Oleh : Aulia Sari Djaman dkk Mahasiswa Universitas Aisyiyah, Yogyakarta Garam terdiri dua jenis yaitu garam konsumsi dan garam industri. Garam konsumsi merupakan salah satu kebutuhan pokok rumah tangga, biasanya digunakan sebagai bumbu masak untuk menambahkan cita rasa pada makanan. Garam umumnya dikenal dengan natrium klorida (NaCl), karena komposisi garam terdiri atas 40 persen natrium dan 60 persen klorida. Kandungan pada garam berbeda-beda tergantung jenis garam yang digunakan. Salah satu kandungan zat yang dibutuhkan bagi tubuh kita yang terdapat pada garam yaitu yodium/iod. Yodium/iod merupakan senyawa yang terkandung pada garam yang telah di ditambahkan mineral dalam bentuk KIO3 (kalium iodat) dan merupakan mikronutrien (unsur penting) yang kita butuhkan setelah zat besi. Yodium berfungsi sebagai penghasil hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan Triidontironin (T3) pada tubuh kita. Hormon tersebut dapat mengatur fungsi tubuh dan menjaga kesehatan kita secara menyeluruh. Namun kenyataannya tidak semua garam yang beredar di pasaran mengandung yodium. Berdasarkan hasil riset Riskesdas (Riset Kesehatan Daerah) tahun 2013, rumah tangga di Indonesia yang mengkonsumsi garam yang mengandung cukup yodium telah mencapai 77,1%. Namun masih ada rumah tangga yang mengkonsumsi garam yang kandungan yodiumnya kurang, sebesar 14,8% dan ada juga rumah tangga yang mengkonsumsi garam yang tidak mengandung yodium sebesar 8%. (Salim dan Erniwati 2016) Perlu kita ketahui bahwa, manfaat mengkonsumsi yodium yang cukup, dapat mencegah penyakit gondok, membantu pertumbuhan janin (termasuk pertumbuhan otak), mengatur suhu tubuh, kadar glukosa darah dan mengatur pembentukan energi. Mengkonsumsi garam beryodium sangat penting, karena jika kita kekurangan yodium akan mengakibatkan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) mencakup pembesaran kelenjar gondok, kegagalan reproduksi mengakibatkan gangguan perkembangan syaraf, mental, fisik dan menurunnya imunitas serta menurunkan tingkat kecerdasan. Untuk itu, kita perlu sekali mengetahui apakah garam yang kita gunakan mengandung yodium atau tidak, karena garam beryodium mempunyai bentuk, rasa dan bau sama seperti garam yang tidak ditambahkan kalium iodat, sehingga sulit untuk memastikan kecukupan kalium iodat dalam garam. Bagaimanasih cara mengetahui garam yang kita gunakan mengandung yodium ?. Cara mudah yang dapat kita lakukan untuk mengetahui adanya kandungan yodium dalam garam adalah dengan menggunakan cara radisional yaitu menggunakan bahan cuka/perasan lemon (sebagai indikator) dan tepung kanji/air perasan singkong (sebagai pereaksi). Adapun langkah kerja uji garam beryodium secara tradisional adalah sebagai berikut: Tuangkan 4-6 sendok teh penuh garam yang hendak diuji pada piring bersih Selanjutnya tambahkan 1 sendok air perasan singkong atau tepung kanji Jika garam yang diuji berubah warna menjadi ungu kehitaman maka garam yang digunakan tersebut termasuk garam yang mengandung yodium. Sebaliknya apabila kalau garam tersebut tetap berwarna putih ini berarti garam tidak mengandung yodium (0ppm). (Murniati, dkk 2017) Selain cara tradisional, ada juga pemeriksaan lain yang digunakan untuk menguji yodium yaitu dengan menggunakan yodium tes yaitu (Reagen iodine) Adapun langkah-langkah uji coba dengan menggunakan reagen yodium hampir sama dengan cara tradisional, yaitu: Letakkan kira-kira setengah sendok teh garam yang akan diuji pada piring bersih Kemudian teteskan dengan 2-3 tetes reagen iodine Tunggu beberapa menit dan perhatikan perubahan yang terjadi Jika garam yang diuji berubah warna menjadi ungu kehitaman maka garam yang digunakan tersebut termasuk garam yang mengandung yodium. Sebaliknya apabila kalau garam tersebut tetap berwarna putih ini berarti garam tidak mengandung yodium (0ppm). (Murniati, dkk 2017) Pengunaan metode uji yodium secara tradisional dan yodium tes ini digunakan untuk melihat apakah garam tersebut mengandung yodium atau tidak, tetapi kedua metode ini tidak bisa mengukur adanya berapa besarnya kadar yodium yang ada pada garam tersebut. Sedangkan kadar yodium yang dianjurkan dalam garam adalah sebesar 30-80 ppm. Untuk melihat kadar yodium pada garam maka harus melakukan uji KIO3 (metode titrasi iodometri). Metode titrasi iodometri adalah metode tak langsung yang melibatan iod, ion iodida berlebihan ditambahkan pada suatu agen pengoksiasi yang membebaskan iod dan dititrsi dengan Na2SO2O3 (Natrium Tiosulfat). DAFTAR PUSTAKA Amanati Luffy. 2017. Karakteristik Kandungan KIO3 Pada Garam Konsumsi Beryodium Yang Beredar di Kota Blitar. Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri. 2(2): 67-70 Murniati, Suhendra Dedy, G Ryantin Erin, H Seno Sri, dan Kurniawati Lely.2017. Tes Yodium Keluarga Untuk Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Tentang Garam Beryodium dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Jurnal Abdi Insani Unram. 4(1):22-26 Salim Zamroni dan Erniwati Munadi. 2016. Info Komoditi Garam. Jakarta. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia bekerja sama dengan Al Mahardi Prima Anggota IKAPI.
Cara Menguji Apakah Garam Anda Mengandung Iodium
Menambahkan iodium pada garam sudah dilakukan di dunia Barat sejak tahun 1920an. Secara ilmiah sudah dibuktikan bahwa cara ini efektif bisa menanggulangi penyakit gondok dan kerdil (kretin) yang melanda sejumlah besar penduduk, terutama anak-anak, di negara-negara dengan status ekonomi lemah. Penelitian lanjutan yang dilakukan tahun 1980 menunjukkan bahwa kekurangan iodium pada anak-anak akan mempengaruhi perkembangan mental mereka, berupa penurunan intelegensia dan peningkatan risiko kematian pada wanita hamil dan melahirkan. Penemuan ini mengakibatkan WHO (World Health Organization) menggelar kampanye di seluruh dunia, termasuk Indonesia, mengenai standar mutu garam beriodium dengan alasan kesehatan pada awal tahun 1990.Mengapa garam yang dipilih? Karena garam dibutuhkan oleh setiap orang, setiap hari, serta harganya pun relatif murah. Dengan demikian penambahan iodium pada garam diharapkan bisa cepat berhasil tidak hanya di negara maju tapi juga di negara berkembang. Lagi pula penambahan iodium pada garam tidak memengaruhi warna, rasa, dan bau, serta tidak menimbulkan reaksi kimia yang berlawanan sehingga garam aman untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan fisik yang kentara antara garam yang beriodium dan yang tidak beriodium. Namun Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 dalam salah satu brosurnya mensinyalir, di negeri kita cakupan penggunaan garam beriodium masih kurang dari 90%. Padahal pada kongres "The 1990 World Summit for Children" telah ditetapkan bahwa pada tahun 2000 dunia sudah harus terbebas dari defisit iodium. Kendala apa saja yang kita hadapi?Sebagian besar garam yang kita konsumsi masih diolah secara tradisional, baik oleh para petani maupun pengusaha swasta. Untuk melangkah ke tingkat iodisasi dibutuhkan sosialisasi, dukungan, dan bantuan pemerintah. Masalah terbesar ternyata pada pengemasan, mengingat jangkauan distribusi yang cukup luas dengan sarana pengiriman yang juga rata-rata masih sederhana, dikhawatirkan bisa menyebabkan kandungan iodium berkurang karena menguap. Selain itu dibutuhkan pula kontrol dan pengawasan yang konsisten.Untunglah stok mineral iodium sudah tidak lagi menjadi kendala. PT. Kimia Farma, sebagai badan usaha milik negara, mengolah tambang iodium di desa Watukadoh di Jawa Timur. Semua pengusaha garam beriodium mendapat pasokan mineral dari Kimia Farma. Yang menarik, kita bisa membeli Iodium Test di apotek untuk mengetes sendiri di rumah. Caranya sangat mudah. Sediakan 1/2 sendok teh garam yang biasa kita gunakan saat memasak, lalu teteskan 2-3 tetes iodium buatan Kimia Farma pada garam tersebut. Amati perubahan warna yang terjadi. Bila tidak terjadi perubahan warna, berarti garam tersebut tidak mengandung iodium (0 ppm). Namun bila garam tersebut berubah warna menjadi berwarna biru keunguan, garam tersebut telah mengandung iodium sesuai persyaratan (30 ppm). Mungkinkah seseorang mengidap kelebihan iodium? Mungkin saja, walau pun sangat kecil probabilitasnya. Gejala akibat kelebihan iodium sama dengan kekurangan iodium, antara lain berupa pembengkakan kelenjar leher seperti gondok. Batas aman cukup tinggi sehingga iodium yang didapat dari makanan dan suplemen saja sulit melewati batas aman tersebut. Anak usia 1-3 tahun batasnya 200 mcg/hari, sampai usia 13 tahun batasnya 600 mcg/hari, orang dewasa/ibu hamil/menyusui aman sampai 1.199 mcg/hari.
|