Berikut ini adalah faktor yang Mempengaruhi elastisitas Permintaan

Kita pastinya mengerti bahwa permintaan ini bersifat leastis dalam sebuah perekonomian dan dunia bisnis. namun, tahukah anda mengapa permintaan ini bersifat snagat elastis alias bisa berubah-ubah? Ketahui terlebih dahulu apa saja faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan yang pastinya bisa menjadi jawaban atas pertanyaan yang muncul dipembahasan di atas.

Berikut akan kita bahas lebih lanjut akan faktor yang memepengaruhi elastisitas permintaan. Karena ada sebuah barang yang permintaannya besifat unitary, elastis sempurna dan inelastis. Jadi, untuk pemahaman lebih lanjut, berikut akan kita bahas satu persatu faktor-faktor tersebut.

1. Jenis Barang

Kita harus mengetahui bahwasnaya ada beberapa jenis barang berbeda dalam setiap kebutuhan tertentu seperti hukum permintaan dan penawaran. Ada jenis barang yang bersifat inelastis, ini merupakan ungkapan untuk barang yang jenis harganya akan selalu berubah, hanya saja tingkat permintaannya akan selalu tetap dan tidak terlalu banyak berubah. Mengapa hal ini bisa terjadi? Ini dikarenakan barang yang tergategorikan tersebut akan tetap selalu dibutuhkan untuk kelangsungan hidup walupun harga nya berubah maupun naik. Misalnya saja harga beras, harga cabe dan kebutuhan pokok lainnya.

Hanya saja, jika suatu barang ini masih tergolong ke dalam jenis kebutuhan tersier dan sekunder, maka permintaan yang terjadi di pasar akan lebih bersifat elastis. Ini dalam artian bisa selalu berubah tergantung kondisi. Jadi, jika harga mulai melambung tinggi maka tingkat permintaan bis asaja sedikit naik. Hanya saja tidak melulu berubah turun atau drastis. Ini akan tergantung kebutuhan dan tingkat pendapatan juga tentunya. Ini terjadi dikarenakan perubahan harga yang mungkin dirasa sangat drastis dan sangat tinggi. Sehingga kebanyakan orang akan berfikir untuk menunda terlebih dahulu keinginan untuk membeli barang tersebut sehingga ini akan menunggu waktu dimana harganya sudah kembali turun dan normal.

2. Ketersediaan Substitusi atau Barang Pengganti

Tingkat permintaan di pasar juga akan dipengaruhi oleh masalah ada atau tidaknya barang pengganti yang bisa menggantikan fungsi dari barang tersebut nantinya. Misalnya saja sebuah barang yang kita misalkan dengan varian (X) mengalami kenaikan harga yang amat sangat tinggi, namun memiliki subtitusi yang kita misalkan dengan varian (Y). Diman kedua jenis barang ini memiliki fungsi yang sama waluapun jenisnya dan bentuknya mungkin berbeda. Maka ketika barang (X) naik harga maka orang-orang akan cenderung membeli barang (Y) begitu juga sebaliknya. Permintaan produk terhadap varian barang (X) ini akan semakin elastis jika semakin banyak substitusi lainnya yang bisa digunakan untuk menggantikan barang (X) tersebut. Misanya saja tidak hanya (Y) yang memiliki fungsi sama atau mendekati namun ada (Z), (P), (O) dan (W) misalnya. Maka permintaan terhadap barang (X) akan sangat elastis, berbeda jika tidak memiliki barang pengganti lainnya.

3. Harga Barang

Harga dasar dari barang akan menentukan bagaimana keelastisan permintaan terhadap barang tersebut. Jika misalnya harga awal dari barang ini tidak terlalu mahal, maka ini tidak akan memiliki pengaruh banyak sekalipun harganya naik sedikit. Jadi, ini akan tetap bersifat inelastis. Misalnya saja harga barang naik 500- 2000 rupiah dari harga awal. Ini tetap akan menjadi salah satu berang yang ineasltis apalagi jenis barang tersebut adalah barang primer atau kebutuhan utama dari masnusia.

4. Keyakinan dan Tradisi

Nah, ini termasuk ke dalam jenis barang primer walaupun tidka untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun ada beberapa barang yeang tetap harus ada walaupun harganya naik. Terkadang ini termasuk dalam keyakinan maupun tradisi tertentu yang mengharuskan sebagian orang-orang untuk tetap melanjutkan dan melestarikan tradisi tersebut sehingga akan tetap inelastis permintaan barang tersebut.

5. Frekuensi Terhadap Pembelian Barang

Seperti contoh teori permintaan yang umum terjadi, jika misalnya barang tersebut hanya perlu dibeli dan diganti setiap tahunnya maka permintaan akan tetap bersifat inelastis walaupun mengalami sedikit kenaikan harga. Misalnay saja payung, bantal, kasur dan gorden atau jenis-jenis barang lainnya yang memiliki jangka waktu tahan lebih lama dan orang-orang tidak harus setiap hari membelinya. Ini dikarenakan pembelian yang terjadi sangat jarang dan tidak dalam frekuensi yang sering atau rutin. Jadi, kenaikan sedikit harga tidak akan menjadi pengaruh yang sangat besar dalam tingkat permintaan di pasar. Ini juga bersifat inelastis jadinya.

6. Selera

Nah, ini juga termasuk masalah trend dan bagaimana perkembangan zaman. Terkadang beberapa trend yang booming akan menggunakan barang-barang tertentu akan membuat barang-barang tersebut menjadi inelastis walaupun harganya tergolong tinggi sekalipun. Permintaan akan tetap tinggi. Karena ini berhubungan dengan faktor keinginan, selera dan bagaimana trend yang berlaku. Namun ini akan berubah sepanjang selera masyarakat juga mengalami perubahan. Jadi, tidak bersifat tetap.

Warta Ekonomi, Jakarta -

Elastisitas permintaan adalah istilah ekonomi untuk menggambarkan perubahan jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga dari barang tersebut. Elastisitas harga digunakan oleh para ekonom untuk memahami bagaimana penawaran atau permintaan berubah mengingat perubahan harga untuk memahami cara kerja ekonomi riil.

Karena jumlah permintaan hampir selalu turun jika harga naik, elastisitas permintaan biasanya bernilai negatif, walaupun para ahli ekonomi kadang tidak menulis tanda negatif tersebut. Permintaan suatu barang dikatakan bersifat elastis jika elastisitasnya lebih besar dari 1, artinya kenaikan harga sebesar 1% menghasilkan penurunan permintaan yang lebih besar dari 1%.

Baca Juga: Apa Itu Elastisitas Penawaran?

Namun, ada beberapa barang yang sangat tidak elastis, artinya, perubahan harga tidak memengaruhi perubahan penawaran atau permintaan. Seperti orang perlu membeli bensin untuk pergi bekerja atau bepergian ke seluruh dunia, dan jika harga minyak naik, orang kemungkinan besar masih akan membeli bensin dalam jumlah yang sama.

Jika kuantitas yang diminta suatu produk menunjukkan perubahan besar sebagai respons terhadap perubahan harganya, hal itu disebut elastis. Jika kuantitas yang dibeli mengalami sedikit perubahan sebagai respons terhadap harganya, hal itu berarti tidak elastis.

Dengan kata lain, di dunia di mana orang-orang sama-sama menyukai kopi dan teh, jika harga kopi naik, orang tidak akan kesulitan beralih ke teh, sehingga permintaan kopi akan turun. Ini karena kopi dan teh dianggap sebagai pengganti yang baik satu sama lain.

Elastisitas permintaan juga dapat digunakan untuk memprediksi efek atau beban yang ditimbulkan oleh pajak terhadap barang tersebut.

Faktor Penentu Elastisitas Permintaan

1. Ketersediaan barang pengganti

Semakin banyak barang substitusi yang tersedia, permintaan akan cenderung semakin elastis, karena pembeli dapat membeli barang lain bahkan jika harga berubah sedikit saja. Jika tidak ada pengganti yang cocok, efek substitusi menjadi mengecil dan permintaan menjadi cenderung tidak elastis.

2. Persentase dari pendapatan pembeli

Semakin tinggi harga barang, elastisitas cenderung lebih tinggi, karena pembeli akan lebih berhati-hati dalam membeli barang tersebut. Efek ini disebut efek pendapatan dan pengaruhnya cukup besar.

3. Kebutuhan

Semakin penting kebutuhan akan suatu barang, permintaan cenderung menjadi tidak elastis karena pembeli akan membelinya tanpa memperdulikan harga. Contohnya adalah obat insulin bagi mereka yang membutuhkan.

4. Durasi

Umumnya, semakin lama perubahan harga barang bertahan, elastisitas akan semakin tinggi, karena konsumen memiliki waktu dan kesediaan untuk mengubah perilaku konsumsinya. 

Sebagai contoh, jika harga bahan bakar minyak (BBM) naik, dalam jangka pendek konsumen akan tetap membutuhkannya dan membelinya dengan jumlah yang sama. Namun, jika harga yang tinggi bertahan lama, konsumen akan mencari cara untuk mengurangi kebutuhan BBM-nya, misalnya dengan menggunakan kendaraan umum, atau membeli kendaraan yang lebih hemat BBM.

5. Loyalitas merek

Loyalitas terhadap suatu merek dapat mengurangi sensitivitas terhadap perubahan harga, sehingga permintaan menjadi tidak elastis. Loyalitas ini dapat terjadi karena kebiasaan atau karena adanya penghalang untuk berganti merek.

6. Pembayar

Jika pembelian dibayar oleh pihak lain, permintaan cenderung tidak elastis, sebagai contoh pengeluaran dinas yang ditanggung perusahaan atau negara.

7. Barang yang adiktif

Barang-barang yang bersifat adiktif atau dapat menyebabkan kecanduan cenderung memiliki permintaan tidak elastis, karena konsumen yang sudah kecanduan akan terpaksa membelinya sekalipun harganya berubah drastis. Sebagai contoh adalah rokok, minuman keras, atau heroin.

Aturan umumnya adalah jika kuantitas barang yang diminta atau dibeli berubah lebih dari perubahan harga, maka produk tersebut disebut elastis.

Elastisitas permintaan terjadi ketika harga suatu barang atau jasa berpengaruh besar terhadap permintaan konsumen. Jika harga turun sedikit, konsumen akan membeli lebih banyak. Jika harga naik sedikit, mereka akan berhenti membeli sebanyak mungkin dan menunggu harga kembali normal.

Inilah yang perlu Anda ketahui tentang elastisitas permintaan, dan cara hitung, faktor yang mempengaruhinya, dan perbedaannya dengan permintntaan yang tidak elastis.

Apa itu Elastisitas Permintaan?

Harga adalah salah satu dari lima penentu permintaan, tetapi tidak mempengaruhi permintaan untuk semua barang dan jasa secara merata. Ketika harga sangat mempengaruhi permintaan, barang atau jasa tersebut dikatakan memiliki “elastisitas permintaan”.

Nama tersebut berasal dari cara para ekonom berpikir tentang permintaan untuk barang atau jasa tersebut — nama itu mudah meluas, dan sedikit perubahan harga menghasilkan perubahan besar pada permintaan.

Inti dari pemasaran adalah memprediksi bagaimana konsumen akan merespon berbagai bentuk stimulus. Berapa peningkatan konsumen menggunakan produk jika kita mengendorse Raffi Ahmad untuk mendukung produk? Bagaimana perasaan konsumen tentang boneka beruang di email pemasaran atau di kemasan?

Meskipun bisnis tidak pernah bisa 100% yakin dengan cara konsumen bereaksi, tujuan dari setiap tim pemasaran dan produk adalah untuk meningkatkan konversi, penggunaan, dan pandangan merek yang positif.

Penetapan harga, dan lebih khusus lagi strategi penetapan harga perusahaan Anda, adalah satu area yang dapat diterapkan untuk pemasaran dan produk yang masih mengandung banyak dugaan.

Pemasaran fenomenal dan pengembangan produk dapat menyebabkan kenaikan harga Anda sambil mempertahankan tingkat konversi yang sama. Dua area bisnis Anda juga dapat meningkatkan konversi Anda jika dilakukan dengan tidak benar.

