Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi berkurangnya populasi badak Jawa di Indonesia

Siapa yang tidak kenal badak? Hewan berkaki empat, bercula yang eksistensinya terancam punah dan dilindungi di dunia. Badak teridentifikasi berasal dari benua Afrika dan Asia. Di dunia terdapat lima jenis badak yang masih eksis, antara lain badak putih (Ceratotherium sp), badak Sumatera (Dicerorhinus sp), badak hitam (Diceros sp), badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan badak bercula satu berbadan besar/ badak India (Rhinoceros unicornis).

Badak hitam, badak Sumatera dan badak Jawa termasuk dalam status “critically endangered species” yang tingkat kepunahannya sangat tinggi berdasarkan Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN Red List), dengan perkiraan jumlah populasi di dunia sebanyak 5.055 ekor badak hitam, 100 ekor badak Sumatera dan 35-44 ekor badak Jawa. Sedangkan badak putih masih cukup besar populasinya sekitar 20.408 ekor (20.405 di selatan dan 3 ekor di utara). Badak Sumatera dan badak Jawa terrasuk dalam Appendiks I CITES.

Badak Jawa merupakan mamalia berpostur tegap. Tingginya, hingga bahu, sekitar 128-175 sentimeter dengan bobot tubuh 1.600-2.280 kilogram. Meski penglihatannya tidak awas, akan tetapi pendengaran dan penciumannya super tajam yang mampu menangkap sinyal bahaya yang menghampiri kehidupannya. Satu cula berukuran 25 sentimeter berwarna abu-abu gelap atau hitam merupakan ciri khas utama jenis ini. Ciri khas lainnya, badak Jawa memiliki bibir atas yang lebih lancip menyerupai belalai pendek yang berfungsi untuk merenggut makanan.

Secara taksonomi Badak Jawa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Sub Phylum

: Vertebrata

Super Kelas

: Gnatostomata

Kelas

: Mammalia

Super Ordo

: Mesaxonia

Ordo

: Perissodactyla

Super Famili

: Rhinocerptidea

Famili

: Rhinoceratidea

Genus

: Rhinoceros Linnaeus, 1758

Spesies

Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822

Penyebaran badak Jawa cukup luas mulai dari India, Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Semenanjung Malaysia, Jawa, dan Sumatera. Namun sayangnya, badak Jawa yang berada di Vietnam dan Malaysia, punah pada 2010 dan 2015.

Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi berkurangnya populasi badak Jawa di Indonesia

Gambar 1. Badak Jawa (sumber: medium.com)

Badak Jawa termasuk salah satu satwa yang dilindungi di Indonesia, yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. 

Keberadaan badak Jawa di Indonesia sangat terancam. Beberapa ancaman yang mempengaruhi diantaranya, degradasi dan berkurangnya habitat badak akibat pembukaan lahan pertanian dan penebangan liar. Perburuan cula badak juga dapat menjadi ancaman eksistensi badak Jawa. Perburuan cula ini disebabkan adanya anggapan bahwa cula badak mempunyai khasiat dalam pengobatan tradisional Cina. 

Ancaman lainnya, keragaman genetik badak Jawa yang sempit. Hal ini disebabkan sedikitnya jumlah populasi badak Jawa saat ini serta sempitnya ekosistem yang hanya terdapat di satu lokasi, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Populasi yang terdiri dari sedikit individu dan keragaman ekosistem yang sempit dapat membawa resiko biologis yang sangat besar dalam hal pengurangan variabilitas genetik dan peningkatan inbreeding. Hal ini tentunya akan berkaitan dengan masalah kelangsungan hidup populasi badak Jawa tersebut, sebagai contoh berkurangnya ketahanan hidup, kemampuan beradaptasi, bobot kelahiran, serta kesuburan. 

Konservasi badak Jawa di TNUK juga terhambat oleh invasi pohon langkap. Langkap (Arenga obtusifolia) adalah sejenis palem-paleman (Aracaceae) yang sebenarnya kurang dikenal. Di TNUK, sebenarnya langkap juga bukanlah spesies asing. Namun, dalam perkembangannya, langkap ini menjadi spesies invasive karena pertumbuhannya yang tidak terkendali dan menghambat tumbuhnya tanaman-tanaman local lainnya yang diperlukan untuk pakan badak.

Sebelumnya, sekitar separuh dari 453 jenis tumbuhan yang ada di TNUK adalah pakan badak bercula satu. Saat ini, hanya sedikit sekali tumbuhan pakan badak yang dapat tumbuh di bawah invasi langkap, di antaranya songgom (Barringtonia macrocarpa), kilaja (Oxymitra cunneiformis) dan segel (Dillenia excelsa). Satu tandan buah langkap dapat menghasilkan sekitar 300-1800 butir buah, dengan satu buah menghasilkan tiga biji buah langkap. Langkap juga dapat berkembang-biak secara vegetative dengan akar sulurnya. Kurangnya konsumen buah muda langkap menjadikan regenerasi langkap menjadi sangat cepat. Selanjutnya, ketika langkap sudah dewasa dan kanopinya menjadi rapat satu-sama lain, sehingga menyebabkan jenis-jenis tanaman lain tidak dapat tumbuh.

Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi berkurangnya populasi badak Jawa di Indonesia

Gambar 2. Pohon langkap/Arenga obtusifolia (Sumber: plantamor.com)

Berdasarkan data yang ada, jumlah badak Jawa di TNUK sejumlah 64 ekor (Statistik Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2017). Sampai dengan tahun 2019 terjadi penambahan populasi badak Jawa sebanyak 8 ekor, 4 ekor ditahun 2018 dan 4 ekor di tahun 2019. Sehingga total badak Jawa yang masih ada di Indonesia sejumlah 72 ekor. Peningkatan populasi ini perlu terus dilakukan untuk mempertahankan eksistensi badak Jawa agar mencapai angka minimum viable population dalam rangka peningkatan keragaman genetic badak Jawa. Selain itu, perlu juga dilakukan kegiatan translokasi dan reintroduksi untuk membangun populasi kedua (second population) dengan tipe ekosistem yang serupa.

SELAMAT HARI BADAK SEDUNIA, 22 September 2020….safe the rhinos

(Dikutip dari berbagai sumber)

Serly/Anti - Seksi Konservasi Sumberdaya Alam

Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi berkurangnya populasi badak Jawa di Indonesia
Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi berkurangnya populasi badak Jawa di Indonesia
Badak bercula satu atau dalam nama latin disebut Rhinoceros sondaicus merupakan hewan yang saat ini terancam mengalami kepunahan. Oleh sebab itu mempelajari faktor yang menjadi penyebab kelangkaan badak bercula satu ini penting untuk dilakukan. Diharapkan dengan mengetahui faktor tersebut, upaya mengantisipasinya dapat dilakukan.

Populasi Badak Bercula Satu

Saat ini status hewan ini sudah sangat kritis yang menjadikanya sebagai mamalia terlangka di bumi. Populasi hewan ini di habitat alaminya Taman Nasional Ujung Kulon diperkirakan tinggal 50-60 ekor saja. Selain di ujung kulon, badak bercula satu secara alami hanya ada di Taman nasional Cat Tien, itupun populasinya sudah kurang dari delapan ekor.

Padahal awalnya persebaran spesies ini cukup luas, ia dapat ditemukan di India, Tiongkok dan beberapa negara di Asia Tenggara. Saat ini hanya di Taman Nasional Ujung Kulon saja lah yang populasinya dianggap potensial untuk diselamatkan secara alami di habitat asalnya. Selain itu, penangkaran secara buatan menjadi opsi lain yang memungkinkan untuk mempertahankan populasi hewan ini.

Walau begitu sebenarnya saat ini populasi badak di Taman Nasional Ujung Kulon justru terus menurun. Dalam periode 2011 hingga 2013, tercatat ada empat ekor badak bercula satu yang mati dan hanya satu kelahiran. Hasil tersebut tentunya tidak ideal dan bila dibiarkan populasi hewan ini di habitatnya akan terus berkurang.

Sebagian besar faktor penyebab kelangkaan badak bercula satu diakibatkan oleh manusia. Perilaku perburuan terhadapnya menjadi yang paling banyak mempengaruhi populasi badak bercula satu. Selain faktor yang disebabkan oleh manusia, penyebab kelangkaan badak bercula satu lainnya berasal dari sifat hewan ini sendiri. Hewan ini sangat rentan terkena penyakit, lambat berkembang biak dan minim keragaman genetik sehingga peka terhadap perubahan kondisi lingkungan.

Berikut ini beberapa faktor penyebab kelangkaan badak bercula satu beserta penjelasannya.

Perburuan liar menjadi penyebab paling utama mengapa populasi badak menjadi seperti sekarang. Perburuan hewan ini telah dilakukan selama ribuan tahun lamanya, bagian culanya telah dikenal sebagai salah satu obat mujarab dalam ilmu pengobatan tiongkok sehingga menyebabkan hewan ini terus diburu. Di Vietnam, kulit badak dianggap sebagai salah satu penangkal racun yang mengakibatkan banyak orang yang terus memburunya.

Walaupun badak bercula satu sudah termasuk hewan yang dilindungi di Indonesia, perdagangan cula masih berlangsung. Cula dari badak ini masih menjadi salah satu komoditas obat di negara-negara Asia Timur hingga sekarang. Menurut survey yang dilakukan di pasar gelap, negara-negara di Asia Timur seperti Korea Selatan, Cina, Jepang dan Hongkong masih mengimpor cula ini hingga sekarang. Cula badak ini dianggap sebagai obat mujarab untuk mengobati berbagai penyakit, sehingga tak heran apabila harganya mencapai 30 ribu dollar Amerika per kilogramnya.

Harga cula yang mahal tersebut membuat banyak orang nekat memburu hewan langka ini demi pundi-pundi uang. Akibatnya populasi badak bercula satu yang sudah kritis semakin terancam. Indonesia sebagai sebuah negara yang masih memiliki populasi hewan langka ini secara alami tentu menjadi incaran banyak pemburu liar. Oleh karena itu mencegah perburuan liar terjadi wilayah kita menjadi suatu kewajiban kita bersama.

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya perburuan liar badak bercula satu ini diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Mengedukasi masyarakat
    Dengan cara melakukan edukasi kepada masyarakat sejak dini, tentunya akan terbenam di pikiran seluruh rakyat Indonesia bahwa melindungi badak bercula satu merupakan suatu keharusan. Dengan terbenamnya pikiran tersebut, tentunya masyarakat Indonesia tidak akan melakukan perburuan liar dan justru akan melakukan upaya optimal untuk mencegahnya.
  2. Melaporkan apabila ada gerak-gerik mencurigakan
    Apabila kita mendapati gerak gerik mencurigakan tentang seseorang atau sekelompok yang ingin melakukan perburuan terhadap badak bercula satu sebaiknya langsung dilaporkan.
  3. Membatasi ruang gerak perdagangan organ badak
    Kita sebagai masyarakat yang baik harus membatasi ruang gerak terjadinya perdagangan liar organ-organ badak. Apabila perdagangan organ ini dibatasi, tentunya para pemburu liar akan berpikir dua kali untuk melakukan perburuan karena hasil buruannya yang tidak bisa dijual.
  4. Menjaga habitat badak bercula satu
    Kita harus secara bersama-sama menjaga habitat alami badak bercula satu dari tangan-tangan tidak bertanggung jawab yang ingin memasukinya. Patroli secara rutin oleh petugas di kawasan Taman Nasional ini perlu diragukan, untuk mencegah orang tidak berkepentingan yang masuk ke area cagar alam ini.

Berkurangnya Luas Habitat

Tidak bisa dipungkiri lagi, akibat pembangunan yang dilakukan oleh manusia menyebabkan luas habitat bercula satu menjadi sangat minim. Ini menjadi salah satu faktor penyebab kelangkaan badak bercula satu yang cukup krusial. Dulunya populasi badak bercula satu di Indonesia tidak hanya ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon, ia pernah ditemukan di Gunung Salak, Jawa barat dan daerah hutan lain di Pulau jawa.

Hanya saja karena banyaknya pembangunan yang dilakukan oleh manusia menyebabkan habitat hewan ini menjadi menyempit, sehingga badak yang tinggal di dalamnya akhirnya punah. Contoh mudahnya saja di gunung salak yang saat ini banyak di bangun oleh manusia, kita bisa menemukan banyak villa dan pemukiman penduduk di sekitar gunung ini. Dengan kehadiran manusia maka badak tidak bisa hidup dengan tenang di habitatnya.

Kehadiran manusia juga menyebabkan perubahan ekosistem tempat badak tinggal. Kerusakan yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia pun tidak bisa dielakkan juga. Oleh sebab itu, saat ini habitat alami badak bercula satu tinggal di Taman Nasional Ujung Kulon saja. hingga saat ini, kondisi Taman Nasional tersebut terus dijaga kelestariannya dari gangguan manusia.

Lambatnya Berkembang Biak

Badak bercula satu merupakan hewan yang sangat lambat bereproduksi, ini menjadi penyebab kelangkaan badak bercula satu yang tidak kalah penting. Betina dewasa akan mengalami kematangan dari sisi reproduksi saat berusia 3-4 tahun dan pejantan akan mengalami kematangan pada sekitar umur 6 tahun.

Ketika kedua hewan yang telah matang organ reproduksinya ini bertemu dan melakukan perkawinan, maka kemungkinan hamil baru muncul sekitar 16-19 bulan setelahnya. Setelah melahirkan anakan badak, maka badak betina baru akan birahi kembali setelah 4-5 tahun kemudian. Tentunya periode ini sangat lama, apalagi dalam sekali bereproduksi biasanya hewan ini hanya akan menghasilkan satu anakan saja.

Oleh sebab itu, idealnya dalam sebuah populasi badak bercula satu memiliki komposisi 1 jantan dan 4 betina. Sehingga setiap tahunnya badak jantan dapat membuahi badak betina secara bergantian. Sayangnya saat ini populasi badak jantan di Ujung Kulon sedikit lebih banyak daripada populasi betinanya. Tentunya itu merupakan sebuah komposisi tidak ideal yang juga menjadi penyebab lambatnya perkembangan populasi badak bercula satu.

Persaingan dengan Banteng dan Mudah Sakit

Sebagai sesama hewan herbivora berukuran besar, badak bercula satu sering bersaing dengan banteng untuk memperebutkan wilayah dan sumber makanannya. Hal ini pula yang menyebabkan populasi badak tidak bisa maksimal di dalam habitatnya.

Persaingan memperebutkan wilayah ini sebenarnya bukan masalah yang terlalu serius. Ada lagi faktor penyebab kelangkaan badak bercula satu yang lebih serius, yaitu mudahnya hewan ini sakit dan kemudian mati. Ini salah satu hal yang menyebabkan kerepotan para ahli konservasi yang hingga kini belum bisa membuat hewan ini menjadi lebih susah sakit di habitatnya.