PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2004
TENTANG
SUMBER DAYA AIR
UMUM | |
Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh pemerintah di atasnya.
| |
PASAL DEMI PASAL | |
Pasal 1 | |
Cukup jelas | |
Pasal 2 | |
Asas Kelestarian mengandung pengertian bahwa pendayagunaan sumber daya air diselenggarakan dengan menjaga kelestarian fungsi sumber daya air secara berkelanjutan. Asas Keseimbangan mengandung pengertian keseimbangan antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi. Asas Kemanfaatan Umum mengandung pengertian bahwa pengelolaan sumber daya air dilaksanakan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan umum secara efektif dan efisien. Asas Keterpaduan dan Keserasian mengandung pengertian bahwa pengelolaan sumber daya air dilakukan secara terpadu dalam mewujudkan keserasian untuk berbagai kepentingan dengan memperhatikan sifat alami air yang dinamis. Asas Keadilan mengandung pengertian bahwa pengelolaan sumber daya air dilakukan secara merata ke seluruh lapisan masyarakat di wilayah tanah air sehingga setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan dan menikmati hasilnya secara nyata. Asas Kemandirian mengandung pengertian bahwa pengelolaan sumber daya air dilakukan dengan memperhatikan kemampuan dan keunggulan sumber daya setempat. Asas Transparansi dan Akuntabilitas mengandung pengertian bahwa pengelolaan sumber daya air dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung-jawabkan. | |
Pasal 3 | |
Yang dimaksud dengan pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh mencakup semua bidang pengelolaan yang meliputi konservasi, pendayagunaan, dan pengendalian daya rusak air, serta meliputi satu sistem wilayah pengelolaan secara utuh yang mencakup semua proses perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi. Yang dimaksud dengan pengelolaan sumber daya air secara terpadu merupakan pengelolaan yang dilaksanakan dengan melibatkan semua pemilik kepentingan antarsektor dan antarwilayah administrasi. Yang dimaksud dengan pengelolaan sumber daya air berwawasan lingkungan hidup adalah pengelolaan yang memperhatikan keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan. Yang dimaksud dengan pengelolaan sumber daya air berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya air yang tidak hanya ditujukan untuk kepentingan generasi sekarang tetapi juga termasuk untuk kepentingan generasi yang akan datang. | |
Pasal 4 | |
Sumber daya air mempunyai fungsi sosial berarti bahwa sumber daya air untuk kepentingan umum lebih diutamakan daripada kepentingan individu. Sumber daya air mempunyai fungsi lingkungan hidup berarti bahwa sumber daya air menjadi bagian dari ekosistem sekaligus sebagai tempat kelang-sungan hidup flora dan fauna. Sumber daya air mempunyai fungsi ekonomi berarti bahwa sumber daya air dapat didayagunakan untuk menunjang kegiatan usaha. | |
Pasal 5 | |
Ketentuan ini dimaksudkan bahwa negara wajib menyelenggarakan berbagai upaya untuk menjamin ketersediaan air bagi setiap orang yang tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jaminan tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di dalamnya menjamin akses setiap orang ke sumber air untuk mendapatkan air. Besarnya kebutuhan pokok minimal sehari-hari akan air ditentukan berdasarkan pedoman yang ditetapkan Pemerintah. | |
Pasal 6 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Yang dimaksud dengan penguasaan sumber daya air diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah adalah kewenangan yang di-berikan oleh negara kepada Pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengaturan sumber daya air. Yang dimaksud dengan hak yang serupa dengan hak ulayat adalah hak yang sebelumnya diakui dengan berbagai sebutan dari masing-masing daerah yang pengertiannya sama dengan hak ulayat, misalnya: tanah wilayah pertuanan di Ambon; panyam peto atau pewatasan di Kalimantan; wewengkon di Jawa, prabumian dan payar di Bali; totabuan di Bolaang-Mangondouw, torluk di Angkola, limpo di Sulawesi Selatan, muru di Pulau Buru, paer di Lombok, dan panjaean di Tanah Batak. | |
Ayat (3) | |
Pengakuan adanya hak ulayat masyarakat hukum adat termasuk hak yang serupa dengan itu hendaknya dipahami bahwa yang dimaksud dengan masyarakat hukum adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum adat yang didasarkan atas kesamaan tempat tinggal atau atas dasar keturunan. Hak ulayat masyarakat hukum adat dianggap masih ada apabila memenuhi tiga unsur, yaitu :
| |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Pasal 7 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Yang dimaksud tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan artinya hak guna air yang diberikan kepada pemohon tidak dapat disewakan dan dipindahkan kepada pihak lain dengan alasan apapun. | |
Pasal 8 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan kebutuhan pokok sehari-hari adalah air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang digunakan pada atau diambil dari sumber air (bukan dari saluran distribusi) untuk keperluan sendiri guna mencapai kehidupan yang sehat, bersih dan produktif, misalnya untuk keperluan ibadah, minum, masak, mandi, cuci dan, peturasan. Yang dimaksud dengan pertanian rakyat adalah budi daya pertanian yang meliputi berbagai komoditi yaitu pertanian tanaman pangan, perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan yang dikelola oleh rakyat dengan luas tertentu yang kebutuhan airnya tidak lebih dari 2 liter per detik per kepala keluarga. Yang dimaksud dengan sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, institusi pengelola irigasi, dan sumber daya manusia. | |