Namun, menetapkan harga dan mengomunikasikan nilai tidak boleh dilkukan dengan sembarangan Demikian pula, pengoptimalan dan perubahan harga tidak boleh dilakukan dalam sekejap.

Untungnya, ada cara untuk memandu proses tersebut. Salah satu landasan strategi penetapan harga, ekonomi mikro, dan dasar pemasaran / produk yang hebat adalah teori elastisitas harga permintaan, yang juga dikenal lebih sederhana sebagai elastisitas harga yang dapat meningkatkan permintaan dengan membuat penawaran produk Anda lebih inelastis melalui pemasaran dan pengembangan produk.

Elastisitas harga mengacu pada bagaimana kuantitas yang diminta atau ditawarkan suatu barang berubah ketika harganya berubah. Dengan kata lain, ini mengukur seberapa banyak orang bereaksi terhadap perubahan harga suatu barang.

Elastisitas harga permintaan mengacu pada bagaimana perubahan harga mempengaruhi kuantitas yang diminta suatu barang. Sebaliknya, elastisitas harga penawaran mengacu pada bagaimana perubahan harga mempengaruhi kuantitas yang ditawarkan suatu barang.

Baca juga: Sistem Informasi Pemasaran: Pengertian, Jenis, dan Komponen di Dalamnya

Bagaimana Elastisitas Permintaan Bekerja?

Hukum permintaan memandu hubungan antara harga dan kuantitas yang dibeli. Ini menyatakan bahwa kuantitas yang dibeli memiliki hubungan terbalik dengan harga.

Saat harga naik, orang membeli lebih sedikit. Elastisitas permintaan memberi tahu Anda seberapa banyak jumlah yang dibeli berkurang saat harga naik.

Jika suatu barang atau jasa memiliki permintaan elastis, artinya konsumen akan banyak melakukan perbandingan belanja. Mereka melakukan ini ketika mereka tidak putus asa untuk memilikinya atau mereka tidak membutuhkannya setiap hari. Mereka juga akan membandingkan toko ketika ada banyak pilihan serupa lainnya.

Anda dapat memvisualisasikan fenomena ini dengan grafik kurva permintaan. Dalam skenario permintaan elastis, kuantitas yang diminta akan berubah lebih banyak daripada harga. Jika harga berada pada sumbu y dan permintaan berada pada sumbu x, kurva permintaan elastis akan terlihat lebih rendah dan lebih datar daripada jenis permintaan lainnya.

Semakin elastis permintaannya, semakin datar kurva tersebut.

Berikut ini adalah faktor yang Mempengaruhi elastisitas Permintaan

Kurva permintaan — dan setiap diskusi tentang elastisitas harga — hanya menunjukkan bagaimana kuantitas berubah sebagai respons terhadap harga “ceteris paribus”, frasa Latin yang berarti “semua hal lain sama.” Jika salah satu faktor penentu permintaan berubah, itu akan menggeser seluruh kurva permintaan.

Untuk mengukur elastisitas permintaan, bagi persentase perubahan kuantitas yang diminta dengan persentase perubahan harga. Jika rasio ini memberikan hasil lebih dari satu, permintaan itu dianggap elastis. Misalnya, kuantitas yang diminta naik 10% saat harga turun 5%. Rasionya adalah 0,10 / 0,05 = 2.

Permintaan elastis sempurna adalah ketika kuantitas yang diminta meroket hingga tak terbatas ketika harga turun berapa pun jumlahnya. Itu, tentu saja, tidak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Namun, banyak komoditas mendekati skenario itu karena mereka sangat kompetitif. Harga pada dasarnya adalah satu-satunya hal yang penting.

Baca juga: Mengetahui Tugas dan Tanggung Jawab Marketing Secara Mendalam

Cara menghitung Elastisitas Permintaan

Ada tiga jenis utama elastisitas harga permintaan: elastis, elastisitas satuan, dan tidak elastis. Sebelum mempelajari subjek ini lebih dalam, sebaiknya Anda memiliki pemahaman yang baik tentang hukum penawaran dan permintaan.

Untuk menghitung Price Elasticity of Demand (PED), kami menggunakan persamaan sebagai berikut:

Berikut ini adalah faktor yang Mempengaruhi elastisitas Permintaan

Dimana:

% Perubahan Kuantitas yang Diminta (Qd) = (Kuantitas Baru – Kuantitas Lama) / Kuantitas Rata-rata

% Perubahan Harga (P) = (Harga Baru – Harga Lama) / Harga Rata-rata

PED selalu diberikan sebagai nilai absolut, atau nilai positif, karena kita tertarik dengan besarnya.

Metode Titik Tengah untuk Elastisitas

Beberapa sumber daya ekonomi malah akan menghitung elastisitas harga menggunakan rumus berikut:

% Perubahan Kuantitas yang Diminta (Qd) = (Kuantitas Baru – Kuantitas Lama) / Kuantitas Lama

% Perubahan Harga (P) = (Harga Baru – Harga Lama) / Harga Lama

Perhatikan bahwa penyebut untuk keduanya adalah kuantitas dan harga lama yang bertentangan dengan harga dan kuantitas rata-rata yang ditunjukkan di atas.

Penggunaan rumus ini tidak ideal karena arah perubahan harga atau kuantitas dapat mempengaruhi angka yang dihitung untuk elastisitas harga.

Berikut adalah contoh untuk menggambarkan hal ini. Harga sepasang celana turun dari $ 30 menjadi $ 20 dan jumlah yang diminta dari 100 menjadi 150 pasang celana. Perhitungan elastisitas harga permintaan untuk ini adalah sebagai berikut:

Berikut ini adalah faktor yang Mempengaruhi elastisitas Permintaan

Namun, jika kita membalik contoh ini dan harga sepasang celana naik, kita mendapatkan perhitungan ini sebagai gantinya:

Berikut ini adalah faktor yang Mempengaruhi elastisitas Permintaan

Dalam contoh ini, angka yang disebutkan sama, dan perubahannya sama persis. Satu-satunya perbedaan adalah arah perubahan yang berbeda, menyebabkan elastisitas harga permintaan yang berbeda. Untuk menyelesaikannya, rumus yang kami gunakan di atas menggunakan metode titik tengah untuk elastisitas.

Metode titik tengah menggunakan jumlah dan harga rata-rata sebagai penyebut untuk rumus perubahan persentase sebagai berikut:

% Perubahan Kuantitas yang Diminta (Qd) = (Kuantitas Baru – Kuantitas Lama) / Kuantitas Rata-rata

% Perubahan Harga (P) = (Harga Baru – Harga Lama) / Harga Rata-rata

Ini menyelesaikan masalah elastisitas yang berbeda, seperti yang dapat kita lihat menggunakan perhitungan berikut untuk contoh sebelumnya:

Berikut ini adalah faktor yang Mempengaruhi elastisitas Permintaan

Baca juga: AIDA adalah Strategi Pemasaran yang Ampuh Untuk Tingkatkan Penjualan, Ini Penjelasannya!

Elastisitas permintaan

Elastisitas permintaan terjadi ketika perubahan harga menyebabkan perubahan besar yang tidak proporsional dalam jumlah yang diminta.

Misalnya, barang dengan permintaan elastis mungkin mengalami kenaikan harga sebesar 10%, tetapi akibatnya permintaan turun sebesar 30%. Barang yang mengalami permintaan semacam ini diberi label sebagai “sensitif terhadap harga”, dan biasanya merupakan barang non-esensial yang memiliki banyak pengganti (seperti makanan restoran, item fesyen, dll.).

Sebuah barang dianggap “elastis” jika PED-nya lebih besar dari 1. Misalnya, jika kuantitas yang diminta dari sebuah tas tangan turun dari 300 menjadi 200 saat harga naik dari $ 500 menjadi $ 550, penghitungan PED tas tersebut adalah:

Berikut ini adalah faktor yang Mempengaruhi elastisitas Permintaan

PED barang adalah 4.2, yang dianggap elastis.

Sebuah barang dengan permintaan elastis sempurna akan memiliki PED tak terhingga, di mana bahkan perubahan harga yang sangat kecil akan menyebabkan perubahan permintaan yang sangat besar.

Baca juga: Relationship Marketing Adalah Cara Efektif Untuk Meningkatkan Kesetiaan Pelanggan, Ini Caranya!

Permintaan tidak elastis

Permintaan tidak elastis terjadi ketika perubahan harga menyebabkan perubahan kecil yang tidak proporsional dalam kuantitas yang diminta.

Misalnya, sebuah barang dengan permintaan tidak elastis mungkin mengalami kenaikan harga sebesar 30%, tetapi akibatnya permintaan turun hanya 10%. Barang yang mengalami permintaan semacam ini diberi label sebagai “tidak sensitif terhadap harga”, dan biasanya merupakan barang penting yang tidak dapat diganti oleh konsumen (seperti air, obat-obatan, rokok, dll.).

Suatu barang dianggap “tidak elastis” jika PED-nya kurang dari 1. Misalnya, jika kuantitas yang diminta obat pengobatan kanker turun dari 900 menjadi 700 saat harga naik dari $ 500 menjadi $ 900, PED obat tersebut adalah:

Berikut ini adalah faktor yang Mempengaruhi elastisitas Permintaan

PED barang adalah 0,4375, yang dianggap tidak elastis.

Sebuah barang dengan permintaan yang sangat tidak elastis akan memiliki PED 0, di mana bahkan perubahan harga yang sangat besar tidak akan menyebabkan perubahan permintaan.

Unit Permintaan Elastis

Permintaan elastis perunit atau satuan terjadi ketika perubahan harga menyebabkan perubahan kuantitas yang diminta secara proporsional.

Misalnya, barang dengan permintaan elastis unit inelastis mungkin mengalami kenaikan harga sebesar 30%, dan permintaan juga akan turun sebesar 30%.

Barang-barang seperti itu lebih sulit ditemukan di pasar saat ini, dan permintaan elastis unit lebih merupakan konsep ekonomi teoretis. Meskipun demikian, sebuah barang dengan permintaan elastisitas dapat tetap ada.

Sebuah barang dianggap “unit elastis” jika PED-nya sama dengan 1. Misalnya, jika kuantitas yang diminta suatu barang turun dari 1.000 menjadi 900 saat harga naik dari $ 90 menjadi $ 100, PED barang tersebut adalah:

Berikut ini adalah faktor yang Mempengaruhi elastisitas Permintaan

PED barang adalah 1, yang dianggap sebagai satuan elastis.

Elastisitas Harga Pasokan

Elastisitas harga pasokan atau Price elasticity of supply (PES) bekerja dengan cara yang sama seperti PED. Persamaan untuk menghitung PES adalah sama (kecuali bahwa kuantitas yang digunakan adalah kuantitas yang ditawarkan, bukan kuantitas yang diminta).

Berikut ini adalah faktor yang Mempengaruhi elastisitas Permintaan

Untuk permintaan dan penawaran, kategorisasi berikut berlaku:

  • PED atau PES > 1 =Elastis
  • PED atau PES = 1 =Unit Elastis
  • PED atau PES < 1 =Tidak Elastis

Namun, kita perlu berhati-hati bahwa pasokan cenderung ke atas sementara permintaan menurun ke bawah. Jadi,

  • PES yang elastis berarti bahwa kenaikan harga akan menyebabkan peningkatan besar yang tidak proporsional dalam jumlah yang ditawarkan.
  • PES yang tidak elastis berarti bahwa kenaikan harga akan menyebabkan peningkatan kecil yang tidak proporsional dalam jumlah yang ditawarkan.
  • Unit elastis PES berarti bahwa kenaikan harga akan menyebabkan peningkatan jumlah yang ditawarkan secara proporsional.

Baca juga: Direct Selling: Pengertian, Jenis, Kelebihan, Kekurangan dan Tipsnya

Permintaan Elastis dan Permintaan Tidak Elastis

Kebalikan dari permintaan elastis adalah permintaan inelastis atau tidak elastis. Sedangkan permintaan berubah lebih dari harga dengan permintaan elastis, harga berubah lebih banyak daripada permintaan dengan permintaan tidak elastis.

