Apa yang dimaksud dengan tari kelas 3 SD?

Apa yang dimaksud dengan tari kelas 3 SD?

Kunci Jawaban SD dan MI kelas 3 Tema 1 Subtema 2 halaman 58 tentang Gerak Kuat dan Gerak Lemah pada tarian. /Buku Tematik SD dan MI kelas 3/buku.kemdukbud.go.id/

PORTAL JEMBER-Berikut ini pembahasan mengenai gerak kuat dan gerak lemah pada tarian disertai dengan contoh gerakan kepala, tangan, kaki dan perbedaanya.

Tarian merupakan sebuah gerakan yang sangat indah dan terpadu dari satu posisi dengan posisi lainnya. Sehingga irama dalam musik dengan gerak tari akan menjadi selaras atau sesuai.

Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi 2018 untuk Kelas 3 SD dan MI terbaru yang berjudul Ciri-ciri Makhluk Hidup.

Sebelum membaca kunci jawaban ini, ada baiknya adik-adik berusaha untuk menjawabnya sendiri terlebih dahulu. Sebab, kunci jawaban ini hanyalah sebagai pemandu adik-adik untuk bisa mengeksplor lebih dalam pertanyaan-pertanyaan yang ada dan menjawabnya dengan jawaban sendiri.

Baca Juga: Nama Alat Pernapasan pada Hewan Selain Insang pada Ikan, Kunci Jawaban Tema 1 Kelas 3 SD MI Halaman 11

>

Selain itu, kunci jawaban ini juga bisa dijadikan panduan dan pembanding bagi orang tua untuk memeriksa jawaban anaknya.

Dikutip PORTAL JEMBER dari alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Jember, Anismoro Nalendri Lesthianingrum S.Pd, berikut adalah kunci jawaban Buku Tematik Kelas 3 SD dan MI Tema 1 Subtema 2 halaman 58 tentang nama Gerak Kuat dan Gerak Lemah dalam tarian.

Kunci Jawaban kelas 3 SD dan MI halaman 58
Ayo Menari

Baca Juga: Perubahan yang Dialami Udin sejak Bayi sampai Saat Ini, Materi Tema 1 Kelas 3 SD MI Halaman 52 Subtema 2

Sumber: buku.kemdikbud.go.id

32 Berdasarkan karakteristik gerak siswa SD kelas rendah yang sifatnya masih sederhana, geraknya berupa gerak maknawi, meniru dan memanipulasi objek yang diamatinya, menyukai iringan musik yang gembira, dan memiliki tema, maka beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menentukan tarian bagi siswa kelas rendah yaitu tema, bentuk gerak, bentuk iringan, dan jenis tari.

