Apa cara yang bisa dilakukan untuk merawat lapisan ozon

Lihat Foto

KOMPAS.com/Dinda Zavira Oktavia

Penyerahan peralatan Servic RAC dalam acara webinar Ozone For Life dalam rangka Peringatan Hari Ozon Internasional 2020, Rabu (16/9/2020).

KOMPAS.com - Dalam Peringatan Hari Ozone Internasional 2020, ahli ungkap lapisan ozon Bumi semakin lama semakin menipis.

Penipisan lapisan ozon ini dapat menyebabkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan kita.

Hal itu diungkapkan dalam webinar dengan tema Ozone For Life yang digelar Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama Badan Nasional Sertifikasi, pada Rabu, (16/9/2020).

Lapisan ozon sendiri merupakan wilayah konsentrasi tinggi ozon di stratosfer, jaraknya 15 hingga 35 km di atas permukaan Bumi.

Ozon sendiri memiliki peran penting, tetapi terkadang dilupakan. Padahal ozon adalah lapisan melindungi kita dari radiasi ultraviolet (UV) berbahaya yang dipancarkan matahari.

Baca juga: Merawat Ozon dengan Ozon

Penipisan ozon akan sangat berbahaya bagi semua makhluk yang ada di planet ini.

Salah satu penyebab rusaknya lapisan ini, karena penggunaan refrigeran yang berlebihan, yakni zat pendingin pada sistem pendingin atau refrigerator.

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Dr. Ir. Ruandha Agung Sugardiman, M. Sc menjelaskan bagaimana refrigeran bisa menyebabkan lapisan ozon menipis.

"Terlepasnya refrigeran BPO (Bahan Perusak Ozon) berjenis HCFC (hydrochlorofluorocarbon) ke atmosfer, dapat menyebabkan molekul HCFC yang berkaitan dengan ozon, bisa membuat lapisan ozon menjadi bolong," tutur Ruandha.


968kpfm - Planet bumi jadi tempat tinggal yang nyaman bagi umat manusia karena memiliki berbagai lapisan pelindung, salah satunya lapisan ozon.

Berada di lapisan stratosfer, ozon berfungsi sebagai filter dari sinar ultraviolet radiasi matahari. Radiasi tersebut dapat menyebabkan kanker kulit dan merusak indera penglihatan.

Seiring berjalannya waktu, keadaan lapisan ozon semakin menipis, yakni sekitar 4 persen setiap 10 tahun. Berkurangnya lapisan ozon paling banyak terjadi di dua kutub di bumi.

Penybab lapisan ozon menipis tidak lebih karena sejumlah aktivitas yang dilakukan manusia. Berikut cara mencegah menipisnya lapisan ozon yang dirangkum KPFM lewat laman ilmugeografi.com:

1. Kurangi Penggunaan Kendaraan Pribadi


Situasi jalan raya di Kota Samarinda

Sisa pembakaran emisi kendaraan menjadi penyebab menipisnya lapisan ozon. Dapat dibayangkan berapa banyak gas emisi yang dapat merusak lapisan ozon jika sebagian populasi di bumi memakai kendaraan yang notabene memakai Bahan Bakar Minyak (BBM). Ada baiknya mengunakan moda transportasi umum, pergi bersama dalam satu kendaraan atau berjalan kaki sebagai alternatif.

2. Gunakan Air Conditioner (AC) sesuai Kebutuhan

Jangan gunakan AC selama berjam-jam, apalagi sampai 24 jam. Penggunaan pendingin ruangan setidaknya selama satu jam setiap harinya selama satu tahun, setidaknya akan menghasilkan emisi sebesar 160 kg karbondioksia. Sebaiknya atur "menu timer" atau jika ruangan tidak digunakan sebaiknya matikan pendingin ruangan.

3. Jangan Biarkan Lampu atau Peralatan Listrik Menyala jika Tidak Digunakan

Penggunaan barang yang memerlukan listrik ternyata juga ikut mempengaruhi kondisi lapisan ozon. Banyak orang yang mungkin tidak menyadari hal tersebut. PLN atau Perusahaan Listrik Negara menghasilkan listrik dengan bahan bakar batu bara. Sisa pembakaran batu bara sendiri dapat menghasilkan karbonmonoksida yang juga berperan dalam penipisan ozon. Nah, ada baiknya matikan lampu pada siang hari atau jika ruangan tidak digunakan dan pastikan untuk selalu mematikan semua peralatan yang menggunakan listrik sebagai sumber dayanya setelah digunakan atau jika ingin meninggalkan rumah, seperti tidak membiarkan pengisi daya telpon semalaman dan mencabut semua kabel penghubung listrik dari stop kontak.

