Di bawah yang benar tentang salah satu karakteristik agama Islam yaitu sempurna adalah

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Karakter Agama Islam 

Pertama, Islam adalah agama yang lengkap dan integral. Artinya Islam dalam hal ini adalah syariat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah agama yang lengkap dimana tidak ada satu pun masalah yang luput darinya. Semua masalah umat manusia  telah diterangkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah baik secara rinci maupun global yang sangat umum dan hanya orang-orang yang jernih akalnya yang mampu untuk melihat dan mengistinbatkan hukum dari keglobalan nash tersebut. 

Hal ini sesuai dengan firman Allah ta'ala dalam surat al-An’am ayat 38 yang artinya “Tidaklah kami luputkan dalam al-Kitab suatu apapun” Imam al MâturÎdÎ menjelaskan dalam tafsirnya Ta’wÎlâtu Ahli as-Sunnah, bahwa dalam hal ini terdapat perbedaan penafsiran. Sebagian mufassirin menafsirkan ayat tersebut bahwa tidak ada suatu pun yang kami (Allah ta'ala ) tinggalkan kecuali telah kami sebutkan asalnya dalam Al-Qur'an. Dan riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu berkata  : “ Kami tidak meninggalkan sesuatu pun kecuali telah kami tulis pada ummi al-Kitab yakni laukhu al-makhfudz.   

Imam al-Wahidi dalam tafsirnya al-Wajiz menyebutkan bahwa tidak ada yang kami alpakan dalam al-Kitab sesuatu yang menjadi hajat para hamba kecuali telah kami terangkan baginya, imma dengan penjelsan yang jelas atau dengan indikasi-indikasi, atau secera global atau juga secara rinci. Sebagaimana firman Allah ta'ala yang artinya “Dan telah Kami turunkan kepadamu al-Kitab sebagai penjelas bagi segala sesuatu.” (An-Nahl : 89). Yakni bagi segala sesuatu yang dibutuhkan dari masalah-masalah agama. 

Disamping itu, Islam juga bersifat integral. Di mana Islam mengurusi kehidupan manusia baik secara individual maupun sosial kemasyarakatan. Mulai dari urusan kecil pribadi sampai urusan besar pemerintahan dan kekuasaan negara. Jadi, orang yang sering mengkampanyekan pemisahan antara negara dan agama, bisa jadi dalam dirinya terdapat kemunafikan atau mungkin karena kedangkalan ilmu yang ia miliki. 

Kedua, Islam memiliki karakteristik moderat atau pertengahan. Agama Islam yang hakiki adalah agama yang tidak terlalu exstrim dalam syariatnya maupun terlalu longgar. Islam ada di antara keduannya. Maka paslah tatkala Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu berkata “Hendaklah kalian berpegang kepada sikap pertengahan. Dengan sikap ini, orang yang tertinggal harus menyusul dan orang yang berlebihan harus kembali mundur.” 

Contoh dari sikap berlebihan adalah mudah mengkafirkan orang lain. Menambah-nambah ajaran Islam. dan lain sebagainya. Sedangkan contoh dari sikap longgar adalah suka mengabaikan ajaran agama Islam.  Sikap moderat inilah yang diinginkan oleh Allah ta'ala dalam firman-Nya yang artinya “ Demikianlah kami telah menjadikan kalian (umat islam) umat yang moderat agar kalian menjadi saksi atas perbuatan manusia.” (Al-Baqarah : 143). 

Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Jâmi’ li Ahkâmi al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah ta'ala selain telah menjadikan Ka’bah berada di tengah-tengah dunia, Allah ta'ala juga telah menjadikan umat ini sebagai umat pertengahan. Yakni Allah ta'ala tidak mengutus pada umat ini kecuali hanya satu nabi, dan Allah ta'ala juga telah menjadikan umat ini berada di atas umat-umat lainnya. Pertengahan bermakna adil, dan pada dasarnya hal-hal yang terpuji adalah pertengahan. Imam at-Turmudzi meriwayatkan dari Sa’id al Khudri radhiallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang ayat Allah ta'ala “ wa kadzâ lika ja’alnâkum ummatan wa satha..”  beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Adil/seimbang” 

sikap moderat yang dimiliki Islam inilah yang membedakan Islam dari keekstriman kaum nasrani yang sampai menjadikan nabi mereka sebagai tuhan atau anak Tuhan. Sikap moderat ini pula yang membedakan Islam dengan kesembronoan kaum Yahudi yang telah membunuh nabi-nabi mereka. Maka pesan Rasulallah shallallahu 'alaihi wa sallam yang harus kita pegang adalah “Sebaik-baik perkara adalah pertengahan.” 

