Bentuk pola lantai yang dibuat formasi penari Legong yaitu pola lantai

Adalah Kunci Jawaban Soal Sekolah Tentang Tari legong memiliki pola lantai

Demikianlah Kunci Jawaban Soal Pelajaran Tentang Tari legong memiliki pola lantai Semoga Membantu.

Senin, 22 Februari 2021 11:24 WIB

Bentuk pola lantai yang dibuat formasi penari Legong yaitu pola lantai
lihat foto
Bentuk pola lantai yang dibuat formasi penari Legong yaitu pola lantai

Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013

Gambarlah Pola Lantai yang Terlihat dari Gambar Dua Tarian pada Teks Tersebut 

TRIBUNPADANG.COM - Gambarlah pola lantai yang terlihat dari gambar dua tarian pada teks tersebut.

Pertanyaan tersebut merupakan soal Tema 7 Kelas 4 SD/MI halaman 57, Pembelajaran 2 Subtema 2.

Subtema 2 berjudul Indahnya Keragaman Budaya Negeriku, Tema 7 berjudul Indahnya Keragaman di Negeriku.

Berikut pertanyaan dan kunci jawabannya:

2. Gambarlah pola lantai yang terlihat dari gambar dua tarian pada teks tersebut.

Jawaban:

Bentuk pola lantai yang dibuat formasi penari Legong yaitu pola lantai

Pada teks “Pola Lantai Gerak Tari’ terdapat foto Tari Legong. Penari Tari Legong membawa kipas. Kipas digunakan sebagai penunjang gerak tari dan unsur keindahan penampilan tari.

Dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan kipas saat udara panas. Namun, saat ini manusia telah banyak menggunakan kipas angin atau alat pendingin ruangan. Kipas angin dan alat pendingin ruangan merupakan contoh alat elektronik, yaitu alat yang bekerja menggunakan listrik.

Pola Lantai Gerak Tari

Saat penari memeragakan suatu tarian, penari kadang bergerak ke kiri, ke kanan, maju, mundur, atau bergerak membentuk lingkaran. Jika digambarkan, seolah-olah ada satu garis imajiner yang dilalui penari selama menyajikan satu tarian.

Garis imajiner ini juga dapat kita gambarkan dengan melihat formasi para penari dalam memperagakan tarian. Para penari dapat membentuk formasi garis lurus, lengkung, segitiga, atau lingkaran. Bentuk formasi garis ini dapat berubah-ubah selama penari menampilkan sebuah tarian.

Garis imajiner yang dilalui oleh penari saat melakukan gerak tari disebut pola lantai. Pola lantai juga merupakan garis imajiner yang dibuat oleh formasi penari kelompok. Secara umum, pola lantai berupa garis lurus atau garis lengkung.

Bentuk pola garis lurus dapat dikembangkan menjadi berbagai pola lantai, di antaranya horizontal, diagonal, garis lurus ke depan, zig-zag, segitiga, segi empat, dan segi lima.

Bentuk pola garis lengkung dapat dikembangkan menjadi berbagai pola lantai, di antaranya lingkaran, angka delapan, garis lengkung ke depan, dan garis lengkung ke belakang. Perhatikan gambargambar berikut.

Bentuk pola lantai yang dibuat formasi penari Legong yaitu pola lantai

(TribunPadang.com)

  • Ilustrasi pertunjukan tari tradisional yang salah satunya dinamakan Tari Legong. Foto: Pexels

    Di Bali, terdapat tari tradisional yang dikenal dengan sebutan Tari Legong. Tari yang memiliki gerakan dan pola lantai cukup kompleks ini kerap dipertunjukan kepada para wisatawan. Lalu, seperti apa pola lantai Tari Legong?

    Mengutip buku Jalan-jalan Bali oleh Maria Ekaristi dan Agung Bawantaram, Tari Legong adalah sebuah seni tari klasik Bali yang memiliki perbendaharaan gerak sangat kompleks. Gerakan-gerakan tersebut terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari tari gambuh.

    Dalam Buku Bali dan Sekitarnya oleh Dayat Suryana menambahkan, struktur Tari Legong tersebut pada umumnya terdiri dari papeson, pengawak, pengecet, dan pakaad.

    Kata legong berasal dari kata "leg" yang berarti gerak luwes dan "gong" yang artinya alat pengiringnya. Tari Legong dibawakan oleh tiga penari wanita. Dua penari membawa kipas yang disebut legong dan satu penari yang tidak membawa kipas disebut condong.

    Lebih jelasnya, berikut pembahasan makna, sejarah, hingga gerakan-gerakan yang terdapat di dalam Tari Legong.

    Ilustrasi Tari Legong yang memuat nilai keagamaan dan sejarah budaya Bali. Foto: Pexels

    Merujuk pada buku Yuk, Mengenal Tari Daerah 34 Provinsi di Indonesia karya Inoer H, Tari Legong memuat nilai keagamaan dan sejarah dalam budaya Bali. Gerakan dalam tarian ini merupakan ungkapan rasa syukur dan terima kasih masyarakat Bali terhadap nenek moyang yang memberikan berkah melimpah untuk keturunannya.

    Nilai kepercayaan maupun keagamaan dalam Tari Legong adalah kebudayaan keraton Hindu-Jawa. Kedua kebudayaan tersebut memiliki sifat yang berbeda, jika dibandingkan dengan kebudayaan pra-Hindu di Bali yang ekspresinya terungkap dalam tari Sang Hyang.

    Namun, seiring perkembangan zaman, makna Tari Legong tidak hanya terbatas pada hal tersebut. Makna Tari Legong juga bertransformasi menjadi tarian hiburan sampai tarian penyambutan yang menarik para wisatawan.

    Dalam pementasan legong, terdapat berbagai unsur atau komposisi yang membuatnya semakin menarik. Komposisi tersebut meliputi alat musik, penari, busana, tata rias, dekorasi panggung, dan lain sebagainya.

    Kemunculan Tari Legong sendiri berasal dari lingkungan keraton Bali. Foto: Pixabay

    Dimuat dalam buku Etnologi Tari Bali oleh I Made Bandem, kemunculan tarian Legong berasal dari lingkungan keraton di Bali pada paruh kedua abad ke-18. Konon tarian ini lahir dari mimpi seorang pangeran kerajaan.

    Cerita rakyat yang berkembang percaya bahwa pangeran yang bernama Sukawati mengalami mimpi tersebut ketika sedang sakit. Dalam mimpinya, sang pangeran melihat dua orang wanita tengah menari sangat anggun dengan iringan musik tradisional gamelan khas Bali.

    Gerakan tari yang dibawakan serta alunan musik tersebut, membuat Pangeran Sukawati mengilustrasikannya dalam gerakan atau koreografi yang dibantu oleh bendesa atau pemimpin adat ketewel.

    Setelah sembuh, beliau kemudian mengajarkannya kepada para wanita di kerajaan. Dari peristiwa inilah, lahir Tari Legong yang sangat sakral dan dikenal hingga saat ini.

    Dari istana hingga dikenal oleh masyarakat, tarian ini disampaikan oleh beberapa guru tari yang berasal dari berbagai desa, seperti desa Saba, Bedulu, Peliatan, Klandis dan Sukawati. Guru tersebut mengajarkan kepada murid-muridnya dan menggunakan legong sebagai bagian utama dalam upacara odalan.

    Selanjutnya, tarian ini juga berkembang menjadi tari dalam acara keagamaan ataupun kepercayaan animisme. Menariknya, Tari Legong juga tidak dapat dilepaskan dengan kebudayaaan Hindu Istana dan Hindu Dharma.

    Ilustrasi gerakan Tari Legong yang menyimpan nilai-nilai sakral. Foto: Pixabay

    Pertunjukan Tari Legong masih erat hubungannya dengan sejarah dan agama, sehingga dalam setiap gerak tarinya menyimpan nilai-nilai yang sakral.

    Awalnya, Tari Legong difungsikan sebagai suatu tradisi dalam bentuk pameran yang mencerminkan kekayaan dan kemampuan para raja di Bali pada zaman dahulu.

    Sekarang, seni Tari Legong dipergelarkan untuk kepentingan upacara keagamaan. Sementara leluhurnya Sang Hyang, dipentaskan dalam hubungan dengan kepercayaan animisme. Tari Legong kini telah dipercaya menjadi sumber inspirasi munculnya tari-tari kreasi baru di Bali.

    Legong yang sekarang merupakan percampuran dari jenis elemen-elemen tari yang berbeda, yaitu elemen yang berasal dari kebudayaan Hindu-Jawa dalam bentuk tari klasik yang disebut Gambuh. Gambuh merupakan tipe drama tari yang berasal dari zaman pra-Islam Jawa, yang telah dikenal di Bali sejak awal abad ke-15.

    Cerita yang umumnya dipakai sebagai lakon atau tokoh utama dari Tari Legong biasanya bersumber dari cerita Panji dan cerita Malat, khususnya kisah Subali Sugwira, Prabu Lasem, Legod Bawa (kisah Brahma Wisnu mencari ujung dan pangkal Lingganya Siwa), Kuntul (kisah burung), dan lain sebagainya.

    Ilustrasi penari menggunakan properti tari. Foto: Pixabay

    Diambil dari buku Puspasari Seni Tari Bali karangan I Wayan Dibia, sederet properti yang digunakan dalam Tari Legong adalah sebagai berikut:

    Gelungan merupakan semacam hiasan kepala. Gelungan ini memiliki beberapa jenis yang disesuaikan dengan tata busana si penari. Salah satu jenisnya adalah gelungan legong sambeh bintang yang terbuat dari janur atau ron dengan plendo dan daun puring.

    Gelungan legong sambeh bintang memiliki bentuk seperti uang kepeng yang diwarnai putih, hijau, merah, serta ditambah bunga sebagai pelengkap. Selain itu, ada juga gelungan jenis papundakan. Gelungan ini memiliki mahkota segitiga di bagian belakang dan biasanya dipakai saat penampilan Tari Legong keraton.

    Kipas tangan merupakan ciri khas dari Tari Legong. Kipas tangan yang digunakan biasanya memiliki warna cerah dan mengkilap untuk memberikan kesan mewah. Pada bagian tengah kipas biasanya memiliki corak panjang, sedangkan ujungnya berbentuk lancip.

    Kembang goyang terbuat dari bunga-bunga yang disusun sedemikian rupa dengan bentuk memanjang ke arah atas. Kembang goyang biasanya diletakkan dekat dengan mahkota.

    Pada bagian ujung atas kembang goyang terdapat bunga berwarna merah. Penggunaan kembang goyang ini membuat penampilan penari semakin menarik, karena properti ini akan ikut bergerak saat kepala penari digerakkan.

    Mahkota kepala pada Tari Legong sama seperti mahkota pada umumnya. Mahkota ini berwarna emas dan dipadukan dengan hiasan menjuntai di bagian kanan dan kiri.

    Badong merupakan benda yang dikenakan di bagian leher, seperti kalung. Penggunaan badong memberikan kesan mewah. Badong terbuat dari kulit hewan dan berwarna emas.

    Seperti properti pada jenis tari lain, Tari Legong pun menggunakan gelang sebagai properti tambahan. Gelang ini terbuat dari perak dengan berat 25 mg. Biasanya, hiasan gelang dibuat dengan ukiran khas Bali.

    Untuk busana dan tata rias Tari Legong, penari mengenakan pakaian khas adat Bali dengan dilengkapi berbagai properti yang telah disebutkan di atas.

    Warna busana penari Legong biasanya menggunakan warna yang biasa dipakai penari Bali seperti merah, kuning serta ungu. Sementara untuk riasan, penari wajib menggunakan kembang goyang dan melati yang diletakkan di atas kepala.

    Ilustrasi penari menggunakan pola lantai Tari Legong. Foto: Pixabay

    Tari Legong adalah salah satu jenis tari adat dengan pola lantai melengkung dan melingkar.

    Berdasarkan buku Seni Budaya dan Keterampilan susunan tim Yudhistira, pola lantai Tari Legong yang melingkar biasanya digunakan jika penarinya dua orang. Namun, apabila jumlah penarinya lebih dari dua, pola lantai yang digunakan ialah setengah lingkaran dan diagonal.

    Pada gerakan Tari Legong, setidaknya terdapat tiga aturan dasar yang terdapat dalam Panititaling Pagambuhan. Adapun penjelasan dari ketiganya adalah sebagai berikut:

    Agam merupakan gerakan dasar penari yang memerankan beragam tokoh. Ketika melakukan gerakan ini, para penari dituntut untuk bisa memainkan peran cerita yang diangkat.

    Tandang merupakan cara jalan dan gerakan-gerakan lain. Penari Legong harus berjalan dan bergerak sesuai dengan iringan gambuh. Adapun gerakannya yang meliputi ngelikas, nyelendo, nyeregseg, tandang nayog, tandang niltil, nayuh, agem nyamir, dan ngeleog.

    Tangkep ialah gerakan yang berasal dari gabungan ekspresi pendukung. Tangkep juga biasa disebut dengan mimik wajah ketika penari memainkan kipasnya.