2.1.10.3 Materi Seni Tari SD Kelas III Semester 2

Pembelajaran seni tari di SD kelas III disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran tematik. Adapun materi seni tari yang dipelajari yaitu: Aspek Pendukung Tari dan Tari Pendek Bertema. Materi pembelajaran seni tari yang dijadikan bahan penelitian oleh penulis yaitu Tari Pendek Bertema. Bahan ajar untuk materi Tari Pendek Bertema diambil dari beberapa sumber yang relevan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar seni tari SD kelas III. Adapun sub pokok bahasan yang dibahas dalam penelitian yaitu tari pendek bertema yang termasuk dalam jenis tari berdasarkan komposisi penari. 1Tari perorangan, merupakan tari yang dilakukan oleh satu orang. 2Tari berpasangan, merupakan tari yang dilakukan oleh dua orang atau sepasang, boleh laki-laki atau perempuan. 3Tari kelompok, merupakan tari yang dilakukan oleh lebih dari dua orang. 2.1.11Metode Pembelajaran Seni Tari Metode pembelajaran adalah cara atau teknik pembelajaran yang sistematis yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran seni tari yaitu metode suruhan, metode pemberian tugas belajar resitasi, metode demonstrasi dan eksperimen, 33 metode karyawisata study tour, metode discovery-inquiry, dan metode role playing n.n, n.d: 10-13. 1Metode suruhan, metode ini sering juga disebut metode instruktif. Penggunaan metode ini selalu ditentukan oleh tujuan tertentu. Dalam pelaksanaannya, kegiatan umumnya baru dimulai setelah ada tugas dari guru. Suruhan umumnya berupa permintaan guru kepada siswa agar mereka dapat melengkapi bentuk atau penyajian yang tersedia menjadi bentuk atau penyajian tertentu yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajarannya. 2Metode pemberian tugas belajar resitasi, metode ini sering disebut metode pekerjaan rumah home work yaitu metode dimana siswa diberi tugas di luar jam pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini siswa dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah tapi dapat pula di studio, di kelas, di halaman sekolah, dan sebagainya untuk dipertanggung jawabkan kepada guru. Metode resitasi ini bertujuan memantapkan semua pengetahuan yang telah diterima siswa, mengaktifkan siswa mempelajari sendiri suatu masalah mencoba sendiri. 3Metode demostrasi dan eksperimen, metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses misalnya proses menyelesaikan suatu pekerjaan atau bagian dari proses misalnya cara melakukan suatu gerakan dalam tarian dan sebagainya. Metode demonstrasi dan eksperimen dilakukan apabila siswa diharapkan menunjukan performa pada jenis keterampilan tertentu. Melalui metode pembelajaran ini memudahkan berbagai penjelasan 34 proses, sebab penggunaan bahasa dapat lebih terbatas sehingga membantu siswa memahami dengan jelas jalannya proses dengan penuh perhatian. Metode pembelajaran ini juga biasanya lebih diminati siswa sebab akan lebih menarik dari penjelasan verbal. Saat ini metode pembelajaran demonstrasi tidak selalu menghadirkan orang di depan kelas, media audio visual juga bisa digunakan sebagai pengganti orang yang mendemonstrasikan kegiatan tertentu. 4Metode karyawisata study tour, metode ini sering dipahami sebagai metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara bertamasya tour. Melalui metode ini biasanya ada hal-hal tertentu yang telah direncanakan oleh guru untuk didemonstrasikan pada siswa di samping hal-hal yang secara kebetulan ditemukan di dalam perjalanan tamasya. Di dalam pembelajaran seni, metode karyawisata dilakukan apabila guru akan memberi pengertian yang lebih jelas dengan peragaan secara langsung yang mendorong siswa mengadakan kegiatan apresiasi seni serta membangkitkan penghargaan dan cinta terhadap karya seni. Kegunaan metode karyawisata dapat memberi kepuasan estetis kepada siswa dengan banyak melihat kenyataan-kenyataan keindahan karya seni di luar kelas. Siswa akan lebih bersikap terbuka, objektif, dan berpandangan luas. 5Metode discovery-inquiry, discovery dari bahasa Inggris yang berarti penemuan, adapun inquiry berarti penyelidikan. Dalam hubungannya dengan metode discovery-inquiry, discovery adalah proses mental di mana siswa mengasimilasi konsep dan prinsip. Dengan demikian 35 seorang siswa dikatakan melakukan discovery bila ia menggunakan proses mentalnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, misalnya mengamati, menggolongkan, mengukur, menduga dan mengambil kesimpulan. Inquiry mengandung proses-proses mental yang tingkatannya lebih tinggi dari discovery. Proses-proses mental yang terdapat pada inquiry di antaranya merumuskan problema, membuat hipotesis, mendisain eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data dan menarik kesimpulan. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode discovery-inqury, siswa diprogramkan untuk aktif, secara mental maupun secara fisik. Dalam pembelajaran seni tari misalnya, metode discovery-inquiry ini digunakan dalam eksplorasi gerak tari. 6Metode role playing, metode role playing bermain peran sering juga disebut metode sosiodrama, dapat diberi batasan menjadi suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendramatisasi sikap, tingkah laku, atau penghayatan seseorang, seperti dilakukannya dalam hubungan sosial sehari-hari dalam masyarakat. Dengan pembelajaran semacam ini siswa diberi kesempatan dalam menggambarkan, mengungkapkan, mengekspresikan sikap, tingkah laku atau penghayatan yang dipikirkan, dirasakan, atau diinginkan seandainya dia menjadi tokoh yang sedang diperankannya. Sedangkan menurut Jazuli 2010: 17, beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran seni tari yaitu: 36 1Metode bercerita, dilakukan secara lisan yang disertai dengan gerakan yang melibatkan tangan, kaki, kepala, badan, dan mimik wajah sesuai dengan tema ceritanya. Metode bercerita mengandung tujuan untuk menambah pengalaman siswa, menarik perhatian siswa, menasehati siswa, dan mempermudah siswa menerima materi tari yang dibelajarkan. 2Metode meniru imitation, yaitu pengajaran tari di sekolah yang dilakukan guru tari dengan cara memberi contoh gerak dan kemudian ditirukan oleh para siswanya. Meniru merupakan metode yang paling mudah dilakukan guru dalam pembelajaran dan bersifat informatif tetapi sangat bermanfaat untuk memberikan suatu pengenalan, penggambaran, dan pemahaman sehingga memudahkan siswa menerima materi. 3Metode bermain, pada metode bermain sikap dan perilaku guru terlihat pada ekspresinya yang penuh senyum keakraban mengajak siswa untuk menari bersama. Selain itu guru mengajak siswa melakukan gerak tari yang dikemas dengan suatu permainan tertentu. 4Metode demonstrasi, demonstrasi dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar melalui melihat dan mendengarkan yang diikuti dengan menirukan materi yang didemonstrasikan atau diperagakan. Metode demonstrasi dapat memudahkan siswa menguasai materi sehingga dapat memupuk motivasi dan rasa percaya diri siswa dalam mengikuti kegiatan menari yang dijarkan oleh guru. Sementara itu, metode pembelajaran seni tari menurut Indah 2008, di antaranya yaitu: metode global, metode unit, metode elementer, metode SAS, metode kreatif, metode demonstrasi peniruan dan latihan, metode kerja kelompok, 37 metode discoveryinkuiri, metode pemecahan masalah, metode eksperimen, metode sosiodrama, metode bermain peran, dan metode karya wisata. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, terdapat berbagai metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran seni tari, misalnya metode suruhan, metode pemberian tugas belajar resitasi, metode demonstrasi dan eksperimen, metode karyawisata study tour, metode discovery-inquiry, dan metode role playing, metode meniru, metode bercerita, metode bermain, metode SAS, metode kreatif, dan berbagai metode lain. Peneliti memilih metode role playing untuk diterapkan pada pembelajaran seni tari materi Tari Pendek Bertema. 2.1.12Metode Role Playing Menurut Sidiq 2008: 1-20, metode pembelajaran adalah komponen cara pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pesanmateri pembelajaran agar mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan menjadikan kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran seni tari yaitu role playing . Blatner 2009 mendefinisikan role playing sebagai berikut: Role playing is a methodology derived from sociodrama that may be used to help students understand the more subtle aspects of literature, social studies, and even some aspects of science or mathematics… Role playing is the best way to develop the skills of initiative, communication, problem-solving, self-awareness, and working cooperatively in teams…. Berdasarkan pernyataan Blatner, role playing didefinisikan sebagai sebuah metodologi yang berasal dari sosiodrama yang digunakan untuk membantu siswa untuk memahami lebih banyak aspek dalam sastra, kajian sosial, dan bahkan beberapa aspek sains dan matematika. Role playing merupakan cara terbaik untuk 38 mengembangkan kemampuan berinisiatif, berkomunikasi, menyelesaikan masalah, kesadaran diri, dan bekerja secara kooperatif dalam tim. Metode role playing dapat diterapkan untuk meningkatkan keaktifan siswa. Vasilieou dan Paraskeva 2010 mengemukakan bahwa: Using role-playing techniques students participate actively in learning activities, as they express their feelings, ideas, and arguments, trying to convice others of their viewpoint, and, thus, they, create and develop self-efficacy beliefs. Also through the negotiation and interaction with their peers, they learn to compromise. Accept different perspectives, and gain tolerance to cultural divercity. Farthermore, role playing can be used as a method for teaching insight and empathy competence Blatner, 2005. Role ennactment fosters autonomy, responsibility, and solidarity Bonnet, 2000. Pernyataan yang dikemukakan oleh Vasilieou dan Paraskeva menjelaskan bahwa dengan menggunakan teknik bermain peran siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan belajar, sebagaimana mereka mengungkapkan perasaan, ide, dan argumen mereka, mencoba meyakinkan orang lain dari sudut pandang mereka, dan dengan demikian mereka menciptakan dan mengembangkan kepercayaan diri. Selain itu, melalui negosiasi dan interaksi dengan teman sebaya, mereka belajar untuk berkompromi, menerima perspektif yang berbeda, dan mendapatkan toleransi terhadap keanekaragaman budaya. Selanjutnya, bermain peran dapat digunakan sebagai metode untuk mengajar dan empati kompetensi Blatner, 2005. Berlakunya peran menumbuhkan otonomi, tanggung jawab, dan solidaritas Bonnet, 2000. Rasmussen Wright 2001, mengemukakan: The first stage involved a warm-up period where the students were introduced to role-playing activities and trust building exercises, such as contact and concentration games. What was important about these exercises was that they were designed to help the students rediscover how to relax, express themselves playfully, and enjoy themselves within their daily school routine. 39 Menurut Rasmussen Wright, langkah pertama melibatkan periode pemanasan di mana siswa mengenal aktivitas role playing dan latihan membangun kepercayaan, seperti permainan “kontak” dan “konsentrasi”. Bagian yang penting dari latihan ini adalah bahwa permainan didesain untuk membantu siswa menemukan kembali bagaimana cara untuk bersantai, mengekspresikan diri dengan bersenang-senang, dan menikmati rutinitas sekolah sehari-hari. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, dapat diketahui bahwa role playing digunakan dalam dunia pendidikan untuk membantu siswa menemukan cara untuk mengekspresikan diri dan menikmati rutinitas di sekolah. Darmadi 2009: 156 menjelaskan bahwa melalui penerapan metode role playing dalam pembelajaran, diharapkan peserta didik dapat 1 mengeksplorasi perasaan- perasaannya; 2 memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya; 3 mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi; dan 4 mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui beberapa cara. Metode role playing merupakan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berinisiatif, berkomunikasi, dan bersikap kooperatif dalam kelompok. Selain itu, melalui penerpan role playing, siswa dapat aktif dalam kegiatan belajar, menuangkan ide, perasaan dan argumen, mengembangkan kepercayaan diri, solidaritas, menumbuhkan empati, dan solidaritas. Metode role playing dapat diterapkan dalam pembelajaran tari materi Tari Pendek Bertema, karena dalam memperagakan tari pendek bertema diperlukan penghayatan terhadap peran yang sesuai dengan tema. Secara tidak langsung, ketika seseorang melakukan gerak tari, misalnya tari yang bertema 40 binatang kelinci, maka dia berperan sebagai kelinci dan gerakan yang diperagakannya merupakan gerak yang mirip dengan gerakan kelinci. 2.1.12.1Kelebihan dan Kekurangan Metode Role Playing Mark Sutcliffe dalam Jarvis, Odell, Troiano 2002: 5, menyatakan manfaat role playing bagi pendidikan sebagai berikut: The educational advantages from using role-play in teaching include the following: a.It encourages individuals, while in role, to reflect upon their knowledge of a subject. As such, role-play is an excellent teaching method for reviewing material at the end of a course of study. b.Individuals are required to use appropriate concepts and arguments as defined by their role. As roles change, so might relevant concepts and arguments. Students may come, as a consequence, to appreciate more fully the relevance of diverse opinion, and where and how it is formed. c.Participation helps embed concepts. The importance of creating an active learning environment is well recognized if the objective is one of deep, rather than surface learning. Role-playing can make a valuable contribution in this process. d.It gives life and immediacy to academic material that can be largely descriptive andor theoretical. e.It can encourage students to empathize with the position and feelings of others - something that, in the normal process of teaching, is likely to be missed. Pernyataan dari Mark Sutcliffe menjelaskan beberapa keuntungan bagi pendidikan dari penerapan role playing dalam pembelajaran meliputi hal di bawah ini: aRole playing dapat mendorong individu, ketika berperan, untuk merefleksikan pengetahuan mereka terhadap suatu subjek. Dengan demikian, bermain peran adalah metode pengajaran yang baik untuk mengulang materi pada akhir pembelajaran. bIndividu diharuskan untuk menggunakan konsep-konsep dan argumen yang sesuai dengan yang didefinisikan oleh peran mereka. Ketika peran 41 berubah, maka konsep dan argumentasi harus disesuaikan. Siswa dapat mengetahui dengan sendirinya, dan sebagai akibatnya, mereka dapat lebih menghargai adanya perbedaan pendapat, dan di mana serta bagaimana terbentuknya. cPartisipasi membantu menanamkan konsep. Pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang aktif diketahui dengan baik apabila tujuannya adalah sesuatu yang mendalam, bukan hanya mempelajari permukaannya saja. Role-playing dapat memberikan kontribusi berharga dalam proses ini. dRole playing menghidupkan dan mendekatkan materi akademik yang sebagian besar deskriptif danatau teoritis. eRole playing dapat mendorong siswa untuk berempati dengan posisi dan perasaan orang lain, sesuatu yang dalam proses pengajaran normal, sepertinya telah hilang. Menurut Nurhayani 2011, kelebihan metode role playing yaitu: 1 dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa, di samping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan; 2 sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias; 3 membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi; 4 dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir- butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri. Selain memiliki kelebihan, menurut Nurhayani 2011, metode role playing juga 42 memiliki kelemahan yaitu: 1 role playingbermain peran memerlukan waktu yang lama; 2 memerlukan kreativitas yang tinggi dari pihak guru dan murid; 3 kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran, merasa malu untuk memerankan suatu adegan tertentu; 4 apabila pelaksanaan role playing, pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pembelajaran tidak tercapai; 5 tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini. Mengutip dari artikel pada sebuah blog yang ditulis Bob Kizlik berjudul Teaching Methods: Pro and Cons n.d, role playing memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: Advantages: 1 introduces problem situation dramatically; 2 provides opportunity for students to assume roles of others and thus appreciate another point of view; 3 allows for exploration of solutions; 4 provides opportunity to practice skills. Disadvantages: 1 some students may be too self-conscious; 2 not appropriate for large groups; 3 some students may feel threatened Menurut Bob Kizlik, kelebihan dari metode role playing di antaranya yaitu: memperkenalkan permasalahan secara dramatis; 2 memberi kesempatan pada siswa untuk berasumsi terhadap peran yang lain dan kemudian mengapresiasi dari sudut pandang yang lain; 3 memperbolehkan eksplorasi solusi; 4 memberi kesempatan untuk mempraktekkan kemampuan. Sedangkan kelemahan role playing di antaranya yaitu: 1 beberapa siswa menjadi terlalu memikirkan diri sendiri; 2 tidak memungkinkan untuk kelompok yang besar; 3 beberapa siswa mungkin merasa tidak nyaman. Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, begitu pula dengan metode role playing yang memiliki kelebihan dan kelemahan sebagaimana 43 telah dikemukakan. Secara umum, kelebihan metode role playing yaitu dapat menarik minat belajar siswa, berkesan, melibatkan seluruh siswa, menumbuhkan sikap kooperatif, toleransi terhadap perbedaan perspektif, membantu menanamkan pemahaman dan penghayatan terhadap hal-hal yang ada di sekitar siswa. Sedangkan kelemahan metode role playing secara umum yaitu memerlukan waktu relatif lama, memerlukan kreativitas yang tinggi dari guru dan siswa, memberikan rasa tidak nyaman merasa malu, atau bahkan penolakan terhadap peran tertentu, suasana kelas yang ramai ketika pelaksanaan dapat mengganggu kelas lain, dan tidak dapat diterapkan pada semua materi pelajaran. 2.1.12.2Cara untuk Mengatasi Kekurangan Metode Role Playing Nurhayani 2011, memberikan saran-saran yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan metode ini, antara lain yaitu: 1 merumuskan tujuan yang akan dicapai, dan tujuan tersebut diupayakan tidak terlalu sulitberbelit-belit, tetapi jelas dan mudah dilaksanakan; 2 guru menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan role playing melalui peranan yang harus siswa lakukanmainkan; 3 menetapkan siapa-siapa di antara siswa yang pantas memainkanmelakonkan jalannya suatu cerita, termasuk peranan penonton; 4 guru dapat menghentikan jalannya permainan, apabila telah sampai titik klimaks. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara seksama. Menurut Bob Kizlik n.d, kelemahan role playing dapat diatasi melalui tindakan guru. “Teacher has to define problem situation and roles clearly, teacher must give very clear instructions.” Guru harus mendefinisikan situasi 44 permasalahan dan peran-peran dengan jelas terlebih dahulu, guru harus memberikan petunjuk-petunjuk yang sangat jelas. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa cara untuk mengatasi kelemahan metode role playing yaitu dengan merumuskan tujuan yang jelas dan mudah dilaksanakan, guru harus memberikan penjelasan mengenai proses pelaksanaan role playing, memberikan petunjuk-petunjuk yang harus diperhatikan siswa dengan jelas, dan menentukan batas waktu. 2.1.13Penerapan Metode Role Playing Menurut Clark dalam Wahab 2009: 112-114, langkah-langkah penerapan metode role playing dalam pembelajaran meliputi: 1Tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi: persiapan bermain peran, memilih peran, mempersiapkan penonton, mempersiapkkan para pemain. 2Tahap pelaksanaan, pada tahap pelaksanaan para pemain melaksanakan skenario sesuai yang telah dipersiapkan. 3Tahap tindak lanjut, kegiatan yang dilakukan pada tahap tindak lanjut meliputi: diskusi, evaluasi, pengungkapan pengalaman siswa setelah bermain peran, dan melakukan role playing kembali, agar pemahaman terhadap materi lebih baik. Menurut Muhajir 2011, langkah-langkah metode role playing adalah sebagai berikut: 1 guru menyusunmenyiapkan skenario yang akan ditampilkan; 2 menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM; 3 guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang; 4 memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai; 5 45 memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan; 6 masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan; 7 setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok; 8 masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya; 9 guru memberikan kesimpulan secara umum; 10 evaluasi; 11 penutup. Apabila metode role playing diaplikasikan ke dalam pembelajaran SBK materi Tari Pendek Bertema, langkah-langkah penerapannya kurang lebih sebagai berikut: 1Tahap persiapan, meliputi: guru menentukan tema tari yang akan ditampilkan, guru meminta siswa untuk memilih tema tari dengan sistem undian, siswa yang mendapat tema yang sama bergabung dalam satu kelompok, guru meminta siswa untuk berlatih gerak tari sesuai dengan tema-tema yang telah ditentukan dalam kegiatan pembelajaran. 2Tahap pelaksanaan, meliputi: guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai, guru memanggil siswa untuk melakukan gerak tari sesuai dengan peran yang terdapat pada tema misalnya pada tema binatang, siswa berperan sebagai burung, maka siswa harus bergerak seolah-olah ia adalah seekor burung, sementara temannya menampilkan gerak tari, siswa yang lain menjadi pengamat. 3Tahap tindak lanjut, meliputi: diskusi dan membahas atau memberi penilaian atas penampilan kelompok lain, siswa mengungkapkan kesan 46 setelah memperagakan gerak tari, guru memberikan kesimpulan secara umum, evaluasi, penutup. Penerapan metode role playing pada materi Tari Pendek Bertema tidak memerlukan naskahteks seperti pada drama. Fokus pada materi Tari Pendek Bertema adalah gerak tari dan penghayatan terhadap peran, maka siswa akan memerankan perannya melalui gerak tari pantomim mimitis atau totemistis. Pada tahap persiapan, siswa akan berkreasi melalui proses eksplorasi ketika membuat gerakan tari yang sesuai dengan tema yang diperolehnya. Kemudian, hasil latihan gerak tari siswa akan ditampilkan pada tahap pelaksanaan. Guru tidak memilihmenunjuk pemeran dan penonton secara khusus karena semua siswa akan bergiliran menjadi pemeran dan penonton. Ketika siswa memperagakan gerak tari, maka dia sebagai pemeran. Sedangkan ketika siswa sedang mengamati temannya menari, maka dia sebagai penonton. Pada tahap tindak lanjut, siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan kesan atau pengalaman setelah melakukan gerak tari. Siswa juga dapat menyampaikan penilaian hasil pengamatannya terhadap kelompok lain. 2.2Kajian Empiris Penelitian tentang seni tari pernah dilakukan oleh Anggitia, Melina 2011 dalam bentuk skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Tari Nusantara dengan Metode Demonstrasi dan Media Audio Visual pada Siswa Kelas V SD Negeri Sengon 02 Tanjung Kabupaten Brebes”. Penelitian yang dilakukan oleh Anggitia menerapkan metode demonstrasi dan menggunakan media audio visual untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang seni tari, 47 dan menerapkan metode alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran seni tari. Perbedaannya, penelitian yang dilakukan oleh Anggitia menerapkan metode demonstrasi dan menggunakan media audio visual dan hanya terfokus pada hasil belajar siswa pada materi Tari Nusantara di kelas V, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu menerapkan metode role playing dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran materi Tari Pendek Bertema di kelas III, tidak hanya meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi juga aktivitas belajar serta performansi guru. Penelitian tentang penerapan metode role playing pada seni tari pernah dilakukan sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ginanjar, Jalu 2009, dengan judul “Upaya Peningkatan Pemahaman Gender Melalui Model Role Playing pada Siswa Kelas VII SLTP Lab School UPI”. Penelitian yang dilakukan oleh Ginanjar menerapkan model metode role playing dalam pembelajaran seni tari, sebagai upaya pemahaman gender pada siswa. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan pengolahan data yang dilakukan, terbukti bahwa penerapan role playing dapat menumbuhkan pemahaman gender siswa, yang diungkapkan melalui aspek pikir, aspek sikap, dan aspek perilaku motorik dalam pembelajaran seni tari. Kesamaan penelitian Ginanjar dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sama-sama menerapkan metode role playing pada pembelajaran seni tari. Perbedaannya, penelitian yang dilakukan oleh Ginanjar subjek penelitiannya adalah siswa SLTP kelas VII, dan tujuan penelitiannya lebih difokuskan pada peningkatan pemahaman siswa terhadap gender. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti subjek penelitiannya adalah siswa SD 48 kelas III, dan tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, serta performansi guru pada materi Tari Pendek Bertema. Penelitian tentang penerapan metode role playing juga pernah dilakukan pada mata pelajaran yang berbeda, seperti yang telah dilakukan oleh Kartini, Tien 2011, dengan judul “Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Minat Siswa dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung”. Hasil penelitian Kartini menunjukkan bahwa penggunaan metode role playing sangat efektif dalam meningkatkan minat belajar siswa. Efektivitas penggunaan metode role playing dapat dilihat dari dijumpainya beberapa perubahan yang positif pada guru IPS itu sendiri dan pada siswa, terutama perubahan adanya peningkatan minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Kartini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sama- sama menerapkan metode role playing. Perbedaannya, penelitian yang dilakukan Kartini mengkaji mata pelajaran yang berbeda yaitu IPS di kelas V dan tujuannya lebih terfokus pada meningkatkan minat belajar siswa. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, mengkaji materi SBK Tari Pendek Bertema, subjek penelitiannya adalah kelas III dan tujuan penelitian yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, dan performansi guru. Penelitian-penelitian yang telah dikemukakan tadi bertujuan hanya untuk meningkatkan minat belajar siswa saja, hasil belajar siswa saja, atau pemahaman siswa saja, belum mencakup kualitas pembelajaran secara keseluruhan yang meliputi aktivitas dan hasil belajar siswa, serta performansi guru. Peneliti juga membandingkan dua penelitian yang menerapkan metode role playing pada dua 49 mata pelajaran yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ternyata metode role playing mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Meskipun telah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode role playing, namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Ginanjar dan Kartini hanya berfokus pada peningkatan minat dan pemahaman siswa. Oleh karena itu, dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencoba menerapkan metode role playing untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu aktivitas belajar dan hasil belajar siswa, serta performansi guru. 2.3Kerangka Berpikir Mata pelajaran SBK di SD meliputi seni rupa, seni musik, dan seni tari yang harus dibelajarkan pada siswa SD. Pendidikan seni tari pada siswa SD tujuannya adalah agar siswa mengalami belajar menari yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Unsur yang terpenting dalam tari adalah gerak, maka kegiatan praktis harus lebih diutamakan dalam melakukan pembelajaran seni tari. Kenyataan di lapangan, dalam pembelajaran seni tari, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan bercerita yang cenderung bersifat teacher centered . Akibatnya, siswa menjadi kurang aktif, kreativitasnya tidak berkembang, dan hasil belajarnya tidak memuaskan. Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, khususnya pada materi Tari Pendek Bertema, yaitu diperlukan metode pembelajaran yang dapat merangsang siswa agar dapat secara leluasa mengekspresikan ide-ide kreatifnya, dan menumbuhkan minat dan motivasi belajarnya. Peneliti mencoba menggunakan metode role playing. Dengan 50 menggunakan metode role playing, diharapkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam memperagakan gerak tari sesuai dengan tema, dan mendapatkan pengalaman bermakna dari pembelajaran seni tari. 2.4Hipotesis Tidakan Berdasarkan kerangka berfikir seperti yang telah dikemukakan, peneliti membuat hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan yang dibuat oleh peneliti yaitu bahwa dengan menerapkan metode role playing, maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III, serta performansi guru SD Negeri Dukuhjeruk 02 Banjarharjo Brebes dalam pembelajaran tari bertema dapat ditingkatkan. 51 BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian