Contoh Kearifan lokal bidang pertanian di Bali adalah

Kearifan Lokal Bali sangat ideal untuk diterapkan dan dilaksanakan dalam Penataan Ruang dan pembangunan berkelanjutan, sebab mengandung nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di masyarakat sehingga mempengaruhi dalam hal pemanfaatan ruang Bali. Konsep perlindungan hukum yang berpihak kepada kearifan lokal dalam penataan ruang di Bali sangat penting untuk dilaksanakan sehingga produk rencana tata ruang yang berbasis Kearifan Lokal Bali diharapkan berfungsi sebagai potensi dasar yang melandasi segala gerak dan langkah pemanfaatan ruang Bali.

Contoh Kearifan lokal bidang pertanian di Bali adalah
Wujud Kearifan Lokal Bali

Tergambar dengan jelas pengaruh Kedudukan Kearifan Lokal masyarakat adat dan budaya dalam seluruh proses pembuatan rancangan peraturan perundang-undangan yang utamanya tentang penataan ruang di Provinsi Bali. Bahwa semua elemen penting yang terdapat dalam Kearifan Lokal Bali adalah bentuk dari bersatunya kebudayaan, kebiasaan dan keagamaan. Hal ini berarti artinya segala bentuk rencana penataan ruang tidak akan berjalan dengan baik jika tidak disandingkan di dalamnya kearifan lokal. baik sebagai rambu-rambu yang akan menjaga dari kerusakan yang akan timbul akibat dari penataan ruang yang salah, maupun sebagai pagar dari terjaganya budaya dan kekhasan bangunan, budaya dan kebiasaan masyarakat adat Bali.

Diharapkan melalui pengaturan substansi kearifan lokal dalam rencana tata ruang maka keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, antar sesama manusia, dan antara manusia dengan alam lingkungannya berlandaskan filosofi “Tri Hita Karana” yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal Bali, yaitu enam sumber utama kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan masyarakat Bali (Sad Kerthi) perlu dipelihara, dikembangkan, dan dilestarikan secara berkelanjutan.

Dari perspektif kearifan lokal yang menjadi pandangan hidup atau falsafah masyarakat Bali kebahagiaan rakyat menjadi tugas yang paling utama dari para pemimpin pemerintahan dalam rangka mencapai tujuan hidup warganya yaitu mencapai “moksa dan jagadhita”.

Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memelihara harmoni hubungan manusia dengan Tuhan Maha Pencipta (parhyangan), hubungan antar sesama manusia (pawongan) dan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya (palemahan) yang dikenal dengan falsafah “Tri Hita Karana” yang bersumber dari kearifan lokal Sad Kerthi. Parhyangan, pawongan dan palemahan merupakan unsur yang saling bersinergi sebagai sumber kesejahteraan lahir dan batin masyarakat. Sad Kerthi merupakan upaya untuk penyucian jiwa (atma kerthi), penyucian laut beserta pantai (segara kerthi), penyucian sumber air (danu kerthi), penyucian tumbuh-tumbuhan (wana kerthi), penyucian manusia (jana kerthi), dan penyucian alam semesta (jagat kerthi).

Oleh karena itu, untuk tetap mempertahankan kearifan lokal dalam penataan ruang di Provinsi Bali sebagai wujud menjaga kekhasan pulau dewata, maka upaya pelibatan masyarakat dalam rencana penataan ruang harus dilakukan dengan cara- cara yang sesuai kebutuhan masyarakat Provinsi Bali itu sendiri dan tercapainya tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Bali.

Forum penataan ruang atau TKPRD merupakan wadah organisasi khusus yang beranggotakan perwakilan masyarakat adat, tokoh lintas agama, pemerhati lingkungan dan profesional di bidang penataan ruang wilayah sebagai bentuk aplikasi dari pelibatan masyarakat dalam rangka mengakomodir setiap rencana tata ruang wilayah di Provinsi Bali sebagai jati diri yang mengakar dalam kehidupan masyarakat serta menjadi bagian kekayaan kebudayaan nasional sesuai Bhinneka Tunggal Ika.

Admin disbud | 28 Juni 2021 | 279 kali

Contoh Kearifan lokal bidang pertanian di Bali adalah

Seorang wanita sedang mengambil air dari pancuran yang berbentuk Garuda, thn 1930an. Manajemen atau sistem pengairan/irigasi secara tradisional di Bali disebut dgn Subak. Belajar tentang sistem irigasi pertanian Bali yang disebut dengan Subak bukan sekedar belajar mengatur distribusi air agar merata.

Belajar subak juga berarti belajar memuliakan dan menghargai air sebagai urat nadi kehidupan. Melalui subak kita diajarkan bagaimana memuliakan dan melestarikan air, subak memposisikan air sebagai roh dalam kehidupan bertani.

Sebagai contoh upacara yang berkaitan dengan masa tanam seperti upacara magpag toya (menjemput air), karena pentingnya air dalam pertanian sehingga perlu upacara magpag (penjemputan). Budaya memuliakan air di Bali sangat terlihat dengan jelas dalam budaya Subak. Disinilah air diapresiasi dalam ranah spiritual tidak semata sebagai simbol kesucian, melainkan justru dicitrakan sebagai Dia Yang Mahasuci sekaligus Yang Mensucikan, Dia Yang Memberi Hidup sekaligus Berdaya Hidup.

Seiring perkembangan pembangunan, pemanfaatan air di Bali kini bukan saja untuk memenuhi kebutuhan pertanian. Sektor pariwisata justru kini mengambil porsi konsumsi air terbanyak.

Hotel-hotel dengan ratusan kamar bermunculan dan mengambil air bawah tanah dan air permukaan. Kebutuhan air oleh industri perhotelan tidak sebanding dengan daya dukung air yang ada di Bali. Satu sisi masyarakat Bali bertahan dengan konsep perlindungan air dengan kearifan lokal yang dimiliki, namun disisi lain industri pariwisata mengambil tanpa kontrol.

#Sejarah #Bali #SejarahBali #sejarahbuleleng

Sumber : Instagram : sejarah.buleleng

(Beritabali.com, foto: kitlv)

Siapa yang tidak mengenal subak? Subak adalah sistem irigasi tradisional yang di kelola oleh suatu organisasi para petani dari tiap wilayah di Bali, yang merupakan wujud rasa gotong royong yang telah ada di pulau Bali yang di turunkan oleh nenek moyang secara turun menurun.  Sistem irigasi ini merupakan pola pengelolaan pengairan untuk sawah-sawah yang ada di Bali yang telah berlangsung sejak zaman dahulu. Pengelolaan irigasi berdasarkan sistem subak, menggunakan bentang lahan dengan memanfaatkan aliran air secara alami. Sumber air yang digunakan biasanya didapatkan dari mata air di sekitar area sawah, memanfaatkan aliran sungai yang muncul karena adanya aliran gunung vulkanik. Dalam penerapannya, sistem subak sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat tanpa campur tangan pemerintah. 

Sistem subak yang tak bisa lepas dari kekayaan budidaya Bali, salah satunya yaitu sistem irigasi subak menggunakan filosofi Trihita Karana. Filosofi ini menjadi prinsip penting yang di pegang oleh masyarakat Bali.  Dimana prinsip Trihita Karana merupakan cara yang digunakan masyarakat Bali dalam menjaga keseimbangan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menggunakan prinsip ini, masyarakat Bali dapat menjaga keharmonisan hubungan antara sesama manusia, manusia dengan Tuhan, serta manusia dengan alam sekitar. Lalu apakah hubungan antara sistem irigasi subak dengan filosofi Trihita Karana? ada hal yang perlu diketahui, dalam sistem irigasi tradisional subak di Bali, sebuah lahan sawah tidak bisa berdiri sendiri. Semua sawah yang ada di sebuah wilayah berada dalam satu kesatuan. Oleh karena itu, ketika salah satu area sawah mengalami disrupsi atau gangguan, maka keberadaan sawah lainnya juga akan terganggu. 

Subak berfungsi sangat penting dalam pengaturan sistem pengertian ataupun irigasi di sawah, sistem pengairan tersebut digunakan pada saat bercocok tanam padi. seperti yang dikatakan bahwa subak dikelola oleh sebuah organisasi, dimana peranan organisasi inilah berperan penting dalam mengatur pengairan atau irigasi. Selain pengaturan irigasi, peranan kelompok subak ini juga yang mengatur masalah lainnya seperti dalam tugas-tugas tertentu dalam mengelola pengolahan tanah, penaburan benih, pengawasan pertanian, pemilihan bibit, panen raya, upacara Yadnya (ritual keagamaan) dan pengangkutan hasil panen. Selain itu kelompok subak ini akan membahas masalah-masalah pengairan yang dihadapi dan  mengatur tata cara pengairan atau irigasi dengan adil. Biasanya kelompok subak ini secara rutin melakukan pertemuan sebulan sekali yang merujuk pada penanggalan Bali yang sebulannya berjumlah 35 hari, rapat tersebut dikenal dengan istilah Pesangkepan untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan subak, baik itu dalam pengaturan irigasi, kelancaran irigasi, kendala hama, ataupun dalam menjalankan program-program pertanian dari pemerintah. 

Keberadaan subak memberi banyak manfaat bagi masyarakat Bali, baik sosial, ekonomi dan lingkungan. Manfaat sosial yaitu meningkatkan Kesejahteraan para petani melalui sistem irigasi yang berasaskan keadilan bersama, sehingga para petani akan tetap mendapatkan air meskipun dalam keadaan krisis air, dapat menghindari terjadinya konflik antar petani hanya gara-gara memperebutkan aliran air ke sawah mereka. Selain itu dapat meningkatkan Kearifan Lokal, dengan terciptanya sistem Subak yang secara dominan menggunakan asas gotong-royong dan kekeluargaan. Manfaat ekonomi dari adanya sistem irigasi subak adalah dapat membantu petani dalam bercocok tanam, sehingga petani dapat terus bercocok tanam dan membantu petani mendapatkan penghasilan, selain itu di Bali, subak menjadi sebuah objek wisata para wisatawan sehingga dapat meningkatkan pendapatan penduduk dan masyarakat sekitar. Dalam organisasi subak manfaat ekonominya adalah dapat mensejarterakan Koperasi Unit Desa Yang Ada, Disini peranan koperasi akan sangat membantu baik melalui koperasi simpan pinjam atau sejenisnya yang juga pada akhirnya akan mensejahterakan masyarakat sekitar. Manfaat bagi Lingkungan dari adanya sistem irigasi subak ini dapat menjadi penggendali pencemaran air. 

Tidak hanya manfaat, subak juga salah satu sistem yang baik untuk pertanian berkelanjutan di Bali apabila dijaga dengan baik dan dikelola dengan baik, sehingga kedepannya pertanian di Bali dapat maju. Dan untuk mewujudkan hal ini petani, organisasi, masyarakat maupun pemerintah harus bekerjasama untuk menjaga dan merawat kelestarian dari sistem perairan subak.


Contoh Kearifan lokal bidang pertanian di Bali adalah

Lihat Nature Selengkapnya


Page 2

Siapa yang tidak mengenal subak? Subak adalah sistem irigasi tradisional yang di kelola oleh suatu organisasi para petani dari tiap wilayah di Bali, yang merupakan wujud rasa gotong royong yang telah ada di pulau Bali yang di turunkan oleh nenek moyang secara turun menurun.  Sistem irigasi ini merupakan pola pengelolaan pengairan untuk sawah-sawah yang ada di Bali yang telah berlangsung sejak zaman dahulu. Pengelolaan irigasi berdasarkan sistem subak, menggunakan bentang lahan dengan memanfaatkan aliran air secara alami. Sumber air yang digunakan biasanya didapatkan dari mata air di sekitar area sawah, memanfaatkan aliran sungai yang muncul karena adanya aliran gunung vulkanik. Dalam penerapannya, sistem subak sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat tanpa campur tangan pemerintah. 

Sistem subak yang tak bisa lepas dari kekayaan budidaya Bali, salah satunya yaitu sistem irigasi subak menggunakan filosofi Trihita Karana. Filosofi ini menjadi prinsip penting yang di pegang oleh masyarakat Bali.  Dimana prinsip Trihita Karana merupakan cara yang digunakan masyarakat Bali dalam menjaga keseimbangan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menggunakan prinsip ini, masyarakat Bali dapat menjaga keharmonisan hubungan antara sesama manusia, manusia dengan Tuhan, serta manusia dengan alam sekitar. Lalu apakah hubungan antara sistem irigasi subak dengan filosofi Trihita Karana? ada hal yang perlu diketahui, dalam sistem irigasi tradisional subak di Bali, sebuah lahan sawah tidak bisa berdiri sendiri. Semua sawah yang ada di sebuah wilayah berada dalam satu kesatuan. Oleh karena itu, ketika salah satu area sawah mengalami disrupsi atau gangguan, maka keberadaan sawah lainnya juga akan terganggu. 

Subak berfungsi sangat penting dalam pengaturan sistem pengertian ataupun irigasi di sawah, sistem pengairan tersebut digunakan pada saat bercocok tanam padi. seperti yang dikatakan bahwa subak dikelola oleh sebuah organisasi, dimana peranan organisasi inilah berperan penting dalam mengatur pengairan atau irigasi. Selain pengaturan irigasi, peranan kelompok subak ini juga yang mengatur masalah lainnya seperti dalam tugas-tugas tertentu dalam mengelola pengolahan tanah, penaburan benih, pengawasan pertanian, pemilihan bibit, panen raya, upacara Yadnya (ritual keagamaan) dan pengangkutan hasil panen. Selain itu kelompok subak ini akan membahas masalah-masalah pengairan yang dihadapi dan  mengatur tata cara pengairan atau irigasi dengan adil. Biasanya kelompok subak ini secara rutin melakukan pertemuan sebulan sekali yang merujuk pada penanggalan Bali yang sebulannya berjumlah 35 hari, rapat tersebut dikenal dengan istilah Pesangkepan untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan subak, baik itu dalam pengaturan irigasi, kelancaran irigasi, kendala hama, ataupun dalam menjalankan program-program pertanian dari pemerintah. 

Keberadaan subak memberi banyak manfaat bagi masyarakat Bali, baik sosial, ekonomi dan lingkungan. Manfaat sosial yaitu meningkatkan Kesejahteraan para petani melalui sistem irigasi yang berasaskan keadilan bersama, sehingga para petani akan tetap mendapatkan air meskipun dalam keadaan krisis air, dapat menghindari terjadinya konflik antar petani hanya gara-gara memperebutkan aliran air ke sawah mereka. Selain itu dapat meningkatkan Kearifan Lokal, dengan terciptanya sistem Subak yang secara dominan menggunakan asas gotong-royong dan kekeluargaan. Manfaat ekonomi dari adanya sistem irigasi subak adalah dapat membantu petani dalam bercocok tanam, sehingga petani dapat terus bercocok tanam dan membantu petani mendapatkan penghasilan, selain itu di Bali, subak menjadi sebuah objek wisata para wisatawan sehingga dapat meningkatkan pendapatan penduduk dan masyarakat sekitar. Dalam organisasi subak manfaat ekonominya adalah dapat mensejarterakan Koperasi Unit Desa Yang Ada, Disini peranan koperasi akan sangat membantu baik melalui koperasi simpan pinjam atau sejenisnya yang juga pada akhirnya akan mensejahterakan masyarakat sekitar. Manfaat bagi Lingkungan dari adanya sistem irigasi subak ini dapat menjadi penggendali pencemaran air. 

Tidak hanya manfaat, subak juga salah satu sistem yang baik untuk pertanian berkelanjutan di Bali apabila dijaga dengan baik dan dikelola dengan baik, sehingga kedepannya pertanian di Bali dapat maju. Dan untuk mewujudkan hal ini petani, organisasi, masyarakat maupun pemerintah harus bekerjasama untuk menjaga dan merawat kelestarian dari sistem perairan subak.


Contoh Kearifan lokal bidang pertanian di Bali adalah

Lihat Nature Selengkapnya


Page 3

Siapa yang tidak mengenal subak? Subak adalah sistem irigasi tradisional yang di kelola oleh suatu organisasi para petani dari tiap wilayah di Bali, yang merupakan wujud rasa gotong royong yang telah ada di pulau Bali yang di turunkan oleh nenek moyang secara turun menurun.  Sistem irigasi ini merupakan pola pengelolaan pengairan untuk sawah-sawah yang ada di Bali yang telah berlangsung sejak zaman dahulu. Pengelolaan irigasi berdasarkan sistem subak, menggunakan bentang lahan dengan memanfaatkan aliran air secara alami. Sumber air yang digunakan biasanya didapatkan dari mata air di sekitar area sawah, memanfaatkan aliran sungai yang muncul karena adanya aliran gunung vulkanik. Dalam penerapannya, sistem subak sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat tanpa campur tangan pemerintah. 

