Istilah "hierarki" berasal dari bahasa Yunani yaitu hierarchy yang berarti "asal usul suci" atau "tata susunan". Bila kita menilik asal usul kata hierarchy, kata ini dibangun oleh dua kata yaitu hieros (jabatan) dan archos (suci). Jadi, dalam istilah Gereja Katolik, hierarchy juga dikenal sebagai kaum pemimpin suci alias pemimpin umat beriman. Itu berarti bahwa mereka yang masuk dalam hierarki adalah mereka yang mempunyai jabatan karena mendapat penyucian melalui tahbisan. Oleh karena itulah kaum hierarki disebut juga kaum tertahbis. Tugas utama hierarki adalah sebagai pejabat umat beriman kristiani. Mereka dipanggil untuk menghadirkan Kristus "yang tidak kelihatan" melalui "tubuh-Nya yang kelihatan" yaitu Gereja. Sesuai hukum Gereja Katolik, tingkatan hierarki terdiri atas Uskup, Imam dan Diakon (KHK 330-572). Namun menurut tata susunan yurisdiksinya, hierarki terdiri atas Paus dan para Uskup yang disebut kolegialitas. Kehasan hierarki ini dapat dilihat dalam hubungan mereka secara khusus dengan Kristus sebagai gembala umat. Maka corak kepemimpinan para hierarki itu didasarkan pada spiritualitas pelayanan Kristus, yakni "melayani bukan dilayani". Awal perkembangan hierarki sangat berkaitan dengan kehidupa para rasul. Kolegialitas hierarki berasal dari "kelompok dua belas rasul". Kelompok inilah pertama-tama disebut "Rasul". Rasul atau apostolos berarti utusan. Akan tetapi setelah kebangkitan Kristus, sebutan Rasul tidak lagi hanya ditujukan kepada kedua belas orang itu, melainkan juga utusan-utusan lain. Bahkan semua "utusan jemaat" (2 Kor 8:22) dan semua "utusan Kristus" (2 Kor 5:20) disebut Rasul. Lama kelamaan, kelompok rasul menjadi luas. Sesuai dengan namanya, Rasul "diutus" untuk mewartakan iman dan memberi kesaksian tentang kebangkitan Kristus. Setelah kedua belas rasul tidak ada lagi, muncullah berbagai istilah seperti penetua-penetua (Kis 15:2), pengajar (Ef 4:11), Episkopos (KIs 20:28) dan Diakonos (1 Tim 4:14). Namun dalam perkembangannya ada struktur Gereja yang diperkenalkan oleh St. Ignatius dari Antiokhia yang mengenal sebutan "Penilik" (Episkopos), "Penatua" (Prebyteros) dan "Pelayan" (Diakonos). Struktur inilah yang menjadi struktur hierarki Gereja saat ini yakni uskup, imam dan diakon. Struktur kepemimpinan (hierarki) dalam Gereja
Gereja adalah persekutuan yang semua anggotanya sungguh-sungguh sederajat martabatnya, sederajat pula kegiatan umum dalam me mbangun Tubuh Kristus (LG 31). Ada fungsi khusus dalam Gereja yang diemban oleh hierarki, ada corak hidup khusus yang dijalani biarawan/wati, ada fungsi dan corak hidup keduniaan yang menjadi medan khas para awam. Tetapi yang pokok adalah iman yang sama akan Allah dalam Kristus oleh Roh Kudus. Yang umum lebih penting daripada yang khusus. A. Hierarki dalam Gereja Katolik
a. Jaman Para Rasul
b. Jaman sesudah Para Rasul
2. Dasar kepemimpinan (hirarki) dalam gereja
3. Struktur kepemimpinan (hirarki) dalam Gereja
b. Paus
Menurut kesaksian tradisi, Petrus adalah uskup Roma yang pertama. Karena itu, Roma dipandang sebagai pusat dan pedoman seluruh Gereja. Menurt keyakinan tradisi, Uskup Roma itu pengganti Petrus, bukan hanya sebagai uskup local melainkan terutama dalam fungsinya sebagai ketua Dewan Pimpinan Gereja. Paus adalah uskup Roma, dan sebagai Uskup Roma, ia adalah pengganti Petrus dengan tugas dan kuasa seperti Petrus. Tugas dan kuasa Petrus, menurut Perjanjian Baru, begitu istimewa (Mat 16:16-19; Yoh 21:15-19), Ia diakui sebagai pemimpin Gereja. “Para rasul menghimpun Gereja semesta, yang oleh Tuhan didirikan dalam diri mereka dan di atas rasul Petrus, ketua mereka, sedangkan Yesus Kristus sendiri sebagai batu sendinya” (LG 19). Fungsi dan kedudukan Petrus sebagai pemimpin Gereja diakui pula sebagai unsure prinsip hirarki, yang akhirnya berasal dari Kristus sendiri. Itulah tugas dan wewenang Paus, pengganti Petrus. c. Uskup
d. Pembantu Uskup: Imam dan Diakon
Di
setiap jemaat setempat dalam arti tertentu, mereka menghadirkan uskup.
