Contoh masyarakat majemuk yang terbentuk dari Faktor keadaan geografis

A. Pengertian Masyarakat Majemuk Menurut Para Ahli
1) John Sydenham Furnivall menyatakan bahwa masyarakat majemuk adalah suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen yang hidup sendiri- sendiri, tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam satu kesatuan politik.
2) Clifford Geertz menyatakan bawah masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang terbagi ke dalam subsistem-subsistem yang lebih kurang berdiri dan masing-masing subsistem terikat oleh ikatan-ikatan primordial.
3) Nasikun menyatakan bahwa suatu masyarakat bersifat majemuk sejauh masyarakat tersebut secara struktural memiliki subkebudayaan-subkebudayaan yang bersifat deverse yang di tandai oleh kurang berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat dan juga sistem nilai dari kesatuan-kesatuan sosial, serta sering munculnya konflik-konflik sosial.
4) Parsudi Suparlan menyatakan bahwa masyarakat majemuk atau plural society adalah sebuah masyarakat yang terwujud karena komuniti-komuniti suku bangsa yang ada telah secara langsung atau tidak langsung dipaksa untuk bersatu di bawah kekuasaan sebuah sistem nasional

B. Ciri-ciri masyarakat majemuk

1) Mempunyai struktur budaya lebih dari satu. 2) Nilai-nilai dasar yang merupakan kesepakatan bersama sulit berkembang. 3) Sering terjadi konflik-konflik sosial yang berbau SARA. 4) Struktur sosialnya lebih bersifat nonkomplementer. 5) Proses integrasi yang terjadi berlangsung secara lambat. 6) Sering terjadi dominasi ekonomi, politik, dan sosial budaya.

C. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Masyarakat Majemuk

1) Keadaan geografis. 2) Pengaruh kebudayaan asing. 3) Kondisi iklim yang berbeda.

D. Jenis dan Macam Masyarakat Majemuk

Menurut konfigurasi dari komunitas etnisnya, masyarakat majemuk dapat dibedakan menjadi empat kategori sebagi berikut :

1) Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang, yaitu masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas atau kelompok etnis yang memiliki kekuatan kompetitif seimbang.


2) Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan, yaitu masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas atau kelompok etnis yang kekuatan kompetitif tidak seimbang.
3) Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan, yaitu masyarakat yang antara komunitas atau kelompok etnisnya terdapat kelompok minoritas, tetapi mempunyai kekuatan kompetitif di atas yang lain, sehingga mendominasi politik dan ekonomi.

E. Struktur Masyarakat Majemuk

Struktur Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat majemuk. Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik.

1) Horizontal ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku-bangsa, perbedaan agama, adat serta perbedaan-perbedaan kedaerahan.


2) Vertikal struktur masyarakat Indonesia ditandai adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup dalam.

F. Karakteristik Masyarakat Majemuk


Dengan cara yang lebih singkat, Pierre L. van den Berghe menyebutkan beberapa karakteristik masyarakat majemuk, sebagai berikut: 1) Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok  yang seringkali memiliki subkebudayaan yang berbeda satu sama lain. 2) Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer. 3) Kurang mampu mengembangkan konsensus di antara para anggota-anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar. 4) Secara relatif sering kali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

5) Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi.

6) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain

G. Konfigurasi Etnis Masyrakat Majemuk


Dr. Nasikun menyatakan bahwa berdasarkan konfigurasinya, masyarakat majemuk dapat dibedakan ke dalam empat kategori, yaitu: 1) Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang 2) Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan 3) Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan 4) Masyarakat majemuk dengan fragmentasi

Kategori pertama merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah kelompok etnik yang kurang lebih seimbang, sehingga untuk mencapai integrasi sosial atau pemerintahan yang stabil diperlukan koalisi lintas-etnis. Kategori kedua dan ketiga merupakan varian-varian masyarakat majemuk yang memiliki konfigurasi etnik yang tidak seimbang, di mana salah satu kelompok etnik tertentu (kelompok mayoritas pada kategori kedua dan kelompok minoritas pada kategori ketiga) memiliki competitive advantage yang strategis di hadapan kelompok-kelompok yang lain. Masyarakat majemuk dengan kategori keempat (dengan fragmentasi) meliputi masyarakat-masyarakat yang terdiri atas sejumlah besar kelompok etnik, semuanya dengan jumlah anggota yang kecil dan tidak satupun memiliki posisi politik yang dominan dalam masyarakat. Kehidupan politik dalam masyarakat dengan konfigurasi demikian sangatlah labil, karena ketidakmampuan membangun coalition building yang diperlukan untuk mengakomodasi konflik-konflik yang pada umumnya bersifat anarkhis sebagai akibat dari kecurigaan etnik dan hadirnya pemerintahan yang otoritarian.

H. Sebab Terjadinya Pluralitas Masyrakat

Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa pluralitas masyarakat Indonesia yang demikian itu terjadi sebagai berikut :

a) Faktor Yang pertama, keadaan geografik wilayah Indonesia yang terdiri atas kurang lebih tiga ribu pulau yang terserak di sepanjang equator kurang lebih tiga ribu mil dari timur ke barat, dan seribu mil dari utara selatan, merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya pluralitas suku bangsa di Indonesia. Tentang berapa jumlah suku bangsa yang sebenarnya ada di Indonesia, ternyata terdapat berbagai pendapat yang tidak sama di antara para ahli ilmu kemasyarakatan. Hildred Geertz misalnya menyebutkan adanya lebih kurang tiga ratus suku bangsa di Indonesia, masing-masing dengan bahasa dan identitas kultural yang berbeda-beda. Skinner menyebutkan adanya lebih dari 35 suku bangsa di Indonesia, masing-masing dengan adat istiadat yang tidak sama.

Lebih dari sekedar menyebutkan banyaknya suku bangsa di Indonesia, Skinner menggambarkan juga perbandingan besarnya suku bangsa-suku bangsa tersebut. Beberapa suku bangsa yang paling besar sebagaimana disebut oleh Skinner adalah Jawa, Sunda, Madura, Mingangkabau, dan Bugis. Kemudian ada beberapa suku bangsa yang lain yang cukup besar, yaitu Bali, Batak Toba, dan Sumbawa. Mengikuti pengertian suku bangsa yang dikemukakan oleh para ahli antropologi, Dr. Nasikun menggolongkan orang-orang Tionghoa sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia, dan berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik, dan berdasarkan perkiraan tambahan penduduk golongan Tionghoa 3 persen, serta dengan mengingat kurang lebih 100.000 orang Tionghoa kembali ke Tiongkok selama tahun 1959 dan 1960, diperkirakan jumlah orang Tionghoa yang tinggal di Indonesia pada tahun 1961 sebanyak 2,45 juta orang, sementara penduduk pribumi waktu itu diperkirakan 90.882 juta orang. Walaupun jumlah orang Tionghoa sangat kecil dibandingkan dengan penduduk pribumi, tetapi mengingat kedudukan mereka yang sangat penting dalam kehidupan ekonomi, tentunya sangat mempengaruhi hubungan mereka dengan suku bangsa-suku bangsa yang lain (yang secara keseluruhan disebut pribumi).

b) Faktor kedua yang menyebabkan pluralitas masyarakat Indonesia adalah kenyataan bahwa Indonesia terletak di antara Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik. Keadaan ini menjadikan Indonesia menjadi lalu lintas perdagangan, sehingga sangat mempengaruhi terciptanya pluralitas agama di dalam masyarakat Indonesia. Telah sejak lama masyarakat Indonesia memperoleh berbagai pengaruh kebudayaan bangsa lain melalui para pedagang asing. Pengaruh yang pertama kali menyentuh masyarakat Indonesia adalah agama Hindu dan Budha dari India sejak kurang lebih empat ratus tahun sebelum masehi. Hinduisme dan Budhaisme pada waktu itu tersebar meliputi daerah yang cukup luas di Indonesia, serta lebur bersama-sama dengan kebudayan asli yang telah hidup dan berkembang lebih dulu. Namun, pengaruh Hindu dan Budaha terutama dirasakan di Pulau Jawa dan Pulau Bali.

c) Faktor ketiga, iklim yang berbeda-beda dan struktur yang tidak sama di antara berbagai daerah di kepulauan Nusantara, telah mengakibatkan pluralitas regional. Perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah merupakan kondisi yang menciptakan dua macam lingkungan ekologis yang berbeda, yakni daerah pertanian basah (wet rice cultivation) yang terutama banyak dijumpai di Pulau Jawa dan Bali, serta daerah ladang (shifting cultivation) yang banyak dijumpai di luar Jawa.

