Salah satu cara ataupun metode yang digunakan untuk mengawetkan makanan ialah dengan teknik pasteurisasi. Tidak hanya mengawetkan makanan, pasteurisasi juga biasa digunakan untuk mematikan mikroorganisme yang ada dalam makanan atau minuman. Memang tidak semua mikroorganisme akan mati dalam proses pasteurisasi namun setidaknya dapat membasmi yang bersifat patogen dan tidak membentuk spora. Teknik pasteurisasi kini sudah banyak digunakan, baik oleh pabrik makanan dalam skala besar maupun usaha rumahan dalam skala sedang dan kecil. Hal ini karena teknik pasteurisasi dianggap efektif dan mampu membunuh organisme yang merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan khamir.
Advertisement
BACA JUGA
5 Manfaat Susu untuk Kesehatan dan Kecantikan Kulit Wajah 4 Metode Sterilisasi Botol Susu Bayi yang Perlu Diketahui Alternatif dari Susu, Ini 5 Manfaat Keju untuk Kesehatan yang Perlu Diketah...
Tidak mengherankan jika produk yang dihasilkan dari teknik ini juga sangat banyak, salah satunya ialah susu dan makanan kaleng. Untuk makanan kaleng, teknik pasteurisasi adalah sebuah tahapan wajib agar makanan yang ada didalamnya menjadi tahan lama dan tidak membusuk karena adanya mikroorganisme. Nah, untuk kamu yang penasaran dengan teknik pasteurisasi dan ingin tahu lebih banyak, bisa melihat ulasannya berikut ini. Fimela.com akan mengulas secara mendetail mengenai pasteurisasi sebagai proses pemanasan makanan, lengkap beserta metode dan produk yang dihasilkannya. Simak ulasan selengkapnya dibawah ini.
TERKAIT: 5 Penyebab Bulu Alis Rontok Akibat Kondisi Tubuh yang Jarang Diketahui TERKAIT: 4 Penyebab Kamar Mandi Mengeluarkan Bau Tidak Sedap yang Jarang Disadari TERKAIT: 5 Mimpi yang Menandakan Kehadiran Jodoh, Apakah Kamu Percaya? TERKAIT: Lirik Lagu Umpama Mimpi dalam Mimpi - Damasutra
Penggunaan panas untuk tujuan pengawetan baru diawali pada tahun 1800-an, yaitu ketika Napoleon Bonaparte menghadapi masalah untuk mensuplai makanan bagi tentaranya di medan perang. Nicolas Appert yang berhasil menciptakan metode pengawetan makanan tersebut, yaitu dengan cara memanaskan makanan di dalam wadah botol gelas. Cara yang dilakukannya sangat sederhana, yaitu ke dalam wadah gelas dimasukkan makanan, kemudian ditutup rapat. Setelah itu, wadah gelas berisi makanan tersebut direbus dalam air mendidih beberapa saat, lalu didinginkan. Dengan proses pemasakan seperti ini, ternyata makanan dalam wadah gelas tersebut tidak membusuk dan dapat awet beberapa bulan. Proses pemanasan makanan dalam gelas atau kaleng ini kemudian sering disebut sebagai proses Appertisasi (Appertization), sebagai penghargaan kepada Nicolas Appert sebagai penemunya. Sepuluh tahun kemudian, Peter Durand berhasil mengawetkan makanan dalam wadah kaleng. Pada tahun 1813, pabrik pengalengan makanan pertama berdiri di Inggris. Selanjutnya, dengan banyaknya permintaan terhadap makanan kaleng, industri pengalengan terus berkembang. Teknologi pengalengan makanan terus berkembang dan menjadi salah satu teknologi pengawetan pangan yang penting. Hal ini karena teknologi pengalengan mampu memperpanjang masa simpan produk pangan hingga beberapa bulan sampai beberapa tahun. Teknologi pengalengan telah diterapkan untuk pengawetan aneka ragam produk pangan, seperti daging olahan, buah-buahan, sayuran, susu, dan sebagainya. Demikian juga, jenis kemasan yang digunakan pun bervariasi, baik dari jenis (seperti kaleng, gelas, dan kantung rebus), ukuran maupun bentuk. Salah satu proses dalam penggunaan panas ialah proses pasteurisasi. Secara umum proses pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan yang relatif cukup rendah (umumnya dilakukan pada suhu di bawah 100 o C) dengan tujuan untuk mengurangi populasi mikroorganisme pembusuk, sehingga bahan pangan yang mengalami proses pasteurisasi tersebut akan mempunyai daya awet beberapa hari (seperti produk susu pasteurisasi) sampai beberapa bulan (seperti produk sari buah pasteurisasi). Sedangkan pendinginan bertujuan untuk menurunkan suhu produk setelah melewati proses pasteurisasi. Proses pasteurisasi di PT. Triteguh Manunggal Sejati, Banten, saat ini menggunakan tipe bak, sedangkan proses pendingin menggunakan tipe bak dengan dua tingkatan (pra-pendingin dan pendingin). Proses pasteurisasi dan pendingin di PT. Triteguh Manunggal Sejati, Banten yang akan diteliti untuk produk koko drink, dan jelly drink. Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan membunuh organisme merugikan seperti bakteri, protozoa, kapang, dan khamir dan suatu proses untuk memperlambatkan pertumbuhan mikroba pada makanan. Proses ini diberi nama atas penemunya Louis Pasteur seorang ilmuwan Prancis. Tes pasteurisasi pertama diselesaikan oleh Pasteur dan Claude Bernard pada 20 April 1862.
Tidak seperti sterilisasi, pasteurisasi tidak dimaksudkan untuk membunuh seluruh mikro-organisme di makanan. Bandingkan dengan appertisasi yang diciptakan oleh Nicolas Appert. Pasteurisasi bertujuan untuk mencapai "pengurangan log" dalam jumlah organisme, mengurangi jumlah mereka sehingga tidak lagi bisa menyebabkan penyakit (dengan syarat produk yang telah dipasteurisasi didinginkan dan digunakan sebelum tanggal kedaluwarsa). Sterilisasi skala komersial pada makanan masih belum umum, karena dapat mempengaruhi rasa dan kualitas dari produk. Produk yang bisa dipasteurisasi mencakup susu, anggur, bir, jus buah, cider (sari buah apel), madu, telur, minuman olahraga dan makanan kaleng Proses pemanasan minuman khususnya arak, telah dikenal di Tiongkok sejak 1117 M dengan tujuan supaya minuman dapat tahan lama. Proses tersebut kemudian dikenalkan di Jepang melalui catatan tertulis berjudul Tamonin-nikki, yang ditulis oleh sekelompok biksu bertahun 1568.[1] Selang beberapa abad kemudian pada 1768, penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Italia, Lazzaro Spallanzani membuktikan bahwa suatu produk dapat dibuat steril setelah melalui proses termal. Ia menguji coba pada kaldu daging yang direbus selama satu jam, kemudian wadahnya ditutup segera setelah mendidih. Hasilnya, kaldu daging tidak rusak dan bebas dari mikroorganisme.[2] Pada tahun 1795, seorang koki dan pembuat manisan asal Paris bernama Nicolas Appert - yang nantinya dikenal sebagai penemu proses sterilisasi pada makanan,[3] berhasil melakukan uji coba pengawetan terhadap beberapa bahan makanan diantaranya sup, sayuran, jus, produk susu, jeli, selai, dan sirup. Ia menempatkan makanan dalam stoples kaca yang ditutup menggunakan gabus dan lilin, kemudian menempatkannya dalam air mendidih.[4] Beberapa tahun kemudian, Nicolas Appert menerbitkan buku masak pertama mengenai metode pengawetan makanan modern berjudul The Art of Preserving Animal and Vegetable Substances.[5] pada tahun 1800-an, Louis Pasteur melakukan uji coba dengan memanaskan anggur pada waktu dan suhu yang tepat yang akan membunuh mikroorganisme berbahaya dalam anggur tersebut tanpa mengubah rasanya. Ia kemudian mematenkan proses tersebut dengan istilah pasteurisasi.[4]
Page 220 April adalah hari ke-110 (hari ke-111 dalam kalender kabisat) dalam kalender Gregorian.
19 April - 20 April - 21 April
|