Dengan kata lain, konsumen bersedia untuk mentolerir perubahan harga yang lebih besar sebelum mereka mengubah perilaku mereka. Harga suatu produk dengan permintaan yang tidak elastis bisa tiba-tiba naik, tetapi konsumen tidak mungkin mempertimbangkan alternatif — atau tidak ada alternatif untuk dipertimbangkan.

Permintaan elastis lebih cenderung diterapkan pada kemewahan. Konsumen memiliki banyak pilihan dalam hal kemewahan — termasuk pilihan untuk tidak membeli apa pun.

Di sisi lain, barang-barang kebutuhan pokok seperti makanan memiliki permintaan yang tidak elastis. Jika harga buah dan sayur tiba-tiba melonjak, Anda tidak bisa begitu saja berhenti makan buah dan sayur, sehingga Anda akan dipaksa untuk membayar harga yang lebih tinggi.

Ada juga “permintaan elastis unit” yang kita telah bahas diatas, yang pada dasarnya merupakan jalan tengah yang sempurna antara permintaan tidak elastis dan permintaan elastis. Ketika permintaan berubah dengan jumlah yang sama persis dengan harga, itu disebut permintaan elastis unit.

Fakktor yang Mempengaruhi Elastisitas Harga dari Permintaan

1. Sifat komoditas

Elastisitas harga dari permintaan bervariasi sesuai dengan sifat komoditi tersebut. Biasanya, elastisitas harga permintaan barang-barang kebutuhan seperti garam, gula, kotak korek api dll kurang dari satu. Pasalnya, setiap perubahan harga komoditas tersebut tidak memengaruhi permintaan karena konsumen akan membeli komoditas tersebut terlepas dari perubahan harga.

Sebaliknya elastisitas harga terhadap permintaan barang mewah seperti emas, perhiasan, pendingin ruangan dll lebih besar dari pada satu kesatuan.

Artinya, sedikit perubahan harga komoditas tersebut berdampak besar pada permintaan mereka. Sedangkan elastisitas harga permintaan barang-barang tersier seperti kulkas, kipas angin dll merupakan kesatuan yang mengimplikasikan perubahan permintaan yang proporsional karena perubahan harga.

2. Ketersediaan barang pengganti

Komoditas yang memiliki barang substitusi tersedia di pasar dengan harga yang wajar memiliki permintaan yang elastis.

Barang pengganti mengacu pada barang-barang yang dapat digunakan di tempat lain seperti teh dan kopi, biskuit Oreo dan Biskuat, dll. Sedikit turunnya harga satu barang pengganti menyebabkan lebih banyak permintaan untuk barang tersebut.

Akibatnya, permintaan barang substitusi menjadi elastis. Misalnya, jika harga teh turun, orang akan mulai membel lebih banyak sedangkan kopi lebih sedikit. Di sisi lain, barang tanpa substitusi memiliki permintaan yang tidak elastis.

3. Barang dengan penggunaan berbeda

Barang yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan mengandung permintaan elastis. Kenaikan harga suatu komoditas menyebabkan penurunan penggunaan komoditas tersebut.

Misalnya, susu digunakan untuk minum dan membuat teh, keju, yoghurt, dan lassi. Jika harga susu dinaikkan, maka akan digunakan untuk tujuan minum saja sehingga permintaan untuk keperluan lain yang kurang penting akan turun drastis.

4. Pendapatan konsumen

Elastisitas harga permintaan bervariasi dengan pendapatan konsumen. Untuk kelompok berpenghasilan tinggi dan rendah, permintaannya tidak elastis sedangkan untuk kelompok berpenghasilan menengah permintaannya elastis.

Sebab, setiap perubahan harga menyebabkan kontraksi atau perluasan permintaan oleh kelompok menengah. Di sisi lain, dampaknya sangat kecil terhadap permintaan masyarakat berpenghasilan tinggi dan rendah.

5. Kebiasaan konsumen

Barang-barang seperti rokok, alkohol, kopi, dll. Yang menjadi kebiasaan konsumen, memiliki permintaan yang tidak elastis. Setiap perubahan harga komoditas ini tidak menyebabkan perubahan permintaan.

6. Tingkat harga

Komoditas yang memiliki harga tinggi seperti perhiasan, AC, emas dan harga murah seperti koran memiliki permintaan yang tidak elastis. Perubahan harga komoditas tersebut menyebabkan sedikit perubahan permintaan.

Di sisi lain, barang dengan harga sedang seperti pakaian, televisi, dll memiliki permintaan yang elastis. Sedikit perubahan pada harga barang-barang ini berdampak besar pada permintaan mereka.

7. Jangka waktu

Permintaan untuk komoditas apa pun tidak elastis untuk jangka waktu yang lebih pendek sedangkan elastis untuk jangka waktu yang lebih lama.

Ini karena selera, preferensi, dan kebiasaan konsumen berubah dalam jangka panjang. Dengan kata lain, kenaikan harga suatu komoditas akan menyebabkan kontraksi permintaan dan Jatuhnya harga mengarah pada perpanjangan permintaan dalam jangka panjang.

8. Permintaan bersama

Barang-barang pelengkap seperti mobil dan bensin, tinta dan pulpen, kamera dan film dll memiliki permintaan yang tidak elastis. Kenaikan harga bensin mungkin tidak menyusut jika tidak ada penurunan permintaan mobil.

9. Permintaan Peak dan Off-Peak

Permintaan komoditas selama waktu sibuk atau peak tidak elastis, sebaliknya  selama waktu tidak sibuk atau off peak lebih elastis. Pola ini terutama berlaku dalam kasus transportasi dan fasilitas akomodasi hotel.

10. Proporsi pendapatan yang dibelanjakan pada suatu komoditas:

Komoditas seperti pasta gigi, semir sepatu, dll. Yang menghabiskan sebagian kecil pendapatannya memiliki permintaan yang tidak elastis.

Setiap perubahan harga barang-barang ini tidak mempengaruhi permintaan mereka sedangkan untuk barang-barang yang menghabiskan sebagian besar pendapatan, memiliki permintaan elastis seperti pakaian, makanan, dll. Perubahan harga barang-barang ini berdampak besar pada permintaannya.

11. Penundaan penggunaan

Komoditas yang permintaannya bisa ditunda, memiliki permintaan elastis. Misalnya, jika permintaan untuk membangun rumah ditunda maka permintaan bahan bangunan seperti batu bata, kapur semen, pasir dll akan menjadi elastis.

Di sisi lain, komoditas yang permintaannya tidak bisa ditunda seperti makanan saat lapar atau minum saat haus, memiliki permintaan yang tidak elastis.

Baca juga: Word of Mouth Adalah Strategi Pemasaran Ampuh untuk Meningkatkan Penjualan

Kesimpulan

Secara keseluruhan, elastisitas permintaan terhadap harga harus menjadi pertimbangan penting saat mengembangkan produk dan strategi pemasaran Anda, selain menjadi poin dasar di balik penetapan harga Anda.

Faktor besar yang harus Anda perhatikan adalah elastisitas harga untuk segmen pelanggan yang berbeda akan bervariasi. Dengan demikian, pemasaran, penetapan harga, dan bundling Anda harus bervariasi.

Ingat, pada akhirnya, penetapan harga adalah proses yang harus Anda integrasikan ke dalam lintasan perusahaan Anda untuk meningkatkan keuntungan dalam bisnis Anda.

Dalam memudahkan Anda dalam melakukan pemantauan keuntungan dan penetapan harga, Anda harus melakukan penghitungan nilai keseluruhan bahan baku dalam pembuatan produk dan pencatatan keuangan bisnis. Untuk memudahkan hal itu, Anda bisa menggunakan sistem akuntansi yang memiliki fitur tersebut seperti Accurate Online.

Accurate Online adalah software akuntansi berbasis cloud buatan Indonesia yang sudah dikembangkan lebih dari 20 tahun dan digunakan oleh lebih dari 300 ribu pengguna dari berbagai jenis bisnis di Indonesia.

Tertarik? Anda bisa mencoba menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini: