Apa itu Epilepsi ? General,
Health, BodyEpilepsi merupakan salah satu penyakit saraf tertua, ditemukan pada semua umur dan dapat menyebabkan hendaya serta mortalitas. Penyakit Epilepsi atau ayan adalah suatu gangguan fungsi listrik otak yang ditandai oleh cetusan listrik
secara berlebihan pada sekelompok atau sebagian besar sel-sel otak, sehingga bisa timbul kejang, perubahan perilaku sesaat dan berulang. Pada umumnya serangan atau bangkitan epilepsi ditandai dengan pingsan dan/ atau kejang secara berulang kali. Bangkitan lain selain kejang bisa tiba-tiba penderita bengong atau hilang kesadaran sesaat, mulut yang bergumam atau komat-kamit, sampai penderita berteriak sendiri. Gangguan pada pola aktivitas listrik otak saraf dapat terjadi karena
beberapa hal. Baik karena kelainan pada jaringan otak, ketidakseimbangan zat kimia di dalam otak, ataupun kombinasi dari beberapa faktor penyebab tersebut. Show Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan ada 50 juta kasus epilepsi di seluruh dunia (WHO, 2019) Secara keseluruhan insidensi epilepsi pada Negara maju berkisar antara 40-70 kasus per 100.000 orang
per tahun. Di negara berkembang, insiden menjadi lebih tinggi berkisar antara 100-190 kasus per 100.000 orang per tahun. Pendataan secara global ditemukan 3,5 juta kasus baru per tahun di antaranya 40% adalah anak-anak, 40% dewasa dan 20% lansia. Rata-rata insidensi epilepsi setiap tahun di Amerika Serikat diperkirakan 48 per 100.000 orang (Gunawan & Stephanie, 2014). Jumlah kasus epilepsi di Indonesia terbilang cukup tinggi. Rata-rata prevalensi epilepsi aktif sebanyak 8,2 per 1.000
penduduk, sedangkan angka insidensi mencapai 50 per 100.000 penduduk. Jika jumlah penduduk Indonesia sekitar 230 juta, diperkirakan masih ada 1,8 Prevalensi epilepsi
berdasarkan jenis kelamin di negara-negara asia, Kapan Seseorang didiagnosis Epilepsi ? Seseorang dikatakan atau diagnosis epilepsi berdasarkan riwayat gejala klinis yang dialami oleh penderita. Hal ini diperoleh dari keterangan yang disampaikan oleh penderita sendiri, keluarga, atau orang terdekat yang menyaksikan saat penderita epilepsi mengalami bangkitan atau kejang. Epilepsi didiagnosis setelah seseorang mengalami sedikitnya dua kali bangkitan atau kejang-kejang yang tidak terkait dengan kondisi medis apa pun sebelumnya .Walaupun demikian tidak semua kejang dapat dikatakan sebagai epilepsi. Diagnosis epilepsi baru dapat ditegakkan setelah dilakukan wawancara medis lengkap, pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG) dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti ct scan kepala atau MRI kepala . Pemeriksaan EEG atau rekam otak dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pada impuls atau aktivitas listrik / elektrik di dalam otak yang menjadi penyebab terjadinya kejang. Pemeriksaan CT scan atau MRI kepala bertujuan untuk mengetahui adanya kelainan pada struktur otak sebagai penyebab epilepsi, ataupun penyebab sekundernya misalnya pada kasus tumor otak, stroke, infeksi otak, paska cedera kepala. Apa Penyebab Epilepsi? Epilepsi bisa terjadi pada semua usia, baik wanita atau pria. Berdasarkan penyebabnya, epilepsi dapat digolongkan menjadi:
Pada sebagian besar kasus epilepsi, tidak diketahui penyebab pastinya. Epilepsi jenis ini dikenal sebagai epilepsi idiopatik atau epilepsi primer. Pada epilepsi jenis ini tidak ditemukan kelainan di otak yang dapat menyebabkan epilepsi. Berbeda dengan epilepsi idiopatik, epilepsi simptomatik atau epilepsi sekunder merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya bisa diketahui. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan epilepsi simptomatik, di antaranya adalah cedera kepala, stroke, tumor otak, infeksi otak seperti meningitis atau ensefalitis. Apa saja Faktor Pencetus Kejang ? Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kejang pada penderita epilepsi. Di antaranya adalah tidak mengonsumsi obat anti epilepsi (OAE) secara teratur, kurang tidur, kelelahan, terlambat makan, stress mengonsumsi obat yang mengganggu kinerja obat anti-epilepsi, demam tinggi, mengonsumsi minuman beralkohol atau NAPZA, saat menstruasi pada wanita, maupun kilatan cahaya. Pengobatan Epilepsi Tujuan utama pengobatan pada epilepsi adalah mengupayakan penderita epilepsi dapat hidup normal dan tercapai kualitas hidup optimal. Harapannya adalah penderita epilepsi bisa bebas kejang. Dengan pemberian obat anti anti epilepsi (OAE) dapat mencegah terjadinya kejang sehingga penderita dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara normal dengan mudah dan aman. Banyak penderita Penyakit yang mengalami penurunan frekuensi kejang atau bahkan tidak mengalami kejang sama sekali selama bertahun-tahun setelah menjalani pengobatan dengan obat anti epilepsi (OAE). Setiap penderita epilepsi perlu selalu diingatkan tentang pentingnya pengobatan yang disiplin dan teratur . Masih banyak presepsi di masyarakat bahwa penyakit epilepsi tidak bisa disembuhkan. Padahal, penyakit epilepsi bisa diobati atau bisa terkontrol dengan obat anti epilepsi (OAE). Keluarga penderita epilepsi atau penderita epilepsi masih sering menanyakan apakah anak saya atau saya bisa sembuh? Dengan pengobatan tepat dan sesuai, penyakit epilepsi dapat terkontrol dengan obat anti epilepsi (OAE) dan bahkan sebagian bisa sembuh sempurna tanpa harus minum obat lagi. Penderita epilepsi akan mendapatkan obat rutin berupa obat anti epilepsi (OAE) yang harus diminum setiap hari. Sehingga sering timbul banyak pertanyaan sampai kapan obat harus diminum? Obat anti epilepsi (OAE) harus diminum rutin dan bisa dihentikan dengan syarat tertentu. Penghentian obat anti epilepsi (OAE) dilakukan secara bertahap dapat dipertimbangkan setelah 3-5 tahun bebas kejang dan hasil rekam otak atau EEG normal. Pembedahan Otak/ Bedah epilepsi Penelitian di pelbagai negara menunjukkan bahwa 60-80% epilepsi dapat diatasi dengan pemberian obat anti epilepsy (OAE). Sehingga masih ada sekitar 20-40% pennderita epilepsi yang sulit dikendalikan dengan obat anti epilepsi (OAE) . Penderita epilepsi yang sulit dikendalikan dengan obat anti epilepsi disebut sebagai epilepsi intractable atau refrakter atau kebal terhadap obat anti epilepsi (OAE). Penderita sudah diberikan beberapa kombinasi obat anti epilepsi lebih dari 2 macam dan dosis sudah maksimal, tetapi kejangnya masih belum bisa terkontrol, maka terapi bedah epilepsi dapat dijadikan pilihan pengobatan. Tindakan pembedahan otak atau bedah epilepsi dikerjakan oleh seorang dokter spesialis bedah saraf. Sebelum pelaksanaan tindakan pembedahan, seorang penderita epilepsi akan dilakukan serangkaian tes untuk menilai layak atau tidaknya penderita dilakukan tindakan pembedahan. Tidak semua penderita epilepsi bisa dilakukan pembedahan otak atau bedah epilepsi. Bedah Epilepsi terbukti memberi manfaat berupa bebas kejang pada 70% orang dengan epilepsi refrakter, dan hanya 20% lainnya mengalami perbaikan dan berubahnya bentuk serangan menjadi lebih ringan. Selain itu setelah dilakukan bedah epilepsi obat yang diminum bisa dikurangi atau lebih minimal. Bahaya Dari Penyakit Epilepsi Epilepsi perlu penanganan dengan tepat untuk menghindari terjadinya situasi yang dapat membahayakan jiwa. Serangan atau kejang pada penderita epilepsi dapat terjadi kapanpun dan di manapun, di tempat-tempat yang tidak terduga sehingga dapat membuat penderita berisiko mengalami cedera kepala atau patah tulang akibat terjatuh saat kejang atau tenggelam. Selain bahaya cedera, penderita epilepsi dapat mengalami komplikasi seperti kejang yang lama atau status epileptikus dan kematian mendadak. Pertolongan Pertama Pada Kejang Apa yang dapat kita lakukan apabila kebetulan kita berada dekat penderita epilepsi yang sedang mengalami kejang :
Hari Epilepsi Sedunia Purple Day for Epilepsy Awareness Day atau Hari Epilepsi Sedunia merupakan suatu gerakan internasional yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran mengenai penyakit epilepsi ke seluruh dunia, yang dirayakan setiap tanggal 26 Maret setiap tahunnya dengan memakai atribut berwarna ungu. Kenapa purple? Karena warna ungu adalah refleksi dari bunga lavender yang menjadi lambang internasional untuk epilepsi. Bunga lavender juga memiliki simbol kesendirian, yang mewakili para penyandang epilepsi yang seringkali merasa terisolasi karena kondisi mereka.
Selamat Hari Epilepsi Sedunia! *Disadur dari berbagai sumber. Apakah epilepsi permanen?Epilepsi bisa dibilang merupakan kondisi seumur hidup. Gejala penyakit ini bisa bermula dari usia berapapun. Namun biasanya, gejala epilepsi muncul pertama kali pada masa kanak-kanak atau lansia di atas 60 tahun.
Apa yang harus dihindari oleh penderita epilepsi?Menurut laman Epilepsy Foundation, ada banyak hal yang bisa memicu kejang pada penderita epilepsi, termasuk stres dan kurang tidur.. Mentega.. Margarin.. Lemak sapi.. Minyak kelapa, kelapa sawit dan inti sawit.. Makanan olahan seperti kue kemasan, kue kering, atau pizza beku.. Berapa lama proses penyembuhan epilepsi?Rata-rata memerlukan waktu 3-4 bulan penurunan obat. Hanya dokter yang boleh memutuskan kapan penghentian obat anti epilepsi, demikian juga dengan penyesuaian dosis. Orangtua tidak boleh menghentikan sendiri, menambah atau mengurangi dosis tanpa konsultasi dengan dokter.
Buah apa yang bisa menyembuhkan penyakit epilepsi?Buah-buahan sitrus atau jeruk-jerukan, seperti jeruk, grapefruit, lemon, dan jeruk nipis, merupakan buah untuk penderita epilepsi yang kaya asam folat.
|