Apakah semua nilai budaya harus diwariskan

oleh: Sheila Ayu Rachmadiena (mahasiswa Arkeologi UGM)

Indonesia adalah negeri yang terkenal kaya akan budaya. Budaya yang bermacam-macam tersebut merupakan salah satu kekuatan yang juga sekaligus menjadi karakteristik bangsa Indonesia. Salah satu bentuk budaya yang bisa kita lihat adalah tinggalan budaya dari masa lalu yang berbentuk fisik. Tinggalan budaya dari masa lalu ini dapat menjadi jembatan bagi kita untuk mengetahui kehidupan saat itu dan juga nilai-nilai luhur yang dianut nenek moyang kita. Dengan mengetahui masa lalu, kita bisa menyongsong masa depan yang lebih baik. Bahkan dengan satu tinggalan budaya dari masa lalu, kita bisa mempelajari banyak hal. Kita bisa mengambil contoh dari salah satu warisan budaya dunia di Indonesia, yaitu Candi Borobudur. Candi Borobudur adalah sebuah mahakarya dan seni monumental Buddhis. Dari Borobudur kita dapat mengetahui konsepsi Buddhis dari candi beserta reliefnya serta mengetahui kehidupan di masa lalu dari penggambaran relief. Selain itu, Candi Borobudur dapat mengajarkan kita tentang toleransi dan juga kearifan lokal.

Tidak akan ada habisnya jika kita harus menjabarkan berbagai ilmu yang bisa kita dapat dari Candi Borobudur. Tetapi poin penting yang dapat kita ambil adalah kita harus bisa menjaga warisan budaya agar pengetahuan-pengetahuan di dalamnya dapat dilihat buktinya, bukan merupakan dongeng belaka, dan juga untuk menjaga karakteristik bangsa Indonesia. Memang leluhur kita sudah sudah membangun tinggalan-tinggalan tersebut dengan teknologi dan ide yang sedemikian rupa, tetapi karena umurnya sudah perpuluh-puluh dan bahkan beratus-ratus tahun, tinggalan tersebut menjadi rapuh dan rawan untuk rusak. Padahal tinggalan warisan budaya jumlahnya terbatas sehingga tidak ada duanya dan juga tidak bisa kita buat kembali, bahkan sebagian dari mereka merupakan sebuah mahakarya.

Melestarikan warisan budaya bisa dimulai dengan hal kecil seperti menjauhi larangan di sekitar warisan budaya, tidak merusak obyek, dan menjaga lingkungan sekitarnya dengan tidak membuang sampah sembarangan. Kita juga bisa melestarikannya dengan mencari tahu nilai-nilai yang terkandung didalamnya dan menyebarluaskan pengetahuan tersebut. Kalau bukan kita yang menjaga warisan budaya, siapa lagi?

Salam pewaris budaya bangsa!

Balai Konservasi Borobudur

tirto.id - Dalam studi antropologi, kebudayaan disinggung menjadi salah satu kajian yang diperhatikan dalam kehidupan manusia.

Salah satu konsep yang dilihat tentang kebudayaan ini adalah materi pewarisan budaya dan segala prosesnya.

Menurut jurnal online Universitas Negeri Semarang, pewarisan kebudayaan didefinisikan sebagai bentuk peralihan nilai serta norma oleh generasi tua kepada generasi muda.

Budaya yang diwariskan tersebut berupa norma-norma sosial yang musti dijadikan pedoman oleh seorang individu dalam kehidupan bermasyarakat.

Untuk menanamkan aturan serta nilai abstrak tersebut, maka muncul istilah pewarisan kebudayaan, yakni meneruskan apa yang dipegang teguh oleh orang terdahulu kepada generasi selanjutnya.

Menurut Siany dan Atiek Catur dalam Khazanah Antropologi (2009:122), norma dan nilai yang diwariskan kepada generasi baru ini disejajarkan dengan definisi pembelajaran.

Tepatnya, pewarisan kebudayaan adalah proses manusia dalam mempelajari budaya yang selalu berjalan sepanjang kehidupan ada.

Proses pewarisan budaya ini meliputi dua jenis proses, yaitu dengan cara sosialisasi dan enkulturasi. Lantas, apa arti dari kedua jenis proses tersebut?

Sosialisasi

Koentjaraningrat menjabarkan bahwa sosialisasi ini diartikan sebagai proses seorang individu dalam mempelajari kebudayaan dan hubungannya dengan sistem sosial yang ada.

Melalui proses sosialisasi ini, seseorang dapat memahami, menghayati, menyesuaikan, hingga melaksanakan berbagai tindakan yang selaras dengan konsep budaya (perilaku, norma, dan nilai) dalam masyarakat.

Singkatnya, proses ini membawa seorang individu untuk selalu belajar menyesuaikan diri dengan kebudayaan serta sistem sosial yang ada di sekitar kehidupannya.

Contoh yang dapat menggambarkan proses sosialisasi adalah ketika seorang anak hidup di lingkungan pertanian.

Baik secara sadar atau tidak, konsep pemikiran dan caranya bersosialisasi di lingkungan tersebut akan menyesuaikan dengan norma, nilai, dan adat yang telah dipegang orangtuanya sebagai bagian dari masyarakat pertanian.

Enkulturasi

Proses enkulturasi ini disebut juga sebagai pembudayaan. Diartikan sebagai proses seseorang ketika mempelajari dan menyesuaikan pikiran beserta sikapnya terhadap kebudayaan yang ada.

