Apakah kalau berdoa harus mengangkat tangan?

Apakah kalau berdoa harus mengangkat tangan?

KHITTAH.co- Sejumlah kalangan di Muhammadiyah, ada yang berpendapat bahwa berdoa tidak perlu mengangkat tangan. Ada juga yang berpendapat bahwa tangan tetap menengadah hanya saja diletakkan di paha.

Bahkan, pernah ada yang bialng, kalau mau tahu orang itu Muhammadiyah, lihat saat berdoa, apa angkat tangan atau diletakkan di atas paha saja. Bagaimana sebenarnya penjelasan terkait ini?

Berdasarkan penjelasan dari laman resmi Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) PP Muhammadiyah, diuraikan bahwa salah satu adab dalam berdoa, sebaiknya mengangkat tangan.

Hadis-hadis yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. mengangkat tangan ketika berdoa baik ketika melaksanakan haji atau lainnya, di antaranya:

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ رَضِي اللهُ عَنْهُمَا كَانَ يَرْمِي الْجَمْرَةَ الدُّنْيَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ ثُمَّ يُكَبِّرُ عَلَى أَثَرِ كُلِّ حَصَاةٍ ثُمَّ يَتَقَدَّمُ فَيُسْهِلُ فَيَقُومُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ قِيَامًا طَوِيلاً فَيَدْعُو وَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ ثُمَّ يَرْمِي الْجَمْرَةَ الْوُسْطَى كَذَلِكَ فَيَأْخُذُ ذَاتَ الشِّمَالِ فَيُسْهِلُ وَيَقُومُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ قِيَامًا طَوِيلاً فَيَدْعُو وَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ ثُمَّ يَرْمِي الْجَمْرَةَ ذَاتَ الْعَقَبَةِ مِنْ بَطْنِ الْوَادِي وَلاَ يَقِفُ عِنْدَهَا وَيَقُولُ هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُ [رواه البخاري، كتاب الحج، ج:1، ص:198]

Artinya: “Diceritakan dari Salim bin ‘Abdillah; bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, melempar jamrah yang dekat (pertama) dengan tujuh kerikil sambil bertakbir pada akhir setiap lemparan kerikil, lalu maju di tempat yang datar dan berdiri lama dengan menghadap ke qiblat, lalu berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya, lalu melempar jamrah wustha (tengah) sebagaimana (melempar jamrah pertama), lalu mengambil arah kiri di tempat yang datar dan berdiri lama dengan menghadap qiblat, lalu berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya, lalu melempar jamrah ‘aqabah (yang terakhir) dari arah lembah dan tidak berhenti, dan berkatalah ‘Abdullah Ibnu ‘Umar: ‘Demikianlah saya melihat Rasulullah mengerjakannya’.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy, Kitab al-Hajj, bab mengangkat kedua tangan, I:198]

Menurut laman resmi MTT PP Muhammadiyah, terdapat banyak hadis yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. mengangkat kedua tangannya ketika berdoa, di antaranya, Yadain; Shahih al-Bukhari, kitab al-Hajj, Jilid 1 hal. 198; Shahih Muslim, kitab Shalat al-Istisqa, kitab Manasik al-Hajj dan Sunan at-Tirmidzi.

Meski demikian, tidak dimungkiri, memang ada hadis yang meriwayatkan bahwa Nabi tidak mengangkat tangannya ketika berdoa. Hadis tersebut, yakni:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ وَعَبْدُ اْلأَعْلَى عَنْ سَعِيدٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لاَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍ مِنْ دُعَائِهِ إِلاَّ فِي اْلاِسْتِسْقَاءِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ إِبْطَيْهِ [رواه مسلم، كتاب صلاة الاستسقاء، نمرة: 5/895]

Artinya: “Diceritakan kepada kami oleh Muhammad bin al-Musanna, diceritakan kepada kami oleh Ibnu Abi ‘Adiy dan ‘Abdul A’la dari Sa’id, dari Qatadah, dari Anas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengangkat kedua tangannya sedikitpun ketia berdoa, kecuali dalam istisqa’ (mohon air hujan) hingga terlihat putihnya kedua ketiaknya.” [Diriwayatkan oleh Muslim, kitab Shalat al-Istisqa,No 5/895]

Nah, atas hadis-hadis tersebut, simpulan menurut laman fatwatarjih.or.id adalah mengangkat kedua tangan ketika berdoa adalah sunah atau mustahabb. Hanya saja, kita tidak perlu mengangkat tinggi-tinggi, kecuali pada waktu berdoa istisqa.