Ayat (2) | |
Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk mewujudkan ketertiban pelaksanaan rencana penyediaan sumber daya air. Yang dimaksud dengan mengubah kondisi alami sumber air adalah mempertinggi, memperendah, dan membelokkan sumber air. Mempertinggi adalah perbuatan yang dapat mengakibatkan air pada sumber air menjadi lebih tinggi, misalnya membangun bendung atau ben-dungan. Termasuk dalam pengertian mempertinggi adalah memompa air dari sumber air untuk pertanian rakyat. Memperendah adalah perbuatan yang dapat mengakibatkan air pada sumber air menjadi lebih rendah atau turun dari semestinya, misalnya menggali atau mengeruk sungai. Membelokkan adalah perbuatan yang dapat mengakibatkan aliran air dan alur sumber air menjadi berbelok dari alur yang sebenarnya. | |
Ayat (3) Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Hak untuk mengalirkan air melalui tanah orang lain dimaksudkan agar tidak mengganggu perolehan hak guna pakai air orang lain. Dalam hal air digunakan untuk keperluan pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada, hak untuk mengalirkan air melalui tanah orang lain didasarkan pada kesepakatan kedua belah pihak. | |
Pasal 9 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan perseorangan adalah subjek nonbadan usaha yang memerlukan air untuk keperluan usahanya misalnya usaha pertamba-kan dan usaha industri rumah tangga. | |
Ayat (2) Persetujuan dimaksud dilakukan secara tertulis. | |
Ayat (3) | |
Yang dimaksud dengan ganti kerugian adalah pemberian imbalan kepada pemegang hak atas tanah sebagai akibat dari pelepasan hak atas ta-nah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berada di atasnya, yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan para pihak. | |
Pasal 10 | |
Cukup jelas | |
Pasal 11 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan masyarakat adalah seluruh rakyat Indonesia baik sebagai perseorangan, kelompok orang, masyarakat adat, badan usaha, maupun yang berhimpun dalam suatu lembaga atau organisasi kemasyarakatan. | |
Ayat (2) | |
Prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah diselenggarakan dengan memperhatikan wewenang dan tanggung jawab masing-masing instansi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. | |
Ayat (3) | |
Pelibatan masyarakat dan dunia usaha dalam penyusunan pola pengelolaan sumber daya air dimaksudkan untuk menjaring masukan, perma-salahan, dan/atau keinginan dari para pemilik kepentingan (stakeholders) untuk diolah dan dituangkan dalam arahan kebijakan pengelolaan sumber daya air wilayah sungai. Pelibatan masyarakat dan dunia usaha tersebut dilakukan melalui konsultasi publik yang diselenggarakan minimal dalam 2 (dua) tahap. Konsultasi publik tahap pertama dimaksudkan untuk menjaring masukan, permasalahan, dan/atau keinginan masyarakat dan dunia usaha atas pengelolaan sumber daya air wilayah sungai. Konsultasi publik tahap kedua dimaksudkan untuk sosialisasi pola yang ada guna mendapatkan tanggapan dari masyarakat dan dunia usaha yang ada di wilayah sungai yang bersangkutan. Dunia usaha yang dimaksud di sini adalah koperasi, badan usaha milik negara, serta badan usaha milik daerah dan swasta. | |
Ayat (4) | |
Yang dimaksud dengan keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan adalah perlakuan yang proporsional untuk kegiatan konser-vasi dan pendayagunaan sumber daya air. | |
Ayat (5) | |
Cukup jelas | |
Pasal 12 | |
Cukup jelas | |
Pasal 13 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Dewan Sumber Daya Air Nasional merupakan wadah koordinasi antar para pemilik kepentingan sumber daya air tingkat nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87. Pertimbangan Dewan Sumber Daya Air Nasional kepada Presiden diberikan atas dasar masukan dari pemerintah daerah yang bersangkutan. | |
Ayat (3) | |
Penetapan wilayah sungai strategis nasional dinilai berdasarkan parameter/aspek: | |
1. ukuran dan besarnya potensi sumber daya air pada wilayah sungai bersangkutan; 2. banyaknya sektor dan jumlah penduduk dalam wilayah sungai bersangkutan; 3. besarnya dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi terhadap pembangunan nasional; dan 4. besarnya dampak negatif akibat daya rusak air terhadap pertumbuhan ekonomi. | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Ayat (5) | |
Cukup jelas | |
Pasal 14 | |
Huruf a | |
Cukup jelas | |
Huruf b | |
Cukup jelas | |
Huruf c | |
Cukup jelas | |
Huruf d | |
Yang dimaksud dengan kawasan lindung sumber air adalah kawasan yang memberikan fungsi lindung pada sumber air misalnya daerah sempadan sumber air, daerah resapan air, dan daerah sekitar mata air. | |
Huruf e | |
Cukup jelas | |
Huruf f | |
Pemberian izin pada ayat ini dimaksudkan hanya untuk sumber daya air permukaan. | |
Huruf g | |
Cukup jelas | |
Huruf h | |
Cukup jelas | |
Huruf i | |
Cukup jelas | |
Huruf j | |
Cukup jelas | |
Huruf k | |
Cukup jelas | |
Huruf l | |
Cukup jelas | |
Pasal 15 | |
Huruf al | |
Cukup jelas | |
Huruf b | |
Cukup jelas | |
Huruf c | |
Cukup jelas | |
Huruf d | |
Cukup jelas | |
Huruf e | |
Cukup jelas | |
Huruf f | |
Pemberian izin pada ayat ini dimaksudkan hanya untuk sumber daya air permukaan. | |
Huruf g | |
Cukup jelas | |
Huruf h | |
Cukup jelas | |
Huruf i | |
Cukup jelas | |
Huruf j | |
Cukup jelas | |
Huruf k | |
Cukup jelas | |
Huruf l | |
Cukup jelas | |
Pasal 16 | |
Cukup jelas | |
Pasal 17 | |
