Iptek dan agama harus berjalan beriringan agar tercipta

Assalamu'alaikum Wr. Wb, Hai teman-teman semua! Kali ini aku mau share beberapa ilmu nih, tentang pandangan Islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat seiring berjalannya zaman. Seperti yang kita ketahui, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan pernah berhenti berkembang. Makin digali pengetahuan tersebut, para ilmuwan akan terus menambah wawasan dan muncul dengan ide-ide yang baru lagi.

Dalam surat Al-'alaq, menceritakan bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia dari segumpal darah, yang mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Allah SWT menguasai seluruh alam semesta beserta isinya. Dia juga mengetahui semua yang tidak manusia ketahui. Allah SWT menciptakan alam semesta agar manusia dapat mengerti dan mempelajari apa yang telah diciptakan Nya. Tidak hanya beribadah kepada Nya, tetapi Allah SWT juga menyuruh hambaNya untuk menimba ilmu, yang mana mengejar ilmu adalah bagian dari ibadah.

https://pixabay.com/photos/quran-islam-book-holy-book-6114872/

Sebelum mendalami materi yang disebutkan, marilah kita mengetahui apa makna dari materi tersebut. Paradigma berarti sebuah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang memengaruhinya dalam berpikir. Sedangkan IPTEK adalah singkatan dari ilmu pengetahuan teknologi. Paradigma Qur'ani terhadap perkembangan IPTEK berarti sebuah pandangan menurut Al-qur'an terhadap perkembangan ilmu pengetahuan teknologi.

Seperti yang kita ketahui, IPTEK akan selalu berkembang seiring berjalannya zaman. Bagaimana sih pandangan Al-qur'an terhadap perkembangan IPTEK? Apa saja peran Al-qur'an terhadap IPTEK?

Banyak sekali ayat-ayat di dalam Al-Qur'an yang menyinggung tentang ilmu pengetahuan secara mendasar. Manusialah yang nantinya akan menggali dan mencari lebih dalam serta mengembangkan pengetahuan - pengetahuan yang tidak diketahui sebelumnya.

Terdapat berbagai macam pertentangan atas hubungan agama dan sains. Di mana, para ilmuwan barat mengatakan agama dan sains sangat bertentangan. Sebagai contoh, dalam Islam kita meyakini bahwa Allah SWT yang menciptakan manusia dari segumpal darah dan tanah, serta manusia pertama yang berada di bumi adalah Nabi Adam. Sedangkan menurut ilmu sains, manusia tercipta dari proses organisme dan manusia pertama di bumi adalah kera yang nantinya akan berevolusi membentuk manusia yang sempurna.

Pada dasarnya, Al-Qur'an merupakan kitab yang sempurna yang menjadi petunjuk bagi umat manusia yang beragama Islam maupun yang tidak. Haruslah bagi para ilmuwan, terutama ilmuwan muslim untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman atas pengetahuan - pengetahuan yang akan dikembangkan. Pandangan Islam tidak pernah bertentangan dengan perkembang IPTEK hingga sekarang. Bahkan, di dalam Al-Qur'an tersebutlah telah disediakan semua apa yang tidak manusia ketahui. Sesungguhnya Allah SWT Maha Tahu segalanya.

Menurut pandangan saya sebagai seorang muslimin, Allah SWT telah menciptakan Al-Qur'an agar umat Nya akan menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk jalannya. Banyak sekali ilmu-ilmu yang telah tertera di dalam Al-Qur'an. Manusia dituntut untuk membaca dan memahami isi dari Al-Qur'an tersebut niscaya manusia akan mengetahui apa yang tidak diketahuinya.

Kesimpulannya adalah pandangan Islam terhadap teknologi sudah hal yang lumrah. Bahkan, para ilmuwan Islam sudah mendalami tentang ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dahulu. Dalam perkembangan IPTEK juga harus didasarkan asas yang terdapat dalam Islam. Jadikanlah Al-Qur'an sebagai pedoman dalam menyebarkan ilmu apapun itu.

Sekian materi singkat yang dapat saya jelaskan. Semoga dapat menambah wawasan bagi teman-teman semua. Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Referensi : https://www.kompasiana.com/alfiubaidillah/5c1a316f43322f3547548463/pandangan-islam-terhadap-perkembangan-teknologi

https://media.neliti.com/media/publications/145504-ID-islam-sebagai-landasan-perkembangan-ilmu.pdf

https://www.pta-padang.go.id/detailpost/ayat-sains-dan-teknologi

(Jakarta Humas LIPI). Sebagian kalangan masyarakat Indonesia saat ini masih menganggap antara agama, budaya, dan iptek merupakan bagian terpisah dan saling meniadakan. Anggapan itu pun ditepis oleh Prof. Dr. Thomas Djamalludin, pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) saat berbicara dalam Seminar Nasional Agama, Budaya, dan Iptek: Tantangan Masa Depan pada Kamis (30/7) lalu, di Widya Graha LIPI Jakarta.

Dalam seminar yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (P2KK) LIPI tersebut, Thomas melihat kondisi kekinian antara agama, budaya, dan iptek seharusnya tidak menimbulkan pertentangan karena ketiganya bisa saling mendukung. Artinya, agama dan budaya diharapkan saling memberi dukungan dalam perkembangan iptek, begitu pula sebaliknya. Sebagai contoh bahwa Al Quran bisa mewarnai perkembangan Iptek melalui kandungan di dalamnya, kata Thomas yang saat ini juga menjabat sebagai Kepala LAPAN.

Dirinya menyoroti permasalahan yang menjadi sumber perdebatan adalah tafsir dari Al Quran dan sains. Hal ini karena pada proses penafsiran sangat ditentukan oleh siapa yang menafsirkannya dan penafsiran dapat berubah tergantung zaman dan wawasan yang dimiliki penafsir tersebut.

Menurutnya, di sinilah pentingnya mendialogkan antara tafsir sains dan tafsir Al Quran karena keduanya saling menginspirasi untuk perkembangannya. Tidak ada yg harus dipertentangkan antara agama dan perkembangan sains, tukasnya.

Senada, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain saat membuka seminar mengatakan bahwa agama, budaya, dan iptek adalah tiga hal terkait yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena tidak ada ruang kosong di antaranya. Tantanganya adalah ketika ketiganya juga menjadi akar perdebatan apakah akan saling mendorong atau justru meniadakan satu sama lain , ungkapnya.

Dikatakan Iskandar, manusia butuh agama karena mengikuti panggilan terdalam dari nuraninya; manusia berbudaya sebagai ekspresi perilaku dan gaya hidup yang menandai capaian peradabannya; manusia juga berkarya melahirkan iptek dan temuan-temuan ilmiah terbaru, hasil imajinasi dan kemampuan daya nalarnya, guna memudahkan gerak hidupnya. Karenanya, hampir tidak ada dalam sisi manusia ruang kosong karena ketiganya merupakan keniscayaan yang tak akan pernah terbantahkan, tutupnya.

Sebagai informasi, seminar agama, budaya, dan iptek ini sendiri menghadirkan beberapa pembicara lainnya, seperti Prof. Dr. Endang Turmudi (LIPI), Prof. Dr. Muhammad Hisyam (LIPI), Dr. Muchlis M. Hanafi (Pusat Studi Quran), Dr. Haidar Bagir (Yayasan Madina Ilmu), dan Prof. Dr. Taufik Abdullah (LIPI). Seminar tersebut juga dihadiri sekitar 100 peserta, baik dari dalam dan luar LIPI. (lyr/ed: yos, pwd) Sumber : Humas LIPI

Sivitas Terkait : Endang Turmudi