Ketiga, Islam adalah kemudahan dan bukan kesulitan. Islam datang tidak untuk menyengsarakan umatnya. Islam datang tidak untuk membebani manusia dengan beban-beban berat. Allah ta'ala berfirman yang artinya : “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al Araf : 157) 

Islam datang adalah untuk menyempurnakan kekurangan risalah-risalan kenabian yang dahulu. Islam datang untuk menghapus syarait-syariat yang menyulitkan seperti syariat nabi Musa yang mengharuskan bunuh diri jika mau bertaubat dari syirik. Dan Islam datang untuk memberikan syariat yang belum perna diberikan kepada umat-umat sebelumnya.  


Page 2

Karakter Agama Islam 

Pertama, Islam adalah agama yang lengkap dan integral. Artinya Islam dalam hal ini adalah syariat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah agama yang lengkap dimana tidak ada satu pun masalah yang luput darinya. Semua masalah umat manusia  telah diterangkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah baik secara rinci maupun global yang sangat umum dan hanya orang-orang yang jernih akalnya yang mampu untuk melihat dan mengistinbatkan hukum dari keglobalan nash tersebut. 

Hal ini sesuai dengan firman Allah ta'ala dalam surat al-An’am ayat 38 yang artinya “Tidaklah kami luputkan dalam al-Kitab suatu apapun” Imam al MâturÎdÎ menjelaskan dalam tafsirnya Ta’wÎlâtu Ahli as-Sunnah, bahwa dalam hal ini terdapat perbedaan penafsiran. Sebagian mufassirin menafsirkan ayat tersebut bahwa tidak ada suatu pun yang kami (Allah ta'ala ) tinggalkan kecuali telah kami sebutkan asalnya dalam Al-Qur'an. Dan riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu berkata  : “ Kami tidak meninggalkan sesuatu pun kecuali telah kami tulis pada ummi al-Kitab yakni laukhu al-makhfudz.   

Imam al-Wahidi dalam tafsirnya al-Wajiz menyebutkan bahwa tidak ada yang kami alpakan dalam al-Kitab sesuatu yang menjadi hajat para hamba kecuali telah kami terangkan baginya, imma dengan penjelsan yang jelas atau dengan indikasi-indikasi, atau secera global atau juga secara rinci. Sebagaimana firman Allah ta'ala yang artinya “Dan telah Kami turunkan kepadamu al-Kitab sebagai penjelas bagi segala sesuatu.” (An-Nahl : 89). Yakni bagi segala sesuatu yang dibutuhkan dari masalah-masalah agama. 

Disamping itu, Islam juga bersifat integral. Di mana Islam mengurusi kehidupan manusia baik secara individual maupun sosial kemasyarakatan. Mulai dari urusan kecil pribadi sampai urusan besar pemerintahan dan kekuasaan negara. Jadi, orang yang sering mengkampanyekan pemisahan antara negara dan agama, bisa jadi dalam dirinya terdapat kemunafikan atau mungkin karena kedangkalan ilmu yang ia miliki. 

Kedua, Islam memiliki karakteristik moderat atau pertengahan. Agama Islam yang hakiki adalah agama yang tidak terlalu exstrim dalam syariatnya maupun terlalu longgar. Islam ada di antara keduannya. Maka paslah tatkala Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu berkata “Hendaklah kalian berpegang kepada sikap pertengahan. Dengan sikap ini, orang yang tertinggal harus menyusul dan orang yang berlebihan harus kembali mundur.” 

Contoh dari sikap berlebihan adalah mudah mengkafirkan orang lain. Menambah-nambah ajaran Islam. dan lain sebagainya. Sedangkan contoh dari sikap longgar adalah suka mengabaikan ajaran agama Islam.  Sikap moderat inilah yang diinginkan oleh Allah ta'ala dalam firman-Nya yang artinya “ Demikianlah kami telah menjadikan kalian (umat islam) umat yang moderat agar kalian menjadi saksi atas perbuatan manusia.” (Al-Baqarah : 143). 

Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Jâmi’ li Ahkâmi al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah ta'ala selain telah menjadikan Ka’bah berada di tengah-tengah dunia, Allah ta'ala juga telah menjadikan umat ini sebagai umat pertengahan. Yakni Allah ta'ala tidak mengutus pada umat ini kecuali hanya satu nabi, dan Allah ta'ala juga telah menjadikan umat ini berada di atas umat-umat lainnya. Pertengahan bermakna adil, dan pada dasarnya hal-hal yang terpuji adalah pertengahan. Imam at-Turmudzi meriwayatkan dari Sa’id al Khudri radhiallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang ayat Allah ta'ala “ wa kadzâ lika ja’alnâkum ummatan wa satha..”  beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Adil/seimbang” 

sikap moderat yang dimiliki Islam inilah yang membedakan Islam dari keekstriman kaum nasrani yang sampai menjadikan nabi mereka sebagai tuhan atau anak Tuhan. Sikap moderat ini pula yang membedakan Islam dengan kesembronoan kaum Yahudi yang telah membunuh nabi-nabi mereka. Maka pesan Rasulallah shallallahu 'alaihi wa sallam yang harus kita pegang adalah “Sebaik-baik perkara adalah pertengahan.” 

Ketiga, Islam adalah kemudahan dan bukan kesulitan. Islam datang tidak untuk menyengsarakan umatnya. Islam datang tidak untuk membebani manusia dengan beban-beban berat. Allah ta'ala berfirman yang artinya : “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al Araf : 157) 

Islam datang adalah untuk menyempurnakan kekurangan risalah-risalan kenabian yang dahulu. Islam datang untuk menghapus syarait-syariat yang menyulitkan seperti syariat nabi Musa yang mengharuskan bunuh diri jika mau bertaubat dari syirik. Dan Islam datang untuk memberikan syariat yang belum perna diberikan kepada umat-umat sebelumnya.  


Di bawah yang benar tentang salah satu karakteristik agama Islam yaitu sempurna adalah

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 3

Karakter Agama Islam 

Pertama, Islam adalah agama yang lengkap dan integral. Artinya Islam dalam hal ini adalah syariat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah agama yang lengkap dimana tidak ada satu pun masalah yang luput darinya. Semua masalah umat manusia  telah diterangkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah baik secara rinci maupun global yang sangat umum dan hanya orang-orang yang jernih akalnya yang mampu untuk melihat dan mengistinbatkan hukum dari keglobalan nash tersebut. 

Hal ini sesuai dengan firman Allah ta'ala dalam surat al-An’am ayat 38 yang artinya “Tidaklah kami luputkan dalam al-Kitab suatu apapun” Imam al MâturÎdÎ menjelaskan dalam tafsirnya Ta’wÎlâtu Ahli as-Sunnah, bahwa dalam hal ini terdapat perbedaan penafsiran. Sebagian mufassirin menafsirkan ayat tersebut bahwa tidak ada suatu pun yang kami (Allah ta'ala ) tinggalkan kecuali telah kami sebutkan asalnya dalam Al-Qur'an. Dan riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu berkata  : “ Kami tidak meninggalkan sesuatu pun kecuali telah kami tulis pada ummi al-Kitab yakni laukhu al-makhfudz.   

Imam al-Wahidi dalam tafsirnya al-Wajiz menyebutkan bahwa tidak ada yang kami alpakan dalam al-Kitab sesuatu yang menjadi hajat para hamba kecuali telah kami terangkan baginya, imma dengan penjelsan yang jelas atau dengan indikasi-indikasi, atau secera global atau juga secara rinci. Sebagaimana firman Allah ta'ala yang artinya “Dan telah Kami turunkan kepadamu al-Kitab sebagai penjelas bagi segala sesuatu.” (An-Nahl : 89). Yakni bagi segala sesuatu yang dibutuhkan dari masalah-masalah agama. 

Disamping itu, Islam juga bersifat integral. Di mana Islam mengurusi kehidupan manusia baik secara individual maupun sosial kemasyarakatan. Mulai dari urusan kecil pribadi sampai urusan besar pemerintahan dan kekuasaan negara. Jadi, orang yang sering mengkampanyekan pemisahan antara negara dan agama, bisa jadi dalam dirinya terdapat kemunafikan atau mungkin karena kedangkalan ilmu yang ia miliki. 

Kedua, Islam memiliki karakteristik moderat atau pertengahan. Agama Islam yang hakiki adalah agama yang tidak terlalu exstrim dalam syariatnya maupun terlalu longgar. Islam ada di antara keduannya. Maka paslah tatkala Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu berkata “Hendaklah kalian berpegang kepada sikap pertengahan. Dengan sikap ini, orang yang tertinggal harus menyusul dan orang yang berlebihan harus kembali mundur.” 

Contoh dari sikap berlebihan adalah mudah mengkafirkan orang lain. Menambah-nambah ajaran Islam. dan lain sebagainya. Sedangkan contoh dari sikap longgar adalah suka mengabaikan ajaran agama Islam.  Sikap moderat inilah yang diinginkan oleh Allah ta'ala dalam firman-Nya yang artinya “ Demikianlah kami telah menjadikan kalian (umat islam) umat yang moderat agar kalian menjadi saksi atas perbuatan manusia.” (Al-Baqarah : 143). 

Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Jâmi’ li Ahkâmi al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah ta'ala selain telah menjadikan Ka’bah berada di tengah-tengah dunia, Allah ta'ala juga telah menjadikan umat ini sebagai umat pertengahan. Yakni Allah ta'ala tidak mengutus pada umat ini kecuali hanya satu nabi, dan Allah ta'ala juga telah menjadikan umat ini berada di atas umat-umat lainnya. Pertengahan bermakna adil, dan pada dasarnya hal-hal yang terpuji adalah pertengahan. Imam at-Turmudzi meriwayatkan dari Sa’id al Khudri radhiallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang ayat Allah ta'ala “ wa kadzâ lika ja’alnâkum ummatan wa satha..”  beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Adil/seimbang” 

sikap moderat yang dimiliki Islam inilah yang membedakan Islam dari keekstriman kaum nasrani yang sampai menjadikan nabi mereka sebagai tuhan atau anak Tuhan. Sikap moderat ini pula yang membedakan Islam dengan kesembronoan kaum Yahudi yang telah membunuh nabi-nabi mereka. Maka pesan Rasulallah shallallahu 'alaihi wa sallam yang harus kita pegang adalah “Sebaik-baik perkara adalah pertengahan.” 

Ketiga, Islam adalah kemudahan dan bukan kesulitan. Islam datang tidak untuk menyengsarakan umatnya. Islam datang tidak untuk membebani manusia dengan beban-beban berat. Allah ta'ala berfirman yang artinya : “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al Araf : 157) 

Islam datang adalah untuk menyempurnakan kekurangan risalah-risalan kenabian yang dahulu. Islam datang untuk menghapus syarait-syariat yang menyulitkan seperti syariat nabi Musa yang mengharuskan bunuh diri jika mau bertaubat dari syirik. Dan Islam datang untuk memberikan syariat yang belum perna diberikan kepada umat-umat sebelumnya.  


Di bawah yang benar tentang salah satu karakteristik agama Islam yaitu sempurna adalah

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 4

Karakter Agama Islam 

Pertama, Islam adalah agama yang lengkap dan integral. Artinya Islam dalam hal ini adalah syariat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah agama yang lengkap dimana tidak ada satu pun masalah yang luput darinya. Semua masalah umat manusia  telah diterangkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah baik secara rinci maupun global yang sangat umum dan hanya orang-orang yang jernih akalnya yang mampu untuk melihat dan mengistinbatkan hukum dari keglobalan nash tersebut. 

Hal ini sesuai dengan firman Allah ta'ala dalam surat al-An’am ayat 38 yang artinya “Tidaklah kami luputkan dalam al-Kitab suatu apapun” Imam al MâturÎdÎ menjelaskan dalam tafsirnya Ta’wÎlâtu Ahli as-Sunnah, bahwa dalam hal ini terdapat perbedaan penafsiran. Sebagian mufassirin menafsirkan ayat tersebut bahwa tidak ada suatu pun yang kami (Allah ta'ala ) tinggalkan kecuali telah kami sebutkan asalnya dalam Al-Qur'an. Dan riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu berkata  : “ Kami tidak meninggalkan sesuatu pun kecuali telah kami tulis pada ummi al-Kitab yakni laukhu al-makhfudz.   

Imam al-Wahidi dalam tafsirnya al-Wajiz menyebutkan bahwa tidak ada yang kami alpakan dalam al-Kitab sesuatu yang menjadi hajat para hamba kecuali telah kami terangkan baginya, imma dengan penjelsan yang jelas atau dengan indikasi-indikasi, atau secera global atau juga secara rinci. Sebagaimana firman Allah ta'ala yang artinya “Dan telah Kami turunkan kepadamu al-Kitab sebagai penjelas bagi segala sesuatu.” (An-Nahl : 89). Yakni bagi segala sesuatu yang dibutuhkan dari masalah-masalah agama. 

Disamping itu, Islam juga bersifat integral. Di mana Islam mengurusi kehidupan manusia baik secara individual maupun sosial kemasyarakatan. Mulai dari urusan kecil pribadi sampai urusan besar pemerintahan dan kekuasaan negara. Jadi, orang yang sering mengkampanyekan pemisahan antara negara dan agama, bisa jadi dalam dirinya terdapat kemunafikan atau mungkin karena kedangkalan ilmu yang ia miliki. 

Kedua, Islam memiliki karakteristik moderat atau pertengahan. Agama Islam yang hakiki adalah agama yang tidak terlalu exstrim dalam syariatnya maupun terlalu longgar. Islam ada di antara keduannya. Maka paslah tatkala Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu berkata “Hendaklah kalian berpegang kepada sikap pertengahan. Dengan sikap ini, orang yang tertinggal harus menyusul dan orang yang berlebihan harus kembali mundur.” 

Contoh dari sikap berlebihan adalah mudah mengkafirkan orang lain. Menambah-nambah ajaran Islam. dan lain sebagainya. Sedangkan contoh dari sikap longgar adalah suka mengabaikan ajaran agama Islam.  Sikap moderat inilah yang diinginkan oleh Allah ta'ala dalam firman-Nya yang artinya “ Demikianlah kami telah menjadikan kalian (umat islam) umat yang moderat agar kalian menjadi saksi atas perbuatan manusia.” (Al-Baqarah : 143). 

Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Jâmi’ li Ahkâmi al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah ta'ala selain telah menjadikan Ka’bah berada di tengah-tengah dunia, Allah ta'ala juga telah menjadikan umat ini sebagai umat pertengahan. Yakni Allah ta'ala tidak mengutus pada umat ini kecuali hanya satu nabi, dan Allah ta'ala juga telah menjadikan umat ini berada di atas umat-umat lainnya. Pertengahan bermakna adil, dan pada dasarnya hal-hal yang terpuji adalah pertengahan. Imam at-Turmudzi meriwayatkan dari Sa’id al Khudri radhiallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang ayat Allah ta'ala “ wa kadzâ lika ja’alnâkum ummatan wa satha..”  beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Adil/seimbang” 

sikap moderat yang dimiliki Islam inilah yang membedakan Islam dari keekstriman kaum nasrani yang sampai menjadikan nabi mereka sebagai tuhan atau anak Tuhan. Sikap moderat ini pula yang membedakan Islam dengan kesembronoan kaum Yahudi yang telah membunuh nabi-nabi mereka. Maka pesan Rasulallah shallallahu 'alaihi wa sallam yang harus kita pegang adalah “Sebaik-baik perkara adalah pertengahan.” 

Ketiga, Islam adalah kemudahan dan bukan kesulitan. Islam datang tidak untuk menyengsarakan umatnya. Islam datang tidak untuk membebani manusia dengan beban-beban berat. Allah ta'ala berfirman yang artinya : “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al Araf : 157) 

Islam datang adalah untuk menyempurnakan kekurangan risalah-risalan kenabian yang dahulu. Islam datang untuk menghapus syarait-syariat yang menyulitkan seperti syariat nabi Musa yang mengharuskan bunuh diri jika mau bertaubat dari syirik. Dan Islam datang untuk memberikan syariat yang belum perna diberikan kepada umat-umat sebelumnya.  


Di bawah yang benar tentang salah satu karakteristik agama Islam yaitu sempurna adalah

Lihat Humaniora Selengkapnya