hirarki tingkat yang lebih rendah Ditumpangi tangan bukan untuk imamat tetapi untuk pelayanan (LG 29). Mereka ini juga pembantu Uskup, tetapi tidak mewakili. Para diakon adalah pembantu Uskup dengan tugas terbatas. Dengan kata lain diakon adalah pembantu khusus uskup, sedangkan imam adalah pembantu umum Uskup. “Kardinal”, Kardinal bukan jabaran hirarkis dan tidak termasuk struktur hirarkis. Kardinal adalah penasehat Paus dan membantu Paus dalam tugas reksa harian seluruh Gereja. Mereka membentuk suatu dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak memilih Paus dibatasi 120 orang yang di bawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal dipilih oleh Paus secara bebas. 4. Fungsi Khusus Hierarki
5. Corak Kepemimpinan dalam Gereja
a. Kerasulan dalam tata Dunia (eksternal)
b. Kerasulan dalam Gereja (internal)
1) Dalam tugas
nabiah (pewarta sabda), seorang awam dapat
2) Dalam tugas
imamiah (menguduskan), seorang awam dapat
3) Dalam tugas
nabiah (pewarta sabda), seorang awam dapat: c. Hubungan Awam dan Hirarki Mengenai hubungan antara awam dan hiraki, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
Keyakinan bahwa semua anggota warga Gereja memiliki martabat yang sama, hanya berbeda fungsi dapat menjamin hubungan yang wajar antara semua komponen Gereja. Tidak boleh ada klaim bahwa komponen-komponen tertentu lebih bermartabat dalam Gereja Kristus dan menyepelekan komponen yang lainnya. Keyakinan ini harus diimplementasikan secara konsekuen daam hidup dan karya semua anggota Gereja. 2) Setiap Komponen Gereja memiliki Fungsi yang khas Setiap komponen Gereja memiliki fungs yang khas. Hirarki yang bertugas memimpin (melayani) dan mempersatuakan Umat Allah. Biarawan/wati dengan kaul-kaulnya mengarahkan Umat Allah pada dunia yang akan dating (eskatologis). Para awam bertugas merasul dalam tata dunia. Mereka menjadi rasul dalam keluarga-keluarga dan dalam masyarakat di bidang ipoleksosobudhamkamnas. Jika setiap komponen gereja menjalankan fungsinya msing-masing dengan baik, maka adanya kerja sama yang baik pasti terjamin. 3) Kerja sama
Walaupun tiap
komponen memiliki funsinya masing-masing, namun untuk bidang-bidang tertentu,
terlebih dalam kerasulan internal yaitu membangun hidup menggereja, masih
dibutuhkan partisipasi dan kerja sama dari semua komponen.Dalam hal ini
hendaknya hirarki tampil sebagai pelayan yang memimpin dan mempersatukan.
Pimpinan tertahbis, yaitu dewan diakon, dewan presbyter, dan dewan uskup tidak
berfungsi untuk mengumpulkan kekuasaan ke dalam tangan mereka, melainkan untuk
menyatukan rupa-rupa tipe, jenis, dan fungsi pelayanan (charisma( yang
ada.Hirarki berperan untuk memelihara keseimbangan dan persaudaraan di antara
sekian banyak tugas pelayanan. Para pemimpin tertahbis memperhatikan serta
memelihara keseluruhan visi, misi, dan reksa pastoral. Karena itu, tidak
mengherankan bahwa di antara mereka termasuk dalam dewan hirarki ini ada yang
bertanggungjawab untuk memelihara ajaran yang benar dan memimpin perayaan
sakramen-sakramen. Struktur Hierarkis Gereja yang sekarang terdiri dari dewan para Uskup dengan Paus sebagai kepalanya, dan para imam serta diakon sebagai pembantu uskup 1. Para Rasul Sejarah awal perkembangan Hierarki adalah kelompok keduabelas rasul. Inilah kelompok yang sudah terbentuk waktu Yesus masih hidup. Seperti Paulus juga menyebutnya kelompok itu " mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku" (Gal 1:17). Demikian juga Paulus pun seorang rasul, sebagaimana dalam Kitab Suci (1Kor 9:1, 15:9, dsb) Pada akhir perkembangannya ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari Antiokhia, yang mengenal "penilik" (Episkopos), "penatua" (presbyteros), dan "pelayan" (diakonos). Struktur ini kemudian menjadi struktur Hierarkis yang terdiri dari uskup, imam dan diakon. 2. Dewan Para Uskup Pada akhir zaman Gereja perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para uskup adalah pengganti para rasul, seperti juga dinyatakan dalam Konsili Vatikan II (LG 20). Tetapi hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas uskup (karena duabelas rasul). Disini dimaksud bukan rasul satu persatu diganti oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh kalangan para uskup. hal tersebut juga di pertegas dalam Konsili Vatikan II (LG 20 dan LG 22). Tegasnya, dewan para uskup menggantikan dewan para rasul. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang diterima menjadi uskup karena diterima kedalam dewan itu. itulah Tahbisan uskup, "Seorang menjadi anggota dewan para uskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hierarkis dengan kepada maupun para anggota dewan" (LG 22). Sebagai sifat kolegial ini, tahbisan uskup belalu dilakukan oleh paling sedikit tiga uskup, sebab tahbisan uskup berarti bahwa seorang anggota baru diterima kedalam dewan para uskup (LG 21). 3. Paus Kristus mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul lainnya untuk menggembalakan umat-Nya. Paus, pengganti Petrus adalah pemimpin para uskup. Menurut kesaksian tradisi, Petrus adalah uskup Roma pertama. Karena itu Roma selalu dipandang sebagai pusat dan pedoman seluruh Gereja. Maka menurut keyakinan tradisi, uskup roma itu pengganti petrus, bukan hanya sebagai uskup lokal melainkan terutama dalam fungsinya sebagai ketua dewan pimpinan Gereja. Paus adalah uskup Roma, dan sebagai uskup Roma ia adalah pengganti Petrus dengan tugas dan kuasa yang serupa dengan Petrus. hal ini dapat kita lihat dalam sabda Yesus sendiri : "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Mat 16:17-19). 4. Uskup Paus adalah juga seorang uskup. kekhususannya sebagai Paus, bahwa dia ketua dewan para uskup. Tugas pokok uskup ditempatnya sendiri dan Paus bagi seluruh Gereja adalah pemersatu. Tugas hierarki yang pertama dan utama adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas itu boleh disebut tugas kepemimpinan, dan para uskup "dalam arti sesungguhnya disebut pembesar umat yang mereka bimbing" (LG 27). Tugas pemersatu dibagi menjadi tiga tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan Gereja. Komunikasi iman Gereja terjadi dalam pewartaan, perayaan dan pelayanan. Maka dalam tiga bidang itu para uskup, dan Paus untuk seluruh Gereja, menjalankan tugas kepemimpinannya. "Diantara tugas-tugas utama para uskup pewartaan Injilah yang terpenting" (LG 25). Dalam ketiga bidang kehidupan Gereja uskup bertindak sebagai pemersatu, yang mempertemukan orang dalam komunikasi iman. 5. Imam Pada zaman dahulu, sebuah keuskupan tidak lebih besar daripada sekarang yang disebut paroki. Seorang uskup dapat disebut "pastor kepala" pada zaman itu. dan imam-imam "pastor pembantu", lama kelamaan pastor pembantu mendapat daerahnya sendiri, khususnya di pedesaan. Makin lama daerah-daerah keuskupan makin besar. Dengan Demikian, para uskup semakin diserap oleh tugas oraganisasi dan administrasi. Tetapi itu sebetulnya tidak menyangkut tugasnya sendiri sebagai uskup, melainkan cara melaksanakannya. sehingga uskup sebagai pemimpin Gereja lokal, jarang kelihatan ditengah-tengah umat. melihat perkembangan demikian, para imam menjadi wakil uskup. "Di masing-masing jemaat setempat dalam arti tertentu mereka menghadirkan uskup. Para imam dipanggil melayani umat Allah sebagai pembantu arif bagi badan para uskup, sebagai penolong dan organ mereka" (LG 28). Tugas konkret mereka sama seperti uskup: "Mereka ditahbiskan untuk mewartakan Injil serta menggembalakan umat beriman, dan untuk merayakan ibadat ilahi" 6. Diakon "Pada tingkat hiererki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang ditumpangi tangan 'bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan'" (LG29). Mereka pembantu uskup tetapi tidak mewakilinya. Para uskup mempunyai 2 macam pembantu, yaitu pembantu umum (disebut imam) dan pembantu khusus (disebut diakon). |