Penulis: Redaksi KPFM Samarinda
Editor: Maul

Kabar buruk bermunculan di media massa ketika pandemi Covid-19 mulai melanda dunia. Namun, di antara banyaknya kabar buruk tersebut, ada kabar baik yang memberikan kelegaan bagi umat manusia. Para peneliti di NASA melaporkan bahwa kondisi lapisan ozon di Benua Antartika pada awal Maret 2020 membaik jika dibandingkan dengan kondisi setahun sebelumnya. Kondisi ini terjadi akibat berkurangnya aktivitas industri secara global selama masa pandemi.

Lapisan ozon merupakan bagian dari atmosfer bumi dengan kandungan konsentrasi gas ozon yang relatif tinggi. Setiap molekul ozon terdiri dari tiga atom oksigen sehingga memiliki rumus kimia O3. Lapisan ozon berfungsi menyerap sebagian besar radiasi ultraviolet dari matahari yang sampai di bumi. Jika kondisi lapisan ozon di bumi sangat buruk, jumlah radiasi ultraviolet yang mencapai bumi akan sangat tinggi. Tumbuhan tidak dapat hidup dalam radiasi ultraviolet yang tinggi, begitu pula plankton yang berfungsi sebagai makanan bagi sebagian besar makhluk hidup di laut. Manusia juga akan lebih rentan terhadap kanker kulit, katarak, dan gangguan sistem imunitas tubuh.

Zat perusak ozon yang cukup dikenal karena jumlahnya yang besar adalah bahan kimia sintetis chlorofluorocarbons (CFC). Meskipun CFC adalah zat tidak beracun dan memiliki beragam kegunaan, bahan kimia ini dapat dipecah oleh paparan radiasi ultraviolet dan melepaskan atom klorin. Atom klorin bereaksi dengan ozon, yang menyebabkan molekul ozon hancur membentuk oksigen dan klorin monoksida. Selain CFC, beberapa zat yang dapat merusak ozo antara lain karbon tetraklorida yang digunakan dalam dry cleaning dan metil bromida yang digunakan sebagai insektisida.

Antarktika adalah daerah yang terkena dampak paling buruk jika dibandingkan dengan bagian bumi lainnya karena suhu dinginnya yang bertahan lama lebih memungkinkan terjadinya proses penipisan lapisan ozon. Para ilmuwan sering menyebut wilayah atmosfer dengan kandungan ozon yang lebih sedikit daripada tempat lain sebagai lubang ozon. Lubang ozon dengan kondisi terburuk bahkan mengandung enam puluh persen lebih sedikit ozon dari biasanya. Kehilangan ozon di tempat lain juga meningkat secara perlahan, meskipun tidak terjadi pada tingkat yang sama seperti di kutub.

Menghadapi permasalahan tersebut, sebuah perjanjian internasional dengan nama Protokol Montreal ditandatangani pada 16 September 1987. Perjanjian ini adalah perjanjian internasional yang direncanakan untuk melindungi lapisan ozon dengan mengurangi produksi zat-zat perusak lapisan ozon. Dalam perjanjian tersebut, disepakati bahwa semua produksi CFC di seluruh dunia akan dihentikan pada tahun 2010 dan pada tahun 2011, sekitar seratus zat perusak ozon telah dihapus produksinya secara bertahap. Dengan disepakatinya perjanjian tersebut, tanggal 16 September setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Ozon Sedunia.

Pemantauan laju hilangnya ozon terus dilakukan hingga saat ini dan konsentrasi CFC di atmosfer perlahan-lahan menurun. Namun, karena zat perusak ozon tidak dapat hilang begitu saja, zat-zat tersebut akan tetap bereaksi dalam waktu yang lama setelah produksi dihentikan. Diperkirakan, akan memakan waktu puluhan tahun untuk memulihkan secara total kondisi lapisan ozon. Meskipun begitu, para ilmuwan berharap lubang ozon terbesar akan pulih pada sekitar tahun 2040.

Peran kita saat ini dapat dimulai dengan cara-cara sederhana, seperti mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia dalam merawat tumbuhan dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Apabila tiap individu memiliki kesadaran dan berperan aktif dalam meningkatkan kondisi lingkungan, bukan tidak mungkin pulihnya lapisan ozon dunia akan terjadi lebih cepat.

