Cara mengetahui anak alergi apa

Untuk para Bunda, membedakan gejala alergi dengan intoleransi laktosa mungkin bukan hal yang mudah. Atau memilah mana yang gejala alergi dengan keracunan makanan. Ini dikarenakan gejala kondisi-kondisi tersebut hampir sama, misalnya diare, mual dan muntah, serta sulit bernapas.

Mengenali gejala alergi susu sapi misalnya, memang gampang-gampang susah. Sekitar 5–15% bayi menunjukkan reaksi alergi susu sapi, sedangkan yang benar-benar mengalami alergi susu sapi adalah sekitar 2–7.5%. Lalu, bagaimana sebenarnya pedoman praktis mendeteksi alergi pada si Kecil?

Secara garis besar, gejala alergi susu sapi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gejala alergi susu sapi ringan-sedang dan gejala alergi susu sapi berat. Gejala alergi susu sapi ringan sedang setidaknya memenuhi satu atau lebih dari gejala berikut:

  • Gejala saluran cerna: sering muntah, diare, sembelit, adanya kemerahan pada anus, adanya darah pada feses, anemia defisiensi besi
  • Gejala kulit: dermatitis atopik
  • Gejala umum lain: kolik (lebih 3 jam sehari atau terjadi 3 kali per minggu selama dalam waktu 3 minggu berturut-turut)

Sedangkan gejala alergi susu sapi berat, setidaknya memenuhi satu atau lebih gejala berikut:

  • Gejala saluran cerna: gagal tumbuh karena sering diare atau muntah, menolak makanan karena sensasi tidak nyaman setelah makan, darah yang cukup banyak di dalam feses disertai dengan penurunan kadar hemoglobin
  • Gejala kulit: dermatitis atopik yang berat disertai dengan gejala gagal tumbuh

Selain alergi terhadap protein susu sapi, Si Kecil yang alergi susu sapi sering kali juga mengalami alergi terhadap telur, gandum, ikan, kacang, dan kedelai. Namun, tidak selalu kondisi tersebut terjadi secara bersamaan.

Bagaimana cara mendeteksi alergi susu sapi pada si Kecil?

Untuk mengetahui apakah si Kecil alergi susu sapi atau memiliki masalah lainnya, Bunda dapat membawa si Kecil ke dokter. Nantinya dokter akan melakukan pemeriksaan uji kulit untuk melihat bahan-bahan apa saja yang berpotensi menimbulkan alergi jika dipaparkan kepada si Kecil.

Selain itu, Bunda juga bisa mencurigai bahan-bahan yang berpotensi menimbulkan alergi pada Si Kecil dengan melakukan pengamatan di rumah. Bunda pastinya lebih paham bahan-bahan apa yang kira-kira dikonsumsi oleh si Kecil, bukan?

Caranya mudah, Bunda. Cukup perhatikan makanan atau minuman apa yang Bunda berikan selama 2 minggu terakhir bila si Kecil mengalami gejala-gejala seperti yang telah disebutkan di atas. Jika perlu, buat catatan kecil di buku perihal asupan apa saja yang Bunda berikan kepada si Kecil. Bunda yang masih memberikan ASI, juga perlu memperhatikan dan mencatat apa saja yang dikonsumsi selama 2 minggu terakhir.

Selain susu sapi dan produk turunannya, makanan atau minuman yang berpotensi menimbulkan alergi adalah telur, gandum, ikan, kacang, dan kedelai.

Bila Bunda sudah menemukan bahan makanan yang berpotensi mencetuskan alergi pada si Kecil, pada minggu berikutnya dapat melakukan eliminasi atau menghilangkan menu makanan atau minuman yang mengandung bahan tersebut. Eliminasi ini dilakukan selama 2–4 minggu dan kemudian lihat kembali gejala si Kecil, apakah gejala alerginya masih muncul atau sudah menghilang.

Jika gejalanya masih menetap, kemungkinan zat penyebab alerginya masih ada dalam komponen makanan yang diberikan. Pada minggu berikutnya, coba eliminasi dengan bahan makanan lainnya, begitu seterusnya sampai ditemukan bahan makanan yang diduga kuat memicu alergi pada si Kecil.

Coba-coba eliminasi makanan ini hanya boleh dilakukan untuk gejala alergi susu sapi ringan, ya, Bunda. si Kecil yang pernah mengalami gejala berat alergi, tidak disarankan mencoba hal ini. Sebaiknya Bunda berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter sebelum menerapkan tes eliminasi ini.

[RS/ RH]

Penulis : Dr Jesica Chintia Dewi

Setiap tahunnya, angka alergi pada anak di Indonesia meningkat. Menurut White Book of Allergy, angka alergi anak meningkat 30-40% dari total populasi dunia.

Di Indonesia, angka kejadian alergi pada anak pada 1993-2006 meningkat tiga kali lipat, mencapai 30% setiap tahunnya. Meningkatnya angka kejadian alergi, terutama pada anak, disebabkan berbagai hal; di antaranya perubahan lingkungan seperti kadar polusi udara maupun asap rokok, perubahan cuaca, sampai perubahan bahan makanan yang mungkin banyak mengandung pengawet.

Reaksi alergi yang timbul pada anak dapat meliputi gejala pada mata, saluran pernapasan (hidung, tenggorokan), dan kulit. Ini akan memengaruhi kesehatan dan kenyamanan anak dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Ada berbagai alergi yang dapat timbul pada anak, antara lain:

  1. Alergi makanan

    Alergi makanan merupakan alergi yang paling sering dialami anak. Makanan yang biasanya menyebabkan alergi pada anak antara lain kacang-kacangan (walnut, kacang kedelai, dan kacang tanah), telur, susu sapi atau susu kambing, ikan, udang dan kerang.

    Reaksi alergi yang timbul akibat alergi makanan yang dialami anak dapat dibagi menjadi dua yaitu:

    • Reaksi akut yang muncul seketika setelah makan makanan yang menyebabkan alergi.
    • Reaksi kronik, disebut juga tipe reaksi alergi lambat.

    Gejala yang mungkin timbul dapat berupa gangguan pada sistem pencernaan (nyeri perut, diare, perut kembung, dan muntah), gejala pada pernapasan (kesulitan bernapas, napas berbunyi atau wheezing, batuk, nyeri tenggorokan sampai terasa tercekik), gejala pada kulit (gatal-gatal serta kemerahan pada kulit, urtikaria atau bentol), gejala pada mata (bengkak pada mata, kemerahan, dan gatal), bengkak pada bibir (angioedema). Apabila reaksi yang ditimbulkan lebih parah, akan timbul gejala anafilaksis.

    Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui alergi makanan pada anak antara lain:

    • Skin Test (Prick Test ), sumber alergi (alergen ) digoreskan ke tangan anak, kemudian dilihat reaksinya setelah sekitar 15 menit. Apabila pada tempat goresan timbul reaksi hipersensitif seperti kemerahan, sudah dipastikan anak alergi terhadap alergen tersebut.
    • Tes darah, untuk menilai IgE antibodi terhadap suatu makanan tertentu.
  2. Alergi obat

    Alergi terhadap obat-obatan dapat dibagi menjadi:

    • Kompleks, alergi yang terjadi akibat berbagai macam obat, lebih dari satu obat.
    • Tunggal, terjadi akibat reaksi dari satu macam obat saja.

    Beberapa obat yang biasanya mencetuskan reaksi alergi antara lain antibiotik (amoksilin, penisilin, golongan sulfa), antikonvulsan atau antikejang, analgesik dan antipiretik (aspirin, ibuprofen dan NSAID atau nonsteroid anti-inflamasi drugs), serta, obat kemoterapi.

    Beberapa cara yang dapat Bunda lalukan untuk mengetahui apakah anak alergi terhadap suatu obat bisa melalui skin test (hanya akurat pada obat penisilin). Bunda juga bisa melakukan tes paparan dengan memberikan obat yang dicurigai mencetuskan alergi.

    Reaksi alergi tergantung dari seberapa berat atau ringannya reaksi imun terhadap reaksi alergi obat. Reaksi biasanya akan menimbulkan gejala kemerahan pada kulit, gatal, bengkak pada mata atau bibir (angioedema), sesak napas, pusing, atau muntah. Gejala terberat adalah timbulnya reaksi anafilaksis.

  3. Rhinitis Alergi

    Rhinitis alergi bersifat genetik. Reaksi ini timbul akibat mata atau hidung kontak dengan alergen yang menyebabkan reaksi alergi. Alergen yang dapat menyebabkan reaksi rhinitis alergi antara lain debu, asap, bulu binatang, serbuk bunga, maupun udara terlalu dingin. Rhinitis alergi biasanya timbul pada pagi hari. Ini karena suhu pagi hari lebih rendah.

    Gejala yang mungkin timbul seperti gejala flu, seperti bersin-bersin, hidung tersumbat dan berair, mata sembab, gatal, berair, dan mungkin timbul kemerahan pada mata. Pada pemeriksaan, dokter akan menemukan gejala berupa bawah mata akan terlihat lebih gelap. Mukosa hidung (disebut konka nasal) akan terlihat kemerahan dan membengkak saat dilakukan pemeriksaan. Biasanya dokter juga akan melakukan pemeriksaan skin test untuk mengetahui penyebab pasti alergi.

  4. Asma

    Asma pada anak biasanya berupa genetik. Pada penderita asma akan ditemukan:

    • Kelainan ekspirasi. Pada penderita asma ekspirasi (mengeluarkan udara napas) akan lebih panjang dibandingkan dengan anak yang bukan penderita asma.
    • Timbulnya gejala pernapasan seperti napas berbunyi (wheezing) saat membuang napas, napas pendek-pendek, sesak saat bernapas dan batuk berulang terutama saat malam hari.

    Asma yang terjadi pada anak dapat disebabkan berbagai faktor, terutama polutan seperti asap kendaraan, asap rokok, debu, maupun bulu binatang.

    Diagnosis pasti asma pada anak dapat ditegakkan jika diketahui adanya faktor keturunan. Gejala khas yang ditimbulkan serta dari berbagai pemeriksaan air flow pada paru-paru (tes barometri).

  5. Atopik Eksema

    Atopik eksema atau yang biasa hanya disebut eksema, biasanya timbul pada bayi atau balita. Anak yang memiliki eksema biasanya diturunkan dari orang tuanya. Eksema pada anak biasanya dicetuskan karena keringat berlebih, alergi makanan, maupun perubahan lingkungan (cuaca).

    Gejalanya berupa kemerahan, kulit kering, terdapat bekas garukan. Jika tidak segera ditangani, mungkin akan menyebabkan infeksi sekunder pada luka bekas garukan.

    Diagnosis eksema dapat ditegakkan jika terdapat latar keluarga yang mempunyai riwayat serupa, yaitu eksema ataupun asma. Dari gejala yang timbul, mempunyai alergi lainnya biasanya alergi makanan, serta dari hasil pemeriksaan laboratorium test darah yaitu kadar IgE darah.

  6. Anafilaksis

    Anafilaksis merupakan gejala terberat dari berbagai reaksi alergi paling membahayakan apabila tidak segera ditangani. Gejalanya dapat ringan sampai berat, di antaranya sesak napas, kesulitan bernapas, dada terasa seperti ditekan, bengkak pada saluran pernapasan, muntah hebat, diare, nyeri pada bagian perut, sampai tekanan darah rendah, detak jantung meningkat, anggota gerak terasa dingin dan pucat sampai dapat terjadi gagal jantung.

    Apabila anak mempunyai riwayat asma atau alergi lainnya baik alergi obat atau makanan, Bunda sebaiknya berhati-hati karena kemungkinan anak akan mengalami reaksi anafilaksis ketika terpapar alergen.

    Cara menghindari terjadinya anafilaksis adalah menghindarkan anak dari penyebab alergi, misalnya mencari penyebab alergi (tes darah atau tes kulit). Jika anak sedang mengalami reaksi alergi, segera lakukan penanganan dengan memberikan antihistamin (anti-alergi) agar gejala alergi tidak memberat.

Cara Mengatasi Alergi pada Anak

Untuk mengatasi alergi pada anak, tergantung dari alergi apa yang dialami anak dan tingkat keparahan dari reaksi alergi yang terjadi. Pertama, ketahui terlebih dahulu apa penyebab alergi pada anak (alergen). Sebagai langkah awal, Bunda dapat menghindarkan anak dari penyebab alergi tersebut sehingga keluhan alergi tidak terulang.

Untuk menghindari alergi makanan pada anak, Bunda sebaiknya berhati-hati dalam memberikan makanan yang berisiko tinggi menimbulkan alergi, seperti makanan laut (ikan, kerang, udang dan kepiting), susu sapi, susu kambing, dan kacang-kacangan. Mulailah dengan jumlah sedikit dan pastikan tidak ada reaksi alergi yang timbul.

Untuk menghindari alergi obat, Bunda sebaiknya tidak memberikan obat sembarangan tanpa pengawasan dokter. Jika muncul reaksi alergi setelah pemberian obat tertentu, diharapkan Bunda mencatatnya dan menghindari pemberian obat dengan golongan obat yang sama.

Untuk menghindarkan anak dari alergi debu, mulailah dengan menjaga kebersihan rumah, membersihkan ruangan tempat anak bermain, dan bersihkan mainan anak secara berkala, serta hindarkan anak dari asap rokok.

Untuk menghindarkan anak dari alergi debu, mulailah dengan menjaga kebersihan rumah, membersihkan ruangan tempat anak bermain, dan bersihkan mainan anak secara berkala, serta hindarkan anak dari asap rokok.

Jenis apa saja alergi pada anak?

Macam-Macam Alergi pada Anak.
Alergi makanan. Alergi makanan merupakan salah satu jenis alergi yang sering dialami oleh anak-anak. ... .
2. Alergi debu. Debu bisa terdiri dari kulit mati, tungau, spora jamur, bulu hewan peliharaan, atau potongan tubuh kecoa yang sudah mati. ... .
3. Alergi serangga. ... .
4. Alergi obat. ... .
Alergi bahan kimia..

Tes alergi umur berapa?

Tes alergi untuk bayi ini dapat dilakukan saat di usia 6 bulan ke atas. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), skin prick test tidak dapat dilakukan dalam beberapa kondisi berikut: Anak memiliki kelainan kulit yang luas karena skin prick test harus dilakukan pada kulit yang sehat.

Berapa biaya tes alergi pada anak?

Tes awal, berupa konsultasi dengan dokter umum, dokter spesialis penyakit dalam, hingga ahli alergi biasanya membutuhkan biaya sekitar Rp120.000-Rp300.000.

Cek alergi ke dokter spesialis apa?

Konsultasi alergi adalah konsultasi dengan dokter spesialis alergi atau imunolog (ahli imunologi). Bisa dilakukan sebagai konsultasi awal ataupun lanjutan.