I. Perbedaan Masyarakat Majemuk dan Multikulturalisme


Masyarakat majemuk adalah masyarakat multikultural. Masyarakat majemuk adalah dasar terbentuknya masyarakat multikultural. Masyarakat multikultural sudah pasti masyarakat majemuk. Masyarakat majemuk adalah suatu kondisi di masyarakat yang terdiri dari berbagai perbedaan (diferensiasi sosial) yang terdiri dari  berbagai strata, ekonomi, ras, suku bangsa, agama dan budaya yang berjalan dengan apa adanya. Masyarakat ini masih seperti masyarakat pada umumnya dengan berbagai realitas sosial, masih terdapat konflik, pertentangan dan realitas sosial lainnya. Sedangkan masyarakat multikultural adalah suatu kondisi masyarakat yang majemuk yang telah tercapai sebuah keteraturan dan keharmonisan dalam masyarakat. Pada masyarakat ini, dengan banyaknya diferensiasi sosial masyarakat tercipta suatu keharmonisan, saling menghargai, kesederajatan dan mempunyai kesadaran tanggung jawab sebagai satu kesatuan.

Contoh masyarakat majemuk yang terbentuk dari Faktor keadaan geografis

Di Indonesia, sebagai salah satu karakteristik Negara berkembang diakui mempunyai banyak pulau-pulau, tentunya secara letak geografis juga akan memiliki keragaman unsur kebudayaan berbeda. Karena pada dasarnya, Indonesia sangat majemuk atau beranekaragam makna suku bangsa, bahasa, arti ras, adat istiadat, agama, golongan partai politik, profesi, dan budaya.

Dari sudut pandang historis kemajemukan masyarakat indonesia oleh salah satu tokoh dari kerajaan majapahit yaitu Empu Tantular menggambarkan dalam ungkapan Bhineka Tunggal Ika yang memiliki arti berbeda-beda tetap satu jua. Dimana gambaran tersebut termaktub dalam bukunya Sutasoma.

Masyarakat Majemuk

Masyarakat majemuk sejatinya ialah penggambaran atas kehidupan yang terdiri dari berbagai bentuk kelompok sosial yang hidup dan tinggal bersama dalam suatu tempat (wilayah atau negara), namun terpisah secara garis budaya masing-masing.

Sehingga sistem sosial terkait dengan kehidupan dalam masyarakat majemuk ini memiliki berbagai dampak positif dan negatif. Namun yang pasti, jikalau setiap pihak menjiwai arti toleransi maka akan menimbulkan integrasi sosial untuk memilih hidup bersama-sama.

Pengertian Masyarakat Majemuk

Masyarakat majemuk adalah penggambaran atas masyarakat yang berangkai, campuran, atau gabungan dari berbagai ragam yang merupakan (membentuk) satu kesatuan, sehingga keadaan masyarakat yang terdiri dari beragam elemen perbedaan (diferensiasi sosial) yang meliputi strata, ras, suku, kelas ekonomi, agama, arti budaya, dan bangsa yang berjalan begitu saja bahkan biasanya masih terdapat berbagai ragam konflik, pertentangan dan keadaan realitas sosial yang ada.

Pengertian Masyarakat Majemuk Menurut Para Ahli

Adapun definisi masyarakat majemuk menurut para ahli, antara lain;

  1. S. Furnival, Masyarakat majemuk ialah suatu masyarakat yang berada dalam  sistem nilai yang dijadikan pedoman oleh beberapa integrasi sosial yang di dalamnya terdapat para anggota kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai keseluruhan.
  2. Nasikun, Definisi masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri atas dua atau banyak suatu aturan  tertib sosial, komunitas atau kelompok yang secara kultural, ekonomi, dan politik terisolasi, serta memiliki struktur dan kelembegaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya..
  3. Clifford Geertz, Arti masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terfragmentasi ke dalam bagian-bagian kecil sistem yang kurang lebih terdiri dari diri sendiri dan terikat ke dalam ikatan-ikatan primordial.

Ciri Masyarakat Majemuk

Dalam mengenali ciri-ciri masyarakat majemuk, yaitu;

Antara lain;

  1. Memiliki struktur kebudayaan yang beragam
  2. Nilai ataupun norma yang menjadi kesepakatan bersama sulit untuk tumbuh berkembang
  3. Intensitas konflik-konflik sosial sering muncul yang berbau SARA
  4. Tatanan Struktur sosial bersifat nonkomplementer
  5. Seringnya konflik menghambat Proses integrasi menjadi lambat
  6. Banyak dominasi diberbagai struktur sosial ekonomi, politik, dan budaya

Yaitu;

  1. Adanya dominasi politik oleh suatau kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.
  2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam kelompok-kelompok yang bersifat nonkomplementer.
  3. Mengalami segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki subkebudayaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
  4. Kurang mengembangkan konsensus mngenai nilai –nilai yang bersifat dasar.
  5. Secara relatif mengalami konflik-konflik antara satu kelompok dengan yang lainnya.
  6. Tumbuh integrasi sosial yang terjadi relatif atas dasar paksaan(coersion) dan saling ketergantungan diberbagai bidang kuhusunya ekonomi.

Jenis Masyarakat Majemuk

Jenis-jenis masyarakat majemuk beraneka ragam, yaitu;

Dalam masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas atau kelompok etnik yang memiliki kekuatan kompetitif seimbang. Berkumpulnya atau berkoalisi lintas etnik sangat diperlukan untuk pembentukan pemerintahan yang stabil.

Masyarakat majemuk yang terdiri dari sejumlah komunitas atau kelompok etnik yang kekuatan dalam bersaing tidak sepadan (imbang). Salah satunya merupakan kelompok mayoritas yang memiliki kekuatan yang lebih besar dari kelompok sosial yang lain, sehingga mendominasi politik, ekonomi, atas kelompok-kelompok lain.

Masyarakat yang di antara komunitas atau kelompok etnik yang memiliki bagian kecil kelompok minoritas, namun, kelompok minoritas tersebut memiliki kekuatan kompetitif melebihi diantara yang lain sehingga mendominasi politik dan ekonomi.

Masyarakat yang terdiri dari sejumlah besar komunitas atau kelompok etnik dan tidak ada satu kelompok pun mempunyai posisi politik atau ekonomi yang dominan. Sehingga dalam hal ini pada akhirnya terjadi keteraturan sosial yang seimbang.

Faktor Kemajemukan Masyarakat

Faktor-faktor yag menyebabkan kemajemukan masyarakat antara lain;

  1. Letak dan Keadaan Geografi

Karena luasnya negara indonesia dengan banyaknya pulau besar maupun kecil, tersebar dari barat sampai timur dengan bentangan mencapai 3000 mil, dan dari utara sampai ke selatan mencapai bentangan 1000 mil. Hal ini tak pelak menjadi sebab-musabab munculnya kelompok etnik yang saling terpisah karena mendiami pulau-pulau tertentu yang sangat terbatas hubungan antara satu dengan lainnya.

Selain itu, faktor pendukung lainnya ialah letak strategis indonesia yang berada di antara dua samudera dan dua benua, sehingga pengaruh dari luar masuk dengan mudah karean kemudahan akses geografis.

  1. Keanekaragaman cara hidup

Karena letak geografis yang berbeda sehingga berpengaruh pada adanya perbedaan curah hujan dan perbedaan kesuburan tanah. Akibatnya perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah menimbulkan dua lingkungan ekologis, antara lain sebagai berikut:

  1. Pertanian Sawah (wet rice cultivation), di Jawa dan Bali;
  2. Pertanian tanah kering, pertanian ladang, bahkan pertanian berpindah (shifting cultivation) terdapat di luar Jawa.

Dampak Masyarakat Majemuk

Contoh masyarakat majemuk yang terbentuk dari Faktor keadaan geografis
Dampak Masyarakat Majemuk

Dampak yang menjadi akibat adanya masyarakat majemuk di Indonesia. Antara lain;

  1. Adanya beragam etnis, agama, suku, dan ras yang tinggal dan hidup bersama dalam masyarakat dalam satu wilayah.
  2. Adanya masyarakat dalam suatu Negara yang mendiami pulau-pulau di Negara tersebut.
  3. Munculnya primordialisme pada masyarakat majemuk. Primordialisme adalah hubungan atau keterkaitan individu dengan kelompok social di masyarakat atas dasar ikatan bahasa, arti adat-istiadat, suku, bangsa, asal daerah, bahkan ikatan keluarga. Sehingga pada akhirnya memunculkan ikatan dalam contoh solidaritas sosial yang berlebih terhadap agama, ras, suku, dan kedaerahan terhadap budaya nasional. Kemunculan sikap ini disebabkan oleh suatu sikap yang kuat untuk mempertahankan budaya suatu kelompok terhadap ancaman dari luar kelompok.

Contoh Masyarakat Majemuk

Contoh yang bisa disebutkan dalam kemajumukan dalam masyarakat, khususnya di Indonesia. Antara lain;

Di Indonesia sendiri dengan beragam corak agama dan kebudayaan menjadikannya sebagai Negara yang memiliki masyarakat majemuk. Semisal saja umat islam sebagai umat mayoritas dengan beragam kebudayaanya. Sedikit banyak yang memegang kekuasaan dalam kebijakan dan berbagai struktur di pemerintahan tentunya memiliki pengaruh besar terhadap kondisi sosial masyarakat.

Semisal; kebijakan tentang makanan halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) merupakan bentuk kehati-hatian bagi umat muslim, jika sedang berkunjung atau berada di tempat yang bukan mayoritas muslim, agar lebih mudah untuk mengetahui mana yang halal dan yang haram.

Sementara bagi non-muslim kebijakan tersebut sebagai dasar dalam mengetahui banyak hal untuk memberi penghargaan terhadap saudara muslim dalam kehidupan kehidupan bersosial, sehingga yang non-muslim mengetahui hidangan yanga mana saja yang halal dan mana saja makanan yang tidak halal bagi saudaranya yanga msuslim.

Contoh lain diantaranya ialah bisa kita lihat dalam negara Indonesia yang banyak corak dan ragam kebudayaanyan. Semisal, dalam budaya Etnis tionghoa yang tidak terlalu menjadi bagian kelompok mayoritas di Indonesia, namun mereka mempunyai peran yang besar dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya di suatu negara.

Adanya peringatan hari-hari besar dalam kalender etnis tionghoa menjadikan kita mengetahui dan menghargai cara keberagamaan mereka, adanya acara kebudayaan dalam acara-acara kebudayaan pada etnis tersebut, menjadikan kita tahu budaya dari etnis tersebut dan memperkaya wawasan kita akan kebudayaan.

Prihal pendidikan adanya penggambaran atas masyarakat majemuk di Indonesia dilihat dari adanya proses belajar di setiap daerah khususnya untuk tingkat pendidikan sekolah dasar dan menangah yang mengharuskan untuk mengusai mata pelajaran muatan lokal. Seperti belajar terkait dengan aksara, bahasa, dan lainnya.

Dari penjelasan yang dikemukakan, dapatlah dikatakan bahwa masyarakat majemuk terbentuk dari mengelompoknya masyarakat-masyarakat dari berbagai suku bangsa oleh sistem nilai yang disepakati, yang pada umumnya dilakukan secara paksa untuk menjadi tatanan sebuah bangsa dalam bingkai negara.

Bahkan dalam sejarahnya sebelum terjadinya Perang Dunia kedua, masyarakat-masyarakat di negara bekas jajahan merupakan contoh dari masyarakat majemuk. Sedangkan pasca terjadinya perang Dunia kedua; Indonesia, Malaysia, Afrika Selatan, dan Suriname merupakan contoh-contoh dari masyarakat majemuk.

Prihal ini, Prof.Nasikun menyatakan bahwa masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang menyetujui serta menganut beragam sistem nilai sosial yang telah menjadi pedoman berbagai sistem kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagian anggotanya adalah beragam sistem sosial sehingga para anggota masyarakat  memiliki solidaritas serta loyalitas rendah kepada masyarakat sebagai bagian dari keseluruhan, tingkat homogenitas kebudayaan lemah, atau bahkan kemampuan dasar untuk saling memahami satu sama lain sangat rendah.

Itulah tadi penjelasan dan ulasan lengkap materi sosiologi yang bisa kami tuliskan kepada pembaca terkait dengan pengertian masyarakat majemuk menurut para ahli, ciri, jenis, faktor penyebab, dampak, dan contohnya di Indonesia. Semoga memberikan pengetahuan.