Sistem subak yang tak bisa lepas dari kekayaan budidaya Bali, salah satunya yaitu sistem irigasi subak menggunakan filosofi Trihita Karana. Filosofi ini menjadi prinsip penting yang di pegang oleh masyarakat Bali.  Dimana prinsip Trihita Karana merupakan cara yang digunakan masyarakat Bali dalam menjaga keseimbangan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menggunakan prinsip ini, masyarakat Bali dapat menjaga keharmonisan hubungan antara sesama manusia, manusia dengan Tuhan, serta manusia dengan alam sekitar. Lalu apakah hubungan antara sistem irigasi subak dengan filosofi Trihita Karana? ada hal yang perlu diketahui, dalam sistem irigasi tradisional subak di Bali, sebuah lahan sawah tidak bisa berdiri sendiri. Semua sawah yang ada di sebuah wilayah berada dalam satu kesatuan. Oleh karena itu, ketika salah satu area sawah mengalami disrupsi atau gangguan, maka keberadaan sawah lainnya juga akan terganggu. 

Subak berfungsi sangat penting dalam pengaturan sistem pengertian ataupun irigasi di sawah, sistem pengairan tersebut digunakan pada saat bercocok tanam padi. seperti yang dikatakan bahwa subak dikelola oleh sebuah organisasi, dimana peranan organisasi inilah berperan penting dalam mengatur pengairan atau irigasi. Selain pengaturan irigasi, peranan kelompok subak ini juga yang mengatur masalah lainnya seperti dalam tugas-tugas tertentu dalam mengelola pengolahan tanah, penaburan benih, pengawasan pertanian, pemilihan bibit, panen raya, upacara Yadnya (ritual keagamaan) dan pengangkutan hasil panen. Selain itu kelompok subak ini akan membahas masalah-masalah pengairan yang dihadapi dan  mengatur tata cara pengairan atau irigasi dengan adil. Biasanya kelompok subak ini secara rutin melakukan pertemuan sebulan sekali yang merujuk pada penanggalan Bali yang sebulannya berjumlah 35 hari, rapat tersebut dikenal dengan istilah Pesangkepan untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan subak, baik itu dalam pengaturan irigasi, kelancaran irigasi, kendala hama, ataupun dalam menjalankan program-program pertanian dari pemerintah. 

Keberadaan subak memberi banyak manfaat bagi masyarakat Bali, baik sosial, ekonomi dan lingkungan. Manfaat sosial yaitu meningkatkan Kesejahteraan para petani melalui sistem irigasi yang berasaskan keadilan bersama, sehingga para petani akan tetap mendapatkan air meskipun dalam keadaan krisis air, dapat menghindari terjadinya konflik antar petani hanya gara-gara memperebutkan aliran air ke sawah mereka. Selain itu dapat meningkatkan Kearifan Lokal, dengan terciptanya sistem Subak yang secara dominan menggunakan asas gotong-royong dan kekeluargaan. Manfaat ekonomi dari adanya sistem irigasi subak adalah dapat membantu petani dalam bercocok tanam, sehingga petani dapat terus bercocok tanam dan membantu petani mendapatkan penghasilan, selain itu di Bali, subak menjadi sebuah objek wisata para wisatawan sehingga dapat meningkatkan pendapatan penduduk dan masyarakat sekitar. Dalam organisasi subak manfaat ekonominya adalah dapat mensejarterakan Koperasi Unit Desa Yang Ada, Disini peranan koperasi akan sangat membantu baik melalui koperasi simpan pinjam atau sejenisnya yang juga pada akhirnya akan mensejahterakan masyarakat sekitar. Manfaat bagi Lingkungan dari adanya sistem irigasi subak ini dapat menjadi penggendali pencemaran air. 

Tidak hanya manfaat, subak juga salah satu sistem yang baik untuk pertanian berkelanjutan di Bali apabila dijaga dengan baik dan dikelola dengan baik, sehingga kedepannya pertanian di Bali dapat maju. Dan untuk mewujudkan hal ini petani, organisasi, masyarakat maupun pemerintah harus bekerjasama untuk menjaga dan merawat kelestarian dari sistem perairan subak.


Contoh Kearifan lokal bidang pertanian di Bali adalah

Lihat Nature Selengkapnya