Melalui proses ini, individu dapat memperoleh warisan budaya berkat kemampuan menyesuaikan diri terhadap norma, nilai, tuntutan, dan kebudayaan lain yang sedang berjalan di dalam masyarakat.

Tahapannya pun berurut, mulai dari pengaruh keluarga, teman-teman sebaya, hingga aspek masyarakat yang lebih luas lagi.

Mulanya, seseorang melihat beberapa aktivitas dan pandangan orang di sekitar. Lalu, berlanjut kegiatan tersebut mulai terbentuk menjadi pola kebudayaan tertentu.

Contoh konkret yang dapat menjabarkan proses ini adalah peristiwa seorang individu yang bergaul dengan teman-teman sebayanya.

Di lingkungan tersebut seorang individu biasanya membawa oleh-oleh setelah melakukan perjalanan ke luar kota.

Hal tersebut ternya diikuti oleh beberapa individu lain hingga akhirnya terbentuk menjadi sebuah budaya tertentu.

Dengan melakukan apa yang ada dalam budaya tersebut, seorang individu bisa merasakan bahwa dirinya merupakan bagian dari lingkungan sebayanya itu.

Baca juga:

  • Apa Itu Dinamika Kebudayaan Serta Faktor-faktornya?
  • Faktor Pendorong dan Penghambat Terjadinya Asimilasi Budaya

Baca juga artikel terkait ANTROPOLOGI atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/adr)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yandri Daniel DamaledoYandri Daniel Damaledo
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Apakah semua nilai budaya harus diwariskan

Apakah semua nilai budaya harus diwariskan
Lihat Foto

SHUTTERSTOCK

Tari Aceh Ratoh Jaroe Saman.

SEBAGAI tradisi, nilai-nilai luhur, dan kearifan lokal yang dimiliki dan dihidupi bersama secara turun-temurun oleh suatu kelompok masyarakat tertentu dalam suatu bangsa, kebudayaan dapat dimaknai sebagai identitas kolektif atau jati diri suatu bangsa.

Kebudayaan memiliki peran dan fungsi yang sentral dan mendasar sebagai landasan utama dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara karena suatu bangsa akan menjadi besar jika nilai-nilai kebudayaan telah mengakar (deep-rooted) dalam sendi kehidupan masyarakat.

Indonesia sebagai negara kepulauan adalah negara-bangsa yang memiliki kekayaan dan keragaman budaya nusantara yang merupakan daya tarik tersendiri di mata dunia.

Seharusnya hal ini dapat dijadikan modal untuk menaikkan citra bangsa di mata dunia sekaligus nilai-nilai fundamental yang berfungsi merekatkan persatuan.

Nilai-nilai luhur

Seperti yang kita ketahui, sebagai sebuah negara bangsa (nation-state) Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang khas dan membudaya di masyarakat seperti gotong-royong, saling tolong menolong, ramah, santun, toleran, dan perduli terhadap sesama.

Nilai-nilai luhur tersebut pada akhirnya dijadikan rujukan untuk membentuk ideologi negara, yaitu Pancasila yang secara umum dibangun atas nilai-nilai luhur yang telah mengakar dan membudaya di masyarakat jauh sebelum Indonesia menjadi negara kesatuan.

Kota Metro, NU Online Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda Ansor Provinsi Lampung Hidir Ibrahim mengungkapkan, generasi milenial hari ini dinyatakan 70% sudah tergusur mental budaya Barat.

Generasi saat ini menjadikan gadget sebagai keperluan pokok (basic need) dalam hidup mereka. Tidak mempertimbangkan apakah itu berbahaya bagi dirinya atau tidak.

“Miris sekali generasi-generasi milenial hari ini buta akan keadaan. Cara untuk mem-back up itu semua adalah dengan belajar dan mengerti bahwasanya banyak sekali pengaplikasian budaya yang dikolaborasi dengan teknik modern," katanya pada Talkshow Kebudayaan dan Festival Budaya Nusatara, Ahad (7/4) siang di Kota Metro.

Hidir mengingatkan bahwa budaya Indonesia itu sejatinya adalah budaya yang unik, sangat menarik, kolaboratif dan banyak manfaat positif. Budaya Indonesia mampu menjadi alat pemersatu bangsa, sebagai identitas bangsa dan menguatkan sikap nasionalisme masyarakat khususnya generasi milenial. Hal ini juga diamini Budayawan Kota Metro Solihin Ucok yang mengatakan bahwa Indonesia memiliki banyak budaya-budaya lokal yang belum banyak tersentuh oleh generasi milenial. Indonesia memiliki karakter kebudayaan yang kuat sekaligus mampu memberikan nilai lebih di mata dunia, dari berbagai macam ragam suku dan daerahnya. Hal ini harus diwariskan kepada generasi milenial sehingga mereka akan mengerti betapa luasnya dan betapa besarnya pengaruh yang dihasilkan oleh kebudayaan itu sendiri. “Cinta tanah air yang sangat kuat, terlebih jika kebudayaan itu bisa menimbulkan keunikan dan menarik mata para generasi muda patut di lestarikan. Kebudayaan tidak harus kuno, tradisional, tidak harus primitif," ungkapnya.

Talkshow ini digelar dalam rangka upaya generasi milenial untuk berkontribusi dalam menjaga dan melestarikan budaya yang ada di Nusantara.

Dalam Talkshow ini juga dilaksanakan pelantikan Pimpinan Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Metro masa khidmat 2018 – 2019. (Akhmad Syarief Kurniawan/Muhammad Faizin)