Istilah desa yang dimaksud dalam pasal ini disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat seperti nagari, kampung, huta, bori, dan marga sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat termasuk masyarakat hukum adat. | |
Pasal 18 | |
Cukup jelas | |
Pasal 19 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Huruf a | |
Yang dimaksud dengan membahayakan kepentingan umum, misalnya: tidak terurusnya kawasan lindung sumber air terutama pada daerah hulu sumber air; tingkat pencemaran yang terus meningkat di sumber air; galian golongan c di sungai yang tidak terkendali sehingga mengancam kerusakan pada pondasi jembatan, tanggul sungai atau bangunan prasarana umum lainnya di sumber air; atau tanah longsor yang diperkirakan dapat mengancam aktivitas perekonomian masyarakat secara luas. | |
Huruf b | |
Penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui: mediasi, peringatan, fasilitasi, dan/atau pengambilalihan kewenangan. | |
Pasal 20 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan kelangsungan keberadaan sumber daya air adalah terjaganya keberlanjutan keberadaan air dan sumber air, termasuk potensi yang terkandung di dalamnya. Yang dimaksud dengan daya dukung sumber daya air adalah kemampuan sumber daya air untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Yang dimaksud dengan daya tampung air dan sumber air adalah kemampuan air dan sumber air untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Pasal 21 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Huruf a | |
Cukup jelas | |
Huruf b | |
Yang dimaksud dengan pengendalian pemanfaatan sumber air dapat berupa: - mengatur pemanfaatan sebagian atau seluruh sumber air tertentu melalui perizinan; dan/atau - pelarangan untuk memanfaatkan sebagian atau seluruh sumber air tertentu. | |
Huruf c | |
Yang dimaksud dengan pengisian air pada sumber air antara lain: pemindahan aliran air dari satu daerah aliran sungai ke daerah aliran sungai lainnya, misalnya dengan sudetan, interkoneksi, suplesi, dan/atau imbuhan air tanah. | |
Huruf d | |
Yang dimaksud dengan sanitasi meliputi prasarana dan sarana air limbah dan persampahan. | |
Huruf e | |
Cukup jelas | |
Huruf f | |
Cukup jelas | |
Huruf g | |
Cukup jelas | |
Huruf h | |
Cukup jelas | |
Huruf i | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Pelaksanaan secara vegetatif merupakan upaya perlindungan dan pelestarian yang dilakukan dengan atau melalui penanaman pepohonan atau tanaman yang sesuai pada daerah tangkapan air atau daerah sempadan sumber air. Yang dimaksud dengan cara sipil teknis adalah upaya perlindungan dan pelestarian yang dilakukan melalui rekayasa teknis, seperti pembangunan bangunan penahan sedimen, pembuatan teras (sengkedan), dan/atau perkuatan tebing sumber air. Yang dimaksud dengan melalui pendekatan sosial, budaya, dan ekonomi adalah bahwa pelaksanaan upaya perlindungan dan pelestarian sumber air dengan berbagai upaya tersebut harus dilakukan dengan memperhatikan kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat setempat. | |
Ayat (5) | |
Cukup jelas | |
Pasal 22 | |
Cukup jelas | |
Pasal 23 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Yang dimaksud dengan memperbaiki kualitas air pada sumber air antara lain dilakukan melalui upaya aerasi pada sumber air. | |
Ayat (3) | |
Untuk mencegah masuknya pencemaran air pada sumber air misalnya dilakukan dengan cara tidak membuang sampah di sumber air, dan mengolah air limbah sebelum dialirkan ke sumber air. | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Pasal 24 | |
Yang dimaksud dengan rusaknya sumber air adalah berkurangnya daya tampung atau fungsi sumber air. | |
Pasal 25 | |
Cukup jelas | |
Pasal 26 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Ayat (5) | |
Yang dimaksud dengan keterkaitan antara air hujan, air permukaan, dan air tanah adalah keadaan yang sesuai dengan daur hidrologi yang merupakan satu kesatuan sistem (conjunctive use). | |
Ayat (6) | |
Yang dimaksud dengan setiap orang meliputi orang perseorangan dan badan usaha. | |
Ayat (7) | |
Yang dimaksud dengan prinsip pemanfaat membayar biaya jasa pengelolaan adalah penerima manfaat ikut menanggung biaya pengelolaan sumber daya air baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketentuan ini tidak diberlakukan kepada pengguna air untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80. | |
Pasal 27 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan zona pemanfaatan sumber air adalah ruang pada sumber air (waduk, danau, rawa, atau sungai) yang dialokasikan, baik sebagai fungsi lindung maupun fungsi budi daya. Misalnya, membagi permukaan suatu waduk, danau, rawa, atau sungai ke dalam berbagai zona pemanfaatan, antara lain, ruang yang dialokasikan untuk budi daya perikanan, penambangan bahan galian golongan C, transportasi air, olahraga air dan pariwisata, pelestarian unsur lingkungan yang unik atau dilindungi, dan/atau pelestarian cagar budaya. Penentuan zona pemanfaatan sumber air bertujuan untuk mendayagunakan fungsi/potensi yang terdapat pada sumber air yang bersangkutan secara berkelanjutan, baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang. Dalam penetapan zona pemanfaatan sumber air, selain untuk menentukan dan memperjelas batas masing-masing zona pemanfaatan, termasuk juga ketentuan, persyaratan, atau kriteria pemanfaatan dan pengendaliannya. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Pasal 28 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan penetapan peruntukan air pada sumber air adalah pengelompokan penggunaan air yang terdapat pada sumber air ke dalam beberapa golongan penggunaan air termasuk baku mutunya, misalnya mengelompokkan penggunaan sungai ke dalam beberapa ruas menurut beberapa jenis golongan penggunaan air untuk keperluan air baku untuk rumah tangga, pertanian, dan usaha industri. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Pasal 29 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Penyebutan jenis-jenis penyediaan sumber daya air pada ayat ini di luar kebutuhan pokok bukan merupakan urutan prioritas. Yang dimaksud dengan kebutuhan air untuk pertanian misalnya kebutuhan air untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan. | |