Terkait maksud dari hadis Anas yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw. tidak mengangkat tangan ketika berdoa, kecuali dalam shalat istisqa adalah tidak berlebih-lebihan dalam mengangkat tangan.

Karena itu, disimpulkan bahwa dalam berdoa, kita dianjurkan untuk mengangkat tangan yang tidak berlebih-lebihan.

Lantas, bagaimana sebenarnya adab berdoa menurut Muhammadiyah?

Menurut Muhammadiyah, dikutip dari laman resmi Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, dalam berdoa, ada empat adab yang perlu diperhatikan, yaitu;

1. Memulai berdoa dengan memuji Allah dan bersalawat atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Landasannya adalah riwayat  dari Fudhalah bin Ubaid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ لْيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ. [رواه الترمذى]

Artinya: “Apabila salah seorang di antaramu berdoa, hendaklah ia memulai dengan mengagungkan dan memuji Tuhan yang Maha Agung dan Maha Perkasa, kemudian bershalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, setelah itu berdoa dengan doa yang dikehendaki.” [HR. at-Tirmidzi]

2. Hendaklah kita merendahkan diri dan dengan suara perlahan dalam berdoa. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-A’raf (7): 55:

اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَ خُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ

Artinya: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.

3. Hendaklah kita membaca hamdalah saat mengakhiri doa. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surat Yunus (10): 10 yang berbunyi:

وَءَاخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Artinya: “… dan penutup doa mereka adalah “al-hamdulillahi Rabbil-‘aalamiin”.

4. Kita dianjurkan dengan mengangkat tangan. Anjuran ini didasarkan pada hadis berikut ini:

حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ بَكْرُ بْنُ خَلَفٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مَيْمُونٍ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ سَلْمَانَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ رَبَّكُمْ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ أَنْ يَرْفَعَ إِلَيْهِ يَدَيْهِ فَيَرُدَّهُمَا صِفْرًا أَوْ قَالَ خَائِبَتَيْنِ (رواه ابن ماجه: الدعاء: رفع اليدين فى الدعاء)

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Bisyrin Bakar bin Khalafin, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Adiyyi dari Ja’far ibnu Maimun dari Abu Utsman ra dari Salman dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: Sesungguhnya Tuhanmu adalah “sangat malu” lagi Maha Pemurah, Dia merasa malu kepada hamba-Nya yang menengadahkan kedua tangannya kepada-Nya, kemudian ditolak-Nya sama sekali atau sia-sia.” [HR. Ibnu Majah dan at-Tirmidzi]

Hadis di atas diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Kitab ad-Du’a, Bab Raf’u al-Yadain fi ad-Du’a dan diriwayatkan pula oleh at-Tirmidzi dalam Kitab ad-Da’awaat ‘an Rasulillah, Bab fi Du’a an-Naby.

Imam al-Hafidz Abil Ali Muhammad Abdurrahman bin Abdur Rahim al-Kafury dalam kitab Tuhfah al-Ahwadzi bi Syarh Jami’ at-Tirmidzi menjelaskan bahwa hadis tersebut menunjukkan dianjurkan untuk  mengangkat tangan ketika berdoa, dan hadis yang menunjukkan hal tersebut jumlahnya cukup banyak.

Apakah boleh berdoa tidak mengangkat tangan?

Ketiga, tidak ada dalil yang menunjukkan mengangkat tangan ataupun tidak. Maka hukum asalnya adalah mengangkat tangan karena ini termasuk adab dalam berdoa.

Mengapa mengangkat tangan saat berdoa?

Dalam hadits ini, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan mengangkat kedua tangan sebagai sebab terkabulnya do'a. Inilah pembagian keadaan dalam mengangkat tangan ketika berdoa.

Apakah Rasulullah mengangkat tangan saat berdoa?

Nabi SAW tidak mengangkat kedua tangannya dalam doanya, kecuali dalam sholat istisqa'. Sesungguhnya beliau mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putih ketiaknya. Hadis lain juga menyebutkan Rasulullah Muhammad SAW tidak mengangkat tangan ketika berdoa, namun sifatnya lebih keras. Hadis ini diriwayatkan Muslim.

Bagaimana tangan saat berdoa?

Rasulullah mengajarkan kepada umatnya agar membentangkan tangan ketika berdoa. Dan posisi tangan berada lurus dengan dada.