Ilustrasi YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah perajin batik di wilayah DIY cenderung menggunakan pewarna alami dalam proses pembuatan batik tulis karena selain ramah lingkungan juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Perajin batik dengan pewarna alami, Nurhaini, di Yogyakarta,Minggu mengatakan jika dirinya menyukai pembuatan batik tulis dengan pewarna alami ketimbang dengan warna kimia, selain bahan bakunya tergolong murah dan warna yang dihasilkan memilki daya tahan yang cukup lama. Di sela-sela kegiatan Jogja Export Expo, yang diselenggarakan di Jogja Expo Center (JEC) 27-31 Oktober 2010, ia mengatakan pilihan penggunaan pewarna alam karena pertimbangan bahan bakunya sangat mudah didapat. "Kami dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan, mulai dari buah, daun hingga kayu dan semuanya dapat menghasilkan warna batik yang memukau," katanya. Menurutnya, bahan baku untuk pewarnaan alami sangat mempengaruhi kualitas warna pada kain batik, khususnya untuk kualitas warnanya. "Misalnya warna yang dihasilkan dari buah manggis akan jauh lebih baik dan tahan lama daripada warna yang dihasilkan pada pewarna alam lainnya," katanya. Nurhaini juga mengatakan, jika sejumlah wistawan lokal lebih banyak meminati batik tulis dengan pewarnaan alam. "Hampir setiap bulan, daya beli wisatawan lokal terhadap batik tulis dengan pewarnaan alam ini sangat tinggi. Kami biasanya dalam satu bulan mampu menjual sekitar 100 potong batik tulis ini," katanya. "Sebagian besar wisatawan lokal yang meminati batik tulis ini adalah wisatawan asal Jakarta, Surabaya dan Bali serta ada juga dari Sumatra dan Kalimantan," kata Nurahaini. Hal senada juga dikatakan perajin batik tulis lainnya, Surtinah, yang menggunakan pewarna alami sebagai bahan pewarnaan batik.
JATIM | 31 Maret 2021 19:06 Reporter : Edelweis Lararenjana Merdeka.com - Batik adalah seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam. Batik merupakan salah satu bentuk seni kuno yang populer di Indonesia. Kain batik bahkan menjadi kain tradisional asal Indonesia yang telah mendunia dan diakui oleh banyak negara. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer pada akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan saat itu semuanya adalah batik tulis, yakni sampai awal abad XX. Jenis batik cap menyusul kemudian setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an. Sejak industrialisasi dan globalisasi, muncul lagi batik jenis baru yang disebut batik cap dan batik cetak. Untuk batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut dengan batik tulis. Proses pembuatan batik sendiri tak bisa dikatakan mudah. Terdapat banyak langkah yang harus dilalui. Dalam artikel ini, akan dibahas secara detail bagaimana proses pembuatan batik secara umum yang pastinya menarik untuk Anda ketahui. 2 dari 5 halaman
Teknik atau proses pembuatan batik adalah proses-proses pekerjaan dari permulaan, yaitu dari bahan mori batik sampai menjadi kain batik, dilansir dari buku Seni Kerajinan Batik Indonesia oleh Susanto & Sewan (1980). Pengerjaan dari mori batik menjadi kain batik dibagi menjadi 2 proses yaitu proses persiapan dan proses pembuatan batik. Proses persiapan merupakan rangkaian pengerjaan pada mori sehingga menjadi kain yang siap untuk dibuat batik. Pekerjaan persiapan ini meliputi Nggirah (mencuci) atau Ngetel, Nganji (menganji), dan Ngemplong (setrika, kalander). Proses pembuatan batik merupakan pengerjaan dalam pembuatan batik sebenarnya. Proses pembuatan batik secara umum biasanya melalui tahapan-tahapan berikut, yaitu: 3 dari 5 halaman
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainnya. Proses dan Istilah Pembuatan Batik Tulis:
4 dari 5 halaman