Ayat (3) | |
Apabila terjadi konflik kepentingan antara pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan pemenuhan kebutuhan air irigasi untuk pertanian rakyat misalnya pada situasi kekeringan yang ekstrim, prioritas ditempatkan pada pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Ayat (5) | |
Kompensasi dapat berbentuk ganti kerugian misalnya berupa keringanan biaya jasa pengelolaan sumber daya air yang dilakukan atas dasar kesepakatan antarpemakai. | |
Ayat (6) | |
Cukup jelas | |
Pasal 30 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Yang dimaksud dengan kepentingan mendesak adalah suatu keadaan tertentu yang mengharuskan pengambilan keputusan dengan cepat untuk mengubah rencana penyediaan air, karena keterlambatan mengambil keputusan akan menimbulkan kerugian harta, benda, jiwa, dan lingkungan yang lebih besar. Misalnya, perubahan rencana penyediaan air untuk mengatasi kekeringan dan pemadaman kebakaran hutan. | |
Pasal 31 | |
Cukup jelas | |
Pasal 32 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan penggunaan sebagai media misalnya pemanfaatan sungai untuk transportasi dan arung jeram. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Ayat (5) | |
Kerusakan pada sumber air antara lain dapat berupa longsoran pada tebing sumber air, rusak atau jebolnya tanggul sungai, dan/atau menyempitnya ruas sumber air. | |
Ayat (6) | |
Cukup jelas | |
Ayat (7) | |
Cukup jelas | |
Pasal 33 | |
Yang dimaksud dengan keadaan memaksa dalam ayat ini adalah keadaan yang bersifat darurat. Penggunaan sumber daya air untuk kepentingan konservasi misalnya untuk penggelontoran sumber air di kawasan perkotaan yang tingkat pencemarannya sudah sangat tinggi (terjadi keracunan). Penggunaan sumber daya air untuk persiapan pelaksanaan konstruksi misalnya untuk mengatasi kerusakan mendadak yang terjadi pada prasarana sumber daya air (tanggul jebol). Penggunaan sumber daya air untuk pemenuhan prioritas penggunaan sumber daya air misalnya untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari pada saat terjadi kekeringan. | |
Pasal 34 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan pengembangan termasuk kegiatan pelaksanaan konstruksi. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Huruf a | |
Cukup jelas | |
Huruf b | |
Kekhasan daerah adalah sifat khusus tertentu yang hanya ditemukan di suatu daerah, bersifat positif dan produktif serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Contoh:
| |
Huruf c | |
Cukup jelas | |
Huruf d | |
Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Yang dimaksud dengan konsultasi publik adalah upaya menyerap aspirasi masyarakat melalui dialog dan musyawarah dengan semua pihak yang berkepentingan. Konsultasi publik bertujuan mencegah dan meminimalkan dampak sosial yang mungkin timbul serta untuk mendorong terlaksananya transparansi dan partisipasi dalam pengambilan keputusan yang lebih adil. | |
Ayat (5) | |
Cukup jelas | |
Pasal 35 | |
Huruf a | |
Yang dimaksud dengan sumber air permukaan lainnya, antara lain, situ, embung, ranu, waduk, telaga, dan mata air (spring water). | |
Huruf b | |
Cukup jelas | |
Huruf c | |
Cukup jelas | |
Huruf d | |
Cukup jelas | |
Pasal 36 | |
Cukup jelas | |
Pasal 37 | |
Cukup jelas | |
Pasal 38 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan modifikasi cuaca adalah upaya dengan cara memanfaatkan parameter cuaca dan kondisi iklim pada lokasi tertentu untuk tujuan meminimalkan dampak bencana alam akibat iklim dan cuaca, seperti kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Pasal 39 | |
Ayat (1) | |
Pengembangan fungsi dan manfaat air laut yang berada di darat misalnya untuk keperluan usaha tambak dan sistem pendinginan mesin. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Pasal 40 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan air minum rumah tangga adalah air dengan standar dapat langsung diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil pengujian mikrobiologi (uji ecoli). | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Yang dimaksud dengan badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah adalah badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah yang bertugas menyelenggarakan pengembangan sistem penyediaan air minum. | |
Ayat (4) | |
Dalam hal di suatu wilayah tidak terdapat penyelenggaraan air minum yang dilakukan oleh badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah, penyelenggaraan air minum di wilayah tersebut dilakukan oleh koperasi, badan usaha swasta dan masyarakat. | |
Ayat (5) | |
Cukup jelas | |
Ayat (6) | |
Cukup jelas | |
Ayat (7) | |
Cukup jelas | |
Ayat (8) | |
Cukup jelas | |
Pasal 41 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. | |
Ayat (2) | |
Pengembangan sistem irigasi oleh Pemerintah dan pemerintah daerah termasuk saluran percontohan sepanjang 50 meter dari bangunan sadap/pengambilan tersier.
