sesuai kekhasan daerah masing-masing. Contoh alat musik tradisional petik antara lain:
Alat musik tradisional tiupPada dasarnya alat musik tradisional tiup memiliki lobang tiup dan ruang resonansi untuk menggaungkan bunyi tiupannya. Adapun bahan alat musik tiup bisa bahan alam atau bahan buatan yang dibentuk dari bahan alam. Bahan alam misalnya aneka macam bentuk seruling bambu sebagai berikut.
Sedangkan bahan buatan dari alam biasanya berupa seruling mirip terompet terbuat dari kayu dan bahan penolong lainnya sebagai sumber getar seperti:
Alat musik tradisional gesekAlat musik tradisional gesek pada dasarnya terdiri dari dua unsur pokok, tali yang digesek dan ruang resonansi untuk menggaungkan bunyi gesekan dengan alat geseknya. Contoh alat musik tradisional gesek adalah sebagai berikut:
Alat musik tradisional pukulAlat musik tradisional pukul pada dasarnya berupa sesuatu yang apabila dipukul berbunyi dan jika dikomposisikan dapat menimbulkan suara musikal. Alat musik pukul dapat dibedakan dari bahan yang digunakan untuk membuat alat. Pertama, bahan alat musik dari alam langsung tanpa bahan penolong misalnya bambu atau kayu yang beresonansi atau bergaung sesuai bunyi pukulan, contohnya adalah:
Alat musik berbahan kayu dengan atau tanpa ruang resonansi namun memiliki titi nada misalnya adalah sebagai berikut:
Alat musik pukul berbahan penolong kulit misalnya:
Alat musik berbahan logam misalnya:
Alat musik tradisional tepukUmumnya alat musik tradisional tepuk mengandung unsur kulit sebagai sumber getar dan ruang resonansi penggaung bunyi. Contohnya adalah aneka macam gendang dan tifa merupakan jenis alat musik tradisional yang ditepuk. Namun ada pula alat musik yang sebenarnya perangkat petik tetapi pada kenyataannya cara memainkannya ditepuk, yaitu guoto dari Papua. Karinding dari Jawa Barat mengesankan alat musik tiup, tetapi sebenarnya cara memainkannya adalah dengan ditepuk, dan mulut kita menjadi ruang resonansinya. Alat musik tradisional goyangAlat musik tradisional goyang tentunya adalah alat musik yang dimainkan dengan cara digoyangkan. Contoh alat musik tradisional goyang adalah aneka macam angklung dan marakas. Fungsi Alat Musik TradisionalMenurut tim Kemdikbud (2017, hlm. 23) fungsi alat-alat musik tradisional adalah sebagai berikut.
Referensi
|