HUBUNGAN EKOLOGI DENGAN PELESTARIAN LINGKUNGAN Amelia Indah Sari (1302619061)1 1Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Jakarta. Email: Abstract Ecosystem is an ecological system formed by an inseparable interrelationship between living things and their environment. Ecosystem can also be said as a whole and comprehensive order of unity among all elements of the environment that influence each other. Ecology is the science of the interrelationships between living things with each other and with non-living things around them. This writing is intended to find out clear information about the ecological relationship with the environment and proper conservation of the environment. The discourse on environmental conservation has become an actual issue amid the threat of the global environmental crisis. Because the environmental crisis is considered to be the biggest problem of this century which has an impact on the inhabitants of the present world and future generations. Experts have mapped that the environmental crisis has caused various disasters, climate change, global warming, reduced quality of life and the threat of future destruction of the earth. Therefore, people throughout the world continue to look for joint solutions to overcome this crisis. Formulating environmental conservation from the point of view of the current situation is important. Therefore based on the science of environmental conservation ecology is very influential on each other. Keywords: Ecology, Environment, Conservation. Abstrak Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan benda- benda tidak hidup di sekitarnya. Penulisan ini ditujukan untuk mengetahui informasi secara jelas tentang hubungan ekologi dengan pelestarian lingkungan. Diskursus konservasi lingkungan telah menjadi isu aktual di tengah ancaman krisis lingkungan global. Karena krisis lingkungan dianggap sebagai masalah terbesar abad ini yang berdampak pada penghuni dunia sekarang dan generasi masa depan. Para ahli telah memetakan bahwa krisis lingkungan telah menyebabkan berbagai bencana, perubahan iklim, pemanasan global, menurunkan kualitas hidup dan ancaman kehancuran bumi di masa depan. Karena itu, manusia di seluruh dunia terus mencari solusi bersama untuk mengatasi krisis ini. Merumuskan konservasi lingkungan dari sudut pandang pada keadaan saat ini merupakan hal yang penting. Maka dari itu berdasarkan ilmu ekologi, ekologi dengan konservasi lingkungan sangatlah berpengaruh satu sama lain. Kata kunci: Ekologi, Lingkungan, Konservasi.
PENDAHULUAN Manusia merupakan bagian dari alam yang harus menjaga keseimbangan ekosistem untuk kelangsungan hidupnya. Selama ini manusia beranggapan bukan bagian dari alam sehingga bebas memanfaatkan segala sesuatu yang ada di alam. Lingkungan mempengaruhi hidup manusia dan sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Manusia ada dalam lingkungan hidupnya dan tidak dapat terpisahkan dari padanya. Dengan demikian lingkungan hidup menjadi bagian penting dari kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan lingkungan merupakan salah satu sumber daya alam bagi seluruh mahluk hidup. Sumber daya alam merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Eksploitasi secara besar-besaran terhadap SDA yang ada tanpa memikirkan efek jangka panjang mengakibatkan rusaknya lingkungan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tumbuhnya industri yang begitu pesat pada saat ini juga menimbulkan pengaruh tersendiri baik itu yang menyangkut dampak positif maupun dampak negatifnya. Dampak negative yang terjadi yaitu kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan terjadi karena dua faktor, yaitu faktor alami dan faktor aktivitas manusia. Faktor alami berasal dari bencana alam dan cuaca yang tidak menentu. Bencana alam seperti banjir, tanah longsor, tsunami, gunung meletus, ataupun gempa bumi selain berbahaya bagi keselamatan manusia dan makhluk hidup juga dapat mengakibatkan rusaknya lingkungan. Faktor aktivitas manusia berasal dari pengambilan sumber daya alam secara berlebihan untuk pemenuhan kebutuhan hidup ataupun aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan seperti penebangan hutan dan alih fungsi hutan, pertambangan, maupun pencemaran udara, air, dan tanah. Dalam perkembangannya, tatanan lingkungan hidup maupun lingkungan sosial hendaknya senantiasa diperhatikan agar tidak mendatangkan berbagai jenis bencana. Salah satu cara agar menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup serta pelestarian lingkungan adalah dengan menanamkan pemahaman konsep ekologi dan etika lingkungan. Dengan demikian makin tinggi seseorang memahami konsep ekologi dan makin tinggi pemahaman etika lingkungan, maka makin tinggi pula partisipasi seseorang dalam melestarikan lingkungan. Sebaliknya semakin rendah pemahaman konsep ekologi seseorang dan makin rendah pemahaman etika lingkungan, semakin rendah pula partisipasi seseorang dalam melestarikan lingkungan. PEMBAHASAN Ekologi Dan Ilmu Lingkungan Ekologi telah berkembang maju selama sejarah perkembangan manusia. Berbagai tulisan ilmuan sejak Hipocrates, Aristoteles, hingga filosof lainnya merupakan naskah naskah kuno yang berisi rujukan tentang masalah-masalah ekologi, walaupun pada waktu itu belum diberikan nama ekologi. Menurut Ernst Haeckel (1866), Peneliti asal Jerman, bahwa pengertian ekologi adalah ilmu pengetahuan komprehensif tentang hubungan organisme terhadap lingkungan. Sebelumnya banyak biologiwan terkenal di abad ke-18 dan ke-19 telah 1
memberikan sumbangan pikiran dalam bidang ini, sekalipun belum menggunakan kata ”ekologi”. Antony van Leeuwenhoek lebih dikenal sebagai pelopor ahli mikroskop pada tahun 1700-an, memelopori pula pengkajian rantai makanan dan pengaturan populasi (Egerton, 1968). Tulisan botaniwan bangsa Inggris Richard Bradley menyatakan bahwa ia memahami betul hal produktivitas biologis (Egerton, 1969). Ketiga bidang tersebut penting dalam ekologi mutakhir (Utina dkk. 2009). Ekologi juga dikenal sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik antar mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan benda-benda tidak hidup disekitarnya (Winanrno. 1992). Makhluk hidup dalam kasus pertanian adalah tanaman, sedangkan lingkungannya dapat berupa air, tanah, unsur hara, dan lain- lain. Namun saat ini ekologi lebih dikenal sebagai ”ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi dari alam”. Bahkan ekologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari rumah tangga makhluk hidup. Ekologi merupakan disiplin baru dari Biologi yang merupakan mata rantai fisik dan proses biologi serta bentuk-bentuk yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial (Utomo dkk. 2014). Pada mulanya ekologi merupakan bagian dari ilmu biologi (ilmu hayat), yang terbagai menjadi dua berdasarkan pembagian lapisan vertikal dan lapisan taksonomi (keratan). Lapisan vertikal, contohnya: morfologi (ilmu tentang bentuk luar tubuh), anatomi (ilmu tentang bagian dalam tubuh), fisiologi (ilmu tentang faal makhluk hidup), genetika (ilmu tentang sifat keturunan), ekologi (ilmu tentang rumah makhluk hidup), histologi (ilmu tentang jaringan mikroskopis), embriologi (ilmu tentang perkembangan embrio), evolusi (ilmu tentang perkembangan makhluk hidup dari yang sederhan ke arah yang sempurna), teratologi (ilmu tentang kemungkinan-kemungkinan bayi cacat dalam kandungan), organologi (ilmu tentang organ), ontogeni (ilmu tentang perkembangan makhluk hidup dari sejak embrio hingga dewasa), dan lain sebagainya. Sedangkan berdasarkan lapisan taksonomi, contohnya: mikologi (ilmu tentang jamur), mikrobiologi (ilmu tentang jasad renik), entomologi (ilmu tentang serangga), ornitologi (ilmu tentang burung), botani (ilmu tentang tumbuhan), zoologi (ilmu tentang hewan), bakteriologi (ilmu tentang bakteri), virologi (ilmu tentang virus), dan lain sebagainya. Hal ini terlihat seperti gambar dibawah ini (Safitri. 2019). Gambar 2.1.1 Ruang Lingkup Ekologi Ekologi memiliki ruang lingkup yang sangat luas pada awal mulanya hanya mempelajari makhluk hidup semata, yaitu dari makhluk hidup yang memiliki tingkat organisasi paling sederhana (rendah) ke tingkat organisasi paling 2
kompleks (tinggi). Ruang lingkup ekologi dapat dilihat dari spektrum biologi dibawah ini Gambar 2.1.2 1. Molekul Molekul merupakan sekumpulan unsur-unsur yang membentuk suatu senyawa kimia. Molekul akan menyusun organel-organel sel, seperti: membran sel plasma yang tersusun dari molekul-molekul protein. 2. Organisme Organisme adalah jasad hidup atau makhluk hidup, yang merupakan kumpulan sistem organ yang membentuk individu. 3. Populasi Populasi adalah kelompok mahkuk hidup satu spesies yang hidup pada suatu habitat yang sama. Habitat merupakan tempat hidup suatu makhluk hidup. Dalam populasi terjadi interaksi antara spesiesnya, seperti: berkembang biak, melakukan perkawinan, perlindungan satu sama lainnya, dan lain sebagainya. 4. Komunitas Keragaman spesies merupakan variasi berbagai jenis organisme yang membentuk komunitas. Sedangkan Komunitas adalah kumpulan populasi berbagai spesies makhluk hidup yang saling berinteraksi dan menempati lingkungan yang sama (Campbell. 2010). Konsep dari ekologi sendiri merupakan hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem harus dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang (homeostatis). Homeostatis adalah kecenderungan sistem biologi untuk menahan perubahan dan selalu berada dalam keseimbangan. Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen penyusunnya yaitu organisme dan populasi. Dengan demikian, ekosistem dapat dianggap suatu cibernetik dialam (Darwis dkk. 2017). Terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam mempelajari ekologi tumbuhan, yaitu autekologi dan sinekologi. Autekologi (ekologi spesies) adalah kajian tentang sejarah hidup suatu spesies tumbuhan, perilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungan; sedangkan sinekologi (ekologi komunitas) adalah kajian tentang kelompok organisme tumbuhan yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu (Jayadi. 2015). Adapula pembagian ekologi menurut habitatnya yaitu: Ekologi bahari atau kelautan, salah satu ekologi bahari adalah Ekologi laut tropis. 3
Ekologi estuaria, Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan daerah percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar). Ekologi padang rumput Pengertian tentang lingkungan hidup manusia atau sering disebut lingkungan hidup, sebenarnya berakar dari penerapan ekologi. Lingkungan merupakan penelaahan terhadap sikap dan perilaku manusia dengan tanggungjawab dan kewajibannya dalam mengelola lingkungan hidup. Pengertian lingkungan hidup menurut UU Nomor 23 Tahun 1997, adalah sistem kehidupan yang merupakan kesatuan ruang dengan segenap benda, keadaan, daya dan mahluk hidup termasuk manusia dengan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Menurut Otto Soemarwoto dalam buku hukum lingkungan dan ekologi pembangunan. Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Paradigma ilmu lingkungan (environmental science) adalah metode ilmiah guna menghadapi kehidupan manusia yang kompleks di bawah tatanan alam semesta, sehingga merupakan kombinasi hukum manusia dan hukum alam berdasarkan teori, perangkat dan aplikasinya mengacu pada komponen nilai kemanusiaan melalui keterampilan profesional dan sistematika ilmiah (Armour dan Lang 1975; Soerjani:1997). Atas dasar pengertian ini, ilmu lingkungan merupakan ilmu pengetahuan murni yang monolitik. Konservasi Konservasi mempunyai arti sebagai usaha pelestarian lingkungan yang juga merupakan upaya pemeliharaan dan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana. Pemanfaatan sumber daya alam untuk tujuan pembangunan dan peningkatan kualitas dan kesejahteraan penduduk hendaknya dilakukan dengan pertimbangan ekologis. Dengan pertimbangan itu maka lingkungan dapat menjamin kelangsungan tersedianya sumber daya alam (MacKinnon, 1990). Konservasi dapat dilakukan secara kreatif dan inovatif untuk menjadikan bumi dan sumber daya alamnya produktif dan bermanfaat bagi kesejahteraan manusia secara berkelanjutan (Basuni, 2012). Kegiatan konservasi sumber daya alam, meliputi; pemanfaatan sumber daya alam yang rasional termasuk pemanfaatannya kembali melalui daur ulang, serta perlindungannya dari kerusakan. Konservasi juga merupakan bentuk kegiatan manusia dalam pengelolaan organisme dan ekosistemnya sedemikian rupa agar pemanfaatannya dapat berkelanjutan. Untuk mencapai pemanfaatan organisme dan ekosistem yang berkelanjutan, maka kegiatan konservasi meliputi; perlindungan, pemeliharaan, rehabilitasi, restorasi dan peningkatan populasi serta ekosistem (Anon, 1993). Hal ini berkenaan pula dengan beberapa dasar penerapan 4
konservasi dalam pengertian moderen, yaitu; pemeliharaan, perbaikan, pemanfaatan, pengubahan, efisiensi, daur ulang, dan integrasi (Owen, 1985). Paradigma konservasi sumber dayaalam hayati adalah pengelolaan penggunaan sumber dayaalam hayati secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan untuk kemanfaatan bagi generasi kini dan mendatang. Adapun aktivitasnya adalah memanfaatkan sumber dayahayati, mendistribusikan manfaat sumber dayaalam hayati, dan tidak merusak sumber dayaalam hayati (Basuni, 2012).Restorasi ekosistem merupakan upaya mengembalikan kondisi hutan atau bentang alam dengan tujuan memperoleh kembali keanekaragaman hayati dan non-hayati, dan terjadi keseimabgan hayati dan ekosistemnya. Tujuan konservasi sumber daya alam yang akan dilakukan adalah (1) Mempertahankan adanya kualitas lingkungan dengan memperhatikan estetika dan kebutuhan ekowisata maupun hasilnya dan (2) Mempertahankan adanya kelanjutan dari pemanfaatan hasil tanaman, hewan dan bahan yang bermanfaat lainnya, dengan menciptakan siklus yang seimbang antara masa tanam atau pembiakan dengan pertumbuhan individu baru atau pembaharuan material. Oleh karena itu konservasi yang dilakukan juga meliputi kegiatan perlindungan terhadap sistem kehidupan, preservasi sumber daya genetik serta pemanfaatan flora dan fauna secara berkelanjutan. Hubungan Ekologi Dengan Pelestarian Lingkungan Munculnya ekologi ini tentunya sangat membantu proses pelestarian lingkungan, karena pada awal kemunculan ekologi atau sebelum terkenalnya ekologi, jarang orang memperhatikan lingkungan. Sebagian besar naturalis tidak menganggap menembak hewan untuk mempelajarinya bahwa hal itu salah. Selain itu pada abad ke- 19, tradisi memperlakukan hidupan liar sebagai sumber daya alam yang dapat diperbarui terus berlanjut. Hingga abad ke- 20 dimulai, peristiwa-peristiwa semacam itu membantu berkembangnya cara pandang baru pada alam. Salah satu pandangan murni pragmatik: untuk mengeksploitasi berbagai sumber daya alam, sumber-sumber itu terkadang harus dilestarikan. Pandangan kedua atau yang disebut preservasionisme melibatkan perubahan cara berpikir yang lebih fundamental dimana gagasan bahwa alam memiliki nilai intrinsik dan harus dilindungi demi alam itu sendiri. Kedua pandangan itu merupakan bagian penting dari environmentalisme saat ini. Berdasarkan pemaparan diatas dapat kita simpulkan kehadiran ekologi sangat mempengaruhi pemikiran manusia dalam hal pelestarian lingkungan. Setelah munculnya ekologi, manusia tidak lagi melakukan perburuan liar dan tentunya hal tersebut berimbas pada populasi hewan tersebut. Hal tersebut juga membuktikan bahwa ekologi memiliki hubungan erat dengan pelestarian lingkungan. Adapula terdapat hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa Partisipasi sesorang dalam melestarikan lingkungan dapat dipengaruhi oleh pemahaman konsep ekologi dan etika lingkungan. Dengan demikian berarti makin tinggi pemahaman konsep ekologi dan makin tinggi etika lingkungan, makin tinggi pula Partisipasi seseorang dalam melestarikan lingkungan. Sebaliknya semakin rendah pemahaman konsep ekologi dan makin rendah etika lingkungan, semakin rendah pula partisipasi seseorang dalam melestarikan lingkungan tersebut. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Otto Soemarwoto bahwa pemahaman konsep 5
ekologi adalah kelangsungan hidup makluk hidup yang mengedepankan hubungan timbal balik antara manusia dengan makluk hidup lainnya di muka bumi. Etika lingkungan adalah kepedulian manusia terhadap lingkungan yang tidak berpusat pada diri individu dengan status moral. Manusia tidak boleh merusak lingkungan karena mereka memiliki moral. Seperti yang dikemukakan oleh Otto Sumarwoto perilaku berwawasan lingkungan adalah tindakan atau perbuatan manusia dalam menjaga lingkungan agar terjaga kelestariannya. Partisipasi dapat dilakukan dengan cara usaha sadar diri untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kelangsungan hidup dapat terjaga. Perubahan partisipasi terhadap lingkungan dapat menggunakan alam sesuai dengan kebutuhan tanpa merusak lingkungannya. Dari pembahasan teori di atas menyebutkan bahwa Pemahaman Konsep Ekologi dan etika lingkungan yang dimiliki oleh manusia akan berhubungan dengan Partisipasi manusia dalam Melestarikan Lingkungan. KESIMPULAN Berdasarkan pada pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa ekologi adalah suatu ilmu tentang hubungan timbal balik antar mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan benda-benda tidak hidup disekitarnya (Winanrno. 1992). Dengan pemahaman konsep ekologi yang lebih mendalam serta pemahaman tentang etika lingkungan dapat menumbuhkan kesadaran dalam upaya melakukan kegiatan konservasi. Kegiatan konservasi dapat juga meliputi pemanfaatan sumber daya alam secara rasional, mempertahankan adanya kualitas lingkungan dengan memperhatikan estetika dan kebutuhan ekowisata maupun hasilnya dan mempertahankan adanya kelanjutan dari pemanfaatan hasil tanaman, hewan dan bahan yang bermanfaat lainnya, dengan menciptakan siklus yang seimbang antara masa tanam atau pembiakan dengan pertumbuhan individu baru atau pembaharuan material. SARAN Perlunya dilakukan penelitian dengan rancang bangun yang lebih memenuhi persyaratan untuk mendapatkan simpulan yang dapat diandalkan. DAFTAR PUSTAKA Armour, A & R.Lang. (1975). Environmental Planning Resource book Land. Canada: Directorate Environment Montreal. Basuni. 2012. Paradigma Baru Pembangunan Konservasi Sumber dayaAlam Hayati. Disampaikan pada Rapat Koordinasi Rencana Penelitian Integratif Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi Tahun 2012 Unit Penelitian Teknis Lingkup Badan Litbang Kehutanan. 16 Februari 2012, Jakarta, Indonesia. Darwis, H & Mas’ud, H. (2017). Kesehatan Masyarakat dalam Perspektif Sosioantropologi. Makassar: SAH MEDIA. 6
Dewanti, D. (2012). Pembagian Ekologi. https://diahdewanti.wordpress.com/2012/04/21/pembagian- ekologi/. Diakses tanggal 14 Juni 2020. Effendi, R., Salsabila H. & Malik, A. (2018). Pemahaman Tentang Lingkungan Berkelanjutan, Modul: ejournal undip, 18(2), 75. https://doi.org/10.14710/mdl.18.2.2018.75-82 Fitriani, S.L. dkk (2018). Hubungan Ekologi dengan Pelestarian dan Daya Dukung Lingkungan. https://www.academia.edu/37548218/HUBUNGAN_EKOLOGI_DEN GAN_PELESTARIAN_DAN_DAYA_DUKUNG_LINGKUNGAN. Diakses tanggal 14 Juni 2020 Irwan, Z.D. (2017). Prinsip-Prinsip Ekologi (Ekosistem, Lingkungan Dan Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara. Jane B. Reece (2010). Campbell Biology. Benjamin Cummings / Pearson. Jayadi, E.M. (2015). Ekologi Tumbuhan. Mataram: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram. MacKinnon, J., MacKinnon, K., Child, G. & Thorsell J. (1990). Pengelolaan Kawasan yang dilindungi di Daerah Tropika. Yogyakarta: Gadjah Mada Univ. Pr. Prihanta, W., Syarifuddin A. & Zainuri, A.M. (2017). Pembentukan Kawasan Ekonomi Melalui Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat, Jurnal Dedikasi, 14(-), 81. http://202.52.52.22/index.php/dedikasi/article/view/4304/4662 Rodin, D. (2017). Alquran dan Konservasi Lingkungan: Telaah Ayat-Ayat Ekologis, Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam, 17(2), 392. http://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/tahrir/article/view/1035/751 Safitri, D. (2019). Ekoturisme Dalam Ekologi Sosial. Tangerang: Pustaka Mandiri. Septiani , T. dkk (2016). Pendekatan Ekosistem, Lansekap Kota dan Kepariwisataan di dalam Pengembangan Hutan Raya IR. H. Djuanda Bandung, Jawa Barat. https://dokumen.tips/environment/makalah-ekologi- dan-ekologi-lingkungan.html. Diakses tanggal 14 Juni 2020. 7
Siahaan, N.H.T. (2004). Hukum Lingkungan Dan Ekologi Pembangunan. Yogyakarta: Erlangga. Soerjani, dkk. (1997). Pembangunan dan Lingkungan. Meniti Gagasan dan Pelaksanaan Sustainable Development. Jakarta: Yayasan Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan. Sukotjo, S & Suhardi, E. (2018). Hubungan antara Pemahaman Konsep Ekologi dan Etika Lingkungan dengan Partisipisai Siswa dalam melestarikan Lingkungan, PLH: Jurnal Pendidikan Lingkungan Hidup, 6(1), 15. https://journal.unpak.ac.id/index.php/plh/article/view/1020/872 Utina, R. (2008). Pendidikan Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya Alam Pesisir. Repository UNG. Utina, R. dkk (2018). Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir. Yogyakarta: Deepublish. Utina, R. & Wahyuni K.D. (2009). Ekologi dan Lingkungan Hidup. Gorontalo: UNG Press. Utomo, S.W. dkk (2014). Pengertian, Ruang Lingkup Ekologi dan Ekosistem. http://repository.ut.ac.id/4305/1/BIOL4215-M1.pdf. Diakses tanggal 14 Juni 2020. Winarno, R. (1992). Ekologi sebagai dasar untuk memahami tatanan dalam lingkungan hidup. 29 Desember 1992, Malang, Indonesia. 1. Wulandari, R. (2016). Metode Kunjungan Lapangan Untuk Menanamkan Kepedulian Terhadap Lingkungan Hidup, PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 5(1), 67-6. https://doi.org/10.21070/pedagogia.v5i1.90 8 |