Pelaksanaan pengembangan sistem irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah dapat diselenggarakan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan. | |
Ayat (3) | |
Ketentuan ini dimaksudkan bahwa hak dan tanggung jawab pengembangan sistem irigasi tersier ada pada petani, tetapi dalam batas-batas tertentu pemerintah dapat memfasilitasinya. | |
Ayat (4) | |
Yang dimaksud masyarakat termasuk perkumpulan petani pemakai air. Yang dimaksud dengan mengikutsertakan masyarakat adalah mendorong masyarakat pemakai air pada umumnya dan petani pada khususnya untuk berperan aktif dalam pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder. | |
Ayat (5) | |
Yang dimaksud dengan pihak lain adalah kelompok masyarakat di luar kelompok/perkumpulan petani pemakai air, perseorangan atau badan usaha yang karena kebutuhan dan atas pertimbangan/advis/rekomendasi pemerintah secara berjenjang menurut skala kewenangan dinilai mampu untuk mengembangkan sistem irigasi. Pengembangan sistem irigasi harus selaras dengan rencana tata ruang wilayah. Pengembangan dalam arti pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan oleh pihak lain dengan desain konstruksi yang telah disetujui oleh pemerintah. Pengembangan sistem irigasi juga dapat dilakukan oleh pihak ketiga atas supervisi pemerintah. Pengaturan tentang tata cara persetujuan dan supervisi pemerintah ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Yang dimaksud dengan kemampuan petani berarti mampu secara kelembagaan, teknis, dan pembiayaan. | |
Ayat (6) | |
Cukup jelas | |
Pasal 42 | |
Cukup jelas | |
Pasal 43 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan keperluan ketenagaan misalnya menggunakan air sebagai penggerak turbin pembangkit listrik atau sebagai penggerak kincir. Yang dimaksud dengan memenuhi keperluan sendiri adalah penggunaan tenaga yang dihasilkan hanya dimanfaatkan untuk melayani dirinya sendiri/kelompoknya sendiri, sedangkan untuk diusahakan lebih lanjut adalah penggunaan tenaga yang dihasilkan tidak hanya untuk keperluan sendiri tetapi dipasarkan kepada pihak lain. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Pasal 44 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan pengembangan sumber daya air untuk perhubungan antara lain untuk media transportasi misalnya untuk lalu lintas air dan pengangkutan kayu melalui sungai. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Pasal 45 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Yang dimaksud dengan pengusahaan sumber daya air permukaan yang meliputi satu wilayah sungai adalah pengusahaan pada seluruh sistem sumber daya air yang ada dalam wilayah sungai yang bersangkutan mulai dari hulu sampai hilir sungai atau sumber air yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah di bidang pengelolaan sumber daya air adalah badan usaha yang secara khusus dibentuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dalam rangka pengelolaan sumber daya air wilayah sungai. | |
Ayat (3) | |
Yang dimaksud dengan badan usaha pada ayat ini dapat berupa badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah (yang bukan badan usaha pengelola sumber daya air wilayah sungai), badan usaha swasta, dan koperasi. Kerja sama dapat dilakukan, baik dalam pembiayaan investasi pembangunan prasarana sumber daya air maupun dalam penyediaan jasa pelayanan dan/atau pengoperasian prasarana sumber daya air. Kerja sama dapat dilaksanakan dengan berbagai cara misalnya dengan pola bangun guna serah (build, operate, and transfer), perusahaan patungan, kontrak pelayanan, kontrak manajemen, kontrak konsesi, kontrak sewa dan sebagainya. Pelaksanaan berbagai bentuk kerja sama yang dimaksud harus tetap dalam batas-batas yang memungkinkan pemerintah menjalankan kewenangannya dalam pengaturan, pengawasan dan pengendalian pengelolaan sumber daya air secara keseluruhan. Izin pengusahaan antara lain memuat substansi alokasi air dan/atau ruas (bagian) sumber air yang dapat diusahakan. | |
Ayat (4) | |
Huruf a | |
Cukup jelas | |
Huruf b | |
Pemanfaatan wadah air pada lokasi tertentu antara lain adalah pemanfaatan atau penggunaan sumber air untuk keperluan wisata air, olahraga arung jeram, atau lalu lintas air. | |
Huruf c | |
Pemanfaatan daya air antara lain sebagai penggerak turbin pembangkit listrik atau sebagai penggerak kincir. | |
Pasal 46 | |
Ayat (1) | |
Alokasi air yang ditetapkan tidak bersifat mutlak sebagaimana yang tercantum dalam izin, tetapi dapat ditinjau kembali apabila persyaratan atau keadaan yang dijadikan dasar pemberian izin dan kondisi ketersediaan air pada sumber air yang bersangkutan mengalami perubahan yang sangat berarti dibandingkan dengan kondisi ketersediaan air pada saat penetapan alokasi. | |
Ayat (2) | |
Alokasi air yang diberikan untuk keperluan pengusahaan tersebut tetap memperhatikan alokasi air untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat pada wilayah sungai yang bersangkutan. | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Yang dimaksud dengan alokasi air sementara adalah alokasi yang dihitung berdasarkan perkiraan ketersediaan air yang dapat diandalkan (debit andalan) dengan memperhitungkan kebutuhan pengguna air yang sudah ada. | |
Pasal 47 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Yang dimaksud dengan memfasilitasi ialah menyerap, mempelajari dan mendalami objek pengaduan, dan merespon secara proporsional/wajar. | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Bentuk konsultasi publik yang digunakan dapat melalui tatap muka langsung dengan para pemilik kepentingan (stakeholders) dan/atau dengan cara-cara lain yang lebih efisien dan efektif dalam menjaring masukan/tanggapan para pemilik kepentingan dan masyarakat. | |
Ayat (5) | |
Cukup jelas | |
Pasal 48 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan saluran distribusi adalah saluran pembawa air baku, baik yang berupa saluran terbuka maupun yang berbentuk saluran tertutup misalnya pipa. | |
Ayat (2) | |
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya upaya pengusahaan yang melampaui batas-batas daya dukung lingkungan sumber daya air sehingga mengancam kelestariannya. | |
Pasal 49 | |
Cukup jelas | |
Pasal 50 | |
Cukup jelas | |
Pasal 51 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan daya rusak air antara lain berupa :
| |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Pasal 52 | |
Cukup jelas | |
Pasal 53 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan kegiatan fisik adalah pembangunan sarana dan prasarana serta upaya lainnya dalam rangka pencegahan kerusakan/ bencana yang diakibatkan oleh daya rusak air, sedangkan kegiatan nonfisik adalah kegiatan penyusunan dan/atau penerapan piranti lunak yang meliputi antara lain pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Yang dimaksud dengan penyeimbangan hulu dan hilir wilayah sungai adalah penyelarasan antara upaya kegiatan konservasi di bagian hulu dengan pendayagunaan di daerah hilir. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Pasal 54 | |
Ayat (1) | |
Mitigasi bencana adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat meringankan penderitaan akibat bencana, misalnya penyediaan fasilitas pengungsian dan penambalan darurat tanggul bobol. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Pasal 55 | |
Cukup jelas | |
Pasal 56 | |
Keadaan yang membahayakan merupakan keadaan air yang luar biasa yang melampaui batas rencana sehingga jika tidak diambil tindakan darurat diperkirakan dapat menjadi bencana yang lebih besar terhadap keselamatan umum. | |
Pasal 57 | |
Cukup jelas | |
Pasal 58 | |
Cukup jelas | |
Pasal 59 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota menjadi masukan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota; rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi masukan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan provinsi bersangkutan; rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi menjadi masukan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan provinsi yang bersangkutan. Selain sebagai masukan untuk penyusunan rencana tata ruang wilayah, rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai juga digunakan sebagai masukan untuk meninjau kembali rencana tata ruang wilayah dalam hal terjadi perubahan-perubahan, baik pada rencana pengelolaan sumber daya air maupun pada rencana tata ruang pada periode waktu tertentu. Perubahan yang dimaksud merupakan tuntutan perkembangan kondisi dan situasi. Dengan demikian, antara rencana pengelolaan sumber daya air dan rencana tata ruang wilayah terdapat hubungan yang bersifat dinamis dan terbuka untuk saling menyesuaikan. | |
Pasal 60 | |
Cukup jelas | |
Pasal 61 | |
Ayat (1) | |
Kegiatan inventarisasi sumber daya air dimaksudkan antara lain untuk mengetahui kondisi hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, potensi sumber daya air yang tersedia, dan kebutuhan air, baik menyangkut kuantitas maupun kualitas beserta prasarana dan sarana serta lingkungannya termasuk kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakatnya. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Ayat (5) | |
Cukup jelas | |
Pasal 62 | |
Ayat (1) | |
Rencana pengelolaan sumber daya air disusun untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. Penetapan jangka waktu perencanaan diserahkan pada kesepakatan pihak yang berperan dalam perencanaan di setiap wilayah sungai. Pada umumnya jangka waktu pendek adalah lima tahun, jangka waktu menengah adalah 10 tahun, dan jangka waktu panjang adalah 25 tahun. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Pengumuman dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat guna menyatakan keberatan atas suatu rancangan rencana yang akan ditetapkan. | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Ayat (5) | |
Cukup jelas | |
Ayat (6) | |
Program-program pembangunan yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air misalnya program pengembangan air tanah oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang air tanah, program rehabilitasi lahan dan konservasi tanah dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab dalam bidang konservasi tanah. | |
Ayat (7) | |
Cukup jelas | |
Pasal 63 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan pelaksanaan konstruksi prasarana sumber daya air adalah upaya melaksanakan pembangunan atau kegiatan konstruksi berdasarkan perencanaan teknis yang telah dibuat, yang dapat berupa bangunan atau konstruksi sarana dan/atau prasarana sumber daya air. Yang dimaksud dengan pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat. Yang dimaksud dengan manual adalah panduan yang berisikan petunjuk mengoperasikan peralatan dan/atau komponen bangunan sumber daya air misalnya pintu air, pompa banjir, dan alat pengukur debit air. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Ayat (5) | |
Cukup jelas | |
Pasal 64 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Yang dimaksud dengan pengaturan dalam ayat ini, misalnya, pengaturan pembagian air, pengaturan jadwal pemberian air, teknik pemanfaatan air, dan pengaturan pemanfaatan sempadan sumber air. | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Ayat (5) | |
Cukup jelas | |
Ayat (6) | |
Huruf a | |
Kegiatan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi primer dan sekunder dilakukan Pemerintah dan pemerintah daerah tidak menutup kemungkinan perkumpulan petani pemakai air berperan serta sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. | |
Huruf b | |
Cukup jelas | |
Ayat (7) | |
Cukup jelas | |
Ayat (8) | |
Cukup jelas | |
Pasal 65 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Informasi kondisi hidrologis misalnya tentang curah hujan, debit sungai, dan tinggi muka air pada sumber air. Informasi kondisi hidrometeorologis misalnya tentang temperatur udara, kecepatan angin, dan kelembaban udara. Informasi kondisi hidrogeologis mencakup cekungan air tanah misalnya potensi air tanah dan kondisi akuifer atau lapisan pembawa air. | |
Pasal 66 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Akses terhadap informasi sumber daya air yang tersedia di pusat pengelolaan data di instansi pemerintah, badan atau lembaga lain di masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui internet, media cetak yang diterbitkan secara berkala, surat menyurat, telepon, faksimile, atau kunjungan langsung dengan prinsip terbuka untuk semua pihak yang berkepentingan di bidang sumber daya air. | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Pasal 67 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Yang dimaksud dengan kegiatan berkaitan dengan sumber daya air adalah kegiatan studi, penelitian, seminar, lokakarya, kegiatan pemberdayaan masyarakat, serta kegiatan pembangunan sarana dan/atau prasarana yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air. | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Pasal 68 | |
Cukup jelas | |
Pasal 69 | |
Cukup jelas | |
Pasal 70 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan para pemilik kepentingan adalah stakeholders di bidang sumber daya air. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Termasuk pengertian kelompok masyarakat adalah organisasi kemasyarakatan yang memiliki aktivitas di bidang sumber daya air misalnya masyarakat subak dan kelompok masyarakat petani pemakai air. | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Pasal 71 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan pendidikan khusus adalah bentuk pendidikan nonformal yang selama ini telah dilaksanakan dalam bidang sumber daya air, seperti kursus, pelatihan, dan bentuk pendidikan nonformal lainnya. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Pasal 72 | |
Cukup jelas | |
Pasal 73 | |
Cukup jelas | |
Pasal 74 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan pendampingan adalah upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk meningkatkan penyadaran, perilaku dan kemampuan melalui kegiatan advokasi, penyuluhan, dan bantuan teknis dengan cara menempatkan dan menugaskan tenaga pendamping masyarakat. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Pasal 75 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan kegiatan pengawasan dalam ayat ini mencakup pengamatan secara cermat atas praktik penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air, baik dalam konteks kesesuaiannya dengan rencana pengelolaan yang sudah ditetapkan maupun dalam konteks ketaatannya termasuk tindak lanjutnya sesuai dengan peraturan perundangan-undangan. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Pasal 76 | |
Cukup jelas | |
Pasal 77 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan kebutuhan nyata adalah dana yang dibutuhkan semata-mata untuk membiayai pengelolaan sumber daya air agar pelaksanaannya dapat dilakukan secara wajar untuk menjamin keberlanjutan fungsi sumber daya air. | |
Ayat (2) | |
Setiap jenis pembiayaan dimaksud mencakup tiga aspek pengelolaan sumber daya air, yaitu konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. | |
Huruf a | |
Cukup jelas | |
Huruf b | |
Cukup jelas | |
Huruf c | |
Yang dimaksud dengan biaya pelaksanaan konstruksi, termasuk di dalamnya biaya konservasi sumber daya air. | |
Huruf d | |
Cukup jelas | |
Huruf e | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Huruf a | |
Cukup jelas | |
Huruf b | |
Cukup jelas | |
Huruf c | |
Hasil penerimaan biaya jasa pengelolaan sumber daya air diperoleh dari para penerima manfaat pengelolaan sumber daya air, baik untuk tujuan pengusahaan sumber daya air maupun untuk tujuan penggunaan sumber daya air yang wajib membayar. | |
Pasal 78 | |
Ayat (1) | |
Badan usaha lain misalnya perseroan terbatas dan usaha dagang. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Ayat (4) | |
Ketentuan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan yang dianggap sangat mendesak oleh daerah tetapi belum menjadi prioritas pada tingkat nasional untuk wilayah sungai lintas provinsi dan wilayah sungai strategis nasional, atau belum menjadi prioritas pada tingkat regional untuk wilayah sungai lintas kabupaten/kota. | |
Pasal 79 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Yang dimaksud dengan batas-batas tertentu adalah batasan terhadap lingkup pekerjaan untuk pelayanan sosial, kesejahteraan, dan keselamatan umum yang dapat dibiayai oleh Pemerintah dan pemerintah daerah misalnya rehabilitasi tanggul dan sistem peringatan dini banjir. Sedangkan biaya pemeliharaan rutinnya tetap menjadi tanggung jawab badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah pengelola sumber daya air yang bersangkutan. | |
Pasal 80 | |
Ayat (1) | |
Pengguna sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari yang tidak dibebani biaya jasa pengelolaan sumber daya air adalah pengguna sumber daya air yang menggunakan air pada atau mengambil air untuk keperluan sendiri dari sumber air yang bukan saluran distribusi. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Perhitungan ekonomi rasional yang dapat dipertanggungjawabkan adalah perhitungan yang memperhatikan unsur-unsur: a. biaya depresiasi investasi; b. amortisasi dan bunga investasi; c. operasi dan pemeliharaan; dan d. untuk pengembangan sumber daya air. | |
Ayat (4) | |
Yang dimaksud dengan nilai satuan biaya jasa pengelolaan adalah besarnya biaya jasa pengelolaan untuk setiap unit pemanfaatan misalnya Rp per kWh dan Rp per m3. Kelompok pengguna misalnya: kelompok pengusaha industri rumah tangga, kelompok pengusaha industri pabrikan, dan kelompok pengusaha air dalam kemasan. Yang dimaksud dengan volume dalam volume penggunaan sumber daya air adalah jumlah penggunaan sumber daya air yang dihitung dengan satuan m3, atau satuan luas sumber air yang digunakan, atau satuan daya yang dihasilkan (kWh). Tingkat kemampuan ekonomi kelompok pengguna perlu dipertimbangkan dalam penentuan satuan biaya jasa pengelolaan mengingat adanya perbedaan jumlah penghasilan. | |
Ayat (5) | |
Yang dimaksud dengan jenis penggunaan nonusaha adalah jenis penggunaan air untuk kegiatan yang bertujuan tidak mencari keuntungan misalnya pertanian rakyat, rumah tangga, dan peribadatan. | |
Ayat (6) | |
Yang dimaksud dana dalam ayat ini adalah pungutan biaya jasa pengelolaan sumber daya air. | |
Ayat (7) | |
Cukup jelas | |
Pasal 81 | |
Cukup jelas | |
Pasal 82 | |
Huruf a | |
Cukup jelas | |
Huruf b | |
Bentuk kerugian yang dialami sebagai akibat pelaksanaan pengelolaan sumber daya air, misalnya hilang atau berkurangnya fungsi atau hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berada di atasnya karena adanya pembangunan bendungan, bendung, tanggul, saluran, dan bangunan prasarana pengelolaan sumber daya air lainnya. Pemberian ganti kerugian dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku meliputi ganti kerugian fisik dan/atau nonfisik terhadap pemilik atau penggarap hak atas tanah dan/atau benda-benda lain beserta tanaman yang berada di atasnya. Ganti kerugian fisik dapat berupa uang, permukiman kembali, saham, atau dalam bentuk lain. Ganti kerugian nonfisik dapat berupa pemberian pekerjaan, atau jaminan penghidupan lainnya yang tidak mengurangi nilai sosial ekonominya. | |
Huruf c | |
Cukup jelas | |
Huruf d | |
Cukup jelas | |
Huruf e | |
Kerugian yang berkaitan dengan penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air misalnya terjadinya pemberian air yang tidak sesuai dengan jadwal waktu, tidak sesuai dengan alokasi, dan/atau kualitas air yang tidak sesuai dengan baku mutu. | |
Huruf f | |
Cukup jelas | |
Pasal 83 | |
Cukup jelas | |
Pasal 84 | |
Ayat (1) | |
Bentuk peran masyarakat dalam proses perencanaan, misalnya menyampaikan pemikiran, gagasan, dan proses pengambilan keputusan dalam batas-batas tertentu. Bentuk peran masyarakat dalam proses pelaksanaan yang mencakup pelaksanaan konstruksi serta operasi dan pemeliharaan, misalnya sumbangan waktu, tenaga, material, dan dana. Bentuk peran masyarakat dalam proses pengawasan, misalnya menyampaikan laporan dan/atau pengaduan kepada pihak yang berwenang. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Pasal 85 | |
Cukup jelas | |
Pasal 86 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan nama lain misalnya panitia tata pengaturan air provinsi dan panitia tata pengaturan air kabupaten/kota. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Yang dimaksud dengan prinsip keterwakilan adalah terwakilinya kepentingan unsur-unsur yang terkait, misalnya sektor, wilayah, serta kelompok pengguna dan pengusaha sumber daya air. Kelompok pakar, asosiasi profesi, organisasi masyarakat dapat dilibatkan sebagai narasumber. | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Pasal 87 | |
Cukup jelas | |
Pasal 88 | |
Ayat (1) | |
Sengketa sumber daya air dapat berupa sengketa pengelolaan sumber daya air dan/atau sengketa hak guna pakai air atau hak guna usaha air. Misalnya sengketa antarpengguna, antarpengusaha, antara para pengguna dan pengusaha, antarwilayah, serta antara hulu dan hilir. | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Pasal 89 | |
Cukup jelas | |
Pasal 90 | |
Cukup jelas | |
Pasal 91 | |
Cukup jelas | |
Pasal 92 | |
Ayat (1) | |
Yang dimaksud dengan organisasi yang bergerak di bidang sumber daya air antara lain adalah organisasi pengguna air, organisasi pemerhati masalah air, lembaga pendidikan, lembaga swadaya masyarakat bidang sumber daya air, asosiasi profesi, dan/atau bentuk organisasi masyarakat lainnya yang bergerak di bidang sumber daya air. Hak mengajukan gugatan pada ayat ini adalah gugatan perwakilan. | |
Ayat (2) | |
Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan agar gugatan yang dilakukan oleh organisasi hanya terbatas pada tindakan yang berkenaan dengan sumber daya air yang menyangkut kepentingan publik dengan memohon kepada pengadilan agar seseorang atau badan usaha diperintahkan untuk melakukan tindakan penanggulangan dan pemulihan yang berkaitan dengan keberlanjutan fungsi sumber daya air. | |
Ayat (3) | |
Cukup jelas | |
Pasal 93 | |
Ayat (1) | |
Cukup jelas | |
Ayat (2) | |
Cukup jelas | |
Ayat (3) | |
Pejabat penyidik pegawai negeri sipil memberitahukan dimulainya penyidikan kepada pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) dan hasil penyidikan diserahkan kepada penuntut umum melalui pejabat penyidik POLRI. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan jaminan bahwa hasil penyidikannya telah memenuhi ketentuan dan persyaratan. Mekanisme hubungan koordinasi antara pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan pejabat penyidik POLRI dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. | |
Ayat (4) | |
Cukup jelas | |
Pasal 94 | |
Cukup jelas | |
Pasal 95 | |
Cukup jelas | |
Pasal 96 | |
Cukup jelas | |
Pasal 97 | |
Cukup jelas | |
Pasal 98 | |
Perizinan dimaksud termasuk perjanjian yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya air yang telah dibuat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah. | |
Pasal 99 | |
Cukup jelas | |
Pasal 100 | |
Cukup jelas | |
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4377 |