Tidak seperti batik tulis yang proses pembuatannya menggunakan canting, pada proses pembuatan batik cap alat yang digunakan yaitu cap (semacam stempel besar yang terbuat dari tembaga) yang sudah didesain dengan motif tertentu dengan dimensi 20cm X 20cm. Berikut adalah proses pembuatan batik cap:
Proses pembuatan batik cap ini lebih cepat dibandingkan dengan proses pembuatan batik tulis karena pembuatan motifnya dengan menggunakan cap (stempel) yang lebar. Bandingkan dengan batik tulis yang menggunakan guratan-guratan canting. 5 dari 5 halaman
Untuk membuat batik, bahan dan peralatan yang diperlukan adalah kain (material) yang diperbuat daripada sutera, kapas dan rayon/fuji (campuran kain polyester), lilin dan rozin, canting, warna (dyestuff), pemati warna dan serbuk soda. Proses membuat batik Lukis adalah:
Proses pembuatan kain batik tidak bisa dipisahkan dari yang namanya pewarnaan, salah satunya melalui proses pewarnaan dengan zat pewarna alami yang biasa diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti kayu, akar, daun, biji dan bunga. Sumber : https://www.tembi.net/ Sifat warna yang didapatkan dari Batik Warna Alam biasanya akan menghasilkan warna-warna kalem, lembut, dan menyerupai bahan alaminya. Meski varian warnanya tidak terlalu banyak, namun warna alami yang digunakan umumnya terbilang cukup unik dan khas jika dibandingkan dengan batik pewarna kimia. Sumber : http://batikalamnusantarapewarnalami.blogspot.co.id/ Pembuatan batik dengan pewarna alami diawali dengan membuat motif menggunakan pensil. Kemudian dilanjutkan dengan “nyorek” yaitu melukis motif menggunakan canting dan malam. Pada pembuatan batik cap proses “nyorek” diganti dengan menggunakan alat cap motif. Sumber : http://harianbernas.com/ Proses berikutnya dilakukan tahap pembasahan dengan menggunakan larutan TRO, semacam bahan pelengkap dalam pembuatan batik yang berbentuk serbuk putih seperti layaknya deterjen. Setelah melalui tahap pembasahan, bahan kain langsung dilanjutkan dengan pewarnaan menggunakan pewarna alami. Sumber : https://news.detik.com/ Untuk menciptakan batik dua warna dilakukan tahap pewarnaan sebanyak dua kali. Pewarnaan pertama disebut “medel” sementara pewarnaan kedua disebut “nyoga”. Pada tahap pewarnaan pertama kain mula-mula dicelupkan ke dalam pewarna alami. Kain yang sudah diwarnai selanjutnya dijemur atau dikeringkan dengan cara direntangkan. Setelah kering tahapan dilanjutkan dengan “nembok” yaitu menutup bagian-bagian tertentu pada motif untuk memberikan ruang warna baru pada pewarnaan kedua. Seperti halnya nyorek, nembok juga dilakukan dengan canting dan malam. Pembuatan batik dilanjutkan dengan pewarnaan kedua atau yang disebut “nyoga”. Kain dicelupkan ke dalam pewarna alami yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi dan efek warna yang baru. Nyoga dilakukan dengan cara yang hampir sama dengan medel, akan tetapi prosesnya diulang hingga tiga kali untuk memperkuat warna. Sumber : http://www.republika.co.id/ Pewarnaan diakhiri dengan mencelupkan kain ke dalam larutan fiksasi. Tujuan dilakukannya proses fiksasi adalah untuk mengunci dan menguatkan zat warna alam serta memberikan efek warna (arah warna) yang berbeda-beda sesuai dengan zat fiksasi yang digunakan.Jenis-jenis bahan fiksasi yang dapat digunakan pada proses membatik dengan bahan pewarna alami antara lain berupa:
Pada tahap penguncian warna dengan fiksasi, warna akhir kain batik sebenarnya belum terlihat sepenuhnya. Warna akhir batik baru akan muncul setelah kain direbus atau yang disebut “nglorod” untuk membersihkan sisa lilin malam yang menempel pada kain. Batik yang telah direbus kemudian dibersihkan dengan mencelupkannya ke dalam air yang telah ditambah soda abu untuk menghilangkan sisa lilin yang mungkin masih menempel. Setelah dijemur dan kering kain batik yang telah jadi siap untuk digunakan. Sumber : https://naningisme.wordpress.com/ Semoga bermanfaat. |