Bentuk kezaliman yang paling besar adalah

Bentuk kezaliman yang paling besar adalah
MEDIA CENTER, Palangka Raya – Ustaz Rois Mahfud bertutur lembut memberikan tausiah di hadapan para jemaah yang mengenakan masker. Di tengah pandemi Covid-19 membuat hadirin tetap berusaha patuh menerapkan protokol kesehatan.

Suasana sekretariat Pengurus Cabang Muhammadiyah (PCM) Pahandut dalam pengajian dwimingguan tetap khidmat dengan minat jemaah yang selalu ingin bersilaturahmi sambil menimba ilmu.

“Kezaliman merupakan perbuatan tidak terpuji yang tentu dilarang oleh Allah SWT. Berbuat zalim memiliki makna berbuat tercela yang begitu banyak ragamnya. Ada puluhan sinonim dari kata zalim dalam bahasa Indonesia. Zalim bisa bermakna bengis, kasar, kejam, jahat, nakal, tercela, keji, jahil, dan sebagainya,” tutur Ustaz Rois mengawali tausiah, Senin (14/6/2021).

Dijelaskan kata zalim telah 289 kali disebut dalam Alquran. Ini berarti soal zalim bukan sesuatu yang sepele dan tidak boleh dianggap sepele. Sebagai umat Islam harus mewaspadai, mencegah, dan menjauhi perkataan, perilaku, dan tindakan yang zalim. Kezaliman akan mendatangkan mudarat dan dosa.

Ada kezaliman besar yang tidak bisa diampuni, ada kezaliman yang bisa dimaafkan atau diampuni. Tiga jenis kezaliman yang mesti kita waspadai dan hindari adalah sebagai berikut.

Pertama, zalim kepada Allah karena kekufurannya, mendustakan Allah dan rasulnya. Kezaliman ini tidak bisa diampuni karena sudah mengingkari dan berbuat syirik, menyekutukan Allah. Firman Allah SWT dalam Alquran: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah tidak akan mengampuni mereka, dan tidak (pula) akan menunjukkan kepada mereka (jalan lurus.” (QS An-Nisa: 168).

Kedua, zalim kepada sesama manusia. Kezaliman ini juga dibenci Allah. Bentuk kezaliman kepada sesama manusia begitu banyak, seperti mencela, memfitnah, menyiksa, mengambil harta tanpa hak, berlaku kejam, dan berlaku tidak adil. Kezaliman jenis ini amat merugikan manusia yang lain. Tindakan zalim seperti ini juga harus kita waspadai dan jauhi.

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berbuat zalim kepada saudaranya, baik terhadap kehormatannya maupun sesuatu yang lainnya, maka mintalah kehalalannya darinya hari ini juga sebelum dinar dan dirham tidak lagi ada. Jika ia punya amal saleh, maka amalannya itu akan diambil sesuai dengan kadar kezaliman yang dilakukannya. Dan jika ia tidak punya kebaikan, maka keburukan orang yang ia zalimi itu dibebankan kepadanya.” (HR Bukhari).

Ketiga adalah zalim kepada diri sendiri. Manusia juga bisa berbuat zalim kepada dirinya sendiri, baik disadari atau tidak disadari, sengaja atau tidak disengaja. Mengotori pikiran dan jiwanya dengan dosa merupakan kezaliman kepada diri sendiri yang berakibat sangat merugikan.

Semua perbuatan yang melanggar perintah dan larangan Allah SWT adalah perbuatan yang menzalimi diri sendiri. Meninggalkan salat, tidak melaksanakan kewajiban puasa dan berzakat adalah contoh berbuat zalim kepada diri sendiri. Tidak mau melaksanakan perintah Allah berarti mau mencoba lari atau menolak hukum-Nya adalah menzalimi diri sendiri karena hukum dan ketentuan Allah SWT tetap berlaku.

“Semoga kita sebagai manusia dan sebagai muslim selalu berusaha dan waspada serta selalu menjauhi segala bentuk kezaliman. Zalim kepada Allah SWT, zalim kepada sesama manusia, dan zalim kepada diri sendiri hanya akan merugikan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Mari kita senantiasa saling mengingatkan dan berdoa agar kita dibersihkan dari segala bentuk kezaliman,” tandasnya. (MC Isen Mulang/ndk)

Skip to content

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.
SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WALAILLAHAILLOH. WALLAHU AKBAR.

Semoga kita selalu sehat dalam lindungan Allah SWT.
Mari saling mendoakan ;

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ  اَظْلَمُ  مِمَّنْ  مَّنَعَ  مَسٰجِدَ  اللّٰهِ  اَنْ  يُّذْكَرَ  فِيْهَا  اسْمُهٗ  وَسَعٰـى  فِيْ  خَرَا بِهَا   ۗ اُولٰٓئِكَ  مَا  كَا نَ  لَهُمْ  اَنْ  يَّدْخُلُوْهَاۤ  اِلَّا  خَآئِفِيْنَ   ۗ لَهُمْ  فِى  الدُّنْيَا  خِزْ يٌ  وَّلَهُمْ  فِى  الْاٰ خِرَةِ  عَذَا بٌ  عَظِيْمٌ “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melarang di dalam masjid-masjid Allah untuk menyebut nama-Nya dan berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehinaan di dunia dan di akhirat mendapat azab yang berat.”

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 114).

“melarang di dalam masjid-masjid Allah untuk menyebut nama-Nya” mudah mudahan ini hanya kebetulan dengan adanya viral gangguan dengan suara adzan.

Secara bahasa, zalim memiliki arti kejam, tidak adil, dan berbuat sewenang-wenang.
Allah SWT akan memberi azab bagi orang yang zalim.

Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya surat Al-Furqan ayat ke-19: وَمَنْ يَظْلِمْ مِنْكُمْ نُذِقْهُ عَذَابًا كَبِيرًا “Barangsiapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya kami rasakan kepadanya azab yang besar.”

Kendati demikian, seperti apa bentuk kezaliman yang dilarang Allah SWT dan Rasul-Nya? Berikut tiga macam kezaliman yang dilarang Allah SWT:

1. Kezaliman hamba kepada Rabb-nya

Kezaliman manusia kepada Penciptanya adalah dengan kufur kepada Allah, seperti firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 254: وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ “Dan orang-orang kafir itulah orang-orang zalim.”

Ayat lain dalam Alquran juga menyebut kezaliman seorang mahluk juga ditandai dengan berbuat syirik atau menyekutukan Allah dengan zat lain. Allah berfirman dalam surat Luqman ayat 13: إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ “Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

2. Zalim terhadap diri sendiri

Kezaliman seorang hamba adalah dengan mengotori dirinya dengan berbagai bentuk dosa, pelanggaran dan keburukan berupa kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 57 yang artinya: وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ “Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”

3. Kezaliman kepada sesama manusia

Menzalimi atau berbuat aniaya kepada sesama manusia juga merupakan perbuatan yang dibenci Allah SWT. Perbuatan seperti menyinggung kehormatan orang lain, menyakiti tubuh atau hati orang lain hingga mengambil harta orang tanpa alasan yang benar adalah perilaku yang dimurkai Allah.

Allah menyebut akan mengambil amalan orang yang berbuat zalim dan diberikan kepada orang yang dizalimi. Bahkan akan menimpakan dosa orang yang dizalimi kepada orang yang menzalimi. Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:

عن أَبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، عن النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: مَنْ كَانتْ عِنْدَه مَظْلمَةٌ لأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ مِنْ شَيْءٍ فَلْيتَحَلَّلْه ِمِنْه الْيَوْمَ قَبْلَ أَلَّا يكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ، إنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمتِهِ، وإنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سيِّئَاتِ صاحِبِهِ، فَحُمِلَ عَلَيْهِ

“Barangsiapa yang berbuat zalim kepada saudaranya, baik terhadap kehormatannya maupun sesuatu yang lainnya, maka hendaklah ia meminta kehalalannya darinya hari ini juga sebelum dinar dan dirham tidak lagi ada. Jika ia punya amal salih, maka amalannya itu akan diambil sesuai dengan kadar kezaliman yang dilakukannya. Dan jika ia tidak punya kebaikan, maka keburukan orang yang ia zalimi itu dibebankan kepadanya.” (HR Bukhari). Zalim terhadap sesama, termasuk zalimnya penguasa/pemimpin

Rasulullah SAW pernah bersabda :

”ada dua golongan manusia dari kalangan ummatku yang tidak akan pernah mendapatkan syafaatku, yakni penguasa yang zalim yang menipu (rakyatnya) dan terlebih-lebih dalam agama.”.

Rasul pun bersabda:

“manusia yang akan mendapatkan azab yang paling keras pada hari kiamat adalah penguasa yang zalim.”

(Adz-Dzahabi, Al-Kabair, I/25).

Lalu bagaimanakah sikap yang harus kita ambil sebagai ummat Islam ? jelas kita tidak boleh membiarkan para penguasa zalim seperti ini. Jika kita membiarkan mereka maka kitapun akan diancam Oleh Rasul SAW sebagaimana sabdanya :

“akan ada penguasa yang fasik dan zalim, siapa saja yang membiarkan kedustaan mereka dan membantu kezaliman mereka, dia bukanlah termasuk golonganku dan akupun bukan termasuk golongan dia.” (HR. An-Nasa’i dan Ahmad).
Allah SWT tidak memberi petunjuk kepada orang orang zalim.

يٰۤـاَيُّهَا  الَّذِيْنَ  اٰمَنُوْا  لَا  تَتَّخِذُوا  الْيَهُوْدَ  وَا لنَّصٰرٰۤى  اَوْلِيَآءَ  ۘ بَعْضُهُمْ  اَوْلِيَآءُ  بَعْضٍ   ۗ وَمَنْ  يَّتَوَلَّهُمْ  مِّنْكُمْ  فَاِ نَّهٗ  مِنْهُمْ   ۗ اِنَّ  اللّٰهَ  لَا  يَهْدِى  الْقَوْمَ  الظّٰلِمِيْنَ “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”

(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 51)

Doa supaya diselamatkan dari orang orang dzalim ;
رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Rabbi najjini minal qaumidhalimin. “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim.” (QS al-Qashash: 21).