Selamat Hari Ozon Internasional!

Tulisan oleh Nathanael Bimo
Ilustrasi oleh Ammar Fadhil

climatechangeglobalwarmingOzon

Oleh Nurul HayatPontianak  (ANTARA News) - Apa yang kita ketahui tentang lapisan ozon? Sifat fisikanya yang unik, menyebabkan lapisan ozon bertindak sebagai pelindung bumi dari radiasi sinar matahari yang berlebihan.Oleh karena itu pula, sebanyak 15 pelajar menawarkan ide bagaimana cara sederhana namun ilmiah guna melindungi lapisan tersebut. Meski hari Ozon Internasional 16 September 2008, namun tak menyurutkan semangat 15 pelajar sekolah menengah atas di Kota Pontianak, membicarakan solusi melindungi kerusakannya melalui ajang karya ilmiah remaja. Ke-15 pelajar cerdas itu pada akhir Desember lalu mengikuti lomba karya tulis ilmiah remaja yang diadakan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kalimantan Barat. Enam di antara mereka meraih perhargaan juara I hingga harapan III dari karya yang dihasilkan. Dari berbagai sumber tertulis yang ada, menjelaskan Ozon memiliki rumus kimia O3 atau molekul yang tersusun ada tiga atom oksigen. Ozon juga merupakan filter yang membantu melindungi setiap kehidupan di bumi dari sinar ultraviolet (UV) B matahari yang berbahaya. Ozon merupakan hasil reaksi antara oksigen dengan sinar ultraviolet dari matahari. Ozon di udara memiliki fungsi sebagai penahan radiasi sinar ultraviolet dari matahari, pada tingkatan yang aman untuk kesehatan makhluk hidup. Zat itu gas tidak berwarna, ditemui pada lapisan stratosfer, lapisan awan yang terletak antara 15 hingga 35 kilometer dari permukaan bumi. Perhatian terhadap pentingnya lapisan ozon, mengemuka pada sekira tahun 1980, ketika para ilmuwan menemukan adanya lubang di lapisan ozon antartika. Pengukuran yang pernah dilakukan beberapa tahun lalu menunjukkan luas lubang ozon telah mencapai 8,2 juta mil, lebih besar dan luas Amerika Serikat dan Canada. Lapisan ozon akan rusak karena bahan-bahan kimia yang berpotensi bereaksi dengan molekul-molekul ozon di stratosfer. Bahan perusak ozon (BPO) terdiri dari hidrokarbon yang berklorin, florin, dan bromin. Bahan perusak ozon tersebut, semisal chlorofluorocarbons (CFC), hydro-chlorofluorocarbons (HCFC), halon, hydro-bromofluorocarbons (HBFC), bromochloromethane, methyl chloroform, carbon tetrachloride dan methyl bromide. Melalui kampanye perlindungan lapisan ozon, Kementerian Negara Lingkungan Hidup bersama-sama Bapedalda Kalbar dan dukungan dari Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB (United Nation Development Programme/UNDP) mengeluarkan leaflet yang berisi imbauan untuk melindungi keberadaan lapisan ozon. Menurut ketiga lembaga tersebut, ada beberapa strategi yang dapat ditempuh untuk melindungi lapisan ozon. Pertama: menghindari pembelian barang yang mengandung bahan perusak ozon (BPO). Bertanya sebelum membeli peralatan pemadam kebakaran, barang-barang foam, refrigerator dan air conditioner (AC) atau pengatur suhu ruangan apakah produk tersebut sudah ramah ozon.Menolak pembelian barang yang mengandung BPO jika alternatif lainnya tersedia. Mencatat perusahaan yang masih menggunakan BPO dan suarakan keprihatinan anda. Kedua melakukan perawatan peralatan dengan baik untuk menjamin bahwa chlorofluorocarbons (CFC) tidak terlepas di stratosfer. Ketiga menggunakan selalu produk yang berlogo ramah ozon. Lantas, upaya apa saja yang disarankan para pelajar ketika mengikuti lomba karya ilmiah tersebut? Mereka di antaranya, Nico Sumadi (18), pelajar SMA Negeri III menyatakan bahwa penipisan ozon merupakan bencana lingkungan yang belum tertanggulangi. Diperlukan kesadaran masyarakat memelihara lingkungan demi menyelamatkan lapisan ozon. Pelajar tersebut mengajak masyarakat di Kalimantan Barat membentuk Komunitas Peduli Ozon. Komunitas peduli ozon, merupakan komunitas yang dibentuk dari kelompok kecil, terdiri dari para remaja, atau instansi pemerintah dan swasta dalam penanggulangan rusaknya lapisan ozon."Dengan komunitas ini, remaja yang memiliki kepekaan tinggi terhadap lingkungannya dapat menyampaikan informasi seputar ozon kepada teman sebaya, keluarga bahkan lingkungan tempat tinggal," katanya. Program KPO, menurut ia, untuk mengubah sikap mental, pola pikir, gaya hidup masyarakat dan kepastian akan arah masa depan lapisan ozon. Program utamanya melakukan kampanye guna mengenalkan apa itu lapisan ozon dan dampak yang ditimbulkan dari penipisan ozon. "Keberhasilan sangat tergantung bentuk kampanye yang dilakukan, luas jangkauan, tokoh yang ditampilkan, tema yang dibawakan serta kesertaan audiens," katanya, saat mempresentasikan isi karya ilmiah tersebut.

Kampanye dapat terdiri dari kampanye Save the Ozon Layer, Save the Living World, anti-penebangan dan pembabatan hutan, menanam seribu pohon serta lainnya yang bersifat mengajak.

Irwanto Dwi Maha Purna (17) dari SMAN I, menuangkan idenya dalam karya berjudul "Strategi 3K1A Dalam Upaya Meminimalisir Dampak Pemanasan Global terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara". Strategi 3K1A, terdiri dari kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Karya tersebut jenis penulisan deskriptif kualitatif, menggunakan kata-kata tertulis yang dianalisis secara rasional. "Prosedur pemecahan masalah dalam penelitian saya dilakukan berdasarkan pemikiran, observasi, wawancara langsung serta studi literatur," jelasnya. Menurut ia, perlu ada kerjasama antara pemerintah, militer, organisasi dan orang tua dalam upaya memulihkan kerusakana lingkungan berdampak pada pertahanan dan keamanan. Upaya yang dapat dilakukan itu melalui 3K1A yaitu kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Terdapat beberapa strategi, yakni strategi kekuatan dihadapkan dengan adanya kesempatan. Lebih dikaitkan sebagai satu pihak berkuasa yang memiliki kekuatan dan kesempatan yang lebih dalam mengubah sesuatu, seperti pemerintah.Mengedepankan konsep pertahanan militer dengan departemen atau instansi terkait sebagai penjuru dalam rangka pengurangan tingkat emisi dunia. Menggelar kekuatan dalam rangka menghadapi segala bentuk kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Strategi kelemahan dihadapkan dengan adanya kesempatan, digunakan kelompok mayoritas seperti instansi, organisasi atau kelompok masyarakat yang sudah memiliki pengaruh dalam masyarakat. Menjalankan upaya mitigasi internal dengan memotivasi masyarakat mematuhi regulasi yang berkaitan lingkungan hidup.Melakukan upaya mitigasi massal sesuai skala prioritas berdasarkan peluang yang tersedia, membantu petani, peternak dan nelayan tradisional mengatasi perubahan iklim yang terjadi. Strategi bila kekuatan dihadapkan dengan ancaman, dapat digunakan sesuatu pemerintahan yang mendapat ancaman dari gerakan-gerakan. Memobilisasi kekuatan yang ada untuk melawan gerakan yang menggunakan isu pemanasan global untuk separatisme dan meredam konflik yang ada.Mengerahkan kemampuan yang ada mengatasi kerusakan alam yang terjadi dengan bakti sosial yang dapat mencegah kerusakan lingkungan. Strategi bila kelemahan dihadapkan dengan ancaman, dapat digunakan organisasi dan kelompok masyarakat minoritas yang belum memiliki pengaruh terhadap kelompok yang lebih besar dan ditanggapi dengan ancaman-ancaman.Menggunakan cara persuasif dan memberdayakan masyarakat membentuk persepsi positif dalam rangka menghilangkan pertentangan dan memotivasi seluruh komponen bangsa ikut aktif mengurangi tingkat emisi. "Upaya itu tidak akan terwujud tanpa ada kerjasama antara pemerintah, militer, organisasi dan masyarakat serta optimisme dari masing-masing pihak," kata Maha yang pernah menjuarai lomba pidato Bahasa Indonesia tingkat Kalbar itu. Pelajar lain, Costan Tryono Parulian Rumapea (15), memiliki karya berjudul "Solusi PMR dalam rangka Mencegah Pemanasan Global dan Menjaga Lingkungan di Indonesia". Menurut ia, PMR singkatan dari program, manajemen dan rule (hukum). Ia mengatakan, pada program (P), dapat dilakukan penanaman pohon bakau di pesisir pantai, reboisasi, edukasi dan sosialisasi. Pihak yang terlibat meliputi Bapedalda, Departemen Kehutanan, Lingkungan, LSM, sekolah, dan lembaga lain.Sementara itu, masyarakat dan pemerintah melakukan manajemen (M), "septreec" yakni seperate atau pemisahan, "reduce" atau pengurangan, "reuse" atau penggunaan ulang, "recycle" atau pengolahan dan "composting" atau pengomposan. Sampah yang telah dipisahkan masyarakat, menurut ia, akan diangkut pemerintah melalui Dinas Kebersihan Kota, kemudian diadakan pengolahan. Pada proses pengolahan dapat melibatkan pemulung, pengangguran atau instansi lain. Program dan Manajemen pada PMR dipertegas dalam bentuk rule (R) atau hukum. Hukum akan mendukung program yang ada dan juga dapat mengurangi penyimpangan lingkungan yang dilakukan masyarakat, kata Ketua Kelompok Peduli Lingkungan (Keliling) SMAN I tersebut. Pelajar lainnya, Jacintha Thesara (16) dari SMA Swasta Katolik Gembala Baik, menulis karya "Pembuatan Etanol dari Ampas Tebu sebagai Energi Alternatif Ramah Lingkungan untuk Menyelamatkan Lapisan Ozon." Tebu atau Saccharium officinarium merupakan tanaman industri yang digunakan dalam produksi gula. Perkebunan tebu di Indonesia menghasilkan beberapa jenis limbah, salah satunya ampas tebu.Dalam proses produksi di pabrik gula dihasilkan ampas tebu sebesar 90 persen dari setiap tebu yang diproses. Ampas tebu merupakan limbah organik mengandung selusosa. Kadar selulosa dalam ampas tebu mencapai 37,65 persen. Menurut dia, konversi selulosa dari ampas tebu menjadi etanol dilakukan melalui proses dua langkah, yakni pengubahan selulosa menjadi monosakarida. Selanjutnya monosakarida difermentasi menjadi etanol. Konversi selulosa menjadi monosakarida dilakukan melalui hidrolisis. Etanol sangat berpotensi besar sebagai bahan bakar alternatif, karena etanol dapat dibakar dengan bersih. Etanol dapat terurai secara biologis dan memiliki tingkat pencemaran yang rendah terhadap lingkungan daripada bahan bakar konvensional semisal bensin. "Sehingga, penyelamatan terhadap lapisan ozon dapat dilakukan," imbuhnya.Ia mengemukakan, etanol dapat digunakan dengan mencampurnya pada bensin yang disebut gasohol. Etanol mempunyai tingkat oktan -- angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan -- lebih tinggi dibandingkan dengan bensin biasa.Saat dicampur bensin, kadar oktan bensin meningkat sekitar tiga angka. Sehingga hasil kinerja mesin juga akan meningkat, kata siswa kelas XI IPA itu. Kepala Bapedalda Kalbar, Tri Budiarto, menyatakan dampak yang ditimbulkan dari penipisan lapisan ozon tidak dirasakan langsung oleh masyarakat."Namun, karena dampaknya cukup luas dan tidak hanya dirasakan oleh satu kelompok masyarakat saja tetapi akan dirasakan seluruh masyarakat dunia. Isu penipisan lapisan ozon harus menjadi perhatian kita bersama," katanya.Oleh karena itu, lanjutnya, penanganannya memerlukan kerjasama berbagai pihak di tingkat nasional maupun internasional. Indonesia telah menetapkan komitmen untuk ikut serta secara aktif dalam upaya perlindungan lapisan ozon melalui Keputusan Presiden No. 23 tahun 1992 tentang Ratifikasi Konvensi Wina dan Protokol Montreal. Konvensi Wina merupakan kesepakatan masyarakat internasional untuk melindungi lapisan ozon. Menurut Tri Budiarto, pelaksanaan program perlindungan lapisan ozon bukan hanya tanggung jawab Kementerian Lingkungan Hidup, tetapi juga merupakan tanggungjawab bersama. Karena masyarakat sebagai pengguna barang-barang dan bahan yang mengandung BPO. Perlindungan lapisan ozon perlu melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk para pelajar sebagai "agent of enviroment" di masa mendatang.Pemilihan bentuk kampanye perlindungan lapisan ozon melalui lomba karya tulis ilmiah, menurut kepala Bapedalda itu, dalam rangka mensosialisasikan gerakan perlindungan lapisan ozon sampai ke tingkat pelajar. Karena disadari mereka nantinya adalah para pelaku dan pengelola lingkungan hidup masa depan. "Melalui mereka pula, diharapkan informasi tersebut akan disebarluaskan kepada masyarakat," jelasnya. Menurut ia lagi, sosialisasi yang dilakukan anggota keluarga diharapkan akan lebih menyentuh dan mengenai sasaran dibandingkan jika dilakukan oleh pihak luar. Sehingga sosialisasi yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien. Sementara itu, seorang pelajar dari SMAN 7 Pontianak, Sri Lestari, mengajak masyarakat meminimalisir pemanasan global melalui sel elektrokimia sebagai alternatif pengganti bahan bakar. Beberapa langkah dapat dilakukan untuk menjawab permasalahan pengendalian lingkungan karena polutan kendaraan bermotor yang adaftif pada lingkungan. Pengembangan aspek itu bermuara pada pengembangan penggunaan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak. Yakni dengan pemanfaatan sel elektrokimia. Pemanfaatan sel elektrokimia sebagai alternatif pengganti bahan bakar, dikembangkan sebagai pembangkit energi yang ramah lingkungan serta bersifat ekonomis. Didasari dengan reaksi redoks, gabungan dari reaksi reduksi dan oksidasi yang berlangsung pada elektroda yang sama atau berbeda sehingga menghasilkan reaksi. Menurut pelajar kelas XII IPA itu, sel elektrokimia sebagai salah satu solusi sumber energi masa depan yang memiliki efisiensi tinggi dan dijadikan bahan bakar ramah lingkungan, sesuai prinsip pada sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik. Nurvia Sary (16), pelajar SMA Gembala Baik, menyatakan memulihkan ozon sama artinya denga menyelamatkan bumi dan sama artinya dengan menyelamatkan diri kita sendiri maupun orang-orang yang dikasihi. Pulihnya ozon, berarti satu keadaan bumi yang lebih baik untuk ditinggali. Ia menyatakan, masyarakat dapat menjadi masyarakat taat hukum yang mau melaksanakan isi perjanjian perlindngan lapisan ozon yang pernah dibuat. Selain itu, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memulihkan ozon, di antaranya mengurangi atau tidak menggunakan lagi berbagai senyawa kimia yang dapat merusak ozon. "Jadilah seorang konsumen yang ramah ozon selalu membeli produk berlabel `Ozone friendly` atau `free CFC`," katanya. Kemudian memperingati hari "Ozon Sedunia" dengan melakukan aksi meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat pada kondisi ozon kini, semisal membagikan buku komik kecil yang menceritakan ketidakberdayaan bumi karena rusaknya ozon. Bisa pula menggelar spanduk mengajak masyarakat bekerja sama dalam upaya pemulihan ozon. Termasuk memberikan penyuluhan mengenai dampak kerusakan ozon, cara penanggulangan, pengenalan bahan, proses, produk dan teknologi yang aman bagi lingkungan. Mengadakan berbagai perlombaan yang dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Lomba karya tulis ilmiah, lomba pidato, lomba membuat essay, dan lomba pembuatan komik.Mengadakan berbagai penelitian dan membuat berbagai proyek yang berguna dalam memulihkan ozon, misalnya mencari bahan alternatif pengganti CFC dan HCFC yang lebih aman bagi lingkungan. Karena itu, mari kita mengulurkan tangan, melangkah, dan turut berpartisipasi dalam upaya pemulihan ozon, kata pelajar tersebut.

Baik Nico Sumadi, Irwanti Dwi Maha Purna, Costan Tryono Parulian Rumapea, Jacintha Thesara, Sri Lestari maupun Nurvia Sary, hanya sebagian kecil dari banyak pelajar yang agaknya ingin berperan dalam melindungi lapisan ozon dari kerusakan yang semakin parah. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2009

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA