Apa artinya benih yang jatuh di antara semak dan dihimpit semak?

Tanggal                       : 20 Januari 2008

Pengkhotbah          : Ev. Baju Widjotomo

Tema                           : Perumpamaan Benih yang Ditabur

Nats                             : Markus 4:1-20, Lukas 8:4-15, Matius 13:1-23

LAI memberikan judul: Perumpamaan tentang penabur, tetapi saya memberikan tema: Perumpamaan tentang benih yang ditabur, karena jika melihat seluruh konteksnya, bukan penabur tersebut yang menjadi fokus melainkan benih yang ditabur. Perumpamaan ini ditulis dalam ketiga kitab Injil, yaitu Matius, Markus dan Lukas, tetapi memiliki penjelasan dan penekanan yang berbeda. Lukas menulis bagian ini lebih singkat daripada Matius dan Markus. Bagi Matius perlu disebutkan nama Yesaya, tetapi di dalam Injil Markus dan Lukas, nama Yesaya tidak disebutkan. Mengapa? Karena Matius menulis untuk orang Yahudi yang mengerti PL  sehingga mereka tahu darimana sumbernya sekaligus merupakan penggenapan nubuat nabi Yesaya. Injil Lukas menulis dengan detail: “Orang banyak datang berbondong-bondong dari kota ke kota menggabungkan diri…” Berarti  nama Tuhan Yesus sudah terkenal dan Ia mengajar dengan begitu berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala, sehingga banyak orang ingin datang melihat dan mendengar-Nya.

Cara Tuhan Yesus mengajar dengan perumpamaan sangat unik sekaligus paradoks. Ia memberikan banyak sekali perumpamaan, tetapi apakah semua orang mengerti dengan tepat? Ada yang kelihatannya memperhatikan tetapi tidak mengerti, ada yang mungkin pura-pura mengerti tetapi tidak mengerti. Begitu banyak orang yang datang dengan berbagai respon tetapi Tuhan Yesus mengetahui motivasi setiap mereka yang ikut mendengar. Tidak semua datang untuk mendengar dengan sungguh-sungguh, sebagian datang hanya untuk mengkonfirmasi siapa Tuhan Yesus, sebagian lagi hanya ingin mencari kesalahan  Tuhan Yesus. Pada waktu Tuhan Yesus akan disalib, banyak saksi-saksi palsu yang sebenarnya adalah orang yang pernah mendengar perumpamaan Tuhan Yesus. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan dari awal: “Aku memberikan perumpamaan kepadamu, ada seorang penabur menabur benih.” Ini menegaskan bahwa pengajaran boleh diberikan, firman boleh diberitakan, tetapi bagaimanakah hasilnya? Tidak semuanya sama. Alkitab tidak mengatakan bahwa Tuhan Yesus memberi penjelasan perumpamaan kepada orang banyak, dan dari ribuan orang banyak yang mendengar, tidak ada satupun yang bertanya. Alkitab hanya menuliskan bahwa dalam kesempatan lain barulah murid-murid datang bertanya kepada Tuhan Yesus mengapa Ia berkata-kata dalam perumpamaan.

Sekali lagi ketika kita membaca perumpamaan, prinsipnya jangan didetail, karena setiap perumpamaan memiliki fokus tertentu yang mau disampaikan. Kita mungkin bisa salah mengerti dengan  menyalahkan penaburnya, mengapa  menabur di pinggir jalan, di tanah yang berbatu-batu, dan semak duri? Bukan berarti Tuhan Yesus tidak mengerti hal ini, tetapi Ia sengaja memberikan perumpamaan itu supaya orang lain juga sadar bahwa menabur pasti harus di tanah yang baik. Jika benihnya adalah benih yang sama, bermutu, mempunyai kualitas yang tinggi dan jatuh di tanah yang baik maka benih pasti bertumbuh, tetapi jika jatuh di tanah yang salah maka pasti tidak akan bertumbuh. Problemnya mengapa benih tidak bertumbuh? Siapakah yang salah jika benih tidak bertumbuh? Tidak ada yang mengetahui arti perumpamaan itu dan tidak ada yang berani bertanya. Ini menjadi kebiasaan orang Kristen yang tidak berani mengkonfirmasi dan mengkritisi   pengkhotbah jika salah menyampaikan firman Tuhan.

Dalam Injil Lukas  dijelaskan  bahwa murid-murid sendiri yang akhirnya menanyakan arti perumpamaan ini. Dalam Injil Matius, sebelum sampai kepada arti perumpamaan itu, dijelaskan bahwa murid-murid-Nya mengeluh: “Mengapa Engkau berbicara kepada mereka dengan perumpamaan?” Seolah-olah para murid ingin menjadi pembela bagi banyak orang yang tidak mengerti, tetapi Tuhan mengetahui hati mereka  yang datang karena ingin melihat mujizat atau ingin makan kenyang.

Ketika Yesus sendirian, barulah pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid  bertanya: “Mengapa Engkau berbicara kepada mereka dalam perumpamaan?” (Mark. 4:10). Tidak ditulis bahwa Tuhan Yesus  memberikan jawaban yang memuaskan mereka. Tuhan Yesus menjawab: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.” (Mat. 13:11-15). Kalimat ini tidak ada dalam Injil Markus dan Lukas. Injil Markus 4:11-12 mengatakan kalimat yang sedikit berbeda.

Kalimat ini sangat keras dan tajam dan murid-murid mungkin takut mendengar kalimat ini. Tuhan mengetahui isi hati manusia, apakah mereka benar-benar rindu untuk mendengar-Nya atau tidak? Kemudian Tuhan mengatakan: Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.” (Mat. 13:16-17). Ini berarti para murid mendapat anugerah yang besar.

Di dalam bagian ini ada beberapa hal yang menyebabkan firman itu tidak bertumbuh:

1. Iblis berusaha segera merampas firman

Iblis sangat tidak suka anak Tuhan membaca firman Tuhan, maka ia selalu berusaha cepat, segera menghalangi, merampas, membuat orang tidak mengerti dan memutarbalikkan firman yang ditaburkan, sebelum firman itu bertumbuh. Maka setiap pemberitaan firman Tuhan adalah peperangan rohani. Saat yang paling tidak disukai oleh iblis adalah saat anak Tuhan membaca firman Tuhan. Berapa banyak waktu yang kita sediakan untuk membaca firman Tuhan? Apakah setiap hari kita merenungkan firman Tuhan? Setiap kali kita ingin membaca Alkitab Iblis selalu berusaha menghalang kita, maka untuk membaca Alkitab perlu perjuangan. Zaman Abraham dan Musa belum ada Alkitab yang lengkap. Saat ini Alkitab sudah lengkap, tetapi banyak orang Kristen yang malas membaca Alkitab. Yang lebih aneh ada yang berusaha mencari wahyu baru di luar Alkitab. Inipun pekerjaan Iblis supaya manusia meninggalkan firman Tuhan yang sejati. Setiap wahyu baru di luar Alkitab pada dasarnya bukan berasal dari Tuhan, melainkan dari Iblis. Alkitab dengan jelas mengatakan: …“Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus…” (Wahyu 22:18-19).

Alkitab ditulis dari Kejadian sampai Wahyu untuk menegaskan bahwa kitab suci ini sudah selesai. Inilah wahyu Allah seluruhnya, cukup untuk memahami isi hati Allah. Saat ini banyak pendeta yang bersaksi pernah jalan-jalan ke sorga atau neraka. Namun inilah yang disukai banyak orang, sedangkan setan sendiri belum pernah melihat neraka karena waktunya belum tiba. Ini menunjukkan pengkhotbah tersebut tidak pernah belajar dan memakai otoritas diri sendiri. Sangat jarang pengkhotbah yang mau belajar lebih teliti, menggumulkan dengan serius dan meminta pimpinan Tuhan sehingga dapat menafsirkan Alkitab dengan benar. Maka kita perlu melihat perumpamaan ini dari ketiga kitab Injil supaya boleh mengerti dan menangkap nuansanya. Orang yang tidak mau belajar mengatakan bahwa ini bukanlah firman Allah karena apa yang ditulis oleh Matius, Markus dan Lukas tidak sama. Tetapi jika kita teliti maka kita melihat ketiganya mempunyai penekanan serta penjelasan yang saling melengkapi dan mengisi.

2.  Pencobaan dan Penganiayaan

Dalam Injil Matius dituliskan: “Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu…” Sedangkan Lukas menulis: “Benih yang jatuh di tanah yang berbatu….” Seorang yang berbicara, mengajar, dan memberitakan firman Tuhan adalah orang yang menabur. Ada yang jatuh di pinggir jalan, tetapi tidak dapat bertumbuh karena segera di makan oleh burung-burung, sebagian benih yang jatuh di tanah yang berbatu, artinya orang tersebut menerima dengan gembira dan benih tersebut masih sempat bertumbuh, tetapi tidak bisa berakar, mereka hanya percaya sebentar saja, dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit dan hancur dalam masa pencobaan kemudian mati. Tantangan seharusnya membuat mereka semakin teguh. Orang yang tanah hatinya begitu keras, ketika mendengar firman ia menerima dengan gembira tetapi tidak berakar sehingga ketika penganiayaan terjadi ia tidak bisa bertahan. Kalau kita perhatikan, firman itu seperti benih yang mempunyai potensi untuk berakar, bertumbuh dan berbuah. Begitu menyedihkan banyak orang Kristen yang mulai mundur dari Tuhan ketika penganiayaan dan pencobaan terjadi, kemudian mengatakan Tuhan itu jahat. Tuhan mengetahui isi hati setiap orang, banyak yang hanya berpura-pura, dan hal ini terbukti ketika Tuhan Yesus disalibkan, semua murid juga pergi meninggalkan-Nya.

3. Kekuatiran, Tipu Daya Kekayaan, dan Kenikmatan

Ketiga hal ini menjadi trilogi, tiga hal yang menjadi satu penyebab firman tidak bisa bertumbuh. Apakah tujuan hidup manusia? Banyak orang ingin nikmat kaya raya, seperti satu semboyan: muda kaya raya, tua sejahtera, dan mati masuk sorga. Banyak orang menginginkan kenikmatan hidup sehingga di dalamnya tidak ada kekuatiran karena sudah ada kekayaan yang menjadi pondasi dan benteng hidup. Apakah hidup itu? Orang dunia berkata bahwa hidup adalah kalau tidak kuatir, bisa menikmati semuanya karena memiliki kekayaan. Ketika Tuhan Yesus dicobai, iblis menawarkan kenyamanan, kekayaan dan semua kebutuhan hidup yang terjamin. Ketiga hal ini juga yang seringkali menggoda orang Kristen sampai saat ini.

Ketika firman disampaikan, kekuatiran, kekayaan, dan kenikmatan hidup yang ditawarkan iblis sempat bertumbuh bersama-sama sebagai semak duri. Orang yang menerima semuanya tentu akan menghadapi bahaya yang besar karena semak duri bertumbuh lebih cepat, inilah sifat kejahatan. Sebaliknya, benih yang baik, meski lebih kecil karena ia membangun akar ke bawah semakin dalam,  tumbuh dengan kokoh dan batangnya makin lama makin besar, pohonnya  menunggu sampai siap menghasilkan buah. Benih yang jatuh di semak duri selalu dihimpit sehingga tidak menghasilkan buah. Apakah yang menyebabkan benih itu tidak bertumbuh? Karena masih ada semak belukar di dalamnya. Tuhan Yesus mengetahui banyak yang datang bukan untuk mendengar firman, tetapi datang hanya ingin mencari kenikmatan, kemakmuran, cara memperoleh semuanya itu dan rasa aman. Inilah racun yang sangat menakutkan yang diajarkan teologi kemakmuran. Yang dipelihara bukan benih yang ditabur melainkan semak belukarnya.

Tanah yang baik adalah orang yang mendengar firman dan mengeluarkan buah yang baik

Pada bagian akhir Tuhan Yesus memberikan penjelasan. Tanah yang baik adalah orang yang yang setelah mendengar firman itu menyimpannya dalam hati dan mengeluarkan buah dalam hidupnya. Bagaimanakah kita dapat menyimpan firman itu dengan baik? Bagaimanakah kita bisa mengeluarkan buah dalam ketekunan sehingga firman boleh bertumbuh, berbuah dan buah itu masak hingga siap dinikmati? Tuhan Yesus memberitahukan rahasianya: “Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar” (Matius 13:16); “Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan.”(Markus 4:11); “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diceritakan dalam perumpamaan…”(Lukas 8:10).  Ini adalah rahasia yang besar. Murid-murid-Nya mengeluh: “Mengapa Engkau berbicara kepada mereka dengan perumpamaan?” Murid-murid mengganggap diri mereka mengerti dan orang lain tidak mengerti. Maka Tuhan Yesus berkata: “Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain?” Murid-murid baru sadar bahwa sesungguhnya mereka pun tidak mengerti arti sesungguhnya dari perumpamaan ini. Setelah itu barulah Tuhan menjelaskan arti perumpamaan ini kepada mereka.

Bagaimanakah kita dapat mengerti? Kita dapat mengerti karena diberi karunia untuk mengerti. Ini merupakan intisari yang ingin disampaikan. Itu sebabnya ketika kita bisa memahami firman, kita menyimpannya baik-baik, kita melakukannya baik-baik, karena tidak semua orang diberi karunia untuk bisa mengerti firman. Tuhan Yesus berkata: “Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.” Ini kalimat yang paradoks. Banyak orang berpikir jika ia belajar dengan tekun ia dapat mengerti firman dengan sendirinya. Ini tidak mungkin. Ketika kita memperlajari firman, kita harus meminta pertolongan Roh Kudus untuk mengerti firman, tidak mengalami kesalahan dalam menafsirkan karena Roh Kudus adalah Roh yang memimpin kita kepada kebenaran.

Kita bersyukur mempunyai firman yang lengkap dan dari pendengaran akan firman akan timbul iman. Ketika mata rohani kita dicelikkan untuk melihat kebenaran firman maka iman kita bertumbuh. Semuanya karena anugerah Tuhan. Kiranya kita betul-betul menjadi orang Kristen yang setia kepada Alkitab, yang terus bertumbuh dan mewarisi buah- buah yang kekal bagi generasi yang akan datang, karena firman itu benar-benar bertumbuh tiga puluh kali lipat, enam puluh kali lipat dan  seratus kali lipat. Amin.