Berikut ini termasuk pengamalan QS. Ar ra d ayat 11 adalah

Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:

Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

Bagi manusia ada malaikat–malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.

Artinya, ada malaikat–malaikat yang selalu menjaga hamba Allah secara bergiliran, ada yang di malam hari, ada pula yang di siang hari untuk menjaganya dari hal-hal yang buruk dan kecelakaan-kecelakaan.
Sebagaimana bergiliran pula kepadanya malaikat–malaikat lainnya yang bertugas mencatat semua amal baik dan amal buruknya, mereka menjaganya secara bergiliran, ada yang di malam hari, ada yang di siang hari —yaitu di sebelah kanan dan sebelah kirinya— bertugas mencatat semua amal perbuatan hamba yang bersangkutan.
Malaikat yang ada di sebelah kanannya mencatat amal-amal baiknya, sedangkan yang ada di sebelah kirinya mencatat amal-amal buruknya.

Selain dari itu ada dua malaikat lain lagi yang bertugas menjaga dan memeliharanya, yang satu ada di belakangnya, yang lain ada di depan.
Dengan demikian, seorang hamba dijaga oleh empat malaikat di siang harinya, dan empat malaikat lagi di malam harinya secara bergantian, yaitu malaikat yang menjaga dan yang mencatat, seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih:

Malaikat–malaikat di malam hari dan malaikat–malaikat di siang hari silih berganti menjaga kalian, dan mereka berkumpul di waktu salat Subuh dan salat Asar.
Maka naiklah para malaikat yang menjaga kalian di malam hari, lalu Tuhan Yang Maha Mengetahui keadaan kalian menanyai mereka, "Dalam keadaan apakah kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?"

Mereka (para malaikat malam hari) menjawab,


"Kami datangi mereka sedang mereka dalam keadaan salat dan kami tinggalkan mereka sedang mereka dalam keadaan salat."

Di dalam hadis lain disebutkan:

Sesungguhnya bersama kalian selalu ada malaikat–malaikat yang tidak pernah berpisah dengan kalian, terkecuali di saat kalian sedang berada di kakus dan ketika kalian sedang bersetubuh, maka malulah kalian kepada mereka dan hormatilah mereka.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

Bagi manusia ada malaikat–malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah
Yang bergiliran dari Allah adalah para malaikat-Nya.

Ikrimah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman Allah subhanahu wa ta’ala :

…mereka menjaganya atas perintah Allah.

Para malaikat itu ditugaskan untuk menjaganya di depan dan di belakangnya.
Apabila takdir Allah telah memutuskan sesuatu terhadap hamba yang bersangkutan, maka para malaikat itu menjauh darinya.

Mujahid mengatakan bahwa tiada seorang hamba pun melainkan ada malaikat yang ditugaskan untuk menjaganya di saat ia tidur dan di saat ia terbangun, yakni menjaganya dari kejahatan jin, manusia, dan hewan buas.
Tiada sesuatu pun dari makhluk itu yang datang kepada hamba yang bersangkutan dengan tujuan untuk memudaratkannya, melainkan malaikat penjaga itu berkata kepadanya, "Pergilah ke belakangmu!"

Kecuali apabila ada sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah, maka barulah dapat mengenainya.

As-Sauri telah meriwayatkan dari Habib ibnu Abu Sabit, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

Bagi manusia ada malaikat–malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya.
Bahwa yang dimaksud adalah seorang raja dari kalangan para raja di dunia ini, ia mempunyai penjagaan yang berlapis-lapis di sekelilingnya.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

Bagi manusia ada malaikat–malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya.
Yakni pejabat yang diangkat oleh sultan selalu dikawal oleh penjaga.

Sehubungan dengan tafsir ayat ini Ikrimah mengatakan bahwa mereka adalah para amir yang dikawal oleh para penjaga di depan dan di belakangnya.
Ad-Dahhak mengatakan, yang dimaksud adalah sultan (penguasa) yang dijaga atas perintah Allah, padahal penguasa-penguasa itu adalah orang-orang musyrik.

Makna lahiriah ayat ini —hanya Allah yang lebih mengetahui— bahwa yang dimaksud oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, dan Ad-Dahhak dalam ungkapannya masing-masing menunjukkan bahwa penjagaan para malaikat kepada setiap hamba Allah menyerupai penjagaan para pengawal kepada raja dan amir mereka.

Imam Abu Ja’far ibnu Jarir sehubungan dengan hal ini telah meriwayatkan sebuah hadis garib. Ia mengatakan:

telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abdus Salam ibnu Saleh Al-Qusyairi, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Jarir.


dari Hammad ibnu Salamah, dari Abdul Humaid ibnu Ja’far, dari Kinanah Al-Adawi yang mengatakan bahwa Usman ibnu Affan masuk ke dalam rumah Rasulullah ﷺ, lalu ia bertanya,
"Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang seorang hamba, ada berapa malaikatkah yang selalu menyertainya?"
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Seorang malaikat berada di sebelah kananmu yang mencatat amal baikmu, ia adalah kepala (pemimpin) dari malaikat yang ada di sebelah kirimu.
Apabila kamu melakukan suatu kebaikan, maka dicatatkan sepuluh kebaikan, dan apabila kamu mengerjakan suatu keburukan (dosa), maka malaikat yang ada di sebelah kirimu berkata kepada malaikat yang ada di sebelah kananmu, ‘ Bolehkah aku mencatatnya?’ Malaikat yang di sebelah kanan menjawab, ‘Jangan, barangkali dia memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya.’ Malaikat yang ada di sebelah kiri meminta izin kepada yang ada di sebelah kanan sebanyak tiga kali.
Dan apabila dia telah meminta izin sebanyak tiga kali, maka barulah malaikat yang di sebelah kanan berkata, ‘Catatlah, semoga Allah membebaskan kita darinya.
Seburuk-buruk orang yang kita temani adalah orang yang sedikit perasaan muraqabah-nya (diawasi oleh Allah) dan sedikit malunya terhadap kita.’ Allah subhanahu wa ta’ala, berfirman:
‘Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
‘(QS. Qaaf [50]: 18)
Ada dua malaikat lagi, yang seorang berada di hadapanmu, dan yang seorang lagi berada di belakangmu.
Allah subhanahu wa ta’ala, berfirman:

Bagi manusia ada malaikat–malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya., hingga akhir ayat.
Ada malaikat yang memegang ubun-ubunmu.
Apabila kamu merendahkan diri karena Allah, maka malaikat itu mengangkatmu, dan apabila kamu berlaku congkak, maka malaikat itu membenamkanmu.
Ada dua malaikat yang berada di kedua bibirmu, keduanya tidak menjagamu selain bila kamu membaca salawat untuk Nabi Muhammad ﷺ Dan seorang malaikat yang menjaga mulutmu, dia tidak akan membiarkan mulutmu dimasuki oleh ular.
Dan dua malaikat lagi yang ada di kedua matamu, seluruhnya ada sepuluh malaikat untuk tiap-tiap manusia.
Malaikat–malaikat yang bertugas di malam hari turun untuk menggantikan malaikat–malaikat yang bertugas di siang hari, karena malaikat malam hari lain dengan malaikat siang hari, mereka berjumlah dua puluh malaikat untuk setiap manusia.
Sedangkan iblis bekerja di siang hari dan anaknya bekerja di malam hari."

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan:

telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepadaku Mansur, dari Salim ibnu Abul Ja’d, dari ayahnya, dari Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:


"Tiada seorang pun di antara kalian melainkan telah ditugaskan untuk menemaninya teman dari jin dan teman dari malaikat." Mereka bertanya,

"Juga engkau, wahai Rasulullah?"


Rasulullah ﷺ menjawab, "Juga diriku ini, tetapi Allah menolongku terhadap gangguannya.

Karena itu, tiadalah menganjurkan kepadaku kecuali hanya kebaikan belaka."

Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim secara munfarid (menyendiri).

Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

…mereka menjaganya atas perintah Allah.

Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah mereka menjaganya atas perintah dari Allah subhanahu wa ta’ala, Demikianlah menurut riwayat Ali ibnu Abu Talhah dan lain-lainnya, dari Ibnu Abbas.
Pendapat ini dipegang oleh Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, Ibrahim An-Nakha’i, dan lain-lainnya.

Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

…mereka menjaganya atas perintah Allah. Menurut sebagian qiraat, ada yang membacanya dengan bacaan berikut:

Yahfazunahu biamrillah, yakni mereka menjaganya dengan perintah Allah.’

Ka’bul Ahbar mengatakan, "Seandainya tampak bagi anak Adam semua kemudahan dan semua kesulitan, tentulah ia akan melihat segala sesuatu dari hal tersebut sebagai sesuatu yang meyakinkannya.

Sekiranya Allah tidak menugaskan malaikat–malaikat untuk menjaga kalian dalam makanan, minuman, serta aurat kalian, niscaya kalian akan binasa."

Abu Umamah mengatakan bahwa tiada seorang anak Adam pun melainkan ditemani oleh malaikat yang menjaganya hingga ia menyerahkannya kepada apa yang telah ditakdirkan bagi anak Adam yang bersangkutan.

Abu Mijlaz mengatakan bahwa seorang lelaki dari Bani Murad datang kepada Ali r.a. yang sedang salat, lalu lelaki itu berkata,
"Hati-hatilah engkau, karena sesungguhnya ada sejumlah orang dari Bani Murad yang ingin membunuhmu." Maka Ali r.a. menjawab,

"Sesungguhnya setiap orang lelaki selalu ditemani oleh dua malaikat yang menjaganya dari hal-hal yang tidak ditakdirkan untuknya.


Apabila takdir telah datang untuknya, maka kedua malaikat itu menjauh darinya.
Sesungguhnya ajal itu adalah benteng yang sangat kuat."

Sebagian ulama tafsir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

…mereka menjaganya atas perintah Allah.
Yakni berdasarkan perintah dari Allah subhanahu wa ta’ala, Seperti yang disebutkan di dalam hadis, bahwa mereka (para sahabat) bertanya,
"Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu tentang ruqyah (pengobatan memakai jampi) yang biasa kita gunakan?
Apakah ia dapat menolak sesuatu dari takdir Allah?"
Rasulullah ﷺ menjawab melalui sabdanya:

Ruayah itu sendiri termasuk bagian dari takdir Allah.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Gayyas, dari Asy’as, dari Jahm, dari Ibrahim yang mengatakan bahwa Allah pernah memerintahkan kepada salah seorang nabi dari kalangan kaum Bani Israil,
"Hendaklah kamu katakan kepada kaummu bahwa tidak ada suatu penduduk kota pun —dan tidak ada penghuni suatu ahli bait pun— yang tadinya berada dalam ketaatan kepada Allah, lalu mereka berpaling dari ketaatan dan mengerjakan maksiat kepada Allah, melainkan Allah memalingkan dari mereka hal-hal yang mereka sukai, kemudian menggantikannya dengan hal-hal yang tidak mereka sukai."
Selanjutnya Jahm ibnu Ibrahim mengatakan bahwa bukti kebenaran ini dalam Kitabullah (Alquran) ialah firman Allah subhanahu wa ta’ala, yang mengatakan:

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

Hal ini disebutkan dalam suatu hadis yang berpredikat marfu.