Berikut ini adalah candi yang dibangun pada masa kerajaan Majapahit di Jawa Timur kecuali

Home Nasional Nasional Lainnya

din | CNN Indonesia

Selasa, 02 Mar 2021 11:57 WIB

Berikut ini adalah candi yang dibangun pada masa kerajaan Majapahit di Jawa Timur kecuali

Sebagai salah satu kerajaan tertua di Indonesia, kerajaan Majapahit meninggalkan sejumlah prasasti. Artikel ini menuliskan daftar prasasti dan candi. (Foto: iStockphoto/benito_anu)

Jakarta, CNN Indonesia --

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan bercorak Hindu-Buddha dan terbesar di Pulau Jawa yang berdiri sejak tahun 1293 lalu berakhir pada abad ke-16 Masehi.

Semasa kejayaannya, Kerajaan Majapahit meninggalkan beberapa prasasti serta peninggalan yang tersebar di berbagai lokasi. Berikut 10 prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit yang dihimpun dari berbagai sumber:

1. Prasasti Wurare

Tertulis tahun 1211 Saka atau 1289 Masehi, menceritakan kisah seorang Brahmana bernama Aryya Bharad yang membagi tanah Jawa menjadi dua bagian karena terdapat dua raja yang hampir berperang, yakni Kerajaan Panjalu dan Janggala.

Dalam tulisan di prasasti ini, ditemukan angka tahun 1216 Saka atau 1294 M. Berisi cerita Raden Wijaya yang dibantu Rama Kudadu dalam pelarian dari ancaman Jayakatwang yang telah membunuh Raja Singasari, Kertanegara.

Berikut ini adalah candi yang dibangun pada masa kerajaan Majapahit di Jawa Timur kecuali
Prasasti dan candi peninggalan kerajaan Majapahit (Foto: iStockphoto/5bf5911a_905)

3. Prasasti Sukamerta

Bertuliskan tahun 1208 Saka atau 1296 M. Menceritakan Raden Wijaya ketika memperistri 4 putri Kartanegara. Terdapat juga cerita penobatan Jayanegara, putra mahkota Raden Wijaya, sebagai raja muda di Daha (Kediri) pada 1295 M.

4. Prasasti Balawi

Bertuliskan tahun 1305 M, di dalamnya tidak ditemukan penggambaran cerita yang jelas. Prasasti ini ditemukan di Desa Balawi, Lamongan, Jawa Timur.

5. Prasasti Prapancasapura

Memiliki rangka tahun 1320 M dan dibuat oleh Tribhuwana Tunggadewi, Ratu Majapahit periode 1328-1350 M dan ibunda Hayam Wuruk. Prasasti ini menceritakan Hayam Wuruk yang memiliki nama lain Kummaraja Jiwana.

6. Prasasti Parung

Di dalamnya tertulis angka tahun 1350 M, pada prasasti ini, dikisahkan bahwa seorang pengadil harus punya pertimbangan matang sebelum memberikan keputusan.

7. Prasasti Canggu

Dituliskan tanggal pembuatannya pada 1358, prasasti ini berisi peraturan melintas di wilayah sekitar sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas.

8. Prasasti Biluluk

Ditemukan tiga prasasti yang masing-masing berangka tahun 1366, 1393, dan 1395 Masehi. Tiga prasasti ini berisi mengenai otonomi kekuasaan daerah Desa Bluluk dan Tanggulan, ada juga mengenai peraturan tentang pajak serta hal lain yang menyangkut penggunaan air asin.

Berikut ini adalah candi yang dibangun pada masa kerajaan Majapahit di Jawa Timur kecuali
Prasasti dan candi peninggalan kerajaan Majapahit (Foto: iStockphoto/5bf5911a_905)

9. Prasasti Karang Bogem

Bertuliskan angka tahun 1387 M dan berbahan logam, prasasti ini ditemukan di Bungah, Gresik, Jawa Timur. Isinya mengenai legalisasi wilayah tempat mencari sumber daya alam berupa ikan.

10. Prasasti Katiden

Prasasti ini dibuat pada 1392 M, lokasi penemuannya di Malang dan berisi mengenai pembebasan beberapa wilayah di Desa Katiden.

Selain prasasti, terdapat juga sejumlah candi peninggalan Kerajaan Majapahit, berikut di antaranya:

1. Candi Sukuh

Candi Sukuh terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah, 36 km dari Surakarta atau 20 km dari Kota Karanganyar. Menurut perkiraan, Candi Sukuh ini dibangun pada tahun 1437 Masehi dan masuk ke dalam jenis candi Hindu dengan bentuk piramid.

Struktur bangunan Candi Sukuh memiliki bentuk yang unik dan berbeda dengan candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang lain.

Di sekitar reruntuhan Candi Sukuh ini juga terdapat banyak objek Lingga dan Yoni yang melambangkan seksualitas dengan beberapa relief serta patung yang memperlihatkan organ intim dari manusia.

2. Candi Cetho

Candi Cetho terletak di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah. Menurut perkiraan para sejarawan, Candi Cetho ini berasal dari akhir keruntuhan Kerajaan Majapahit di sekitar abad ke-15 Masehi.

Candi ini baru ditemukan pada tahun 1842 karena tulisan dari seorang arkeolog Belanda yakni Van de Vlies.

Berikut ini adalah candi yang dibangun pada masa kerajaan Majapahit di Jawa Timur kecuali
Candi Cetho, salah satu prasasti dan candi peninggalan kerajaan Majapahit (Foto: iStockphoto/benito_anu)

Candi Cetho dibangun dengan menggunakan corak Hindu yang seringkali dipakai warga serta peziarah Hindu untuk tempat pemujaan. Tempat ini juga sering dijadikan tempat untuk bertapa untuk masyarakat Kejawen asli Jawa.

3. Candi Pari

Candi Pari terletak di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Menurut perkiraan, Candi ini dibangun saat masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk tahun 1350 sampai dengan 1389 Masehi.

Candi ini terletak di 2 kilometer arah Barat Laut semburan pusat lumpur panas Lapindo Brantas. Candi Pari ini juga dibangun dengan batu bata berbentuk persegi empat seperti pura yang ada di Bali dan candi ini dibangun menghadap ke arah Barat.

4. Candi Jabung

Candi Jabung terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Candi ini terbuat dari bata merah yang disusun yang masih bertahan setelah sekian tahun. Di saat lawatan berkeliling Jawa Timur tahun 1359, Raja Hayam Wuruk dikatakan pernah singgah pada Candi Jabung tersebut.

Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit dengan bercorak bangunan Hindu, sedangkan struktur bangunannya terlihat hampir serupa dengan Candi Bahal dari peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Utara.

5. Candi Brahu

Candi Brahu terletak di kawasan situs arkeologi Trowulan di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Prasasti ini dibuat oleh Mpu Sendok dan berguna sebagai tempat pembakaran jenazah dari raja-raja Majapahit.

Nama Brahu ini menurut perkiraan berasal dari kata Wanaru atau Warahu yang didapatkan dari sebutan bangunan suci dan terdapat pada prasasti Alasantan, Prasasti tersebut ditemukan pada lokasi yang tidak jauh dari candi tersebut.

6. Candi Tikus

Seperti pada Candi Brahu, Candi Tikus juga sama-sama berada di situs arkeologi Trowulan di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Candi ini masih terdapat di dalam bawah tanah sebelum akhirnya ditemukan dan digali pada tahun 1914 dan kemudian dilakukan pemugaran pada tahun 1984 sampai dengan 1985.

Candi ini mendapat nama candi tikus sebab di saat penemuannya, banyak warga melihat bangunan tersebut menjadi sarang tikus.

(din/fjr)

Saksikan Video di Bawah Ini:

Jakarta -

Peninggalan Kerajaan Majapahit masih dapat ditemui hingga hari ini di penjuru Nusantara. Peninggalan ini berasal dari abad 13-14 Masehi.

Dalam buku Peradaban Nusantara oleh Tri Prasetyono, S.Pd, kemunduran Kerajaan Majapahit salah satunya dipengaruhi Kesultanan Demak yang menyebarkan agama Islam ke Pulau Jawa. Di samping itu, terjadi perebutan tahta, Perang Paregreg, wafatnya Hayam Wuruk tanpa penerus andal, dan lepasnya kerajaan-kerajaan kecil dari Majapahit dianggap sebagai salah satu faktor penyebab runtuhnya Majapahit.

Peninggalan Kerajaan Majapahit setelah keruntuhannya meliputi situs, candi, karya sastra atau kitab, dan prasasti. Peninggalan tersebut kelak menjadi salah satu sumber sejarah Kerajaan Majapahit.

Negarakertagama berarti "negara dengan tradisi (agama) yang suci." Kitab ini sebetulnya tidak ditemukan dalam Kakawin Nagarakertagama. Sebab, Mpu Prapanca menyebut karyanya dengan judul Dewacawarnana yang berarti "uraian mengenai desa-desa." Kitab ini berisi tentang istilah raja-raja Majapahit, keadaan kota raja, candi makam raja, upacarqa Sradha, wilayah Kerajaan Majapahit, dan negara-negara bawahan Majapahit.

Mpu Prapanca merupakan nama samaran dari Dang Acarya Nadendra, mantan petinggi urusan agama Buddha Kerajaan Majapahit. Ia menyelesaikan naskah kita Negarakertagama di usia tua dalam pertapaan di lereng gunung di Desa Kamalasana, seperti dikutip dari buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan oleh Edi Rohani, M.Pd.I.

2. Kitab Sutasoma Karangan Mpu Tantular

Kitab Sutasoma ditulis dalam bahasa Jawa kuno dengan aksara Bali. Bagian dari kakawin ini dijadikan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan ini berasal dari bagian, "Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat berbeda. Mereka memang bebeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah-belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran."

Mpu Tantular hidup pada masa pemerintahan raja Rajasanagara atau Hayam Wuruk. Ia merupakan penganut agama Buddha, tetapi terbuka pada agama lain, terutama agama Hindu-Siwa.

3. Candi Tikus

Candi Tikus pertama kali ditemukan pada tahun 1914 oleh Bupati Mojokerto saat itu, RAA Kromodjojo. Para ahli memperkirakan candi ini sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 di pemerintahan Hayam Wuruk. Candi ini diperkirakan sebagai tempat mandi raja dan upacara tertentu yang dirayakan dalam kolam-kolam candi.

Candi Tikus dianggap sebagai simbol Gunung Meru dengan puncak utama yang dikelilingi delapan puncak lebih kecil. Secara mitologi, Gunung Meru dihubungkan dengan tirta amarta atau air kehidupan, yang dipercaya memberi kekuatan hidup pada semua mahkluk, seperti dikutip dari Hasil Pemugaran dan Temuan Beda Cagar Budaya PJP I oleh IGN Anom, Sri Sugiyanti, dan Hadniwati Hasibuan.

4. Candi Panataran

Di halaman Candi Panataran, ditemukan prasasti Palah berangka tahun 1119 Saka atau 1197 Masehi. Prasasti yang dikeluarkan Raja Srengga dari Kediri ini menyebutkan, ketika Hayam Wuruk dalam kirabnya keliling Jawa Timur, ia singgah di sebuah bangunan suci bernama Palah.

Angka tahun tersebut diperkirakan mengacu pada awal pembangunan komplek Candi Panataran sebagai tempat pemujaan, seperti dikutip dari Album Peninggalan Sejarah dan Purbakala oleh IGN Anom dan Tjepi Kusman.

5. Candi Jabung

Candi Jabung ditemukan di Desa Jabung Candi, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Menurut kitab Negarakertagama, bangunan ini dikunjungi Hayam Wuruk pada tahun 1359 Masehi. Dalam kitab Pararaton, candi ini disebut Sajabung, tempat pemakaman Bhra Gundal, salah seorang keluarga raja. Candi yang berhias motif sulur ini bercorak agama Buddha karena juga disebut sebagai Bajrajinaparamitapura.

6. Gapura Bajangratu

Gapura Bajangratu terletak di Dukuh Kraton, Desa Temon, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Gapura merupakan pintu untuk keluar masuk, baik yang beratap atau tidak. Nah, Gapura Bajangratu memiliki bentuk paduraksa yaitu bangunan berupa pintu gerbang dengan atap menyatu.

Gapura Bajangratu diperkirakan berasal dari abad ke-14. Gapura ini memiliki daun pintu dengan adanya dua lubang di ambang pintu. Gapura bercorak Hindu ini memilik fragmen relief Ramayana di sisinya dan fragmen relief Sri Tanjung di kakinya.

Nah, itu dia peninggalan Kerajaan Majapahit yang masih dapat dilihat hingga hari ini. Selamat belajar, detikers!

Simak Video "Melihat Candi dan Ratusan Arca di Dataran Tinggi Dieng"



(twu/nwy)


Page 2

Jakarta -

Peninggalan Kerajaan Majapahit masih dapat ditemui hingga hari ini di penjuru Nusantara. Peninggalan ini berasal dari abad 13-14 Masehi.

Dalam buku Peradaban Nusantara oleh Tri Prasetyono, S.Pd, kemunduran Kerajaan Majapahit salah satunya dipengaruhi Kesultanan Demak yang menyebarkan agama Islam ke Pulau Jawa. Di samping itu, terjadi perebutan tahta, Perang Paregreg, wafatnya Hayam Wuruk tanpa penerus andal, dan lepasnya kerajaan-kerajaan kecil dari Majapahit dianggap sebagai salah satu faktor penyebab runtuhnya Majapahit.

