Apa budaya yang dibawa Ras Proto Melayu dan Deutro Melayu?

Proto Melayu adalah sebutan untuk ras Melayu yang datang pada gelombang pertama. Foto: Sumber Sejarah

Proto Melayu adalah istilah yang digunakan untuk menyebut penduduk suku bangsa atau ras Melayu yang datang pada gelombang pertama migrasi pendudukan di nusantara. Selain Proto Melayu, terdapat gelombang lainnya yang disebut dengan Deutro Melayu.

Sebenarnya, kedua ras ini tidak mempunyai perbedaan arkeologi dasar. Namun, kedua istilah ini kemudian dijadikan pembeda antara ras Melayu berdasarkan kedatangannya.

Proto Melayu juga dikenali dengan sebutan Melayu Tua dan kini turunan sukunya banyak terdapat di Indonesia. Untuk memahami lebih lanjut mengenai Proto Melayu, simak penjelasan di bawah ini.

Definisi Proto Melayu tertera dalam Buku Siswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) SMP/MTs Kelas 7 terbitan Gramedia Widiasarana Indonesia.

Buku tersebut menyatakan bahwa suku bangsa atau ras Proto Melayu adalah ras yang dianggap sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Mereka berasal dari Daratan Asia atau tepatnya Yunan di Asia Utara dan datang ke Indonesia dalam berbagai gelombang.

Setelah ditinggali oleh suku bangsa Vedda dalam jangka waktu lama, Kepulauan Indonesia didatangi oleh banyak pendatang yang jumlahnya lebih banyak dari penduduk asli.

Pendatang baru ini membawa budaya baru. Budaya baru ini dikenali dengan sebutan budaya neolitik. Menurut para ahli, kedatangan dari para pendatang baru ini dibagi menjadi beberapa gelombang. Salah satunya Proto Melayu.

Penduduk Proto Melayu memiliki ciri-ciri berupa, rambut lurus, kulit kuning kecoklatan-coklatan, dan bermata sipit.

Keturunan bangsa Proto Melayu yang hidup di Behrang. Foto: Wikipedia Commons

Bagaimana Sejarah Kedatangan Proto Melayu ke Indonesia?

Menurut Mariana, M.Pd dalam Modul Sejarah Indonesia Kelas X, penduduk Proto Melayu sekitar 1500 tahun SM. Kelompok Proto Melayu memasuki wilayah nusantara melalui dua jalur, yakni jalur barat melalui Malaysia dan pulau Sumatera dan jalur utara atau Timur melalui Filipina dan pulau Sulawesi. Berikut penjelasannya.

Jalur Barat ialah jalur yang dilewati oleh gelombang pertama para penduduk yang berdatangan dari daerah Yunnan di Cina Selatan yang masuk ke wilayah Indochina kemudian berlanjut Semenanjung Malaysia kemudian memasuki ke dalam wilayah pulau Sumatera. Berikut alurnya:

  • Cina Selatan - Indochina - Semenanjung Malaya - Pulau Sumatera

Kedatangan kedua menggunakan jalur timur, yakni para pendatang berasal dari Kepulauan Ryukyu, Jepang yang kemudian menggunakan Jalur laut ke Taiwan, melewati Filipina sampai ke kepulauan Sangir dan akhirnya masuk Pulau Sulawesi. Untuk memahami rute jalur Timur, berikut ilustrasinya:

  • Kepulauan Ryukyu - Taiwan - Filipina - Pulau Sulawesi

Kebudayaan Bangsa Proto Melayu

Bangsa Melayu Tua atau Proto Melayu diperkirakan memiliki kebudayaan yang lebih tinggi dibandingkan manusia purba. Kebudayaan bangsa ini juga disebut dengan kebudayaan batu baru atau neolithikum.

Walaupun di antara semua peralatan bangsa Proto Melayu menggunakan batu, semua alatnya dibuat menggunakan proses yang lebih maju dibandingkan manusia purba, bahkan sudah dihaluskan sehingga tidak kasar seperti yang digunakan manusia purba.

Hasil budaya bangsa Proto Melayu yang terkenal adalah kapak persegi yang banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian barat. Sementara itu, di bagian Timur, telah terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi dan kapak lonjong yang dibawa oleh orang Austranesia yang datang dari jalur Filipina.

Johan Setiawan, Wahyu Ida Permatasari



Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses masuk dan persebaran peninggalan kebudayaan Proto-Deutero Melayu di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan langkah sebagai berikut: (1) heuristik, (2) kritik sumber, (3) interpretasi, (4) historiografi. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: (1) Proto-Melayu berlayar dan menetap di Indonesia sekitar 3000 SM melalui dua jalur yaitu: Jalur barat dari Yunan melalui Selat Malaka kemudian masuk ke Pulau Sumatra dan masuk ke Pulau Jawa. Jalan utara (timur) yaitu dari Yunan berpindah melalui Formosa kemudian masuk ke Filipina dilanjutkan penyeberang ke Pulau Sulawesi dan masuk ke Pulau Papua, sedangkan Deutero-Melayu masuk ke wilayah Indonesia tahun 200 SM melalui jalur Barat yaitu dari Yunan lalu Vietnam, Malaysia, hingga akhirnya tiba di Indonesia, (2) Proses Persebaran Budaya Proto-Melayu di Indonesia dengan bertempat tinggal menetap, bersawah atau menanam padi,  berternak, bermasyarakat, berperahu cadik, membuat kain dari kulit kayu, menggembangkan gaya seni tertentu dan membawa kebudayaan batu muda (Neolitikum) berupa gerabah, beliung persegi, kapak lonjong dan tembikar. Sedangkan peninggalan kebudayaan Deutero-Melayu di Indonesia terbuat dari perunggu dan logam, yaitu kapak corong, nekara, perhiasan dan manik-manik. Perhiasan dan manik-manik inilah yang nantinya semakin memperjelas status sosial yang berkembang di masyarakat Nusantara.



Proto-Melayu, Deutero-Melayu, Kebudayaan.



Aris, Daud Tanudirjo. 2011. Indonesia dalam Arus Sejarah. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.

Cecep, R Eka Permana. 2012. “Tinggalan Budaya Proto-Melayu dan Deutero-Melayu di Indonesia dan Malaysia dan Dampaknya pada Penguatan Kebudayaan Melayu Kini†dalam Seminar Antarabangsa Perantauan Sumatera-Semanjung Malaysia, Sabah dan Sarawak di Universiti Sains Malaysia.

Coedes, George. 2010. Asia Tenggara Masa Hindu-Budha. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Gede, I Pitana. 2011. Austonesia Melanesia di Nusantara: Mengungkap Asal-usul dan Jati Diri Temuan Arkeologis. Yogyakarta: Ombak

Heekeren, H.R. Van. 1958. The Bronze-Iron Age of Indonesia. s-Gravenhage: KITLV, Verhandelingen.

Idi, Adullah. 2011. Bangka: Sejarah Soial Cina-Melayu. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Michel, Paul Munoz. 2009. Kerajaan-kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia: Perkembangan Sejarah dan Budaya Asia Tenggara Zaman Prasejarah-Abad XVI. Yogyakarta: Mitra Abadi.

Philippe, Bernard Groslier. 2002. Indocina Persilangan Kebudayaan, Jakarta: Gramedia.

Soekmono R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta: Kanisius.

Vlekke, Bernard H.M. 2010. Nusantara: Sejarah Indonesia, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.


DOI: https://doi.org/10.29408/fhs.v3i1.667

  • There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan

Apa budaya yang dibawa Ras Proto Melayu dan Deutro Melayu?


This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats