Jelaskan akibat dari kebiasaan duduk dengan sikap duduk yang salah

Oleh:

warosu.org Posisi duduk salah (kiri), posisi duduk benar (kanan)

Bisnis.com, JAKARTA-- Kerap merasa pegal di leher, bahu, punggung dan pinggang?

 Itu gejala gangguan otot, sendi dan tulang atau muskuloskeletal. Tanpa disadari, terkadang tubuh terasa begitu lelah walau hanya duduk berjam-jam.

 Pegal yang timbul menjadi sinyal bahwa ada kesalahan yang Anda lakukan. 

Ketua Perhimpunan Dokter Rehabilitasi Medik (Perdosri), Luh Karunia Wahyuni, mengatakan bila posisi duduk sudah benar, duduk tanpa jeda selama 7 jam pun tak akan membuat Anda merasa sakit.

Pasalnya, posisi duduk telah disesuaikan dengan fisiologis tubuh, sehingga tak heran gangguan muskuloskeletal yang paling banyak dikeluhkan antara lain nyeri di bagan bawah pinggang atau low back pain dan nyeri di leher. 

"Kalau duduknya benar, 7 jam juga kuat. Kalau baru duduk sebentar, terus udah berubah begitu ya sudah rusak kontur tulang belakangnya," ujarnya di Jakarta, belum lama ini.

Huruf C

Saat merasa pegal, katanya, masyarakat biasanya justru terjebak kepada posisi salah lainnya. Sebagai contoh, dia menyebut menyandarkan kepala sampai posisi tulang belakang membentuk huruf C. 

Padahal, saat duduk, seharusnya punggung berada di posisi tegak. Hal ini, tutur Luh, sangat berbahaya. Bila dilakukan perulangan tulang belakang  tak akan kembali ke kontur aslinya. 

Secara alami, tubuh akan membentuk posisi permanen setelah suatu kondisi diulang hingga 300.000 kali. Sayangnya, rasa pegal yang dirasakan di bagian leher dan punggung justru akan terus-menerus mendorong tubuh untuk melakukan pengulangan posisi yang salah.

Alhasil, gangguan seperti lordosis akibat bagian perut yang terlalu ke depan, punggung yang membungkuk atau kifosis hingga tulang belakang yang membentuk huruf S atau skoliosis terjadi.

Untuk memulihkannya, katanya, harus mengulang posisi yang benar jauh lebih banyak dari posisi yang salah. 

"Kalau ngulangnya sudah 300.000 pengulangan dan kalau udah sampai jutaan kali, untuk mengubahnya harus 1,5 juta kali. Makanya perlakukan tubuh dengan benar," katanya.

Keluhan

Keluhan akan muncul saat kemampuan adaptasi tubuh menurun. Bila tubuh normal saja masih dihantui oleh penyakit osteoporosis, kebiasaan bergerak tanpa mempedulikan fisiologis tubuh akan memperparah keadaan. 

"Biasanya keluhan muncul ubuh mengulangi kesulitan adaptasi. Mulai deh keluar keluhan," katanya.

Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, Ferius Soewito, mengatakan kebiasaan menggunakan posisi yang tak ergonomik akan membawa gangguan muskuloskeletal. Bagi pekerja kantoran, biasanya, tuturnya, pegal di leher, tulang belakang dan pergelangan tangan. 

Untuk mencegah hal ini terjadi, lebih baik mengecek kembali posisi tubuh saat mengerjakan kegiatan. Sebagai contoh, letak monitor yang harus berada sejajar dengan mata. Pasalnya, leher akan memiliki beban lebih banyak saat monitor tak berada sejajar.

"Jadi untuk kondisi ergonomik layar harus sejajar dengan mata," katanya.

Kursi pun harus mendukung posisi duduk yang benar. Usahakan, tambahnya, kursi mengikuti kontur tulang belakang. Bentuk kursi yang nyaman akan membantu Anda untuk terhindar dari posisi-posisi duduk yang salah.

"Diusahakan kursi menjaga kontur tulang belakang," katanya.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Salah satu penyebab risiko kesehatan yang kerap mengintai pekerja kantoran adalah posisi duduk yang salah. Mereka yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan duduk sembari menyelesaikan pekerjaan—apalagi berkutat dengan komputer—perlu benar-benar menjaga posturnya dengan benar.

Namun sebenarnya, seburuk apa risiko yang mengintai di balik posisi duduk yang salah dalam jangka panjang? Berikut adalah beberapa gangguan kesehatan yang dimaksud menurut beberapa ahli dan studi.

Kelelahan

Keluhan ini sangat lazim dialami, tetapi masih yang belum banyak benar-benar menyadari alasannya. Posisi duduk yang salah akan membuat tubuh membutuhkan energi lebih banyak dalam mempertahankan posisinya. Hal ini akan mengurangi kapasitas pernapasan hingga 30 persen.  Tak heran pula jika banyak yang mengalami rasa kantuk ‘tiba-tiba’ setelah bekerja dengan posisi duduk salah selama beberapa saat.

Sakit Kepala dan Leher

Melihat ke bawah sepintas merupakan aktivitas yang tidak melelahkan dibandingkan mendongak. Namun nyatanya, membungkuk dan melihat ke bawah menimbulkan ketegangan pada otot-otot posterior leher. Otot yang menegang ini pun akhirnya membuat leher terasa kaku dan sakit kepala. Maka dari itu, peralatan furnitur kantor yang ergonomis justru memiliki desain yang membuat arah pandangan mata terhadap komputer sejajar alih-alih menurun.

Nyeri Punggung Kronis

Saat duduk, anggota tubuh bagian bawah cenderung lebih pasif dibandingkan bagian atas. Ditambah lagi jika posisinya salah dan terjadi dalam jangka waktu panjang yang berulang-ulang, nyeri punggung kronis pun tidak akan terhindarkan. Selain itu, risiko tulang belakang yang degeneratif juga akan muncul. Degenerasi tersebut lama kelamaan pun dapat menekan urat dan saraf tulang belakang sehingga menimbulkan berbagai keluhan dan gangguan kesehatan lainnya.

Sistem Pencernaan Terganggu

Bergerak adalah salah satu cara untuk menjaga ritme dan kesehatan metabolisme. Sayangnya, metabolisme dapat terganggu karena posisi duduk yang salah tanpa banyak disadari. Metabolisme yang tidak dalam kondisi ideal tersebut pun akan menimbulkan beberapa gejala yang tidak mengenakkan seperti konstipasi.

Risiko Gangguan Kardiovaskuler Meningkat

Sebuah studi menemukan bahwa duduk sepanjang hari dengan posisi yang buruk mampu meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit kardiovaskuler hingga 147 persen. Salah satunya adalah serangan jantung. Pasalnya, posisi yang membungkuk akan menekan bagian jantung sehingga pasokan oksigen pun menjadi terhambat.

Stres Meningkat

Selain urusan pekerjaan, posisi duduk saat menyelesaikan pekerjaan tersebut juga bisa jadi sumber stres lainnya. Sistem saraf yang terganggu akan memperburuk pernapasan sehingga menimbulkan stres. Sebaliknya, posisi duduk tegak dengan arah dada yang terbuka membuat bernapas jadi lebih gampang sekaligus meningkatkan sekresi hormon yang membuat lebih berenergi.

Selain enam hal di atas, posisi duduk yang salah juga memicu penumpukan lemak, risiko diabetes, berubahnya bentuk tulang belakang, dan masih banyak lainnya. Jika dibiarkan terus menerus, bukan tidak mungkin komplikasi juga akan terjadi.

Cara Mengatasi Risiko Kesehatan Akibat Posisi Duduk
Jelaskan akibat dari kebiasaan duduk dengan sikap duduk yang salah

Cara sederhana untuk meminimalkan munculnya risiko tersebut adalah dengan menggunakan meja dan kursi kerja yang ergonomis. Perabot kerja yang menerapkan konsep ini akan mendukung kondisi kerja yang nyaman, aman, dan sehat. Memperhatikan hal ini akan memberi dampak besar baik bagi kesehatan mata, tubuh, maupun mental.

Menemukan mebel kantor yang ergonomis pun tidaklah susah. Namun, kualitas material dan keseluruhan produk juga perlu diperhatikan. Maka dari itu, pilihlah perabot kerja terbaik yang menawarkan fungsionalitas, estetika, dan kenyamanan seperti ragam produk VINOTI Office.

Jelaskan akibat dari kebiasaan duduk dengan sikap duduk yang salah

Rutinitas acap kali menjadi sumber kerugian bagi tubuh seperti kebiasaan tidur meringkuk dan duduk terlalu lama dengan posisi salah dapat memengaruhi posisi bagian tulang belakang. Kondisi tersebut dapat memicu penyakit skoliosis, kifosis, dan lordosis. Penyakit tersebut dapat menyerang anak di bawah umur hingga dewasa karena memang kebiasaan tersebut kerap kali tanpa disadari.

Dilansir dari Detik Health, generasi milenial saat ini kurang melakukan aktifitas tubuh yang melatih peregangan otot pada tulang sehingga kelenturan otot berkurang dan terjadi peradangan pada sendi yang menimbulkan penyakit skoliosis, kifosis, dan lordosis.

“Pengidap skoliosis memiliki tulang belakang yang cenderung melengkung ke kanan atau kiri dan bentuknya seperti huruf C atau S. Pengidap lordosis yaitu posisi tulang terlihat menjorok ke depan dengan dada membusung. Sedangkan pengidap kifosis yaitu posisi tulang melengkung ke dalam dan terlihat membungkuk,” jelas Hans Rudolf seorang Dokter Ahli Ortopedi Jerman.

Pendiri Schroth Best Practice (SBP) tersebut menambahkan, penyakit kelainan tulang tersebut menjangkit anak usia nol sampai tujuh tahun karena kelainan tulang, sedangkan remaja hingga dewasa disebabkan akibat kebiasaan buruk yang memengaruhi postur tubuh.

Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes), jurusan Ilmu Keperawatan, semester tiga, Saritun Zunurainil Mutiah menuturkan, faktor yang menyebabkan kelainan tulang belakang yaitu faktor genetik, gangguan saraf, cedera, hingga kebiasaan duduk atau tidur yang salah.

“Sebaiknya sebelum melakukan kegiatan dengan posisi monoton, terlebih dahulu lakukan peregangan agar sendi tubuh tidak kaku. Perbanyak minum air putih dan selalu konsumsi makanan yang mengandung zat besi serta vitamin D agar sel tulang tidak rapuh,” tutupnya.

(Rizka Amelia)