Peninggalan Kerajaan Majapahit setelah keruntuhannya meliputi situs, candi, karya sastra atau kitab, dan prasasti. Peninggalan tersebut kelak menjadi salah satu sumber sejarah Kerajaan Majapahit.

Negarakertagama berarti "negara dengan tradisi (agama) yang suci." Kitab ini sebetulnya tidak ditemukan dalam Kakawin Nagarakertagama. Sebab, Mpu Prapanca menyebut karyanya dengan judul Dewacawarnana yang berarti "uraian mengenai desa-desa." Kitab ini berisi tentang istilah raja-raja Majapahit, keadaan kota raja, candi makam raja, upacarqa Sradha, wilayah Kerajaan Majapahit, dan negara-negara bawahan Majapahit.

Mpu Prapanca merupakan nama samaran dari Dang Acarya Nadendra, mantan petinggi urusan agama Buddha Kerajaan Majapahit. Ia menyelesaikan naskah kita Negarakertagama di usia tua dalam pertapaan di lereng gunung di Desa Kamalasana, seperti dikutip dari buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan oleh Edi Rohani, M.Pd.I.

2. Kitab Sutasoma Karangan Mpu Tantular

Kitab Sutasoma ditulis dalam bahasa Jawa kuno dengan aksara Bali. Bagian dari kakawin ini dijadikan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan ini berasal dari bagian, "Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat berbeda. Mereka memang bebeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah-belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran."

Mpu Tantular hidup pada masa pemerintahan raja Rajasanagara atau Hayam Wuruk. Ia merupakan penganut agama Buddha, tetapi terbuka pada agama lain, terutama agama Hindu-Siwa.

3. Candi Tikus

Candi Tikus pertama kali ditemukan pada tahun 1914 oleh Bupati Mojokerto saat itu, RAA Kromodjojo. Para ahli memperkirakan candi ini sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 di pemerintahan Hayam Wuruk. Candi ini diperkirakan sebagai tempat mandi raja dan upacara tertentu yang dirayakan dalam kolam-kolam candi.

Candi Tikus dianggap sebagai simbol Gunung Meru dengan puncak utama yang dikelilingi delapan puncak lebih kecil. Secara mitologi, Gunung Meru dihubungkan dengan tirta amarta atau air kehidupan, yang dipercaya memberi kekuatan hidup pada semua mahkluk, seperti dikutip dari Hasil Pemugaran dan Temuan Beda Cagar Budaya PJP I oleh IGN Anom, Sri Sugiyanti, dan Hadniwati Hasibuan.

4. Candi Panataran

Di halaman Candi Panataran, ditemukan prasasti Palah berangka tahun 1119 Saka atau 1197 Masehi. Prasasti yang dikeluarkan Raja Srengga dari Kediri ini menyebutkan, ketika Hayam Wuruk dalam kirabnya keliling Jawa Timur, ia singgah di sebuah bangunan suci bernama Palah.

Angka tahun tersebut diperkirakan mengacu pada awal pembangunan komplek Candi Panataran sebagai tempat pemujaan, seperti dikutip dari Album Peninggalan Sejarah dan Purbakala oleh IGN Anom dan Tjepi Kusman.

5. Candi Jabung

Candi Jabung ditemukan di Desa Jabung Candi, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Menurut kitab Negarakertagama, bangunan ini dikunjungi Hayam Wuruk pada tahun 1359 Masehi. Dalam kitab Pararaton, candi ini disebut Sajabung, tempat pemakaman Bhra Gundal, salah seorang keluarga raja. Candi yang berhias motif sulur ini bercorak agama Buddha karena juga disebut sebagai Bajrajinaparamitapura.

6. Gapura Bajangratu

Gapura Bajangratu terletak di Dukuh Kraton, Desa Temon, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Gapura merupakan pintu untuk keluar masuk, baik yang beratap atau tidak. Nah, Gapura Bajangratu memiliki bentuk paduraksa yaitu bangunan berupa pintu gerbang dengan atap menyatu.

Gapura Bajangratu diperkirakan berasal dari abad ke-14. Gapura ini memiliki daun pintu dengan adanya dua lubang di ambang pintu. Gapura bercorak Hindu ini memilik fragmen relief Ramayana di sisinya dan fragmen relief Sri Tanjung di kakinya.

Nah, itu dia peninggalan Kerajaan Majapahit yang masih dapat dilihat hingga hari ini. Selamat belajar, detikers!

Simak Video "Melihat Candi dan Ratusan Arca di Dataran Tinggi Dieng"


[Gambas:Video 20detik]
(twu/nwy)