Agar peta dapat dibaca letaknya dengan pasti maka setiap peta harus mencantumkan

Peta adalah suatu gambar permukaan bumi dengan skala tertentu dan digambarkan pada bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Dalam suatu peta, terdapat beberapa komponen, diantaranya :

  1. Judul peta
  2. Garis astronomis dan garis tepi peta
  3. Simbol peta, lettering, dan warna peta
  4. Arah mata angin atau orientasi
  5. Legenda
  6. Sumber peta
  7. Tahun pembuatan peta
  8. Skala peta
  9. Inset peta
  10. Indeks peta

Ukuran luas peta bukan merupakan komponen suatu peta, sehingga dapat disimpulkan jawaban yang tepat adalah E.

Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi. Banyak peta mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan yang sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas. Syarat-syarat peta 1. Peta harus rapi dan bersih 2. Peta tidak boleh membingungkan 3. Peta harus mudah dipahami 4. Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya 5. Peta harus ada indeks,daftar isi,keterangan Fungsi 1. Menyeleksi data 2. Memperlihatkan ukuran 3. Menunjukkan lokasi relatif 4. Memperlihatkan bentuk Unsur-unsur 1. Judul Peta 2. Legenda / keterangan 3. Tanda arah / Orientasi 4. Skala 5. Inset 6. Sumber dan Tahun pembuatan peta 7. Simbol dan Warna 8. Proyeksi Peta

9. Peta

Peta merupakan gambaran wilayah geografis, biasanya bagian permukaan bumi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Peta dapat menunjukkan banyak informasi penting, mulai dari supply listrik di daerah Anda sampai daerah Himalaya yang berbukit-bukit atau sampai kedalaman dasar laut. 10. Peta bisa menjadi petunjuk bagi pelancong/wisatawan, atau menjelaskan dunia dengan menyertakan jenis informasi geografi khusus. Peta juga dapat mengundang eksplorasi. Sebagai contoh, peta berwarna Pulau Marquases dengan pelabuhan yang eksotik seperti Hakapehi di Nuku Niva mungkin kedengaran menarik bagi seseorang. Dengan kata lain, peta yang berisi banyak detail yang menarik dari suatu daerah/wilayah dapat menggoda/menarik orang lain ke wilayah tersebut. 11. Peta dapat digambar dengan berbagai gaya, masing-masing menunjukkan permukaan yang berbeda untuk subjek yang sama yang memungkinkan kita untuk men-visualisasikan dunia dengan mudah, informatif dan fungsional. Beberapa fakta dan skill yang sederhana akan dijabarkan di sini guna membantu anda menggunakan peta dengan efektif. Tetapi sebelumnya, perhatikan beberapa fakta penting berikut ini : 12.

13. 1. Tidak ada peta yang sempurna

Orang membuat peta dari data yang mereka kumpulkan dengan alat tertentu. Sekalipun peta dibuat dengan menggunakan komputer, tetapi tergantung pada program dan mesin yang didesain oleh manusia. Manusia membuat kesalahan dan mesin total tidak pernah akurat. Tidak ada alat untuk merekam setiap detail lansekap. 14. Peta – bagaimanapun juga – dapat melakukan error (salah) dan tidak akurat. Data atau kartografi yang salah bisa membuat letak desa/kampung tertentu tidak tepat pada peta, atau puncak pegunungan tidak setinggi yang muncul pada peta.

Kartografer (pembuat peta) yang menggunakan alat tradisional, seperti merekam data dengan manual atau menggunakan fotografi altitude tinggi, terbatas pada seberapa banyak objek yang terekam oleh mereka dan seberapa kecil objek yang dapat terekam. Objek yang terlalu kecil bisa jadi tidak akurat ditempatkan atau malah bisa tidak muncul.

Alat modern seperti fotografi yang menggunakan satelit resolusi tinggi mampu merekam detail sampai resolusi beberapa meter. Sebagian besar permukaan objek yang penting dapat terekam dengan imagery untuk kemudian dialihkan menjadi peta atau foto dengan akurasi yang lebih tinggi, tetapi tetap masih harus diinterpretasikan lagi dan masih ada data yang error. 15.

16. 2. Peta selalu menjadi tidak update, tidak lama menunjukkan keakuratan dunia

Hal ini disebabkan dunia secara konstan berubah baik secara fisik maupun secara kurtural/budaya. Teknologi modern menyediakan solusi komputer yang memungkinkan kita memperbaharui peta dengan mudah tanpa menggambar ulang. Bagaimanapun informasi yang tepat patut dipertimbangkan. Perubahan dunia tetap harus dikumpulkan secara periodik dan digunakan untuk memperbaiki database peta.

3. Peta adalah bias.

Peta umumnya tidak menunjukkan setiap penampakan area topografi secara terpisah misalnya setiap pohon, rumah, atau jalan sehingga kartograf harus menentukan proyeksi dan skala peta dan jumlah detail yang tersedia. Tujuan pemetaan dan latar belakang budaya Kartograf juga sering berpengaruh pada proses ini, yang disebut dengan generalisasi. Informasi pada peta dan bagaimana distorsi terjadi juga berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang tentang dunia dan apa yang mereka lakukan. 17. 18.

Jenis Peta

Berdasarkan temanya, peta dapat dibagi menjadi tiga kategori. Yang pertama, peta umum, biasanya terdiri dari banyak tema dan memberikan gambaran umum. Peta umum biasanya praktis, menunjukkan dunia yang memungkinkan orang dari satu ujung menuju ujung lain tanpa tersesat, atau menunjukkan layout keseluruhan suatu tempat yang belum dikenal tanpa harus pergi ke sana. Contoh peta umum adalah peta jalan suatu negara yang juga menunjukkan kota besar, pegunungan, sungai, landmark dan lain-lain. 19. Yang kedua, adalah peta tematik, yang terdiri dari satu atau beberapa tema dengan informasi yang lebih dalam/detail. Peta tematik juga dapat menunjukkan hampir semua jenis informasi yang beragam dari satu tempat ke tempat lain. Contoh peta tematik adalah peta penyebaran penduduk atau tingkat penghasilan menurut negara, propinsi atau kabupaten, dengan masing-masing bagian diberi warna yang berbeda untuk menunjukkan tingkat relativitas jumlah penduduk atau penghasilan. 20. Peta kategori ketiga adalah grafik, di mana keakuratan peta rute perjalanan digunakan untuk navigasi laut dan udara. Ini harus sering diupdate sehingga kapten atau pilot mengetahui bahaya yang terjadi di sepanjang rute mereka. 21. Peta dapat dibuat dengan berbagai bentuk. Peta pertama mungkin dibuat manusia dengan menggambar garis di pasir atau batu kerikil dan ranting kecil disusun di atas tanah. Peta modern diterbitkan untuk penggunan yang lebih lama oleh manusia. Peta cetak adalah bentuk yang paling sederhana. Peta cetak menggambarkan dunia sebagai bidang datar dalam dua dimensi. Dalam peta cetak, relief gunung dan lembah ditunjukkan dengan simbol khusus untuk memperbaiki kekurangan “tingkat kedalaman”, di mana hal tersebut adalah dalam bentuk tiga dimensi. Jadi, peta relief adalah peta bidang datar dengan penambahan tonjolan dan lekukan untuk menunjukkan perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi. Tonjolan dan lekukan ini biasanya dibuat dari tanah liat atau plastik. 22. Peta berbasis komputer (digital) lebih serba guna. Peta yang terprogram akan lebih dinamis karena bisa menunjukkan banyak view yang berbeda dengan subjek yang sama. Peta ini juga memungkinkan perubahan skala, animasi gabungan, gambar, suara, dan bisa terhubung ke sumber informasi tambahan melalui internet. Peta digital dapat diupdate ke peta tematik baru dan bisa menambahkan detail informasi geografi lainnya. Hal ini disebabkan informasi baru dapat dimasukkan ke dalam database setiap saat. Mempunyai peta digital sama seperti mempunyai selusin peta tematik cetak yang meng-overlay daerah tertentu yang terhubung secara elektronik ke sebuah perpustakaan besar dalam tema utama atau yang berhubungan dengan tema utama. 23. Penggunaan peta tergantung pada jenis peta yang ada dan jenis informasi yang diinginkan dari peta tersebut. Dalam kasus peta sederhana, hanya satu atau dua jenis informasi yang mungkin tersedia sehingga sedikit atau bahkan tidak perlu keahlian membaca peta untuk menggunakannya. Sebagai contoh, sketsa lingkungan sekitar (tetangga) hanya menunjukkan hubungan rumah utama dengan sudut jalan atau jaraknya dari suatu pasar atau sekolah. Semua orang dapat menggunakan peta seperti ini. Peta lengkap dapat menggambarkan jarak yang sebenarnya, lokasi lahan dengan tepat, elevasi, vegetasi dan aspek lainnya. Untuk menginterpretasikan peta lengkap seperti ini, diperlukan beberapa keahlian dasar membaca peta. 24. 25. Komponen Peta 26.

27. – Proyeksi

Permukaan bumi adalah bidang lengkung, dan peta – baik yang tercetak maupun dalam bentuk gambar di layar komputer – adalah bidang datar. Artinya, semua peta tidak terkecuali globe (bola dunia) mengalami distorsi dari bumi yang sebenarnya. Untuk wilayah yang lebih kecil, distorsi tidak signifikan karena wilayah yang kecil dalam globe kelihatan seperti permukaan datar. Untuk wilayah yang lebih luas atau untuk tujuan yang butuh akurasi yang tinggi, bagaimanapun distorsi merupakan hal yang sangat penting. 28. Kita dapat melihat bagaimana distorsi peta terjadi jika kita melihat kulit jeruk. Ketika permukaan luar lengkungan jeruk dikupas dan diletakkan mendatar, hamparan kulit akan dalam potongan yang terpisah. Kartografer menghadapi masalah yang sama ketika memetakan permukaan bumi. Mereka harus memindahkan bagian geografis dengan cara tertentu, menarik dan menggabungkan kembali bagian-bagian tersebut secara bersamaan agar menjadi peta datar yang nyambung.

29. Pada prinsipnya, proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bola (bidang lengkung) ke bentuk bidang datar dengan persyaratan; bentuk yang diubah harus tetap sama, luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap.

Untuk memenuhi ketiga syarat itu sekaligus merupakan hal yang tidak mungkin.
Untuk memenuhi satu syarat saja bagi seluruh bola dunia, juga merupakan hal yang tidak mungkin. Yang bisa dilakukan hanyalah satu saja dari syarat di atas untuk sebagian kecil permukaan bumi.

Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar, harus dilakukan kompromi antara ketiga syarat di atas. Ini mengakibatkan lahirnya bermacam jenis proyeksi peta. Beberapa jenis proyeksi yang umum adalah silinder/tabung (cylindrical), kerucut (conical), bidang datar (zenithal) dan gubahan (arbitrarry)

Jenis proyeksi yang sering kita jumpai sehari-hari adalah proyeksi gubahan, yaitu proyeksi yang diperoleh melalui perhitungan. Salah satu proyeksi gubahan yang sering digunakan adalah proyeksi Mercator. Proyeksi ini merupakan sistem proyeksi Silinder, Konform, Secant, Transversal. 30.

31. – Skala

Ukuran peta dalam hubungannya dengan bumi disebut dengan skala, biasanya dinyatakan dengan pecahan atau rasio/perbandingan. Pembilang, yang terletak di bagian atas pecahan merupakan satuan unit peta dan penyebut yang terletak di bagian bawah pecahan merupakan angka dalam unit yang sama yang menunjukan jarak yang sebenarnya di lapangan/bumi. Sebagai contoh skala 1/10.000 artinya jarak satu centimeter di peta eqivalen dengan 10.000 centimeter di lapangan. Sebagai perbandingan, skala ini akan ditunjukkan sebagai 1:10.000. Jika penyebut makin besar atau pecahan makin kecil maka semakin luas permukaan bumi yang dapat ditunjukkan dalam peta tunggal. Oleh karena itu, peta berskala kecil akan menunjukkan bagian bumi yang lebih luas dan peta berskala besar relatif menunjukkan bagian bumi yang lebih kecil.

Skala peta digital bisa lebih bervariasi yang dapat dirubah dengan “zoom”. Memperbesar zoom dan lebih memperdekat ke bumi akan menggambarkan skala yang lebih besar. 32.

33. – Koordinat

Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang dipakai adalah koordinat geografis (geographical coordinate). Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis katulistiwa. Garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan, mengukur seberapa jauh suatu tempat dari meridian. Sedangkan garis lintang adalah garis khayal di atas permukaan buni yang sejajar dengan khatulistiwa, untuk mengukur seberapa jauh suatu tempat di utara/selatan khatulistiwa.

Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Derajat dibagi dalam 60 menit dan tiap menit dibagi dalam 60 detik. Sebagai contoh Menara Eiffel di Paris mempunyai koordinat 48? 51? 3? Lintang Utara dan 2? 17? 35? Bujur Timur. Kadang-kadang koordinat ditunjukkan dalam desimal sebagai ganti dari menit dan detik. Jadi koordinat Menara Eiffel dapat juga ditulis sebagai 48? 51,53333 Lintang Utara dan 2? 17,5833 Bujur Timur. 34.

35. – Legenda

Peta ini menggunakan simbol untuk menggambarkan letak objek yang sebenarnya. Legenda adalah penjelasan simbol-simbol yang terdapat dalam peta. Gunanya agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi peta. Contoh simbol legenda adalah ikon-ikon yang melambangkan bangunan, perbedaan warna yang melambangkan elevasi, perbedaan jenis garis yang melambangkan batas-batas atau jenis ukuran jalan, titik dan lingkaran yang menunjukkan populasi suatu kota. Jika detail peta kelihatan tidak familiar, mempelajari legenda peta akan sangat membantu sebelum melanjutkan proses lebih jauh. 36.

37. – Arah

Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokkan objek di peta dengan objek sebenarnya di lapangan. 38.

39. – Elevasi

Salah satu unsur yang penting lainnya pada suatu peta adalah informasi tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Unsur ini disebut dengan elevasi, yaitu ketinggian sebuah titik di atas muka bumi dari permukaan laut. Kartograf menggunakan teknik yang berbeda untuk menggambarkan ketinggian, misalnya permukaan bukit dan lembah.

Peta yang sudah modern menggambarkan pegunungan dengan relief yang diberi bayangan, yang disebut dengan hill shading. Peta Topografi tradisional menggunakan garis lingkaran yang memusat yang disebut dengan garis kontur, untuk menggambarkan elevasi. Setiap garis menandakan ketinggian di atas permukaan laut.

Sebagai ganti garis kontur, peta berwarna seringkali menggunakan standarisasi skala warna untuk menunjukkan elevasi; laut diberi warna biru, elevasi rendah digambarkan dengan bayangan hijau, elevasi tinggi digambarkan dari range sawo matang sampai coklat, dan puncak tertinggi diberi warna putih, menunjukkan salju. Semakin tajam bayangan warna biru sama artinya dengan semakin dalam kedalaman suatu laut atau danau.(lil) CyberMap dalam Kehidupan Sehari-hari

2003-09-26 10:06:49

Untuk mengetahui informasi terbaru mengenai situasi lalu lintas, mengetahui lokasi rumah sakit, hotel, kantor atau tempat yang memang benar-benar baru dan Anda akan melewatinya, tentunya Anda butuh bantuan untuk memudahkan dalam mencari lokasi tersebut. Kami tahu Anda butuh panduan untuk kelancaran aktivitas Anda. Karena itu CyberMap akan jadi pilihan yang tepat untuk melihat situasi lalu lintas terkini yang Anda butuhkan dan mengetahui lokasi sesuatu yang belum Anda tahu sebelumnya. Beberapa contoh manfaat yang Anda dapatkan dari CyberMap yang bisa anda terapkan dalam kehidupan keseharian Anda.

Mencari lokasi
Jika Anda akan pergi ke salah satu rumah sakit, dan Anda tidak tahu dimana lokasi rumah sakit tersebut, biasanya Anda langsung membuka peta. Apa yang Anda lakukan ini seringkali menyita waktu Anda karena ternyata di peta tersebut tidak ditemukan rumah sakit yang Anda butuhkan. Kini Anda tidak perlu bingung. Dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di CyberMap Anda bisa menemukan lokasi yang Anda tuju. Anda cukup menuju PC Anda dan membuka CyberMap. Selanjutnya Anda mencari kategori rumah sakit, dan setelah itu Anda tinggal mengetik nama rumah sakit “Medik” Dan dalam waktu singkat, Anda akan mendapatkan informasi beberapa lokasi rumah sakit tersebut.

Meng-overlay sejumlah informasi
Anda ingin mencari tempat tinggal. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah anda buat, Anda kemudian memilih ingin tinggal di sebuah apartemen. Tetapi masih ada satu hal yang kurang, Anda belum tahu sama sekali tentang keadaan di sekitar lokasi tersebut. Apakah daerah tersebut rawan banjir, strategis dengan letak fasilitas-fasilitas lain seperti mal, pasar, sekolah, dan lainnya yang tersedia di daerah tersebut. CyberMap memungkinkan untuk “meng-overlay” yaitu menyajikan beberapa informasi yang anda butuhkan dalam satu layar dan waktu yang bersamaan. Tentu saja tentu saja hal ini akan membantu Anda dalam pengambilan keputusan, apakah akan tetap memilih tinggal di kawasan itu atau mencari tempat tinggal yang lain. Developer/pengembang juga bisa memanfaatkan informasi CyberMap dalam mencari lokasi baru untuk membangun rumah.

Untuk menggunakannya cukup mudah, Anda tinggal memilih kategori, selanjutnya pilih informasi / tempat-tempat yang Anda butuhkan yang telah tersedia dalam CyberMap. Dengan begitu, Anda akan bisa melihat secara bersamaan gambar peta dan sejumlah informasi penting tentang lokasi / tempat yang Anda cari.

Menentukan lokasi terdekat dan rute
CyberMap juga membantu Anda memahami lingkungan sekitar anda. Mencari sekolah, rumah sakit, restoran dan lain-lain yang dekat dengan tempat Anda berada. Informasi Cybermap juga bisa membantu Anda menentukan rute yang aman dari lokasi Anda berangkat menuju lokasi tujuan, dan mengetahui jalan mana yang harus dihindari (misalnya ada penggalian kabel atau pipa, perbaikan jalan, demo dan informasi jalanan macet).

Selain yang sudah disebutkan, CyberMap juga bisa membantu anda : • Mencari jalan di kota/tempat yang baru pertama kali Anda kunjungi. • Memilih tempat berlibur/rekreasi dan arah ke sana. • Mengetahui lokasi/posisi suatu tempat (lokasi objek) yang belum pernah Anda ketahui sebelumnya. • Mengetahui lokasi yang disebutkan pada siaran berita nasional maupun daerah, seperti kejadian yang baru terjadi yaitu pemboman Hotel J.W Marriott. Anda bisa mengetahui apakah Hotel J.W Marriott jauh atau dekat dari kantor salah satu keluarga anda misalnya. • Mengetahui dimana restoran masakan etnis/negara tertentu berada dalam sebuah kota.

• Pada sebuah perjalanan yang panjang (misalnya dari Jakarta ke Jawa Timur atau Bali) dengan kendaraan sendiri, anda bisa memperkirakan dimana kota yang cukup besar untuk mencari mencari pom bensin/SPBU terdekat dari jalur yang anda lewati.

Informasi yang kami sajikan diatas adalah sebagian dari manfaat dan kegunaan CyberMap. Anda bisa mendapatkan manfaat dan informasi lebih banyak lagi, tentu saja dengan mencoba semua fasilitas yang telah disediakan di CyberMap. Selamat mencoba. (lil) Mengenal Unsur-unsur Peta Kamu sudah belajar tentang denah di kelas 3. Kamu sudah mengenal denah rumah, sekolah, RT, dan RW. Apakah kamu masih ingat pelajaran ini? Coba sekarang kamu bandingkan denah dengan peta. Apa perbedaan dan kesamaannya? Mari kita bahas persamaan dan perbedaan keduanya. Kemudian kita pelajari pengertian peta. 1. Pengertian peta

Denah dan peta sama-sama menunjukkan suatu tempat atau wilayah. Perbedaan antara denah dan peta terletak pada luas wilayah yang ditunjukkan. Wilayah yang ditunjukkan oleh denah sangat terbatas. Sedangkan wilayah yang ditunjukkan peta sangat luas. Peta bisa menunjukkan wilayah kabupaten, provinsi, negara, dan benua. Bahkan, sebuah peta bisa menunjukkan wilayah seluruh dunia.

Coba perhatikan gambar di atas! Dua orang siswa mengamati peta Indonesia. Dalam peta tersebut terlihat banyak sekali pulau. Coba sebutkan pulau-pulau besar yang ada di Indonesia? Ada lima buah pulau yang besar, yaitu Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua. Selain kelima pulau itu masih ada lagi ribuan pulau kecil. Bisakah kamu menghitungya?
Kamu sudah tahu bahwa peta menampilkan suatu wilayah. Luas wilayah dalam peta lebih kecil dari keadaan sebenarnya. Itu berarti wilayah yang digambar di peta diperkecil. Namun, dalam memperkecil ukuran tidak boleh sembarangan. Untuk menggambar peta harus mengikuti skala atau perbandingan tertentu. Coba periksalah skala gambar peta yang ada di kelasmu! Dari sini kita bisa mendefinisikan apa itu peta. Kata lain untuk peta adalah map. Peta atau map adalah gambar seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang dilukiskan ke suatu bidang datar dengan perbandingan atau skala tertentu.Peta atau map memang merupakan gambar. Gambar apa? Gambar dari permukaan bumi. Permukaan bumi digambar seluruhnya atau hanya sebagian. Gambar itu dibuat di atas sebuah bidang datar. Misalnya, kertas, karton, papan, dan sebagainya.

Wilayah atau permukaan bumi yang digambar bisa meliputi sebuah wilayah yang luas, tetapi bisa juga meliputi wilayah yang sempit. Gambar permukaan bumi yang meliputi wilayah yang luas misalnya peta Indonesia, peta Pulau Sumatera, peta Pulau Jawa, dan sebagainya. Gambar permukaan bumi yang meliputi wilayah yang terbatas misalnya peta desa, peta kelurahan, peta kecamatan, peta kabupaten/kota, dan peta provinsi. 2. Unsur-unsur peta

Peta yang baik memberikan informasi yang benar. Peta yang baik memberikan informasi keadaan suatu daerah. Peta yang baik menunjukkan letak dan jarak suatu tempat secara jelas dan pasti. Peta yang baik memuat sejumlah unsur. Unsur-unsur itu membantu kita mengetahui keadaan sebenarnya. Apa saja unsur-unsur tersebut? Mari kita mulai dengan mengamati peta berikut!

Unsur-unsur apa saja yang kamu temukan pada peta di atas? Ada enam unsur dalam sebuah peta yang baik. Keenam unsur itu adalah judul peta, garis tepi peta, legenda, skala, penunjuk arah (mata angin), dan garis astronomi. a. Judul peta

Judul peta menunjukkan nama peta. Judul peta ditulis di bagian atas dengan huruf yang menonjol. Misalnya, PETA JAWA BARAT, PETA KALIMANTAN, PETA INDONESIA, dan sebagainya. Apa judul peta dalam Kegiatan 1 di atas?

b. Garis tepi peta Garis tepi peta adalah batas-batas pinggir gambar peta. Fungsi garis tepi untuk menulis angka-angka derajat astronomis. c. Legenda Legenda adalah keterangan-keterangan yang menjelaskan simbol- simbol pada peta. Biasanya legenda terletak di bagian bawah sebelah kiri ataupun kanan. Sedangkan simbol ialah gambar yang digunakan untuk mewakili objek-objek dalam peta. Misalnya simbol untuk danau, sungai, jalan, rel kereta, ibukota provinsi, batas kabupaten, dan sebagainya. Pemakai peta bisa melihat keadaan suatu wilayah. Simbol-simbol peta berbentuk warna, garis, dan gambar. 1. Warna Arti warna-warna dalam peta sebagai berikut. 􀂙 Warna hijau menunjukkan dataran rendah. 􀂙 Warna kuning menunjukkan dataran tinggi. 􀂙 Warna cokelat menunjukkan daerah pegunungan. 􀂙 Warna putih menunjukkan puncak pegunungan yang tertutupsalju. 􀂙 Warna biru menunjukkan daerah perairan (laut, sungai, danau). Warna biru untuk laut, dibedakan ketajamannya. Gunanya untuk menunjukkan kedalaman laut. Warna biru tua untuk laut dalam dan biru muda untuk laut dangkal. 2. Garis

Arti simbol-simbol garis pada peta sebagai berikut.

3. Gambar
Ada banyak gambar simbol dalam peta. Arti gambar-gambar simbol dalam peta sebagai berikut.

d. Skala Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak yang sesungguhnya. Sebuah peta selalu dibuat jauh lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya. Akan tetapi, letak, jarak, dan arahnya seperti keadaan yang sebenarnya. Ada dua macam jenis skala, yaitu skala angka dan skala garis. Mari kita bahas keduanya. 1. Skala angka (skala numerik) Skala angka disebut juga skala perbandingan. Skala biasanya ditulis di bagian bawah. Misalnya dalam sebuah peta kita menemukan Skala 1:10.000 (dibaca 1 berbanding 10.000). Ini berarti bahwa jarak 1 cm pada peta sama dengan 10.000 cm di permukaan bumi. Atau 1 cm pada peta sama dengan 100 m atau 0,1 km jarak yang sebenarnya. Misalnya, jarak antara kota A ke kota B di peta adalah 5 cm. Ini berarti jarak yang sebenarnya dari kota A ke kota B adalah 5 cm X 10.000 cm = 50.000 cm. Kalau dinyatakan dalam meter berarti 500 meter. Kalau dinyatakan dalam kilometer berarti 0,5 km. 2. Skala garis Skala ini ditunjukkan oleh garis lurus yang dibagi dalam bagianbagian yang sama. Panjang masing-masing ruas = 1 cm. Mari kita pelajari contoh skala garis berikut ini.

Skala garis di atas berarti bahwa 1 cm di peta sama dengan 1 km di tempat sebenarnya. Bagaimana mengubah skala angka menjadi skala garis? Mari kita belajar dari contoh berikut. Misalnya dalam sebuah peta tertulis skala angka 1 : 5.000.000. Kamu tahu ini berarti 1 cm pada peta sama dengan 5.000.000 cm pada jarak yang sebenarnya (di muka bumi). Atau, 1 cm pada peta sama dengan 50 km pada jarak sesungguhnya. Jika skala angka tersebut diubah ke skala garis, gambarnya sebagai berikut.

e. Penunjuk arah (mata angin)
Kamu sudah belajar tentang mata angin di kelas 3. Kamu masih ingat bukan? Coba kamu menyebut atau menyanyikan arah mata angin yang sudah kamu pelajari. Mata angin atau penunjuk arah ini juga merupakan salah satu unsur yang penting dalam sebuah peta.

Mata angin adalah jarum pedoman atau garis yang menunjukkan arah suatu tempat. Mata angin juga berarti arah, jurusan, atau kiblat suatu tempat. Penunjuk arah mata angin dalam peta sangat penting. Penunjuk mata angin membantu kita bisa menjelaskan posisi suatu tempat. Misalnya, kota Tangerang itu terletak di sebelah barat Jakarta. f. Garis astronomis Coba perhatikan gambar peta pada gambar 1.3. Dalam peta itu terdapat garis-garis tegak (vertikal) dan mendatar (horizontal). Garisgaris itu disebut garis astronomis. Garis-garis yang tegak disebut garis bujur. Sementara yang garis-garis yang mendatar disebut garis lintang. Apa gunanya garis astronomis? Garis astronomis berguna untuk menentukan letak suatu tempat atau wilayah. Misalnya, letak Provinsi DKI Jakarta itu di antara 106°22‘ sampai 106°58‘ Bujur Timur (BT) dan 5°19‘ sampai 6°24‘” Lintang Selatan (LS). Sekarang coba lihat peta provinsi atau kabupatenmu! Bisakah kamu menyebutkan letak astronomis provinsi dan kabupatenmu? B. Membaca Peta Lingkungan Setempat Kamu sudah mempelajari unsur-unsur peta. Masih ingat apa saja unsur-unsur peta? Coba sebutkan kembali unsur-unsur peta. Sekarang, mari kita belajar membaca peta berdasarkan unsur-unsur tersebut. Kamu akan membaca peta kabupaten/kota dan provinsi. 1. Langkah-langkah membaca peta Bagaimana cara membaca peta suatu kabupaten atau provinsi? Ikuti langkah-langkah berikut ini. 􀂙 Menemukan peta kabupaten dan provinsi Peta kabupaten dan provinsi bisa kita temukan dalam atlas. Atlas adalah buku yang berisi gambar-gambar peta. Kamu bisa menemukan peta kabupaten dan provinsi di atlas provinsi-provinsi. Lihatlah daftar isi atlas tersebut. Carilah nama provinsimu. Kemudian bukalah halaman yang ditunjukkan dalam daftar isi itu. Di halaman itu kamu akan menemukan peta provinsimu. 􀂙 Menentukan letak wilayah Letak suatu wilayah bisa ditunjukkan dengan menyebutkan letak astronomisnya. Bagaimana menentukan letak astronomis suatu wilayah? Tarik garis lurus mendatar (horizontal) di wilayah terluar sebelah utara dan selatan. Sebutkan angka koordinat garis lintang kedua garis itu. Kemudian tarik garis tegak lurus di wilayah terluar sebelah barat dan timur. Sebutkan angka koordinat garis bujur kedua garis itu. Kamu sudah menemukan letak astronomis wilayah provinsi atau kabupatenmu! Dengan cara di atas mari kita tentukan letak astronomis Provinsi Banten. Letak astronomis Provinsi Banten kira-kira di antara 105.1° sampai 106.2° Bujur Timur (BT) dan 5.8° sampai 7.1° Lintang Selatan (LS). 􀂙 Menyebutkan batas-batas wilayah Batas-batas wilayah bisa berupa wilayah provinsi lain. Bisa juga berupa kenampakan alam seperti selat, laut, atau samudera. Sebutkan batas-batas di sebelah timur, selatan, barat, dan utara. 􀂙 Menyebutkan pembagian wilayah Perhatikan pembagian wilayah di peta yang kamu baca. Sebuah provinsi terdiri dari beberapa kabupaten. Sebuah kabupaten terdiri dari beberapa kecamatan. Sebutkan kabupaten atau kecamatan di wilayah yang kamu pelajari. 􀂙 Menyebutkan kenampakan-kenampakan alam dan buatan Kamu tentu masih ingat arti simbol-simbol yang biasa terdapat di sebuah peta bukan? Ada simbol-simbol untuk kenampakan alam dan buatan. Sebutkan macam-macam kenampakan alam dan buatan di peta yang kamu pelajari. Misalnya saja gunung, sungai, teluk, pelabuhan, bandar udara, jalur kereta api, dan sebagainya. 2. Membaca peta kabupaten/kota Wilayah kabupaten atau kotamadya merupakan gabungan dari beberapa kecamatan. Sebuah kabupaten dipimpin oleh seorang bupati. Sementara sebuah kotamadya dipimpin oleh wali kota. Bupati dan wali kota dipilih secara langsung oleh masyarakat di kabupaten tersebut. Mari kita baca peta salah satu kabupaten. Perhatikan gambar peta Kabupaten Sleman di halaman 12! Agar lebih jelas, lihatlah peta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada buku atlasmu! Apa saja yang dapat kamu baca pada peta Kabupaten Sleman? Hal-hal yang dapat kita baca dari peta Kabupaten Sleman sebagai berikut. 1. Kabupaten Sleman adalah salah satu kabupaten di Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta. Ibu kota Kabupaten Sleman juga bernama Sleman.

2. Di bagian utara wilayah Sleman berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Magelang. Di bagian timur wilayah Sleman berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Gunung Kidul. Di bagian selatan wilayah Sleman berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kodya Yogyakarta. Sedangkan di bagian barat wilayah Sleman berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo.

3. Wilayah Sleman dibagi menjadi 17 kecamatan. Kecamatan-kecamatan itu adalah Sleman, Moyudan, Minggir, Tempel, Sayegan, Godean, Gamping, Mlati, Turi, Pakem, Ngaglik, Depok, Berbah, Prambanan, Kalasan, Ngemplak, dan Cangkringan. 4. Kenampakan alam yang terdapat di wilayah Kabupaten Sleman antara lain Gunung Merapi, Kali Opak, Kali Tepus, dan Kali Coda. Di wilayah Sleman terdapat Bandara Adi Sucipto. 3. Membaca peta provinsi

Sebuah provinsi dipimpin oleh seorang gubernur. Gubernur dipilih secara langsung oleh rakyat dalam pemilihan kepala daerah. Masa jabatan gubernur adalah lima tahun. Seorang gubernur hanya bisa dipilih selama dua kali masa jabatan. Wilayah provinsi terdiri dari beberapa kabupaten/kota.

Kamu sudah menyimak contoh membaca peta kabupaten. Sekarang mari kita membaca peta provinsi. Perhatikan peta Provinsi Banten di bawah ini! Agar lebih jelas, kamu bisa melihat peta Provinsi Banten di buku atlasmu! Apa saja yang bisa kamu ceritakan?

Hal-hal yang bisa kita baca dari peta Provinsi Banten di atas sebagai berikut. 􀂙 Letak Provinsi Banten Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa. Letak astronomisnya kira-kira di antara 105.1° sampai 106.2° Bujur Timur (BT) dan 5.8° sampai 7.1° Lintang Selatan (LS). 􀂙 Batas-batas wilayah Batas-batas wilayah Provinsi Banten sebagai berikut. a. Di bagian utara : Laut Jawa. b. Di bagian timur : Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. c. Di bagian Selatan : Samudera Indonesia. d. Di bagian barat : Selat Sunda. 􀂙 Kota-kota penting Ibu kota Provinsi Banten adalah Serang. Kota-kota penting lainnya sebagai berikut. a. Rangkas Bitung (ibu kota Kabupaten Lebak). b. Tiga Raksa (ibu kota Kabupaten Tangerang). c. Pandeglang (ibu kota Kabupaten Pandeglang). d. Tangerang (ibu kota Kodya Tangerang). e. Cilegon (ibu kota Kotip Cilegon). 􀂙 Kenampakan alam dan buatan Kenampakan alam yang terdapat di wilayah Banten sebagai berikut. a. Gunung : Gunung Gede dan Gunung Karang. b. Teluk : Teluk Banten, Lada, Penanjung, dan Teluk Camar. c. Tanjung : Tanjung Pontang, Pujut, Lesung, Alang-alang, dan Tanjung Sodong. d. Sungai : Ci Durian, Ci Banten, Ci Liman, Ci Sisih, Ci Baliung, Ci Semeut, dan Ci Berang Kenampakan buatan yang terdapat di wilayah Banten adalah Bandara Sukarno-Hatta di Cengkareng, Pelabuhan Merak, dan Jalan Tol Merak-Jakarta. D. Menggambar Peta Lingkungan Setempat Kamu sudah belajar membaca peta kabupaten dan provinsimu. Selanjutnya kamu akan belajar menggambar peta. Bagaimana cara menggambar peta. Cara yang paling mudah adalah dengan cara menjiplak peta yang sudah ada. Langkah-langkah menggambar peta dengan cara menjiplak sebagai berikut. 1. Siapkan peralatan yang diperlukan. Peralatan yang diperlukan adalah kertas tembus pandang (kertas mika), kertas gambar, penggaris, pensil, spidol, dan peta. 2. Buatlah garis-garis tegak (vertikal) dan mendatar (horizontal) pada kertas mika. Jarak antargaris harus sama.

3. Tempelkan kertas mika pada peta yang akan dijiplak. Agar tidak bergeser-geser, kamu bisa menjapit di bagian pinggir. Lihat contoh di bawah ini!

4. Jiplaklah gambar peta menggunakan spidol atau pensil di atas kertas mika. Lakukan penjiplakan ini dengan hati-hati. Berikut ini contoh hasil jiplakan Provinsi Bali di atas.

5. Sekarang kamu sudah memiliki model untuk menggambar peta. Proses selanjutnya adalah menggambar peta di kertas gambar. Siapkan kertas untuk menggambar peta. Buatlah garis tegak dan mendatar menggunakan pensil. Ukuran antar garis sama dengan garis-garis pada kertas mika. 6. Gambarlah peta di atas kertas menggunakan pensil. Tirulah gambar peta pada kertas mika. Garis-garis yang sudah dibuat dapat membantu dalam menggambar. 7. Setelah selesai, ulangilah goresan pensil menggunakan spidol. Kemudian hapuslah garis-garis pensilnya. Kemudian warnailah petamu seperti warna dalam peta. Jangan lupa menggambar simbolsimbol yang ada. Jadilah gambar petamu! E. Mengukur Jarak Memakai Skala Sederhana Kamu sudah belajar membaca dan menggambar peta setempat. Sekarang kamu akan belajar mengukur jarak satu tempat ke tempat lain menggunakan peta. Kita bisa mengukur jarak sebenarnya karena pada peta dicantumkan skala. Masih ingat apa itu skala? Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak yang sesungguhnya. Bagaimana cara mengukur jarak sesungguhnya menggunakan peta? Misalnya kita akan mengukur jarak antara kota A dan kota B. Skala pada peta 1 : 1.000.000. Langkah-langkahnya sebagai berikut. 1. Ambilah jangka untuk mengukur. Tancapkan jarum jangka di kota A. Aturlah jangka supaya pensilnya tepat di atas kota B.

2. Ukurlah lebar jangka menggunakan penggaris. Kamu akan mengetahui jarak antara kota A dan B di peta.

3. Setelah diketahui jarak A dan B kita hitung jarak sesungguhnya berdasarkan skala. Misalnya, jarak A dan B adalah 5 cm. Kalau skala petanya 1:1000.000 berarti: 1 cm di peta = 1.000.000 cm jarak sesungguhnya. 1.000.000 cm = 10.000 m = 10 km. Ini berarti 1 cm di peta mewakili 10 km jarak sesungguhnya. Jarak A dan B di peta 5 cm. Ini berarti 5 x 10 km = 50 km. Jadi jarak kota A dan kota B sebenarnya adalah 50 km. Skala sangat bermanfaat dalam menggambar sebuah peta. Manfaat skala dalam menggambar sebuah peta adalah sebagai berikut. 1. Dengan skala kita dapat memperbesar atau memperkecil sebuah peta/gambar tertentu. 2. Dengan skala kita dapat menggambar suatu tempat yang sangat luas di atas kertas yang kecil. 3. Dengan skala kita dapat mengetahui atau menentukan jarak suatu tempat yang satu dengan tempat lainnya.

Kata peta pasti sudah sangat familiar di telinga kita. Anda pasti sering melihat atau bahkan pernah menggunakan peta, tetapi mungkin Anda masih kesulitan untuk mendeskripsikan pengertian dari peta. Sebenarnya Anda tidak perlu menghafal definisi dari peta, cukup dengan melihat peta seharusnya Anda sudah bisa mendefinisikan peta.

Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi simbol sebagai penjelas. Sudahkah Anda memahami pengertian dari peta tersebut? Mudah bukan? Beberapa ahli mendefinisikan peta dengan berbagai pengertian, namun pada hakikatnya semua mempunyai inti dan maksud yang sama. Berikut beberapa pengertian peta dari para ahli. a. Menurut ICA (International Cartographic Association)

Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan.

b. Menurut Aryono Prihandito (1988)
Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.

c. Menurut Erwin Raisz (1948)
Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas.

d. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005)
Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan.

Dengan menggunakan peta, kita dapat mengetahui segala hal yang berada di permukaan bumi, seperti letak suatu wilayah, jarak antarkota, lokasi pegunungan, sungai, danau, lahan persawahan, jalan raya, bandara, dan sebagainya. Ketampakan yang digambar pada peta dapat dibagi menjadi dua yaitu ketampakan alami dan ketampakan buatan manusia (budaya).

Dewasa ini sudah dikenal adanya peta digital (digital map), yaitu peta yang berupa gambaran permukaan bumi yang diolah dengan bantuan media komputer. Data yang diperoleh berupa data digital dan hasil dari gambaran tersebut dapat disimpan dalam suatu media seperti disket, CD, maupun media penyimpanan lainnya, serta dapat ditampilkan kembali pada layar monitor komputer. Biasanya peta digital ini dibuat dengan menggunakan software GIS (Geography Information system). Ilmu yang mempelajari tentang peta dan pemetaan disebut dengan kartografi dan orang yang ahli dalam bidang peta dan pemetaan disebut kartograf. A. Arti, Pengertian atau Definisi Peta Peta adalah gambar atau lukisan keseluruhan atau pun sebagian permukaan bumi baik laut maupun darat. B. Macam-Macam atau Jenis-Jenis Peta Peta dapat diklasifikasi menjadi dua / 2 jenis, yakni : 1. Peta Umum Peta umum adalah peta yang manampilkan bentuk fisik permukaan bumi suatu wilayah. Contoh : Peta jalan dan gedung wilayah DKI Jakarta. 2. Peta Khusus Peta khusus adalah peta yang menampakkan suatu keadaan atau kondisi khusus suatu daerah tertentu atau keseluruhan daerah bumi. Contohnya adalah peta persebaran hasil tambang, peta curah hujan, peta pertanian perkebunan, peta iklim, dan lain sebagainya. C. Pembagian Peta 1. Peta Luas Peta luas adalah peta yang menggambarkan suatu daerah yang luas seperti peta dunia, peta daerah amerika utara, peta benua, peta samudera, peta kutub utara dan kutub selatan, dsb. 2. Peta Sempit Peta sempit adalah peta yang hanya menampilkan sebagian kecil suatu area. Contoh peta sempit yaitu peta desa atau pedesaan, peta kota atau perkotaan, peta gorong-gorong kampung, peta gedung, denah rumah, dan lain sebagainya. D. Bentuk Lain Dari Peta 1. Atlas Atlas adalah gabungan dari beberapa peta yang dikumpulkan dalam sebuah buku yang memiliki judul atlas serta jenis-jenis atlas yang ada di buku tersebut. 2. Globe Globe atau Bola Dunia adalah suatu bentuk tiruan bola bumi yang dibuat dalam skala yang kecil untuk dapat lebih memahami bentuk asli planet bumi. E. Berbagai Macam dan Jenis Warna Peta Beserta Artinya / Arti Warna Pada Peta 1. Warna Laut – hijau : 0 – 200 meter dpl / ketinggian – kuning : 200 – 500 meter dpl / ketinggian – coklat muda : 500 – 1500 meter dpl / ketinggian – coklat : 1500 – 4000 meter dpl / ketinggian – coklat berbintik hitam : 4000 – 6000 meter dpl / ketinggian – coklat kehitam-hitaman : 6000 meter dpl lebih / ketinggian 2. Warna Darat – biru pucat : 0 – 200 meter / kedalaman – biru muda : 200 – 1000 meter / kedalaman – biru : 1000 – 4000 meter / kedalaman – biru tua : 4000 – 6000 meter / kedalaman – biru tua berbintik merah : 6000 meter lebih / kedalaman F. Syarat-Syarat yang Wajib Ada Pada Peta 1. Judul peta 2. Skala peta 3. Lambang Peta : jalan, sungai, ibu kota, pelabuhan, batas wiayah, dll 4. garis pinggir peta 5. Petunjuk arah mata angin : utara, selatan, timur, barat , dll G. Jenis Skala Pada Peta Pengertian atau definisi : Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan satuan atau tehnik tertentu. 1. Skala angka / skala pecahan Contohnya seperti 1 : 1000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 1000 cm jarak aslinya di dunia nyata. 2. Skala Satuan Misalnya seperti 1 inchi to 5 miles dengan arti 1 inch di peta adalah sama dengan 5 mil pada jarak sebenarnya. 3. Skala Garis Skala garis menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak yang ada. H. Proyeksi Pada Peta Proyeksi peta adalah suatu teknik pemindahan gambar peta ke berbagai macam bentuk peta. Beberapa jenis-jenis proyeksi peta : 1. Proyeksi Mercator 2. Proyeksi Silinder 3. Proyeksi Mollowide 4. Proyeksi Kerucut Peta merupakan gambaran sebagian permukaan bumi dalam skala yang lebih kecil dan berisi sesuatu jenis informasi tentang mukabumi yang bersangkutan. 1. Peta Umum, yang menggambarkan permukaan bumi secara umum. Biasanya disebut dengan Peta Topografi atau ada yang menyebutnya Peta Rupabumi, karena peta ini menggambarkan “wajah” muka bumi, baik kenyataan fisik (alami), seperti pegunungan, lembah, sungai-sungai, dan sebagainya, maupun kenampakan kultural misalnya permukiman, jalan, dan sebagainya. Secara sederhana pengertian peta topografi adalah peta yang menggambarkan hampir semua kenampakan-kenampakan alami dan kenampakan kultural (buatan manusia) yang ada di permukaan bumi sejauh skalanya memungkinkan, dan disajikan seteliti mungkin. 2. Peta Khusus, yang menggambarkan kenampakan khusus yang ada di permukaan bumi atau kenampakan yang ada kaitannya dengan permukaan bumi. Peta khusus ini dikenal dengan nama Peta Tematik karena menunjukkan hanya tema tertentu, bergantung pada informasi yang ingin disampaikan. Jika informasinya merupakan informasi tanah, maka disebut peta tanah, jika informasinya merupakan informasi iklim, maka disebut peta iklim, dan sebagainya. 3. Peta Navigasi, yang biasanya disebut dengan istilah khusus, yaitu charts. Peta ini penggunaannya khusus untuk kepentingan navigasi, misalnya navigasi laut dan udara. Cuplikan diatas adalah pengertian tentang peta yang terdapat dalam e-book Cara Membaca dan Memanfaatkan Peta yang tersedia gratis untuk di download (link download ada di akhir posting ini). Manfaat yang dapat diambil dari pembacaan peta amat beragam untuk berbagai aplikasi, dengan kemampuan membaca peta topografi yang terus dilatih, seseorang akan dapat merasakan berbagai informasi yang dapat bermanfaat bagi pribadi maupun orang lain, untuk kepentingan hobi ataupun untuk mendukung pekerjaan. Dengan terus berlatih dan mengasah keterampilan dalam pembacaan peta dan navigasi, sangat mungkin seseorang menemukan metode-metode baru yang lebih praktis dan lebih mudah selain yang telah disampaikan dalam modul ini.

NTERPRETASI PETA TENTANG BENTUK DAN POLA MUKA BUMI

Perlu kita ketahui bahwa bentuk permukaan bumi tidak rata. Ada yang berupa dataran tinggi, dataran rendah, dan perairan. Apakah di daerahmu terdapat bentuk muka bumi berupa gunung, sungai, atau laut. Bentuk muka bumi antara daerah satu dan yang lain berbeda-beda. Dengan menggunakan peta kita dapat mengetahui bentuk permukaan bumi di tiap daerah.Apakah kamu mempunyai peta? Apakah kamu tahu arti peta? Peta adalah gambaran permukaan bumi dalam bidang datar. Peta merupakan alat peraga. Peta dapat berupa gambaran tentang tinggi rendahnya suatu daerah (topografi), penyebaran penduduk, curah hujan, penyebaran batuan (geologi), penyebaran jenis tanah dan semua hal lain yang berhubungan dengan kedudukannya dalam ruang. Dengan peta kita dapat membaca dan memahami keadaan fisik dan geografis suatu tempat. Peta merupakan media untuk mengetahui keadaan permukaan bumi. Pada peta terdapat bagian (unsur-unsur) yang harus ada, yang sangat bermanfaat bagi pembaca peta. Tahukah kamu apa saja yang harus ada di dalam peta? Agar peta dapat dibaca oleh siapa saja, peta dibuat berdasarkan aturan yang disepakati secara internasional. Untuk memahaminya, simaklah dengan saksama uraian berikut ini! A Menginterpretasi Peta Umum

Bentuk muka bumi atau relief daratan dapat diamati secara langsung di lapangan, namun dapat juga dengan melihat peta. Dari sebuah peta kita dapat mengetahui bentuk relief dari suatu tempat/wilayah. Dari sebuah peta kita dapat melihat gunung, pegunungan, pantai, dataran rendah, sungai, danau, laut, selat dan lain-lainnya. Itulah yang disebut interpretasi peta. Jadi interpretasi peta adalah memahami simbol-simbol yang ada pada peta dan hubungannya dengan simbol-simbol lainnya. Contoh simbol-simbol yang ada pada peta adalah:

Peta umum adalah peta yang dibuat berdasarkan kenampakan umum. Sebelum menginterpretasi peta umum, lakukan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Siapkan peta umum yang akan diinterpretasi, misalnya peta pulau Sumatera. 2) Perhatikan legenda untuk memahami makna simbol-simbol yang terdapat pada peta. 3) Perhatikan persebaran data pada wilayah pulau tersebut.

4) Perhatikan tahun pembuatan peta untuk mengetahui apakah peta tersebut masih relevan atau tidak.

Setelah melakukan langkah-langkah tersebut maka akan diperoleh informasi dari peta tersebut, yaitu sebagai berikut. a) Sungai Sungai ditunjukkan dengan garis berkelok-kelok. Sungai-sungai besar yang terdapat di Pulau Sumatera antara lain Sungai Simpang Kanan, Asahan, Batanghari, Musi, Kampar, dan lain-lain. b) Pegunungan dan Dataran Tinggi Pegunungan dan dataran tinggi memanjang di sepanjang Pulau Sumatera. Pegunungan dan dataran tinggi ditunjukkan dengan warna merah dan kuning. Pegunungan yang terdapat di Pulau Sumatra antara lain pegunungan Bukit Barisan. c) Dataran Rendah dan Rawa Dataran rendah dan rawa ditunjukkan dengan warna hijau dan hijau dengan garis putus-putus. Dataran rendah dan rawa terdapat di sepanjang pantai timur dan barat Pulau Sumatera. d) Danau Danau ditunjukkan dengan warna biru. yang terdapat di Pulau Sumatera antara lain danau Toba, Maninjau, Ranau, Kerinci, dan Singkarak. e) Gunung Gunung ditunjukkan dengan bentuk segitiga. Segitiga merah artinya gunung berapi (aktif), segitiga hitam artinya gunung tidak berapi (tidak aktif). Gunung-gunung yang terdapat di Pulau Sumatera antara lain gunung Leuser, Kerinci, Bandahara, Sibayak, dan Sinabung. f ) Kepulauan Kepulauan yang terdapat di Pulau Sumatera antara lain berikut ini. – Kepulauan Batu, Nias, dan Pini di Sumatera Utara. – Kepulauan Banyak dan Simeulue di Nanggroe Aceh Darrussalam. – Kepulauan Mentawai dan Pagai di Sumatera Barat. – Kepulauan Natuna, Nambas, dan Lingga di Provinsi Kepulauan Riau. g) Laut dan Selat Laut dan selat ditunjukkan dengan warna biru. Gradasi (tingkatan) warna menunjukkan kedalaman wilayah laut dan selat. Semakin pekat (tua) warna biru menunjukkan lebih dalam dari pada warna biru muda. Selat dan laut yang ada di Pulau Sumatera antara lain sebagai berikut – Selat Sunda antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. – Selat Malaka antara Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaysia. – Selat Berhala antara Pulau Sumatera dan Pulau Singkep – Selat Bangka antara Pulau Sumatera dan Pulau Bangka. – Laut Natuna di sebelah selatan Kepulauan Natuna. B Menginterpretasikan Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan tinggi rendahnya muka bumi. Dari peta topografi kita dapat mengetahui ketinggian suatu tempat secara akurat. Cara menginterpretasikan peta topografi berbeda dengan peta umum karena simbolsimbol yang digunakan berbeda. Sebelum menginterpretasikan peta topografi, lakukan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Siapkan peta topografi yang akan diinterpretasikan, misalnya peta Pulau Jawa. 2) Perhatikan legenda untuk memahami makna simbol-simbol yang terdapat pada peta. 3) Perhatikan persebaran data pada wilayah tersebut. 4) Perhatikan tahun pembuatan peta untuk mengetahui apakah peta tersebut masih relevan atau tidak. Pada peta topografi terdapat garis-garis kontur yang menunjukkan relief muka bumi. Peta topografi menunjukkan bentuk-bentuk muka bumi. Bentuk-bentuk muka bumi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Lereng

b. Cekungan (Depresi)
Cekungan (Depresi) pada peta topografi digambarkan seperti di bawah ini!

c. Bukit
Bukit pada peta topografi digambarkan seperti di bawah ini!

d. Pegunungan
Pegunungan pada peta topografi digambarkan seperti di bawah ini!

C Penampang Melintang Bentuk Muka Bumi

Penampang melintang adalah penampang permukaan bumi yang dipotong secara tegak lurus. Dengan penampang melintang maka dapat diketahui/dilihat secara jelas bentuk dan ketinggian suatu tempat yang ada di muka bumi. Untuk membuat sebuah penampang melintang maka harus tersedia peta topografi sebab hanya peta topografi yang dapat dibuat penampang melintangnya.

Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Kalau Anda bertanya kapan peta mulai ada dan digunakan manusia? Jawabannya adalah peta mulai ada dan digunakan manusia, sejak manusia melakukan penjelajahan dan penelitian. Walaupun masih dalam bentuk yang sangat sederhana yaitu dalam bentuk sketsa mengenai lokasi suatu tempat.

Pada awal abad ke 2 (87M -150M), Claudius Ptolomaeus mengemukakan mengenai pentingnya peta. Kumpulan dari peta-peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan dan diberi nama “Atlas Ptolomaeus”. Ilmu yang membahas mengenai peta adalah kartografi. Sedangkan orang ahli membuat petadisebut kartografer.

Peta bisa menjadi petunjuk bagi pelancong/wisatawan, atau menjelaskan dunia dengan menyertakan jenis informasi geografi khusus. Peta juga dapat mengundang eksplorasi. Sebagai contoh, peta berwarna Pulau Marquases dengan pelabuhan yang eksotik seperti Hakapehi di Nuku Niva mungkin kedengaran menarik bagi seseorang. Dengan kata lain, peta yang berisi banyak detail yang menarik dari suatu daerah/wilayah dapat menggoda/menarik orang lain ke wilayah tersebut.

Berdasarkan penggunaannya peta dapat di bagi menjadi peta dasar dan peta tematik. Peta dasar biasanya digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi. Peta tematik adalah peta yang terdiri dari satu atau beberapa tema dengan informasi yang lebih dalam/detail. Peta tematik juga dapat menunjukkan hampir semua jenis informasi yang beragam dari satu tempat ke tempat lain.

Berdasarkan skala peta dpt dibagi menjadi: Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 100 sampai 1 : 5.000, Peta skala besar adalah peta dengan skala 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000, Peta skala sedang adalah peta dengan skala 1 : 250.000 sampai 1: 500.000 dan Peta skala kecil adalah peta dengan skala 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih.

Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut: Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi, Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.

Adapun komponen-komponen dari peta adalah :

1. Isi peta => Isi peta menunjukan isi dari makna ide penyusun peta yang akan disampaikan kepada pengguna peta. Kalau ide yang disampaikan tentang perbedaan curah hujan, isi peta tentunya berupa isohyet.

2. Judul peta => Judul peta harus mencerminkan isi peta. Isi peta berupa isohyet, tentu judul petanya menjadi “Peta Distribusi Curah Hujan”, dan sebagainya.

3. Sekala peta dan Simbol Arah => Sekala sangat penting dicantumkan untuk melihat tingkat ketelitian dan kedetailan objek yang dipetakan. Sebuah belokan sungai akan tergambar jelas pada peta 1:10.000 dibandingkan dengan pada peta 1:50.000 misalnya. Kemudian bentuk-bentuk pemukiman akan lebih rinci dan detail pada sekala 1:10.000 dibandingkan peta sekala 1:50.000. Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokan objek di peta dengan objek sebenarnya di lapangan.

4. Legenda atau Keterangan => Agar pembaca peta dapat dengan mudah memahami isi peta, seluruh bagian dalam isi peta harus dijelaskan dalam legenda atau keterangan.

5. Inzet dan Index peta => Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area yang dipetakan tersebut. Inzet peta merupakan peta yang diperbersar dari bagian belahan bumi. Sebagai contoh, kita mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa merupakan bagian dari kepulauan Indonesia yang diinzet. Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta, dimana menunjukan letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di sekitarnya.

6. Grid => Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-kotak atau grid system. Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar peta.

7. Nomor peta => Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi.

8. Sumber/Keterangan Riwayat Peta => Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun peta, percetakan,sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis, tanggal/tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan/pencetakan peta, dan lain sebagainya yang memperkuat identitas penyusunan peta yang dapat dipertanggungjawabkan.

Peta dapat diklasifikasi menjadi dua / 2 jenis, yakni : 1. Peta Umum Peta umum adalah peta yang manampilkan bentuk fisik permukaan bumi suatu wilayah. Contoh : Peta jalan dan gedung wilayah DKI Jakarta. 2. Peta Khusus Peta khusus adalah peta yang menampakkan suatu keadaan atau kondisi khusus suatu daerah tertentu atau keseluruhan daerah bumi. Contohnya adalah peta persebaran hasil tambang, peta curah hujan, peta pertanian perkebunan, peta iklim, dan lain sebagainya. Arti Warna Pada Peta 1. Warna Laut – hijau : 0 – 200 meter dpl / ketinggian – kuning : 200 – 500 meter dpl / ketinggian – coklat muda : 500 – 1500 meter dpl / ketinggian – coklat : 1500 – 4000 meter dpl / ketinggian – coklat berbintik hitam : 4000 – 6000 meter dpl / ketinggian – coklat kehitam-hitaman : 6000 meter dpl lebih / ketinggian 2. Warna Darat – biru pucat : 0 – 200 meter / kedalaman – biru muda : 200 – 1000 meter / kedalaman – biru : 1000 – 4000 meter / kedalaman – biru tua : 4000 – 6000 meter / kedalaman – biru tua berbintik merah : 6000 meter lebih / kedalaman Jenis Skala Pada Peta Pengertian atau definisi : Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan satuan atau tehnik tertentu. 1. Skala angka / skala pecahan

Contohnya seperti 1 : 1000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 1000 cm jarak aslinya di dunia nyata.

2. Skala Satuan
Misalnya seperti 1 inchi to 5 miles dengan arti 1 inch di peta adalah sama dengan 5 mil pada jarak sebenarnya.

3. Skala Garis Skala garis menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak yang ada. Komponen-komponen peta Peta merupakan alat bantu dalam geografi.sebuah peta yang ideal harus dapat dibaca dan digunakan dengan mudah.Oleh karna itu,dalam pembuatanya hrus dilaengkapi dengan komponen2 tertentu, antara lain sebagai berikut: 1. JUDUL PETA Peta harus diberi judul atau identitas yang mencerminkan isi peta. Judul dapat diletakan disebelah kiri,tengah,atau disebelah kanan atas peta dengan tidak mengganggu peta utama. Namun,pada umumnya judul peta diletakan dibagian atas tengah dan diluar garis tepi. Ukuran huruf untuk judul disesuaikan dengan besarnya peta. 2. MATA ANGIN (PETUNJUK ARAH) Mata angin harus dicantumkan dalam peta untuk mengetahui arah utara,selatan,barat,dan timur pada peta. Mata angin biasanya diletakan di tempat yang kosong bergantung pada posisi peta maupun ruang yang memungkinkan sehingga memberi kesan harmonis dan menarik. 3. SKALA PETA Skala peta merupakan komponen yang sangat penting dalam peta karna berfungsi menunjukan perbandingan antara jarak sebenarnya dan jarak pada peta. Skala peta dapat mempermudah pengguna untuk mengetahui jarak sebenarnya anatar tempat. Penulusan skala dapat berupa skala angka atau skala grafis. Contoh skala angka adalah 1:50.000,artinya 1 cm pada peta sama dengan 50.000 cm atau 0,5 Peta adalah sebuah kajian yang dipelajari dalam studi geografi di jenjang pendidikan sekolah menengah. Bila tertarik dengan studi peta yang lebih dalam bisa melanjutkan ke studi lebih lanjut di Sistem penginderaan jauh (GIS), Kartografi dan Geodesi. Peta dalam studi geografi sederhana adalah gambaran,pencitraan atau representasi permukaan bumi yang berupa gambar dua dimensi hasil dari penginderaan ruang tiga dimensi. Peta dibuat dengan tujuan memudahkan aktivitas manusia untuk mengenali ruang dan wilayahnya yang disesuaikan dengan kepentingan secara spesifik. Sejarah peta dimulai ketika manusia melakukan penjelajahan dan penelitian, walaupun dalam bentuk yang paling sederhana, dalam bentuk sketsa mengenai lokasi suatu tempat. Pada awal abad ke 2 (87M-150M),Claudius Ptolomeus menjelaskan teorinya tentang signifikansi peta. Sehingga karya peta dari Ptolomeus terbit dalam sebuah buku yang berjudul “Atlas Ptolomeus”. Sedikit mengutip dari wikipedia, Peta harus mempunyai skala, dengan tujuan untuk menentukan dan membandingkan jarak dari keadaan sesungguhnya. Peta yang baik harus memenuhi unsur-unsurnya yaitu; Judul peta,legenda sebagai keterangan atas peta, Proyeksi peta,tanda arah/mata angin, Skala, Sumber dan tahun pembuatan peta, simbol dan warna, garis tepi,inset peta, garis lintang (paralel) serta garis bujur (meridien). Secara umum pengklasifikasian peta berdasarkan isi (content), skala (scale), dan tujuannya (purpose). Berdasarkan isinya peta dibedakan menjadi peta umum dan peta khusus. Berdasarkan skalanya peta dibedakan menjadi peta kadaster/teknik, peta skala besar,peta skala sedang dan peta skala kecil. Sedangkan berdasarkan tujuannya ada peta pendidikan (education map), peta ilmu pengetahuan (science map), peta informasi umum (general information map), peta navigasi (navigation map) dan sebagainya berdasarkan tujuan pembuatan peta itu. Secara umum fungsi peta adalah untuk menunjukkan lokasi, ukuran (luas, jarak dan sudut), bentuk, kondisi fisik, karakter daerah, alat perencana dan lainnya. Dalam membaca peta orang harus memahami dengan baik semua simbol dan informasi yang ada pada peta. Membaca peta pada hakekatnya mempelajari medan/lapangan lewat simbol-simbol yang ada. Faktor-faktor yang dapat dibaca pada peta antara lain, kenampakan alam, sosial dan ekonomi, jarak, arah, lokasi,dan ketinggian. Signifikansi Peta Sebagai orang yang tertarik dengan peta, saya biasanya menggunakan background peta di notebook saya secara berkala. Memasang peta di beberapa lokasi strategis dengan harapan memudahkan imajinasi saya akan suatu wilayah yang saya tempati, ataupun akan saya kunjungi. Dengan ini sangat membantu kesadaran akan dimana dan posisi saya mengada.Serta orang lain yang melintas mungkin dengan terpaksa akan melihat peta yang terpajang. Entahlah apakah itu berguna atau tidak, saya kembalikan ke kebutuhan dan kesadaran subyektif. Kalau kita mencermati film kartun anak-anak, Dora The explorer. Alat apa yang paling diandalkan dalam mengatasi masalah di film kartun tersebut? Yaitu Peta. Dalam tas ransel Dora, selalu terdapat Peta untuk menjelaskan akan kemana, seperti apa medan dan tantangan yang akan dilalui. Sehingga dengan peta memudahkan Dora, untuk segera membikin rencana perjalanan serta bagaimana menyusun solusi untuk mengatasi masalah di setiap perjalanan. Sehingga dalam buku agenda terbitan selalu terdapat peta untuk memudahkan navigasi kita. Dan sejak era tekhnologi komunikasi berkembang pesat, tekhnologi peta juga berkembang dengan bantuan google earth serta GPS. Yang membantu dan mengarahkan agar kita tak tersesat. PETA Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang digambar pada bidang datar dengan skala tertentu. Manfaat peta untuk memberikan gambaran suatu wilayah. Jenis Peta Berdasarkan isinya peta dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Peta Umum Peta yang memberikan ketampakan umum suatu daerah 2. Peta Khusus (Tematik) Peta yang menggambarkan ketampakan khusus suatu daerah. Peta Umum terdiri dari : 1. Peta Topografi Peta yang menggambarkan bentuk muka bumi lengkap dengan ketampakan unsur budaya seperti jalan, sungai dan kota. Umumnya berskala besar 2. Peta Korografi Peta menggambarkan ketampakan yang bersifat umum pada daerah yang luas. Umumnya berskala sedang. Contohnya peta daerah kecamatan, kabupaten, kota. 3. Peta Geografi (Dunia) Peta umum berskala kecil sehingga ketampakan terlihat umum atau global. Peta khusus terdiri dari : 1. Peta pariwisata 2. Peta tambang 3. Peta kependudukan 4. Peta iklim A. Pengertian Peta Peta merupakan alat utama di dalam ilmu geografi, selain foto udara dan citra satelit. Melalui peta, seorang dapat mengamati kenampakan permukaan bumi lebih luas dari batas pandang manusia. Menurut ICA (International Cartographic Association) Peta adalah suatu gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi, yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa. Pada umumnya, peta digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil atau diskalakan. Kalau Anda bertanya kapan peta mulai ada dan digunakan manusia? Jawabannya adalah peta mulai ada dan digunakan manusia, sejak manusia melakukan penjelajahan dan penelitian. Walaupun masih dalam bentuk yang sangat sederhana yaitu dalam bentuk sketsa mengenai lokasi suatu tempat. Pada awal abad ke 2 (87 M – 150 M), Claudius Ptolomaeus mengemukakan mengenai pentingnya peta. Kumpulan dari peta peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan dan diberi nama “Atlas Ptolomaeus”. Ilmu yang membahas mengenai peta adalah kartografi. Sedangkan orang ahli membuat peta disebut kartografer. B. Komponen-komponen/Kelengkapan Peta Peta yang baik biasanya dilengkapi dengan komponen-komponen peta, agar peta mudah dibaca, ditafsirkan dan tidak membingungkan. Adapun komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam suatu peta antara lain: 1. Judul peta 2. Skala peta 3. Legenda atau keterangan 4. Tanda arah atau orientasi 5. Simbol dan warna 6. Sumber dan tahun pembuatan peta 7. Proyeksi peta Untuk lebih jelasnya mengenai arti dan manfaat dari komponen-komponen peta tersebut, silahkan Anda pelajari uraian berikut ini: 1. Judul Peta Pada peta yang pernah Anda lihat, di bagian manakah biasanya judul peta diletakkan? Judul peta memuat isi peta. Dari judul peta Anda dapat segera mengetahui data daerah mana yang tergambar dalam peta tersebut. Contoh: – Peta Penyebaran Penduduk Pulau Jawa. – Peta Tata Guna Tanah Propinsi Bali. – Peta Indonesia. Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. Biasanya, sebelum membaca memperhatikan isi peta, pasti terlebih dahulu judul yang dibacanya. Judul peta hendaknya memuat/mencerminkan informasi yang sesuai dengan isi peta. Selain itu, judul peta jangan sampai menimbulkan penafsiran ganda pada peta. Judul peta biasanya diletakkan di bagian tengah atas peta. Tetapi judul peta dapat juga diletakkan di bagian lain dari peta, asalkan tidak mengganggu kenampakkan dari keseluruhan peta. 2. SkalaPeta Skala adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi, dengan satuan ukuran yang sama. Skala ini sangat erat kaitannya dengan data yang disajikan. Bila ingin menyajikan data yang rinci, maka digunakan skala besar, misalnya 1 : 5000. Sebaliknya, apabila ingin ditunjukkan hubungan kenampakan secara keseluruhan, digunakan skala kecil, misalnya skala 1 : 1000.000. Contoh: skala 1 : 500.000 artinya 1 bagian di peta sama dengan 500.000 jarak yang sebenarnya, apabila dipakai satuan cm maka artinya 1 cm jarak di peta sama dengan 500.000 cm (5 km) jarak sebenarnya di permukaan bumi 1. Legenda atau Keterangan Legenda pada peta menerangkan arti dari simbol-simbol yang terdapat pada peta. Legenda itu harus dipahami oleh si pembaca peta, agar tujuan pembuatan peta itu mencapai sasaran. Legenda biasanya diletakkan di pojok kiri bawah peta. Selain itu legenda peta dapat juga diletakkan pada bagian lain peta, sepanjang tidak mengganggu kenampakan peta secara keseluruhan.

Contoh Legenda :

1. Simbol dan Warna
Agar pembuatan peta dapat dilakukan dengan baik, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu simbol dan warna. Sebelum dibahas mengenai simbol dan warna pada peta, silahkan perhatikan skema 1.1. di bawah ini:

Uraian berikut ini akan menjelaskan satu demi satu mengenai pengertian simbol dan warna tersebut a. Simbol Peta Pada peta, Anda juga akan melihat simbol-simbol, gunanya agar informasi yang disampaikan tidak membingungkan. Simbol-simbol dalam peta harus memenuhi syarat, sehingga dapat menginformasikan hal-hal yang digambarkan dengan tepat. Syarat-syarat tersebut adalah: – sederhana – mudah dimengerti – bersifat umum Macam-macam simbol peta: 1. Simbol Point / Titik

Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional, seperti simbol kota, pertambangan, titik trianggulasi (titik ketinggian) tempat dari permukaan laut dan sebagainya.

1. Simbol Garis
Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data geografis misalnya sungai, batas wilayah, jalan, dan sebagainya

3. Simbol Luasan
Simbol luasan (Area), digunakan untuk menunjukkan kenampakan area misalnya rawa, hutan, padang pasir dan sebagainya

4. Simbol Aliran
Simbol aliran, digunakan untuk menyatakan alur dan gerak

5. Simbol Batang Simbol batang, digunakan untuk menyatakan harga/dibandingkan harga lainnya/nilai lainnya. Contoh: Simbol batang (lihat gambar 1.8.)

Berdasarkan simbol batang yang terdapat pada peta dan harga setiap ruasnya (1 ruas harganya 100.000 ton padi), dapat disimpulkan wilayah (provinsi) yang produksi padinya terbanyak adalah Kalimantan Selatan dan paling sedikit adalah Kalimantan Timur.

1. Simbol Lingkaran Simbol lingkaran, digunakan untuk menyatakan kuantitas (jumlah) dalam bentuk persentase. Contoh: simbol lingkaran (lihat gambar 1.9) Keterangan gambar 1.9. Berdasarkan simbol lingkaran pada gambar 1.9, dapat disimpulkan bahwa 1/4 bagian (25%) tanah digunakan untuk lain-lain (selain pertanian, perkebunan dan hutan). Sedangkan 3/8 bagian (37,5%) digunakan untuk pertanian, 3/8 bagian (37,5%) lagi digunakan untuk perkebunan dan kehutanan. Pada simbol lingkaran, luas lingkaran mencerminkan jumlah data. a. Warna Simbol Tidak ada peraturan yang baku mengenai penggunaan warna dalam peta. Jadi penggunaan warna adalah bebas, sesuai dengan maksud atau tujuan si pembuat peta, dan kebiasaan umum. Contoh : Untuk laut, danau digunakan warna biru. Untuk temperatur (suhu) digunakan warna merah atau coklat. Untuk curah hujan digunakan warna biru atau hijau. Daerah pegunungan tinggi/dataran tinggi (2000 – 3000 meter) digunakan warna coklat tua. Untuk dataran rendah (pantai) ketinggian 0 sampai 200 meter dari permukaan laut digunakan warna hijau. 1. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta Sumber dan Tahun Pembuatan Peta Bila Anda membaca peta, perhatikan sumbernya. Sumber memberi kepastian kepada pembaca peta, bahwa data dan informasi yang disajikan dalam peta tersebut benar benar absah (dipercaya/akurat), dan bukan data fiktif atau hasil rekaan. Hal ini akan menentukan sejauh mana si pembaca peta dapat mempercayai data/informasi tersebut. Selain sumber, perhatikan juga tahun pembuatannya. Pembaca peta dapat mengetahui bahwa peta itu masih cocok atau tidak untuk digunakan pada masa sekarang atau sudah kadaluarsa karena sudah terlalu lama. Dari uraian materi tadi dapat disimpulkan bahwa semua yang ada pada peta dinamakan komponen-komponen kelengkapan peta, tetapi masih ada beberapa komponen lain yang belum disebutkan. C. Cara Membuat dan Membaca Peta Anda sudah tahu apa itu peta, komponen-komponen peta. Selanjutnya Anda akan mempelajari bagaimana cara membuat dan membaca peta Membuat Peta Dalam pembuatan peta, ada beberapa prinsip pokok yang harus diperhatikan. Yang dimaksud pembuatan peta dalam modul ini bukan dalam pengertian pemetaan wilayah. Langkah-langkah prinsip pokok dalam pembuatan peta adalah: a. menentukan daerah yang akan Anda petakan, b. membuat peta dasar (base map) yaitu peta yang belum diberi simbol, c. mencari dan mengklarifikasikan (menggolongkan) data sesuai dengan kebutuhan, d. membuat simbol-simbol yang mewakili data, e. menempatkan simbol pada peta dasar, f. membuat legenda (keterangan), dan g. melengkapi peta dengan tulisan (lettering) secara baik dan benar. Tata Cara Penulisan pada Peta Untuk membuat tulisan (lettering) pada peta ada kesepakatan di antara para ahli (kartografer) yaitu sebagai berikut:

a. Nama geografis ditulis dengan bahasa dan istilah yang digunakan penduduk setempat.

Contoh: Sungai ditulis Ci (Jawa Barat), Kreung (Aceh), Air (Sumatera Utara). Nama sungai ditulis searah dengan aliran sungai dan menggunakan huruf miring. (Lihat gambar 1.18)
b. Nama jalan di tulis harus searah dengan aras jalan tersebut, dan ditulis dengan huruf cetak kecil. (lihat gambar 1.19).

Gambar 1.19. Contoh penulisan jalan. Gambar 1.20.

Contoh penulisan nama kota.

c. Nama kota ditulis dengan 4 cara yaitu: 1) di bawah simbol kota 2) di atas simbol kota 3) di sebelah kanan simbol kota 4) di sebelah kiri simbol kota 3. Membaca Peta Dalam membaca peta, Anda harus memahami dengan baik semua simbol atau informasi yang ada pada peta. Kalau Anda dapat membaca peta dengan baik dan benar, maka Anda akan memiliki gambaran mengenai keadaan wilayah yang ada dalam peta, walaupun belum pernah melihat atau mengenal medan (muka bumi) yang bersangkutan secara langsung. Ada beberapa hal perlu ketahui dalam membaca peta antara lain: a. Isi peta dan tempat yang digambarkan, melalui judul. b. Lokasi daerah, melalui letak garis lintang dan garis bujur. c. Arah, melalui petunjuk arah (orientasi). d. Jarak atau luas suatu tempat di lapangan, melalui skala peta. e. Ketinggian tempat, melalui titik trianggulasi (ketinggian) atau melalui garis kontur. f. Kemiringan lereng, melalui garis kontur dan jarak antara garis kontur yang berdekatan. g. Sumber daya alam, melalui keterangan (legenda). h. Kenampakan alam, misalnya relief, pegunungan/gunung, lembah/sungai, jaringan lalu lintas, persebaran kota. Kenampakan alam ini dapat diketahui melalui simbol-simbol peta dan keterangan peta. Selanjutnya kita dapat menafsirkan peta yang kita baca, antara lain sebagai berikut: a. Peta yang banyak gunung/pegunungan dan lembah/sungai, menunjukkan bahwa daerah itu berelief kasar. b. Alur-alur yang lurus, menunjukkan bahwa daerah itu tinggi dan miring, jika alur sungai berbelok-belok (berbentuk meander), menunjukkan daerah itu relatif datar. c. Pola (bentuk) pemukiman penduduk yang memusat dan melingkar, menunjukkan daerah itu kering (sulit air) tetapi di tempat-tempat tertentu terdapat sumber-sumber air. Dengan membaca peta Anda akan dapat mengetahui: a. Jarak lurus antar kota. b. Keadaan alam suatu wilayah, misalnya suatu daerah sulit dilalui kendaraan karena daerahnya berawa-rawa. c. Keadaan topografi (relief) suatu wilayah. d. Keadaan penduduk suatu wilayah, misalnya kepadatan dan persebarannya. e. Keadaan sosial budaya penduduk, misalnya mata pencaharian, persebaran sarana kota dan persebaran permukiman. PETA TEMATIK Anda masih ingat, bahwa peta terdiri dari dua jenis, yaitu peta umum dan peta tematik? Perbedaan kedua jenis peta tersebut terletak dari informasi yang ada di dalam peta. Dengan mempelajari jenis peta Anda akan mengetahui peta itu bisa digunakan sangat beragam, sukar untuk menghitung jumlah peta yang sebenarnya. Meskipun begitu peta dapat digolongkan (diklasifikasikan) menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut: Jenis Peta berdasarkan Isinya Berikut ini adalah penjelasan penggolongan peta berdasarkan isinya. Berdasarkan isinya peta dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu: peta umum dan peta khusus (tematik). 1. Peta Umum

Peta umum adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi secara umum. Peta umum ini memuat semua kenampakan yang terdapat di suatu daerah, baik kenampakan fisis (alam) maupun kenampakan sosial budaya. Kenampakan fisis misalnya sungai, gunung, laut, danau dan lainnya. Kenampakan sosial budaya misalnya jalan raya, jalan kereta api, pemukiman penduduk dan lainnya.

Peta umum ada dua jenis yaitu: peta topografi dan chorografi. a. Peta Topografi. Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan bentuk relief (tinggi- rendahnya) permukaan bumi. Peta ini dilengkapi dengan kenampakkan yang lain, seperti bentang alam dan bentang budaya secara detail. Peta ini pada umumnya mempunyai skala besar antara 1 : 50.000 sampai dengan 1 : 100.000.

b. Peta chorografi Yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi dengan skala yang lebih kecil. Misalnya: Peta Dunia, Atlas.

2. Peta Khusus (tematik)
Peta khusus atau peta tematik adalah peta yang menggambarkan tema atau fenomena geosfer tertentu yang ditonjolkan. Tema Peta peta tematik tercermin pada simbol-simbol yang digunakan misalnya kepadatan penduduk, peta suhu udara, peta curah hujan, chart dan sebagainya. Chart adalah peta jalur penerbangan atau pelayaran. Dalam chart ini yang penting adalah tempat-tempat yang akan disinggahi pesawat atau kapal, dengan arah dan jarak yang tepat.

Cara Pembuatan Peta Tematik 1. Syarat utama adalah ketersediaan data dan mengetahui lokasi data itu berada. 2. Adanya peta dasar. Karena peta dasar memberikan informasi dasar tentang wilayah yang akan dipetakan, seperti informasi batas wilayah, jalan, sungai, danau, atau laut sehingga mudah dalam menempatkan data. Misalnya: Kita akan membuat peta tematik yang menunjukkan informasi tentang penyebaran jumlah penduduk di berbagai kecamatan di Kabupaten Malang. Untuk itu kita harus mempuyai data tentang jumlah penduduk tiap kecamatan di kabupaten Malang. Kita juga harus memiliki peta dasar wilayah kabupaten. Malang yang memuat berbagai informasi, antara lain batas wilayah, kecamatan, jalan, sungai, dan sebagainya. Data dalam pembuatan peta bisa dari mana saja sumbernya, misalnya pengukuran langsung, penyadapan citra penginderaan jauh, penggunaan peta-peta yang sudah ada dan data statistik 3. Simbol-simbol pada peta tematik Peta tematik dapat menggambarkan yang ada di permukaan bumi secara spesifik, baik secara kualitatif maupun statistik. Menurut dimensinya jenis kenampakan yang ada dipermukaan bumi dapat dikelompokkan menjadi: a. Kenampakan posisional (kenampakan titik), adalah bentuk kenampakan yang tidak memiliki dimensi, tetapi hanya menjelaskan bahwa di tempat tertentu ada obyek, misalnya mata air, mesjid, industri dan pelabuhan udara. b. Kenampakan linier (garis) adalah kumpulan yang dianggap memiliki satu dimensi, berupa panjang. Misalnya, ruas jalan, sungai, garis pantai, jalan kereta api dan batas negara.

c. Kenampakan luasan (Areal), kenampakan yang memiliki dua dimensi yaitu panjang dan lebar yang membentuk luasan. Misalnya danau, sawah, tegalan.

PETA UMUM Adalah peta yang menggambarkan kenampakkan umum.

Contoh Peta Pulau Sulawesi

PETA KHUSUS Peta khusus atau peta tematik adalah peta yang menggambarkan satu atau beberapa aspek saja dari gejala di permukaan bumi

Contohnya :

PETA STASIONER Peta Stasioner adalah peta yang menggambarkan obyek yang tetap (tidak berubah).

Contohnya :

PETA DINAMIK
Peta dinamik adalah peta yang menggambarkan obyek yang relatif mudah berubah. Contohnya : Peta jalur transportasi darat

bentuk peta

PETA PLANIMETRI Peta Planimetri sering di sebut juga peta dasar atau peta dua dimensi.

Peta Planimetri adalah peta yang dibuat pada bidang datar, seperti kertas atau tripleks.Kenampakan permukaan bumi pada peta ini digambarkan dengan menggunakan simbol-simbol tertentu misalnya dataran rendah digambarkan dengan warna hijau, pegunungan dengan warna coklat dan perairan dengan warna biru

PETA SETEREOMETRI Peta Stereometri sering disebut juga peta timbul atau peta tiga dimensi. Peta Stereometri dibuat berdasarkan bentuk bumi yang sesungguhnya.

Peta Peta Stereometri tinggi rendahnya bentuk permukaan bumi dapat kita lihat dengan jelas. Pengamatan peta dilakukan dengan melihat dari atas.

PETA DIGITAL
Peta digital merupakan peta hasil pengolahan data digital yang tersimpan dalam komputer. Peta ini dapat disimpan dalam disket atau CD Rom. Contoh Citra satelit, foto udara

permanfaatan peta

DASAR PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN Informasi geografis yang ada dalam peta dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan. Misalnya perencanaan pembangunan jalan, pusat perdagangan, perjalanan wisata dll. Dalam bidang militer, peta digunakan untuk membantu menentukan lokasi persembunyian musuh sehingga memudahkan penyerangan. Dalam bidang sosial budaya, peta digunakan sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan. MENUNJUKKAN LOKASI SUATU WILAYAH Peta dapat digunakan untuk mengetahui lokasi suatu tempat. Misalnya wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia, sehingga dapat membantu untuk mencapai tempat yang dituju. SEBAGAI SUMBER INFORMASI Peta merupakan sumber informasi yang penting. Di dalam peta terdapat informasi geografis, baik fisik maupun sosial, seperti iklim, penduduk, potensi kekayaan alam, tingkat kemiskinan, jalan, lokasi pertambangan, dll. Peta juga memberikan informasi tentang perubahan suatu gejala geografis dari waktu ke waktu, misalnya perubahan luas hutan dari tahun 1980 – 2000, perubahan tata guna lahan pasca Tsunami di Aceh dan sebagainya.

Materi yang akan dibahas kali ini adalah materi Geogragi yakni mengenai Peta , walaupun ada banyak pengertian peta namun pada intinya pengertiannya adalah sebagai berikut :

Peta adalah suatu gambaran sebagian atau seluruh wilayah permukaan bumi dengan berbagai fenomena kenampakannya pada suatu bidang datar yang diperkecil menggunakan skala tertentu.

Peta menurut International Cartografhic Association adalah: Gambaran unsur unsur permukaan bumi atau ang adakaitannya dengan permukaan bumi maupun benda benda angkasa.

Peta : Gambaran kenampakan muka bumi pada bidang datar dengan menggunakan skala.

(dan banyak lagi pengertian tentang peta,)

Ilmu yang mempelajari peta adalah Kartografi

Jenis jenis peta

1 Peta umum

– peta dunia : peta yang menggambarkan bentuk dan letak wilayah setiap negara di dunia

– peta korografi : Peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bercorak umum dan berskala kecil.

– peta topografi : Peta yang menggambarkan permukaan bumi dan reliefnya / ketinggian tempat.

2 Peta Khusus

– Peta Kadaster : peta yang berskala 1:5.000 -1:100 co. peta desa

– Peta Skala besar : 1:250.000 –

– Peta Skala menengah : 1:500.000 –

– Peta Skala kecil : 1:1000.000 –

Bentuk peta

1. Peta datar

2. Peta relief

3. Peta digital

Komponen / unsur peta

1. Judul peta

2. Skala peta ( skala garis, skala angka, skala verbal)

3. Tanda orientasi :

– Inset

– Garis astronomis (grid peta : garis lintang dan garis bujur)

– Sumber pembuatan peta

– Legenda ( simbol garis, simbol titik, wilayah, warna.)

Manfaat peta

1. Mengetahui jarak 1 tempat ke tempat lain

2. Mengetahui arah suatu tempat

3. Dapat menjelaskan kondisi suatu lingkungan

4. Memperoleh data data yang dibutuhkan pengguna

5. Kemungkinan usaha dilakukan di suatu tempat. Pengertian Proyeksi Peta

Proyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi fisis bisa digambarkan diatas bidang datar (peta). Karena permukaan bumi fisis tidak teratur maka akan sulit untuk melakukan perhitungan-perhitungan langsung dari pengukuran. Untuk itu diperlukan pendekatan secara matematis (model) dari bumi fisis tersebut. Model matematis bumi yang digunakan adalah ellipsoid putaran dengan besaran-besaran tertentu. Maka secara matematis proyeksi peta dilakukan dari permukaan ellipsoid putaran ke permukaan bidang datar.

A. Pengertian Peta •Erwin Raisz memberikan batasan peta sebagai gambaran konvensional permukaan bumi yang diperkecil seperti kenampakannya bila dilihat dari atas dan diberi tulisan serta keterangan bagi kepentingan pengenalan •International Cartographic Association (ICA) memberikan batasan peta sebagai gambaran konvensional dan selektif yang diperkecil biasanya dibuat pada bidang datar, dapat meliputi perujudan dari permukaan bumi atau benda angkasa maupun data yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda angkasa •F.J Mounkhous dan H.R Wilkinson; Peta ialah suatu perakitan terpadu atau suatu sintesa dari empat kelompok infomasi yaitu titik, garis, wilayah dan nama yang dikemukakan dalam istilah : liputan, ciri, pola, bentuk, ukuran, ketebalan simbul dan lain-lain. Batasan tersebut di atas langsung menunjuk ke pada segi teknik penetapan simbul dan analisis keruangan aspek persebaran data dalam jenis dan besaran serta penamaan geografiknya ( toponimy ) Dari pengertian diatas dalam pembuatan peta perlu memperhatikan batasan-batasan sebagi berikut: 1. Peta menggambarkan hubungan yang jelas secara sistematis antar obyek yang digambarkan dengan ukuran sebenarnya, yang dinyatakan dengan skala 2. Tidak semua kenampakan permukaan bumi tergambarkan dalam peta sehingga perlu dilakukan generalisasi, klasifikasi dan penyederhanaan A. Proyeksi Peta Seperti yang kita ketahui bumi bulat sedangkan peta berbentuk datar sehingga untuk memindahkan kenampakan bumi pada bidang datar, maka diperlukan system proyeksi. Ada beberapa hal yang harus di pertimbangkan dalam memilih proyeksi yang digunakan antara lain : •Bentuk, letak, dan luas wilayah yang akan dipetakan •Ciri-ciri yang dipertahankan misalnya mempertahankan bentuk ( conform), luas (equivalent) jarak (equidistant) Dalam system proyeksi dikenal berbagi macam proyeksi antara lain : 1. Proyeksi berdasarkan bidang proyeksi a. Proyeksi zenithal (azimuthal) Bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub atau equator. Proyeksi ini dibedakan menjadi : •Proyeksi azimuth normal,bidabg proyeksinya bersinggungan dengan kutub •Proyeksi azimuth tranversal,bidang proyeksinya tegak lurus dengan equator •Proyeksi azimuth obique, bidang proyeksinya menyinggung kutub dan equator b. Proyeksi Silinder Proyeksi ini menggunakan Silinder sebagai bidang proyeksinya dan menyinggung bola Bumi. Proyeksi ini memiliki kelebihan dapat menggambarkan wilayah yang luas dan sesuai untuk menggambarkan wilayah katulistiwa atau lintang rendah. Proyeksi ini dibagi menjadi : •Proyeksi kerucut normal •Proyeksi kerucut tranversal •Proyeksi kutub Oblique 2. Proyeksi Modifikasi a. Proyeksi Bonne menggambarkan wilayah Asia disekitar katulistiwa b. Proyeksi Mollweid, semakin mendekati kutub berubah semakin kecil c. Proyeksi Mercator, melikiskan bumi diatas bidang silinder yang sumbunya berimpit dengan bola Bumi d. Proyeksi Sinusoidal, proyeksi ini cocok untuk menggambarkan derah sekitar Amerika selatan, Australia, dan Afrika e. Proyeksi Holomografik, merupakan perbaikan kesalahan pada proyeksi Mollweide 3. Proyeksi Berdasrkan Sifat Asli Yang Dipertahankan a. Proyeksi Equivalent proyeksi untuk mempereahankan luas daerah b. Proyeksi Konform, proyeksi mempertahankan sudut-sudut di permukaan Bumi (bentuk) c. Proyeksi Equdistant, proyeksi untuk mempertahankan jarak 4. Proyeksi Berdasarkan Kedudukan Sumbu a. Proyeksi Normal, Sumbu simetri berimpit dengan sumbu Bumi b. Proyeksi Miring, Sumbu simetri membentuk sudut miring dengan sumbu Bumi c. Proyeksi Tranversal, menyinggung equator C. Komponen Peta 1. Judul Peta, merupakan informasi yang menampilkan isi peta 2. Skala, merupakan perbandingan antara ukuran di peta dengan ukuran yang sebenarnya 3. Petunjuk arah, bertujuan untu menunjukkan arah 4. Simbol,digunakan untuk menenali obyek. Dapat berupa garis, titik maupun luasan 5. Sumber dan tahun pembuatan peta, sebagai acuan dalam perolehan data 6. Inset, digunakan untuk memperjelas posisi suatu wilayah yang ada dipeta 7. Legenda, berisikan keterangan symbol yang terdapat pada peta D. Komposisi Peta Komposisi peta yang baik akan memberikan gambaran wujud dan letak yang sebenarnya serta tampilan yang menarik, komposisi peta antara lain: 1. Judul Peta 2. Skala angka 3. Nomor lembar peta 4. Daerah yang dicakup 5. Edisi 6. Keterangan proyeksi peta 7. Penerbit 8. Petunjuk orientasi 9. Skala Grafis 10. Pembagian daerah administrasi 11. Petunjuk Pembacaan Koordinat 12. Grid lintang dan grid bujur E. Skala Sebagai Kunci 1. Untuk Membandingkan Ukuran Setiap peta mencantumkan skala, ada yang dinyatakan dengan pecahan ( skala numerik ), ada yang dinyatakan dengan grafik dan ada pula yang dinyatakan dalam perbandingan inchi / mil ( skala verbal ). Pencantuman skala dimaksudkan agar pembaca peta mengetahui perbandingan ukuran medan ( real world yang dipetakan ) dengan ukuran gambar ( peta ). 2. Menyatakan Detail Informasi Skala peta juga merupakan indikator detail data geospasial yang dipresentasikan oleh sebuah peta. Peta topografi yang dikeluarkan oleh BAKOSURTANAL yang dikenal dengan Peta Rupabumi Indonesia, terbit dengan berbagai skala, antara lain : a. Skala 1 : 10.000., Nomor lembar peta 8 digit ( Mis: 1209-6229 ) Format 2’30” x 2’30” Kontur interval 5 meter b. Skala 1 : 25.000 Nomor lembar peta 7 digit ( Mis : 1209-224 ) Format 7’30” x 7’30” Kontur interval 12,5 meter c. Skala 1 : 50.000 Nomor lembar peta 6 digit ( Mis : 1209-43 ) Format 15’ x 15’Kontur interval 25 meter d. Skala 1 : 100.000 Nomor lembar peta 5 digit ( Mis : 1209-1 ) Format 30’ x 30’Kontur interval 50 meter Ilustrasi ini memperlihatkan bahwa semakin besar skala peta, detail informasi hipsografi yang dipersentasikan dengan symbol garis berupa kontur semakin rinci. ESENSI PETA Definisi Erwin Raisz memberikan batasan peta sebagai gambaran konvensional permukaan bumi yang diperkecil seperti kenampakannya bila dilihat dari atas dan diberi tulisan serta keterangan bagi kepentingan pengenalan. Dari definisi Erwin Raisz, tersebut dapat kita maknai sebagai berikut : a) Data ( kenampakan permukaan bumi ) dipresentasikan dengan lambang yaitu symbol, yang diatur secara konvensional yaitu berdasarkan kesepakatan atau rujukan. b) Presentasi dengan pengecilan yaitu menggunakan skala. c) Gambaran permukaan bumi seperti kalau dilihat dari atas, menunjuk pada kenampakan topografik. d) Ditambah tulisan nama-nama geografi (toponimy) pada muka peta dan keterangan lain pada tepi peta. International Cartographic Association (ICA)* memberikan batasan peta sebagai gambaran konvensional dan selektif yang diperkecil biasanya dibuat pada bidang datar, dapat meliputi perujudan dari permukaan bumi atau benda angkasa maupun data yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda angkasa. Definisi I.C.A memberikan kelengkapan berupa : a. Obyek digambarkan bersifat selektif, yaitu melalui generalisasi kartografik yang dapat berupa pemilihan, penyederhanaan, penghapusan / omittance dan exegerasi, berdasarkan skala yang ditetapkan dan tujuan pemetaan. b. Obyek yang digambarkan dapat berupa data topografik maupun tematik baik permukaan bumi maupun benda angkasa. Obyek dapat berupa fenomena, masalah, potensi dan sintesis dari semuanya. F.J Mounkhous dan H.R Wilkinson; Peta ialah suatu perakitan terpadu atau suatu sintesa dari empat kelompok infomasi yaitu titik, garis, wilayah dan nama yang dikemukakan dalam istilah : liputan, ciri, pola, bentuk, ukuran, ketebalan simbul dan lain-lain. Batasan tersebut di atas langsung menunjuk ke pada segi teknik penetapan simbul dan analisis keruangan aspek persebaran data dalam jenis dan besaran serta penamaan geografiknya ( toponimy ). Mengapa Peta Geografi menelaah objek studinya dalam kaitannya dengan posisinya di ruang muka bumi. Peta menunjukkan posisi absolut ( L,B dan X,Y) setiap obyek yang ditampilkan. Peta juga memperlihatkan posisi relatif obyek yang satu terhadap obyek lainnya. Bahkan unsur elevasi ( Z ) dapat diketahui dengan baik. Selain itu aspek metrik obyek, seperti bentuk, ukuran dipresentasikan bersamaan aspek semantiknya, sejauh skalanya memungkinkan. Macam-macam Peta 1. Ditinjau dari jenisnya Ditinjau dari jenisnya, peta dibedakan menjadi dua, yaitu peta foto dan peta garis. Peta foto ialah peta yang dihasilkan dari muzaik foto udara/ortofoto yang dilengkapi garis kontur, nama, dan legenda. Peta garis ialah peta yang menyajikan detail alam dan buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan. 1. Ditinjau dari skalanya Berdasarkan skalanya peta diklasifikasikan menjadi lima yaitu : • Peta kadaster berskala 1 : 100 s/d 1 : 5000 • Peta skala besar berskala 1 : 5000 s/d 1 : 250.000 • Peta skala sedang berskala 1 : 250.000 s/d 1 : 500.000 • Peta skala kecil berskala 1 : 500.000 s/d 1 : 1.000.000 • Peta skala geografi berskala lebih dari 1 : 1.000.000 1. Ditinjau dari informasinya • Peta umum/PetaIkhtisar adalah peta yang menggambarkan segala Sesutu yang ada di permukaan bumi. • Peta Khusus/Peta Tematik adalah peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan tertentu di permukaan bumi. Contohnya : Peta kepadatan penduduk, Peta geologi, peta penggunaan lahan, dll. Unsur-Unsur peta • Konstruksi peta • Penempatan nama nama unsure topografi di muka peta • Simbol simbol unsure topografi di peta • Generalisasi • Penyajian relief muka bumi • Graticule dan grid Marginal Information (Informasi tepi peta) a) Judul Peta • Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. Biasanya, sebelum membaca memperhatikan isi peta, pasti terlebih dahulu judul yang dibacanya. • Judul peta hendaknya memuat/mencerminkan informasi yang sesuai dengan isi peta. Selain itu, judul peta jangan sampai menimbulkan penafsiran ganda pada peta. • Judul peta biasanya diletakkan di bagian tengah atas peta. Tetapi judul peta dapat juga diletakkan di bagian lain dari peta, asalkan tidak mengganggu kenampakkan dari keseluruhan peta. Contoh: – Peta Persebaran Penduduk Pulau Jawa Tahun 2009 – Peta Tata Guna Tanah Propinsi Bali Tahun 2005 b) Skala Peta Skala adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi, dengan satuan ukuran yang sama. Skala ini sangat erat kaitannya dengan data yang disajikan. Bila ingin menyajikan data yang rinci, maka digunakan skala besar, misalnya 1 : 5000, Semakin besar skala suatu peta, maka akan semakin banyak detil informasi yang dapat ditampilkan. c) Tanda Arah atau Tanda Orientasi Tanda arah atau tanda orientasi penting artinya pada suatu peta. Gunanya untuk menunjukkan arah Utara, Selatan, Timur dan Barat. Tanda orientasi perlu dicantumkan pada peta untuk menghindari kekeliruan. Tanda arah pada peta biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke arah Utara. Petunjuk ini diletakkan di bagian mana saja dari peta, asalkan tidak mengganggu kenampakan peta. d) Legenda atau keterangan Legenda pada peta menerangkan arti dari simbol-simbol yang terdapat pada peta. Legenda itu harus dipahami oleh si pembaca peta, agar tujuan pembuatan peta itu mencapai sasaran. Legenda biasanya diletakkan di pojok kiri bawah peta. Selain itu legenda peta dapat juga diletakkan pada bagian lain peta, sepanjang tidak mengganggu kenampakan peta secara keseluruhan. e) Inset peta Inset peta menunjukan lokasi daerah yang dipetakan terhadap daerah di sekitarnya yang lebih luas. Kegunaan inset adalah untuk menjelaskan salah satu bagian dari peta dan untuk menjukan lokasi yang penting tetapi kurang jelas dalam peta. f) Koordinat (Grid & Graticule) Posisi absolut berdasarkan lintang dan bujur g) Garis tepi Garis tepi biasanya dibuat rangkap, yang berfungsi membatasi peta dengan komponen-komponennya di dalam bingkai (garis tepi peta) serta membantu daerah yang dipetakan tepat pada posisi di tengah-tengah. • Sumber Peta • Pembuat Peta Gambar Peta Satuan Lahan SISTEM KOORDINAT DAN PROYEKSI PETA Peta merupakan gambaran suatu tempat seperti kota, negara atau benua yang memperlihatkan kharakteristik utamanya bila di lihat dari atas [Collin English Dictionary, 2003]. Jadi pemetaan dapat diartikan sebagai kegiatan penggambaran permukaan bumi yang di proyeksikan ke dalam bidang datar dengan skala tertentu. Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Proyeksi diartikan sebagai metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu menjadi bentuk dimensi yang sistematik. Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid. Istilah ini sinonim dengan istilah spheroid yang digunakan untuk menyatakan bentuk bumi. Karena bumi tidak uniform, maka digunakan istilah geoid untuk menyatakan bentuk bumi yang menyerupai ellipsoid tetapi dengan bentuk muka yang sangat tidak beraturan. Oleh karena permukaan bumi ini tidak rata alias melengkung-lengkung tidak beraturan, akan tetapi peta membutuhkan suatu gambaran dalam bidang datar, maka diperlukan pengkonversian dari bidang lengkung bumi sebenarnya ke bidang datar agar tidak terjadi distorsi permukaan bumi. berikut ukuran bumi dalam angka : Ellipticity: 0.003 352 9 Mean radius: 6,372.797 km Equatorial radius: 6,378.137 km Polar radius: 6,356.752 km Aspect Ratio: 0.996 647 1

radius equatornya lebih panjang dari pada radius kutub

Sistem UTM (Universal Transvers Mercator ) dengan system koordinat WGS 84 sering digunakan pada pemetaan wilayah Indonesia. UTM menggunakan silinder yang membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi) sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid. Pada system proyeksi UTM didefinisika posisi horizontal dua dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan conform yang memotong bumi pada dua meridian standart. Seluruh permukaan bumi dibagi atas 60 bagian yang disebut dengan UTM zone. Setiap zone dibatasi oleh dua meridian sebesar 6° dan memiliki meridian tengah sendiri. Sebagai contoh, zone 1 dimulai dari 180° BB hingga 174° BB, zone 2 di mulai dari 174° BB hingga 168° BB, terus kearah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174° BT sampai 180° BT. Batas lintang dalam system koordinat ini adalah 80° LS hingga 84° LU. Setiap bagian derajat memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80° LS kearah utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan dimulai dari C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O tidak digunakan). Jadi bagian derajat 80° LS hingga 72° LS diberi notasi C, 72° LS hingga 64° LS diberi notasi D, 64° LS hingga 56° LS diberi notasi E, dan seterusnya.
Peta UTM Dunia

Pembagian Sistem Proyeksi Peta Secara garis besar sistem proyeksi peta bisa dikelompokkan berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik. Pertimbangan Ekstrinsik: Bidang proyeksi yang digunakan: • Proyeksi azimutal / zenital: Bidang proyeksi bidang datar. • Proyeksi kerucut: Bidang proyeksi bidang selimut kerucut. • Proyeksi silinder: Bidang proyeksi bidang selimut silinder. Persinggungan bidang proyeksi dengan bola bumi: • Proyeksi Tangen: Bidang proyeksi bersinggungan dengan bola bumi. • Proyeksi Secant: Bidang Proyeksi berpotongan dengan bola bumi. • Proyeksi “Polysuperficial”: Banyak bidang proyeksi Posisi sumbu simetri bidang proyeksi terhadap sumbu bumi: • Proyeksi Normal: Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bola bumi. • Proyeksi Miring: Sumbu simetri bidang proyeksi miring terhadap sumbu bola bumi. • Proyeksi Traversal: Sumbu simetri bidang proyeksi ^ terhadap sumbu bola bumi. Pertimbangan Intrinsik: Sifat asli yang dipertahankan: • Proyeksi Ekuivalen: Luas daerah dipertahankan: luas pada peta setelah disesuikan dengan skala peta = luas di asli pada muka bumi. • Proyeksi Konform: Bentuk daerah dipertahankan, sehingga sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan sudut-sudut di muka bumi. • Proyeksi Ekuidistan: Jarak antar titik di peta setelah disesuaikan dengan skala peta sama dengan jarak asli di muka bumi. Cara penurunan peta: • Proyeksi Geometris: Proyeksi perspektif atau proyeksi sentral. • Proyeksi Matematis: Semuanya diperoleh dengan hitungan matematis. • Proyeksi Semi Geometris: Sebagian peta diperoleh dengan cara proyeksi dan sebagian lainnya diperoleh dengan cara matematis.

Gambar : jenis bidang proyeksi dan kedudukannya terhadap bidang datum

Klasifikasi dan Pemilihan Proyeksi Peta Proyeksi Peta dapat diklasifikan menurut bidang proyeksi yang digunakan, posisi sumbu simetri bidang proyeksi, kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, dan ketentuan

geometrik yang dipenuhi.

Menurut bidang proyeksi yang digunakan Bidang proyeksi adalah bidang yang digunakan untuk memproyeksikan gambaran permukaan bumi. Bidang proyeksi merupakan bidang yang dapat didatarkan. Menurut bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta adalah: • Proyeksi Azimuthal Bidang proyeksi yang digunakan adalah bidang datar. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah garis yang melalui pusat bumi dan tegak lurus terhadap bidang proyeksi • Proyeksi Kerucut (Conic) Bidang proyeksi yang digunakan adalah kerucut. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari kerucut yang melalui pusat bumi. • Proyeksi Silinder (Cylindrical) Bidang proyeksi yang digunakan adalah silinder. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari silinder yang melalui pusat bumi. Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang digunakan Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta adalah: • Proyeksi Normal (Polar): Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bumi • Proyeksi Miring (Oblique): Sumbu simetri bidang proyeksi membentuk sudut terhadap sumbu bumi • Proyeksi Transversal (Equatorial): Sumbu simetri bidang proyeksi tegak lurus terhadap sumbu bumi Proyeksi Konform Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta sama dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi, sehingga dengan memperhatikan factor skala peta bentuk yang digambarkan di atas peta akan sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di permukaan bumi. Proyeksi Ekuivalen Luas permukaan yang digambarkan di atas peta sama dengan luas sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta) Proyeksi Peta yang umum dipakai di Indonesia Proyeksi Polyeder Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing berjarak 20′. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titik potong antara garis paralel standar dan garis meridian standar disebut sebagi ‘titik . Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukangaris meridian standarnya (λ 0). Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah : Paralel standar : dimulai dari I (ϕ 0 = 6°50′ LU) sampai LI (ϕ 0 =10°50′ LU) Meridian standar : dimulai dari 1 (λ 0 =11°50′ BT) sampai 96 (λ 0 =19°50′ BT) Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta

(λ Jakarta =106°48′ 27′′,79 BT)

SISTEM KOORDINAT Jika membicarakan proyeksi kita sering membicarakan Sistem Koordinat. Sistem koordinat merupakan suatu parameter yang menunjukkan bagaimana suatu objek diletakkan dalam koordinat. Ada tiga system koordinat yang digunakan pada pemetaan yakni :

1.Sistem Koordinat 1 Dimensi : satu sumbu koordinat

2.Sistem Koordinat 2 Dimensi.

3.Sistem Koordinat 3 Dimensi.

Kalau kita memperhatikan sebuah peta, kita akan melihat garis-garis membujur (menurun) dan melintang (mendatar) yang akan membantu kita untuk menentukan posisi suatu tempat di muka bumi.Garis-garis koordinat tersebut memiliki ukuran (dalam bentuk angka) yang dibuat berdasarkan kesepakatan. Perpotongan antara garis bujur dan garis lintang yang disebut dengan koordinat peta. Sistem Koordinat merupakan kesepakatan tata cara menentukan posisi suatu tempat di muka bumi ini. Dengan adanya sistem koordinat, masyarakat menjadi saling memehami posisi masing- masing di permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula, pemetaan suatu wilayah menjadi lebih mudah. Saat ini terdapat dua sistem koordinat yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu system koordinat BUJUR- LINTANG dan sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator). Tidak semua sistem koordinat cocok untuk dipakai di semua wilayah. Sistem koordinat bujur-lintang tidak cocok digunakan di tempat-rempat yang berdekatan dengan kutub sebab garis bujur akan menjadi terlalu pendek. Tetapi, kedua sistem koordinat tersebut cocok digunakan di Indonesia. Sistem koordinat bujur-lintang (atau dalam bahasa Inggris disebut Latitude-Longitude), terdiri dari dua komponen yang menentukan, yaitu : 1. Garis dari atas ke bawah (vertikal) yang menghubungkan kutub utara dengan kutub selatan bumi, disebut juga garis lintang (Latitude). 2. Garis mendatar (horizontal) yang sejajar dengan garis khatulistiwa, disebut juga garis bujur (Longitude). Sistem Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator)

Koordinat Universal Transverse Mercator atau biasa disebut dengan UTM, memang tidak terlalu dikenal di Indonesia karena lebih sering menggunakan koordinat bujur-lintang.

Pembagian Zona Dalam Koordinat UTM
Seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60 zona bujur. Zona 1 dimulai dari lautan teduh (pertemuan antara garis 180 Bujur Barat dan 180 Bujur Timur), menuju ke timur dan berakhir di tempat berawalnya zona 1. Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6 (derajat) atau sekitar 667 kilometer. Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 km. Zona lintang dimulai dari 80 LS – 72 LS diberi nama zona C dan berakhir pada zona X yang terletak pada koordinat 72 LU – 84 LU. Huruf (I) dan (O) tidak dipergunakan dalam penamaan zona lintang. Dengan demikian penamaan setiap zona UTM adalah koordinasi antara kode angka (garis bujur) dan kode huruf (garis lintang). Sebagai contoh kabupaten Garut terletak pada zona 47M dan 48M, Kabupaten Jember terletak di zona 49M.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Koordinat UTM Berikut ini adalah beberapa kelebihan koordinat UTM : • Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar bujur 6 . • Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan rumus yang sama untuk setiap zona di seluruh dunia. • Penyimpangannya cukup kecil, antara… -40 cm/ 1000m sampai dengan 70 cm/ 1000m.

• Setiap zona berukuran 6 bujur X 8 lintang (kecuali pada lintang 72 LU-84 LU memiliki ukuran 6 bujur X 12 lintang).

Skala Pengukuran Data Skala Pengukuran

Untuk memilih uji statistik yang akan digunakan dalam menganalisa data maka tipe data memegang peranan yang penting. Jenis data pada gilirannya akan menentukan jenis uji statistik yang digunakan. Dalam statistik, data merupakan karakteristik, symbol atau angka dari sebuah variabel yang diukur. Pengukuran hanya dilakukan terhadap variabel yang dapat didefinisikan seperti minat, kinerja ataupun sikap. Agar hasil penelitian tidak memberikan interpretasi yang berbeda maka definisi operasional terhadap variabel yang diteliti perlu dijelaskan terlebih dahulu.

Data dalam statistik secara umum dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu: • Data diskrit : yaitu data data yang tidak dikonsepsikan adanya nulai-nilai di antara data (bilangan) lain yang terdekat contoh banyaknya jumlah anak di suatu keluarga, jumlah rumah di suatu kampung. Misalnya juka bilangan 2 dan 3 menunjukan jumlah anak anak di keluarga A dan keluarga B, maka di antara kedua bilangan tersebut tidak ada bilangan-bilangan lain. Tidak pernah kita mengatakan bahwa jumlah anak di suatu keluarga adalah 2,4 atau 2,9. • Data kontinu : yaitu data yang didapat dari hasil pengukuran. Data hasil pengukuran diperoleh dari tes, kuesioner ataupun alat ukur lain yang sudah terstandar misalnya timbangan, panjang ataupun skala psikologis yang lain. yang termasuk data kontinum ini adalah interval dan rasio. Data didapatkan dari perhitungan dan pengukuran. Pengukuran adalah penggunaan aturan untuk menetapkan bilangan pada obyek atau peristiwa. Dengan kata lain, pengukuran memberikan nilai-nilai variabel dengan notasi bilangan. Aturan penggunaan notasi bilangan dalam pengukuran disebut skala atau tingkat pengukuran (scales of measurement).Secara lebih rinci, dalam statistik terdapat 4 skala pengukuran yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio. Nominal Skala pengukuran nominal digunakan untuk menklasifikasi obyek, individual atau kelompok; sebagai contoh mengklasifikasi jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area geografis. Dalam mengidentifikasi hal-hal di atas digunakan angka-angka sebagai symbol. Apabila kita menggunakan skala pengukuran nominal, maka statistik non-parametrik digunakan untuk menganalisa datanya. Hasil analisa dipresentasikan dalam bentuk persentase. Sebagai contoh kita mengklaisfikasi variable jenis kelamin menjadi sebagai berikut: laki-laki kita beri simbol angka 1 dan wanita angka 2. Kita tidak dapat melakukan operasi arimatika dengan angka-angka tersebut, karena angka-angka tersebut hanya menunjukkan keberadaan atau ketidakadanya karaktersitik tertentu. Contoh: Jawaban pertanyaan berupa dua pilihan “ya” dan “tidak” yang bersifat kategorikal dapat diberi symbol angka-angka sebagai berikut: jawaban “ya” diberi angka 1 dan tidak diberi angka 2. Ordinal Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu tertentu. Tingkat pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal ditambah dengan sarana peringkat relatif tertentu yang memberikan informasi apakah suatu obyek memiliki karakteristik yang lebih atau kurang tetapi bukan berapa banyak kekurangan dan kelebihannya. Contoh: Jawaban pertanyaan berupa peringkat misalnya: sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju dapat diberi symbol angka 1, 2,3,4 dan 5. Angka-angka ini hanya merupakan simbol peringkat, tidak mengekspresikan jumlah. Interval Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karaktersitik antara satu individu atau obyek dengan lainnya. Skala pengukuran interval benar-benar merupakan angka. Angka-angka yang digunakan dapat dipergunakan dapat dilakukan operasi aritmatika, misalnya dijumlahkan atau dikalikan. Untuk melakukan analisa, skala pengukuran ini menggunakan statistik parametric. Contoh: Jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan, misalnya: Berapa kali Anda melakukan kunjungan ke Jakarta dalam satu bulan? Jawaban: 1 kali, 3 kali, dan 5 kali. Maka angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka sebenarnya dengan menggunakan interval 2. Ratio Skala pengukuran ratio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal, ordinal dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut. Nilai absoult nol tersebut terjadi pada saat ketidakhadirannya suatu karakteristik yang sedang diukur. Pengukuran ratio biasanya dalam bentuk perbandingan antara satu individu atau obyek tertentu dengan lainnya. Contoh: Berat Sari 35 Kg sedang berat Maya 70 Kg. Maka berat Sari dibanding dengan berat Maya sama dengan 1 dibanding 2. Validitas Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Misalnya skala nominal yang bersifat non-parametrik digunakan untuk mengukur variabel nominal bukan untuk mengukur variabel interval yang bersifat parametrik. Ada 3 (tiga) tipe validitas pengukuran yang harus diketahui, yaitu: # Validitas Isi (Content Validity) Validitas isi menyangkut tingkatan dimana item-item skala yang mencerminkan domain konsep yang sedang diteliti. Suatu domain konsep tertentu tidak dapat begitu saja dihitung semua dimensinya karena domain tersebut kadang mempunyai atribut yang banyak atau bersifat multidimensional. # Validitas Kosntruk (Construct Validity) Validitas konstruk berkaitan dengan tingkatan dimana skala mencerminkan dan berperan sebagai konsep yang sedang diukur. Dua aspek pokok dalam validitas konstruk ialah secara alamiah bersifat teoritis dan statistik. # Validitas Kriteria (Criterion Validity) Validitas kriteria menyangkut masalah tingkatan dimana skala yang sedang digunakan mampu memprediksi suatu variable yang dirancang sebagai kriteria. Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya. Kartografi adalah ilmu dan teknik pembuatan peta (Prihandito, 1989).Proses kartografi adalah proses grafis sampai sebuah gambar manjadi peta yang terlihat informatif (map composition). Bahan Kartografi adalah semua bahan yang secara keseluruhan atau sebagian menggambarkan bumi atau benda angkasa dalam semua skala, termasuk peta dan gambar rencana dalam 2 dan 3 dimensi; peta penerbangan, pelayaran, dan angkasa; bola peta bumi; diagram balok; belahan; foto udara, satelit, dan foto ruang angkasa; atlas; gambar udara selayang pandang, dan sebagainya Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi. Banyak peta mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan yang sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas. Menurut ICA(International Cartographic Association), yang dimaksud peta adalah gambaran unsure-unsur permukaan bumi (yang berkaitan dengan permukaan bumi ) dan benda-benda diangkasa. Menurut Erwin Raiz, peta merupakan gambaran konvesional permukaan bumi yang terpencil Dn kenampakannya terlihat dari atas dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelasnya. Gambaran konvesional dalah gambaran yang sudah umium dan sudah diatur dengan aturan tertentu yang diakui umum. Menurut Soetarjo Soerjosumarmo, peta adalah lukisan dengan tinta dari seluruh atau sebagian permukaan bumi yang diperkecil denagn perbandingan ukuran yang disebut skala atau kadar. Banyak sekali definisi tentang peta, tetapi pada dasarnya hakekat peta adalah 1. Peta adalah alat peraga. 2. Melalui alat peraga itu, seorang penyusun peta ingin menyampaikan idenya kepada orang lain. 3. Ide yang dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan kedudukannya dalam ruang. Ide tentang gambaran tinggi rendah permukaan bumi suatu daerah melahirkan peta topogafi, ide gambaran penyebaran penduduk (peta penduduk), penyebaran batuan (peta geologi),penyebaran jenis tanah (peta tanah atau soil map), penyebaran curah hujan (peta hujan) dan sebagainya yang menyangkut kedudukannya dalam ruang. 4. Dengan cara menyajikannya kedalam bentuk peta, diharapkan si penerima ide dapat dengan cepat dan mudah memahami atau memperoleh gambaran dari yang disajikan itu melalui matanya. Syarat peta Setelah memahami benar-benar hakekat dari peta, tidaklah sulit untuk kemudian menelaah apa yang sebenarnya diperlukan sebagai syarat dari peta yang baik. Syarat peta yang baik mestinya : 1. Peta tidak boleh membingungkan 2. Peta harus dengan mudah dapat dimengerti atau ditangkap maknanya oleh si pemakai peta. 3. Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya. Ini berarti peta itu harus cukup teliti sesuai dengan tujuannya. 4. Karena peta itu dinilai melalui penglihatan (oleh mata), maka tampilan peta hendaknya sedap dipandang (menarik, rapih dan bersih). Usaha memenuhi persyaratan peta Supaya peta tidak membingungkan, peta dilengkapi dengan : 1. Keterangan atau legenda; 2. Sekala peta; 3. Judul peta (apa isinya); 4. Bagian dunia mana. Supaya mudah dimengerti atau ditangkap maknanya, digunakan : 1. Tata warna; 2. Simbol (terutama pada peta tematik); 3. Proyeksi. Sebuah peta harus teliti. Sehubungan dengan itu, perlu diingatkan bahwa tingkat ketelitian harus disesuaikan dengan tujuan peta dan jenis peta, serta kesanggupan sekala peta itu dalam menyatakan ketelitian. Sebagai contoh : 1. Jenis peta : Peta Penggunaan Tanah 2. Tujuan peta : Memperlihatkan bentuk-bentuk pemanfaatan atau pengusahaan tanah oleh manusia. 3. Sekala peta : 1:50.000 4. Yang harus teliti : Jenis-jenis penggunaan tanah apa yang dapat digambarkan dengan sekala peta tersebut. Jenis penggunaan tanah sekala 1:50.000 tentunya harus lebih teliti atau rinci dari jenis penggunaan tanah sekala 1:250.000 misalnya. Penyusunan Peta Data Geografis Untuk menyampaikan ide melaui peta dari berbagai hal kedudukannya dalam ruang muka bumi diamana objek (objek geografis) yang akan disampaikan tersebut tentunya amatlah rumit. Penyederhanan objek geografis dalam peta terdiri dari : 1. Titik, bentuk titik ini misalnya sebuah menara, tugu dan sebagainya. 2. Garis, misalnya sungai dan jalan. 3. Luasan, misalnya bentuk-bentuk penggunaan tanah, danau dan sebagainya. Proyeksi Peta Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bola (bidang lengkung) ke bentuk bidang datar, dengan persyaratan sebagai berikut ; 1. Bentuk yang diubah itu harus tetap. 2. Luas permukaan yang diubah harus tetap. 3. Jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap. Untuk memenuhi ketiga syarat itu sekaligus suatu hal yang tidak mungkin. Untuk memenuhi satu syarat saja dari tiga syarat di atas untuk seluruh bola dunia, juga merupakan hal yang tidak mungkin. Yang bisa dilakukan hanyalah satu saja dari syarat di atas untuk sebagian kecil permukaan bumi. Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar harus dilakukan kompromi ketiga syarat di atas. Akibat dari kompromi itu maka lahir bermacam jenis proyeksi peta. Proyeksi berdasarkan bidang asal Bidang datar (zenithal) Kerucut (conical) Silinder/Tabung (cylindrical) Gubahan (arbitrarry) Jenis proyeksi no.1 sampai no.3 merupakan proyeksi murni, tetapi proyeksi yang dipergunakan untuk menggambarkan peta yang kita jumpai sehari-hari tidak ada yang menggunakan proyeksi murni di atas, melainkan merupakan proyeksi atau rangka peta yang diperoleh melaui perhitungan (proyeksi gubahan). Dalam kesempatan ini tidak akan dijelaskan bagaimana perhitungan proyeksi tersebut di atas, akan tetapi cukup jenis proyeksi apa yang biasa digunakan dalam menyediakan kerangka peta di seluruh dunia. Contoh proyeksi gubahan : Proyeksi Bonne sama luas Proyeksi Sinusoidal Proyeksi Lambert – Proyeksi Mercator – Proyeksi Mollweide Proyeksi Gall Proyeksi Polyeder Proyeksi Homolografik Kapan masing-masing proyeksi itu dipakai ? 1. Seluruh Dunia Dalam dua belahan bumi dipakai Proyeksi Zenithal kutub Peta-peta statistik (penyebaran penduduk, hasil pertanian) pakai Mollweide Arus laut, iklim pakai Mollweide atau Gall Navigasi dengan arah kompas tetap, hanya Mercator 2. Daerah Kutub Proyeksi Lambert – Proyeksi Zenithal sama jarak 3. Daerah Belahan Bumi Selatan Sinusoidal Lambert Bonne 4. Untuk Daerah yang lebar ke samping tidak jauh dari Khatulistiwa – Pilih satu dari jenis proyeksi kerucut. – Proyeksi apapun sebenarnya dapat dipakai Untuk daerah yang membujur Utara-Selatan tidak jauh dari Khatulistiwa pilih Lambert atau Bonne. Tata Warna dan Simbol Agar peta dapat dengan mudah dimengerti oleh pengguna peta, pemakaian tata warna dan simbol sangat membantu untuk mencapai tujuan tersebut. . Tata warna Penggunaan warna pada peta (dapat juga pola seperti titik-titik atau jaring kotak-kotak dan sebagainya) ditujukan untuk tiga hal : Untuk membedakan Untuk menunjukan tingkatan kualitas maupun kuantitas (gradasi) Untuk keindahan Dalam menyatakan perbedaan digunakan bermacam warna atau pola. Misalnya laut warna biru, perkampungan warna hitam, sawah warna kuning dan sebagainya. Sedangkan untuk menunjukan adanya perbedaan tingkat digunakan satu jenis warna atau pola. Misalnya untuk membedakan bersarnya curah hujan digunakan warna hitam dimana warna semakin cerah menunjukan curah hujan makin kecil dan sebaliknya warna semakin legam menunjukan curah hujan semakin besar. Simbol Untuk menyatakan sesuatu hal ke dalam peta tentunya tidak bisa digambarkan seperti bentuk benda itu yang sebenarnya, melainkan dipergunakan sebuah gambar pengganti atau simbol. Bentuk simbol dapat bermacam-macam seperti; titik, garis, batang, lingkaran, bola dan pola. Simbol titik biasanya dipergunakan untuk menunjukan tanda misalnya letak sebuah kota dan menyatakan kuantitas misalnya satu titik sama dengan 100 orang, dam sebagainya. Simbol garis digunakan untuk menunjukan tanda seperti jalan, sungai, rel KA dan lainnya. Garis juga digunakan untu menunjukan perbedaan tingkat kualitas, yang dikalangan pemetaan dikenal dengan isolines. Dengan demikian timbul istilah-istilah : •Isohyet yaitu garis dengan jumlah curah hujan sama •Isobar yaitu garis dengan tekanan udara sama •Isogon yaitu garis dengan deklinasi magnet yang sama •Isoterm yaitu garis dengan angka suhu sama •Isopleth yaitu garis yang menunjukan angka kuantitas yang bersamaan. Tujuan dari penggunaan peta isopleth (menunjukan angka kuantitas sama) yaitu untuk memperlihatkan perbandingan nilai dari sesuatu hal pada daerah yang satu dengan daerah yang lain. Sehingga pengguna peta akan tahu mana daerah dengan nilai besar dan mana daerah dengan nilai kecil.

Untuk simbol batang, lingkaran dan bola biasanya lebih banyak dipakai untuk nilai-nilai statistik yang ditunjukan dengan garfik (batang, lingkaran dan bola).

Komponen Peta Setelah kita memahami konsep dasar dari penyusunan peta tersebut di atas, menjadi semakin mudah untuk menyimak apa saja komponen peta yang baik. Komponen peta terdiri dari : 1. Isi peta Isi peta menunjukan isi dari makna ide penyusun peta yang akan disampaikan kepada pengguna peta. Kalau ide yang disampaikan tentang perbedaan curah hujan , isi peta tentunya berupa isohyet. 2. Judul peta Judul peta harus mencerminkan isi peta. Isi peta berupa isohyet, tentu judul petanya menjadi “Peta Distribusi Curah Hujan”, dan sebagainya. 3. Sekala peta dan Simbol Arah Sekala sangat penting dicantumkan untuk melihat tingkat ketelitian dan kedetailan objek yang dipetakan. Sebuah belokan sungai akan tergambar jelas pada peta 1:10.000 dibandingkan dengan pada peta 1:50.000 misalnya. Kemudian bentuk-bentuk pemukiman akan lebih rinci dan detail pada sekala 1:10.000 dibandingkan peta sekala 1:50.000. Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokan objek di peta dengan objek sebenarnya di lapangan. 4. Legenda atau Keterangan Agar pembaca peta dapat dengan mudah memahami isi peta, seluruh bagian dalam isi peta harus dijelaskan dalam legenda atau keterangan. 5. Inzet dan Index peta Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area yang dipetakan tersebut. Inzet peta merupakan peta yang diperbersar dari bagian belahan bumi. Sebagai contoh, kita mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa merupakan bagian dari kepulauan Indonesia yang diinzet. Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta , dimana menunjukan letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di sekitarnya. 6. Grid Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-kotak atau grid system. Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar peta. Cara pembuatan grid yaitu, wilayah dunia yang agak luas, dibagi-bagi kedalam beberapa kotak. Tiap kotak diberi kode. Tiap kotak dengan kode tersebut kemudian diperinci dengan kode yang lebih terperinci lagi dan seterusnya. Jenis grid pada peta-peta dasar (peta topografi) di Indonesia yaitu antara lain : Kilometerruitering (kilometer fiktif) yaitu lembar peta dibubuhi jaringan kotak-kotak dengan satuan kilometer. Disamping itu ada juga grid yang dibuat oleh tentara inggris dan grid yang dibuat oleh Amerika (American Mapping System). Untuk menyeragamkan sistem grid, Amerika Serikat sedang berusaha membuat sistem grid yang seragam dengan sistem UTM grid system dan UPS grid system (Universal Transverse Mercator dan Universal Polar Stereographic Grid System). 7. Nomor peta Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi. 8. Sumber/Keterangan Riwayat Peta Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun peta, percetakan,sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis, tanggal/tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan/pencetakan peta, dan lain sebagainya yang memperkuat identitas penyusunan peta yang dapat dipertanggungjawabkan – Proyeksi Permukaan bumi adalah bidang lengkung, dan peta – baik yang tercetak maupun dalam bentuk gambar di layar komputer – adalah bidang datar. Artinya, semua peta tidak terkecuali globe (bola dunia) mengalami distorsi dari bumi yang sebenarnya. Untuk wilayah yang lebih kecil, distorsi tidak signifikan karena wilayah yang kecil dalam globe kelihatan seperti permukaan datar. Untuk wilayah yang lebih luas atau untuk tujuan yang butuh akurasi yang tinggi, bagaimanapun distorsi merupakan hal yang sangat penting. Kita dapat melihat bagaimana distorsi peta terjadi jika kita melihat kulit jeruk. Ketika permukaan luar lengkungan jeruk dikupas dan diletakkan mendatar, hamparan kulit akan dalam potongan yang terpisah. Kartografer menghadapi masalah yang sama ketika memetakan permukaan bumi. Mereka harus memindahkan bagian geografis dengan cara tertentu, menarik dan menggabungkan kembali bagian-bagian tersebut secara bersamaan agar menjadi peta datar yang nyambung.

Pada prinsipnya, proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bola (bidang lengkung) ke bentuk bidang datar dengan persyaratan; bentuk yang diubah harus tetap sama, luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap.

Untuk memenuhi ketiga syarat itu sekaligus merupakan hal yang tidak mungkin.
Untuk memenuhi satu syarat saja bagi seluruh bola dunia, juga merupakan hal yang tidak mungkin. Yang bisa dilakukan hanyalah satu saja dari syarat di atas untuk sebagian kecil permukaan bumi.

Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar, harus dilakukan kompromi antara ketiga syarat di atas. Ini mengakibatkan lahirnya bermacam jenis proyeksi peta. Beberapa jenis proyeksi yang umum adalah silinder/tabung (cylindrical), kerucut (conical), bidang datar (zenithal) dan gubahan (arbitrarry)

Jenis proyeksi yang sering kita jumpai sehari-hari adalah proyeksi gubahan, yaitu proyeksi yang diperoleh melalui perhitungan. Salah satu proyeksi gubahan yang sering digunakan adalah proyeksi Mercator. Proyeksi ini merupakan sistem proyeksi Silinder, Konform, Secant, Transversal. -Skala

Ukuran peta dalam hubungannya dengan bumi disebut dengan skala, biasanya dinyatakan dengan pecahan atau rasio/perbandingan. Pembilang, yang terletak di bagian atas pecahan merupakan satuan unit peta dan penyebut yang terletak di bagian bawah pecahan merupakan angka dalam unit yang sama yang menunjukan jarak yang sebenarnya di lapangan/bumi. Sebagai contoh skala 1/10.000 artinya jarak satu centimeter di peta eqivalen dengan 10.000 centimeter di lapangan. Sebagai perbandingan, skala ini akan ditunjukkan sebagai 1:10.000. Jika penyebut makin besar atau pecahan makin kecil maka semakin luas permukaan bumi yang dapat ditunjukkan dalam peta tunggal. Oleh karena itu, peta berskala kecil akan menunjukkan bagian bumi yang lebih luas dan peta berskala besar relatif menunjukkan bagian bumi yang lebih kecil.

Skala peta digital bisa lebih bervariasi yang dapat dirubah dengan “zoom�. Memperbesar zoom dan lebih memperdekat ke bumi akan menggambarkan skala yang lebih besar. -Koordinat

Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang dipakai adalah koordinat geografis (geographical coordinate). Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis katulistiwa. Garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan, mengukur seberapa jauh suatu tempat dari meridian. Sedangkan garis lintang adalah garis khayal di atas permukaan buni yang sejajar dengan khatulistiwa, untuk mengukur seberapa jauh suatu tempat di utara/selatan khatulistiwa.

Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Derajat dibagi dalam 60 menit dan tiap menit dibagi dalam 60 detik. Sebagai contoh Menara Eiffel di Paris mempunyai koordinat 48? 51? 3? Lintang Utara dan 2? 17? 35? Bujur Timur. Kadang-kadang koordinat ditunjukkan dalam desimal sebagai ganti dari menit dan detik. Jadi koordinat Menara Eiffel dapat juga ditulis sebagai 48? 51,53333 Lintang Utara dan 2? 17,5833 Bujur Timur. -Legenda Peta ini menggunakan simbol untuk menggambarkan letak objek yang sebenarnya. Legenda adalah penjelasan simbol-simbol yang terdapat dalam peta. Gunanya agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi peta. Contoh simbol legenda adalah ikon-ikon yang melambangkan bangunan, perbedaan warna yang melambangkan elevasi, perbedaan jenis garis yang melambangkan batas-batas atau jenis ukuran jalan, titik dan lingkaran yang menunjukkan populasi suatu kota. Jika detail peta kelihatan tidak familiar, mempelajari legenda peta akan sangat membantu sebelum melanjutkan proses lebih jauh. -Arah Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokkan objek di peta dengan objek sebenarnya di lapangan. -Elevasi

Salah satu unsur yang penting lainnya pada suatu peta adalah informasi tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Unsur ini disebut dengan elevasi, yaitu ketinggian sebuah titik di atas muka bumi dari permukaan laut. Kartograf menggunakan teknik yang berbeda untuk menggambarkan ketinggian, misalnya permukaan bukit dan lembah.

Peta yang sudah modern menggambarkan pegunungan dengan relief yang diberi bayangan, yang disebut dengan hill shading. Peta Topografi tradisional menggunakan garis lingkaran yang memusat yang disebut dengan garis kontur, untuk menggambarkan elevasi. Setiap garis menandakan ketinggian di atas permukaan laut.

Sebagai ganti garis kontur, peta berwarna seringkali menggunakan standarisasi skala warna untuk menunjukkan elevasi; laut diberi warna biru, elevasi rendah digambarkan dengan bayangan hijau, elevasi tinggi digambarkan dari range sawo matang sampai coklat, dan puncak tertinggi diberi warna putih, menunjukkan salju. Semakin tajam bayangan warna biru sama artinya dengan semakin dalam kedalaman suatu laut atau danau. Jenis Peta Berdasarkan temanya/isinya, peta dapat dibagi menjadi tiga kategori., 1.peta umum, biasanya terdiri dari banyak tema dan memberikan gambaran umum. Peta umum biasanya praktis, menunjukkan dunia yang memungkinkan orang dari satu ujung menuju ujung lain tanpa tersesat, atau menunjukkan layout keseluruhan suatu tempat yang belum dikenal tanpa harus pergi ke sana. Contoh peta umum adalah peta jalan suatu negara yang juga menunjukkan kota besar, pegunungan, sungai, landmark dan lain-lain. 2. adalah peta tematik, yang terdiri dari satu atau beberapa tema dengan informasi yang lebih dalam/detail. Peta tematik juga dapat menunjukkan hampir semua jenis informasi yang beragam dari satu tempat ke tempat lain. Contoh peta tematik adalah peta penyebaran penduduk atau tingkat penghasilan menurut negara, propinsi atau kabupaten, dengan masing-masing bagian diberi warna yang berbeda untuk menunjukkan tingkat relativitas jumlah penduduk atau penghasilan. 3. Peta kategori ketiga adalah grafik, di mana keakuratan peta rute perjalanan digunakan untuk navigasi laut dan udara. Ini harus sering diupdate sehingga kapten atau pilot mengetahui bahaya yang terjadi di sepanjang rute mereka. Berdasarkan metode pembuatannya Berdasarkan metode pembuatannya, peta dibedakan menjadi peta kualitatif dan peta kuantitatif. 1. peta kualitatif Peta kualitatif adalah peta yang digambarkan dengan menggunakan simbol-simbol. Tiga metode penggambaran peta kualitatif sebagai berikut. a) Metode korokonatif dengan meggaris tipis dan memberi warna b) Metode korokomenatik menggunakan tanda simbol pada peta dengan huruf, misalnya pohon, manusia,, biji-bijian atau mineral. c) Metode indek figur menggunakan simbol ————,+++++++, atau vvvvvvv 2. peta kuantitatif Peta kuantitatif yaitu peta yang menggunakan garis-garis yang menghubungkan daerah-daerah yang mempunyai kesamaan. Contoh : a) Isotherm adalah garis-garis yang menghubungkan daerah-daerah yang sama temperaturnya. b) Isoplet adalah garis-garis yang menghubungkan daerah-daerah yang sama ketinggiaannya. c) Koroplet adalah garis-garis sejajar pada peta yang berbeda intervalnya. Peta dapat dibuat dengan berbagai bentuk. Peta pertama mungkin dibuat manusia dengan menggambar garis di pasir atau batu kerikil dan ranting kecil disusun di atas tanah. Peta modern diterbitkan untuk penggunan yang lebih lama oleh manusia. Peta cetak adalah bentuk yang paling sederhana. Peta cetak menggambarkan dunia sebagai bidang datar dalam dua dimensi. Dalam peta cetak, relief gunung dan lembah ditunjukkan dengan simbol khusus untuk memperbaiki kekurangan “tingkat kedalamanâ€�, di mana hal tersebut adalah dalam bentuk tiga dimensi. Jadi, peta relief adalah peta bidang datar dengan penambahan tonjolan dan lekukan untuk menunjukkan perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi. Tonjolan dan lekukan ini biasanya dibuat dari tanah liat atau plastik. Peta berbasis komputer (digital) lebih serba guna. Peta yang terprogram akan lebih dinamis karena bisa menunjukkan banyak view yang berbeda dengan subjek yang sama. Peta ini juga memungkinkan perubahan skala, animasi gabungan, gambar, suara, dan bisa terhubung ke sumber informasi tambahan melalui internet. Peta digital dapat diupdate ke peta tematik baru dan bisa menambahkan detail informasi geografi lainnya. Hal ini disebabkan informasi baru dapat dimasukkan ke dalam database setiap saat. Mempunyai peta digital sama seperti mempunyai selusin peta tematik cetak yang meng-overlay daerah tertentu yang terhubung secara elektronik ke sebuah perpustakaan besar dalam tema utama atau yang berhubungan dengan tema utama.

Penggunaan peta tergantung pada jenis peta yang ada dan jenis informasi yang diinginkan dari peta tersebut. Dalam kasus peta sederhana, hanya satu atau dua jenis informasi yang mungkin tersedia sehingga sedikit atau bahkan tidak perlu keahlian membaca peta untuk menggunakannya. Sebagai contoh, sketsa lingkungan sekitar (tetangga) hanya menunjukkan hubungan rumah utama dengan sudut jalan atau jaraknya dari suatu pasar atau sekolah. Semua orang dapat menggunakan peta seperti ini. Peta lengkap dapat menggambarkan jarak yang sebenarnya, lokasi lahan dengan tepat, elevasi, vegetasi dan aspek lainnya. Untuk menginterpretasikan peta lengkap seperti ini, diperlukan beberapa keahlian dasar membaca peta.

Fungsi Peta Peta bisa menjadi petunjuk bagi pelancong/wisatawan, atau menjelaskan dunia dengan menyertakan jenis informasi geografi khusus. Peta juga dapat mengundang eksplorasi. Sebagai contoh, peta berwarna Pulau Marquases dengan pelabuhan yang eksotik seperti Hakapehi di Nuku Niva mungkin kedengaran menarik bagi seseorang. Dengan kata lain, peta yang berisi banyak detail yang menarik dari suatu daerah/wilayah dapat menggoda/menarik orang lain ke wilayah tersebut. Peta dapat digambar dengan berbagai gaya, masing-masing menunjukkan permukaan yang berbeda untuk subjek yang sama yang memungkinkan kita untuk men-visualisasikan dunia dengan mudah, informatif dan fungsional. Beberapa fakta dan skill yang sederhana akan dijabarkan di sini guna membantu anda menggunakan peta dengan efektif. Tetapi sebelumnya, perhatikan beberapa fakta penting berikut ini : 1.Tidak ada peta yang sempurna Orang membuat peta dari data yang mereka kumpulkan dengan alat tertentu. Sekalipun peta dibuat dengan menggunakan komputer, tetapi tergantung pada program dan mesin yang didesain oleh manusia. Manusia membuat kesalahan dan mesin total tidak pernah akurat. Tidak ada alat untuk merekam setiap detail lansekap. Peta bagaimanapun juga dapat melakukan error (salah) dan tidak akurat. Data atau kartografi yang salah bisa membuat letak desa/kampung tertentu tidak tepat pada peta, atau puncak pegunungan tidak setinggi yang muncul pada peta.

Kartografer (pembuat peta) yang menggunakan alat tradisional, seperti merekam data dengan manual atau menggunakan fotografi altitude tinggi, terbatas pada seberapa banyak objek yang terekam oleh mereka dan seberapa kecil objek yang dapat terekam. Objek yang terlalu kecil bisa jadi tidak akurat ditempatkan atau malah bisa tidak muncul.

Alat modern seperti fotografi yang menggunakan satelit resolusi tinggi mampu merekam detail sampai resolusi beberapa meter. Sebagian besar permukaan objek yang penting dapat terekam dengan imagery untuk kemudian dialihkan menjadi peta atau foto dengan akurasi yang lebih tinggi, tetapi tetap masih harus diinterpretasikan lagi dan masih ada data yang error. 2. Peta selalu menjadi tidak update, tidak lama menunjukkan keakuratan dunia Hal ini disebabkan dunia secara konstan berubah baik secara fisik maupun secara kurtural/budaya. Teknologi modern menyediakan solusi komputer yang memungkinkan kita memperbaharui peta dengan mudah tanpa menggambar ulang. Bagaimanapun informasi yang tepat patut dipertimbangkan. Perubahan dunia tetap harus dikumpulkan secara periodik dan digunakan untuk memperbaiki database peta. 3. Peta adalah bias. Peta umumnya tidak menunjukkan setiap penampakan area topografi secara terpisah misalnya setiap pohon, rumah, atau jalan sehingga kartograf harus menentukan proyeksi dan skala peta dan jumlah detail yang tersedia. Tujuan pemetaan dan latar belakang budaya Kartograf juga sering berpengaruh pada proses ini, yang disebut dengan generalisasi. Informasi pada peta dan bagaimana distorsi terjadi juga berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang tentang dunia dan apa yang mereka lakukan. Penggunaan peta Kegunaan peta tergantung pada jenisnya. Peta topografi yang skalanya kecil dapat memberikan gambaran secara luas tentang muka bumi yang digambar dipeta. Peta tematik atau khusus digunakan untuk tujuan tujuan tertentu. Misalnya peta persebaran penduduk, peta iklim, peta oersebarab flora dana fauana, dan sebagainya PEMETAAN Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster. Kegiatan survey dan pemetaan setelah kemerdekaan RI, dilaksanakan atas dasar Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 1951, tentang Pembentukan Dewan dan Direktorium Pengukuran dan Penggambaran Peta. Selanjutnya kegiatan survey dan pemetaan dipertegas lagi dengan Keputusan Presiden Nomor 263 tanggal 7 September 1965 tentang Pembentukan Dewan Survey dan Pemetaan Nasional (DESURTANAL) serta Komando Survey dan Pemetaan Nasional (KOSURTANAL) sebagai pelaksana. Dalam tugas DESURTANAL tersebut secara jelas dicantumkan kaitan antara pemetaan dengan inventerisasi sumber-sumber alam, dalam rangka menunjang Pembangunan Nasional. Lingkup tugas KOSURTANAL tidak hanya bersifat koordinasi terhadap kegiatan Departemen-Departemen yang memerlukan peta ,melainkan juga mencakup fungsi pengelolaan bagi pemetaan Praktek pemetaan dimaksudkan untuk melatih kemampuan teknis mahasiswa di bidang pemetaan. Praktek pemetaan ini meliputi praktek pembuatan peta, praktek interpretasi foto udara, praktek Geographic Positioning System, Pratek Fotogrametri dan praktek analisis spasial berdasarkan data citra maupun peta tematik. Pengolahan data spasial dilakukan secara digital dengan memanfaatkan software-software pemetaan seperti AutodeskMAP, Arc View, Arc Info, dan ERMapper yang terangkum dalam mata kuliah pilihan pemetaan dan komputer perencanaan. Praktek pemetaan ini juga mengakomodasi perkembangan teknologi serta kebutuhan dunia perencanaan. Pada saat ini sedang dikembangkan sistem pembelajaran pemetaan dengan pengembangan database perencanaan. Sehingga mahasiswa nantinya tidak hanya dilatih untuk bisa membuat peta ataupun analisis peta tetapi juga dapat menyusunnya dalam sebuah database. Diposkan oleh Dewi R A di 06.18 0 komentar Label: KARTOGRAFI Rabu, 01 April 2009 Proyek Tugas Besar

SISTEM PENDETEKSIAN POPULASI HEWAN MAMALIA LIAR PADA PETA JAWA TIMUR

RANCANGAN PROYEK
Jarang sekali kita mendengar adanya sistem pendeteksian populasi hewan terutama menggunakan peta. Sering kita jumpai peta-peta atau yang biasa disebut dengan GPS yang mendeteksi lalu lintas, lokasi, maupun tempat yang selalu ramai. Hal ini terjadi populasi hewan hanya dibutuhkan pada organisasi perlindungan hewan saja, maka dari itu hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui informasi ini. Selain itu juga masih belum berkembangnya sistem informasi mengenai populasi hewan di khalayak umum terutama pada teknologi peta. Maka dari itu pada tugas besar ini kami ingin membuat sebuah sistem pendeteksian tentang penyebaran hewan mamalia liar khususnya pada peta Jawa Timur. Dan tujuan dari pembuatan program ini adalah kami ingin memudahkan para pengguna dalam pencarian populasi hewan mamalia liar di Jawa Timur terutama untuk badan organisasi perlindungan hewan.

Dalam rancangan pengerjaan tugas besar ini saya (Dewi Randika Aprilia-06560122) bekerja sama dengan rekan saya (Winda Martalia Suseno-06560173) untuk menyelesaikan tugas tersebut. Dan rancangan pengerjaanya yakni, pertama kami akan melakukan pengumpulan data meliputi: • Data populasi hewan pada setiap wilayah di Jawa Timur khususnya hewan mamalia liar. • Data hutan atau penangkaran di Jawa Timur • Data suhu setiap wilayah • Data peta Jawa Timur • Data titik api pada setiap wilayah Jawa Timur

PROYEKSI PETA

Suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di bumi dan di peta.

Peta dikatakan ideal, kalau:  Luas benar;  Bentuk benar;  Arah benar; dan

 Jarak benar.

yang dapat dilakukan hanyalah mereduksi distorsi sekecil mungkin untuk memenuhi satu atau lebih syarat-syarat peta ideal, yaitu dengan: a. Membagi daerah yang dipetakan menjadi bagian-bagian yang tidak begitu luas;

b. Menggunakan bidang datar atau bidang yang dapat didatarkan, yaitu bidang kerucut dan bidang silinder.

Daerah yang kecil (maks 30 km X 30 km) dapat dianggap sebagai daerah yang datar, sehingga pemetaan daerah tersebut dapat langsung digambar dari hasil pengukuran di lapangan, tanpa memakai salah satu sistem proyeksi peta.

Metode proyeksi atau transformasi dapat diklasifikasikan sbb: a. Proyeksi langsung (direct projection) yaitu dari elipsoid ke bidang proyeksi;

b. Proyeksi dobel (dobel projection) merupakan transformasi dari elipsoid ke bidang bola kemudian dari bidang bola ke bidang proyeksi.

PROYEKSI POLIEDER

Ciri-ciri proyeksi polieder: a) Kerucut; b) Normal; c) Tangent; dan

d) Konform.

Sistem proyeksi ini digunakan hanya untuk daerah seluas 20’ X 20’ (kira-kira 37 km X 37 km), untuk menghindari distorsi yang lebih besar.

Proyeksi polieder bumi dibagi dalam jalur-jalur yang dibatasi oleh dua garis paralel dengan lintang sebesar 20’.

Wilayah Indonesia dibagi dalam 139 X 11 bagian derajat.

Peta 1: 50.000 satu bagian derajat (20’ X 20’) tergambar dalam 4 lembar peta ( Lembar A, B, C, dan D).

Keuntungan :
Untuk daerah yang terletak dalam satu bagian derajat (20’ X 20’ atau 37 km X 37 km) perubahan jarak dan sudut praktis tidak ada, sehingga proyeksi ini baik untuk peta-peta teknis berskala besar dan peta-peta topografi.

Kerugian: a) Jika daerah yang dipetakan lebih luas dari 37 km X 37 km, maka harus selalu pindah bagian derajat atau pindah stelsel koordinat yang memerlukan hitungan; b) Grid-grid dinyatakan dalam ‘kilometer fiktif’ sehingga kurang praktis, karena untuk tiap pulau besar ada stelsel penomeran grid tersendiri, hal ini akan membingunkan; c) Kurang praktis untuk penggambaran peta 1:250.000 atau skala yang lebih kecil lagi, karena akan terdiri dari banyak bagian derajat, bagian derajat ini dihubungkan-hubungankan akan terlihat adanya gap;

d) Kondisi konvergensi meridian yang belum diperhitungkan dapat menyebabkan kesalahan arah maksimum 15 m untuk jarak 15 km.

Studi Komparatif Beberapa Proyeksi Peta untuk Pemetaan Indonesia pada Skala Kecil
Mas Sukoco, Endang Saraswati

Abstract

Pemetaan wilayah Indonesia yang terbentang dari 9O_T-141_T dan 12:LU-lS’1S harus memperhitungkan pengaruh lengkung bumi. Untuk itu teknik proyeksi peta perlu diterapkan dalam pemetaan wilayah Indonesia tersebut, penelitian ini bertujuan membandingkan beberapa sistem proyeksi peta yang diperkirakan sesuai untuk pemetaan kepulauan Indonesia terutama untuk pemetaan skala kecil (dipilih skala 1 : 20.000.000), misalnya untuk kepentingan atlas. Pemilihan satu jenis proyeksi peta perIu di lakukan untuk menyesuaikan dengan tujuan pemetaan. Setelah mengaplikasikan beberapa jenis proyeksi peta yang paling mungkin, ada 4 jenis proyeksi peta yang cukup sesuai untuk pemetaan Kepulauan Indonesia pada skala kecil atau untuk Atlas Nasional berbagai maksud, yaitu proyeksi Mercator, proyeksi Silinder Plate Carree, proyeksi Silinder Equivalent Lambert, dan proyeksi Konvensional Sinusoidal yang juga bersifat ekuivalent Sementara itu proyeksi Azimuthal Equatorial Gnomonis hanya sesuai untuk daerah sempit, misalnya selebar 10° ke kanan dan ke kiri meridian sentral, atau ke arah utara-selatan ekuator sekitar 8°. Secara umum, proyeksi peta dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari cara pemindahan data topografi dari permukaan Bumi ke atas permukaan peta. Proyeksi peta menurut jenis bidang proyeksi dibedakan : 1. Proyeksi bidang datar / Azimuthal / Zenithal 2. Proyeksi Kerucut 3. Proyeksi Silinder Proyeksi peta menurut kedudukan bidang proyeksi dibedakan : 1. Proyeksi normal 2. Proyeksi miring 3. Proyeksi transversal Proyeksi peta menurut jenis unsur yang bebas distorsi dibedakan : 1. Proyeksi conform, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya sudut 2. Proyeksi equidistant, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya panjang jarak 3. Proyeksi equivalent, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya luas suatu daerah pada bidang lengkung

Artikel ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

MENENTUKAN PROYEKSI PETA Proyeksi peta adalah pemindahan sistem paralel dan meridian yang ditetapkan dalam bidang globe yang lengkung ke atas bidang datar. Ketentuan umum dalam proyeksi : a. bentuk yang diubah harus tetap (conform). b. Luas permukaan yang diubah harus tetap (equivalen) c. Jarak antara satu titik dengan titik lain diatas permukaan yang diubah harus tetap (equidistant)

d. Sebuah peta yang diubah tidak mengalami penyimpangan arah.

Macam-macam proyeksi : a. Proyeksi Azimuthal, cocok untuk menggambarkan daerah kutub, b. Proyeksi Silinder, cocok untuk menggambarkan daerah sekitar equator/daerah lintang rendah, seperti Indonesia, Brasil

c. Proyeksi Kerucut, cocok menggambarkan daerah yang terletak di daerah lintang tengah, seperti Jepang, Korea, Cina

MENENTUKAN PROYEKSI PETA Proyeksi peta adalah pemindahan sistem paralel dan meridian yang ditetapkan dalam bidang globe yang lengkung ke atas bidang datar. Ketentuan umum dalam proyeksi : a. bentuk yang diubah harus tetap (conform). b. Luas permukaan yang diubah harus tetap (equivalen) c. Jarak antara satu titik dengan titik lain diatas permukaan yang diubah harus tetap (equidistant)

d. Sebuah peta yang diubah tidak mengalami penyimpangan arah.

Macam-macam proyeksi : a. Proyeksi Azimuthal, cocok untuk menggambarkan daerah kutub, b. Proyeksi Silinder, cocok untuk menggambarkan daerah sekitar equator/daerah lintang rendah, seperti Indonesia, Brasil

c. Proyeksi Kerucut, cocok menggambarkan daerah yang terletak di daerah lintang tengah, seperti Jepang, Korea, Cina

Apakah peta digital itu?
Menurut Artikel //www.bakosurtanal.go.id: “peta rupabumi hasil proyek “Digital Mapping” yang seluruh tahapan produksinya menggunakan teknik digital, mulai dari kompilasi foto udara pada alat fotogametri analitis, proses editing dan desain kartografi hingga persiapan separasi warna sebelum dicetak offset. Dengan alur kerja lengkap secara digital (dataflow), maka peta ini menjadi sangat teliti, sangat ekonomis untuk dimutakhirkan di masa depan, dan sangat bervariasi untuk digunakan, baik dalam bentuk kertas (hardcopy) maupun dalam bentuk digital (softcopy)”.

Menurut Artikel //geografi-bumi.blogspot.com/2009/09/pengertian-peta.html:

“yaitu peta yang berupa gambaran permukaan bumi yang diolah dengan bantuan media komputer. Data yang diperoleh berupa data digital dan hasil dari gambaran tersebut dapat disimpan dalam suatu media seperti disket, CD, maupun media penyimpanan lainnya, serta dapat ditampilkan kembali pada layar monitor komputer. Biasanya peta digital ini dibuat dengan menggunakan software GIS (Geography Information system). Ilmu yang mempelajari tentang peta dan pemetaan disebut dengan kartografi dan orang yang ahli dalam bidang peta dan pemetaan disebut kartograf”. Darimana Sumber data peta digital?

Menurut Artikel //www.bakosurtanal.go.id:

“Peta digital dihasilkan dari kompilasi foto udara yang diambil dari pesawat terbang (airborne). Kemudian dilengkapi dengan data survey lapangan misalnya untuk menambah data yang tertutup bayangan, atau yang memang tidak terdapat di foto, seperti klasifikasi bangunan, batas administrasi maupun nama-nama tempat”.

Menurut Artikel //smamuhammadiyahtasikmalayageografi.blogspot.com/2010/01/inputdatasig.html

1. Data dari sistem Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara, dsb.) Data Pengindraan Jauh dapat dikatakan sebagai sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala. Dengan adanya bermacam- macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa menerima berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster. 2. Data hasil pengukuran lapangan. Contoh data hasil pengukuran lapang adalah data batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan, dsb., yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri. Pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut. 3. Data GPS. Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor. 4. Peta Analog Peta analog adalah peta dalam bentuk cetakan seperti peta rupa bumi yang diterbitkan Bakosurtanal. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, sehingga sudah mempunyai referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angina dsb walaupun pada akhirnya koordinatnya harus dikoreksi kedalam koordinat digital. Jenis Data peta digital: 1. Data Vektor Tiap detail alam direpresentasikan sebagai Sebuah entitas berupa titik atau garis yang memiliki nilai besar dan arah. Ada 3 komponen dasar Data Vektor: a. Titik b. Garis

c. Area/Polygon

Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual. 2. Data Raster Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah, dsb. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya

semakin besar pula ukuran filenya.

Kesimpulan: Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sebaliknya, data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih

mudah digunakan secara matematis

Karakterisrik Peta Digital 1. SKALA

Menurut artikel //organisasi.org/taxonomy_menu/2/46:

“Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan satuan atau tehnik tertentu” • Peta konvensional : nilainya fixe • Peta Digital : Bersifat Scale-less • Pada peta digital, nilai skala merupakan indikator dari kepadatan informasi yang dimilikinya 2. Sistem Koordinat dan Sistem Proyeksi • Sistem Koordinat dan Sistem Proyeksi yang dikenal dalam Peta Konvensional juga berlaku dalam Peta Digital. • Konversi antar berbagai Sistem Koordinat dan Sistem Proyeksi dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat. 3. Informasi Tepi Peta • Pada Peta Konvensional berisi berbagai keterangan tentang isi peta seperti legenda, sistem koordinat, sistem proyeksi, tahun pembuatan, sumber data, dll. • Pada Peta Digital dikenal dengan istilah Metadata. 4. Bentuk Penyajian • Peta Konvensional : Hardcopy, Lembar per Lembar (diskrit) • Peta Digital : Softcopy, Continuous 5. Aturan Penyimpanan • Pada Peta Konvensional: No lembar peta • Pada Peta Digital : Basis Data Spasial Teknik memasukkan data spasial dari sumber data dilakukan melalui beberapa jenis kegiatan antara lain: 1. Digitasi Digitasi merupakan proses konversi dari peta analog menjadi peta digital dengan mempergunakan meja digitasi. Cara kerjanya adalah dengan mengkonversi fitur- fitur spasial yang ada pada peta menjadi kumpulan koordinat x,y. Untuk menghasilkan data yang akurat, dibutuhkan sumber peta analog dengan kualitas tinggi. Dan untuk proses digitasi, diperlukan ketelitian dan konsentrasi tinggi dari operator. Dalam mempelajari digitasi, kita menggunakan perangkat lunak PC ARC/INFO. Prosedur dan tata cara pengerjaannya akan diberikan secara detail dengan maksud untuk memberikan garis besar dari konsep GIS dan melatih cara mendigitasi peta dengan menggunakan PC ARC/INFO. 2. Penggunaan GPS Data spasial lain dalam bentuk digital seperti data hasil pengukuran lapang dan data dari GPS bisa dimasukkan dalam sistem SIG. Pada intinya SIG membutuhkan data spasial dalam format tertentu untuk membedakan apakah data tersebut berupa point, line atau polygon. GPS singkatan dari Global Positioning System (Sistem Pencari Posisi Global), adalah suatu jaringan satelit yang secara terus menerus memancarkan sinyal radio dengan frekuensi yang sangat rendah. Alat penerima GPS secara pasif menerima sinyal ini, dengan syarat bahwa pandangan ke langit tidak boleh terhalang, sehingga biasanya alat ini hanya bekerja di ruang terbuka. Satelit GPS bekerja pada referensi waktu yang sangat teliti dan memancarkan data yang menunjukkan lokasi dan waktu pada saat itu. Operasi dari seluruh satelit GPS yang ada disinkronisasi sehingga memancarkan sinyal yang sama. Alat penerima GPS akan bekerja jika ia menerima sinyal dari sedikitnya 4 buah satelit GPS, sehingga posisinya dalam tiga dimensi bisa dihitung. Pada saat ini sedikitnya ada 24 satelit GPS yang beroperasi setiap waktu dan dilengkapi dengan beberapa cadangan. Satelit tersebut dioperasikan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, mengorbit selama 12 jam (dua orbit per hari) pada ketinggian sekitar 11.500 mile dan bergerak dengan kecepatan 2000 mil per jam. Ada stasiun penerima di bumi yang menghitung lintasan orbit setiap satelit dengan teliti. 3. Konversi dari sistem lain Teknik pemasukan data ke dalam SIG dengan menggunakan lajur elektronik (spreadsheet) merupakan cara konversi yang umum digunakan. Hal ini terutama apabila kita ingin memaduserasikan antara data spasial dan data tabular. Persyaratan yang dibutuhkan adalah adanya suatu identitas unik yang dimiliki bersama oleh data tabular dan data spasial, sehingga dapat dilakukan interaksi antarkedua jenis data. Sistem Koordinat dan Sistem Proyeksi: Informasi lokasi ditentukan berdasarkan sistem koordinat, yang di antaranya mencakup datum dan proyeksi peta. Datum adalah kumpulan parameter dan titik kontrol yang hubungan geometriknya diketahui, baik melalui pengukuran atau penghitungan. Sedangkan sistem proyeksi peta adalah sistem yang dirancang

untuk merepresentasikan permukaan dari suatu bidang lengkung atau spheroid (misalnya bumi) pada suatu bidang datar. Proses representasi ini menyebabkan distorsi yang perlu diperhitungkan untuk memperoleh ketelitian beberapa macam properti, seperti jarak, sudut, atau luasan.

This post was written by: Apa itu Google Maps ? Menurut istilah Google Help , pengertian Google Maps adalah layanan gratis peta dan pemetaan digital yang bisa dimanfaatkan untuk mengamati peta dunia melalui browser web. Google Maps memanfaatkan teknologi digital imaging.seperti foto Satelit sehingga kamu bisa melihat bagaimana landscape planet bumi apabila dilihat dari luar angkasa. Jadi, tanpa harus capek capek naik pesawat ulang alik untuk pergi ke bulan seperti astronot Neil Amstrong, kita sudah bisa menikmati permukaan wajah planet bumi. Mapmaking Apa itu Mapmaking ? Pengertian Mapmaking atau cartograpy adalah ilmu pembuatan peta. Mungkin teknik pemetaan terpenting adalah teknik remote sensing dimana data dikumpulkan tanpa harus survey lokasi tsb secara langsung. Contoh penggunaan tehnik pemetaan ini adalah aerial fotograpi (termasuk foto infrared) dan foto satelit. Keduanya manfaat praktis teknologi satelit dimana tingkat akurasi peta bisa hampir 100 persen. Foto Satelit Apa itu Foto Satelit ? Pengertian foto satelit adalah foto yg diambil dari luar angkasa dgn sudut pandang mata burung (Bird’s Point of view). Sementara itu, penentuan lokasi pasti sebuah objek foto satelit dihasilkan melalui komputasi tringulasi satelit.

Apakah Definisi Tringulasi ? Metode navigasi yang menggunakan rumus trigonometri sebuah segitiga dalam mengkunci posisi dan lokasi objek. Logikanya seperti menggunakan kompas sebagai salah satu sudut segitiga dan 2 sudut lagi sebagai 2 posisi dgn jarak pemisah antara keduanya telah diketahui sebelumnya. Contoh teknologi tringulasi satelit adalah GPS (Global Positioning System) yg memanfaatkan minimal 24 buah satelit yg mengorbit mengelilingi bumi dalam menentukan lokasi pengguna.

Tringulasi satelit memungkinan mengumpulan gambar grafis suatu wilayah secara remote. Tringulasi satelit ini akan menghasilkan foto dengan potensi error lebih kecil. Teknologi Foto Satelit ini bisa dimanfaatkan dalam melacak hotspot kebakaran hutan kalimantan, mengikuti perjalanan badai atau tornado gustav, dan juga operasi militer seperti misi intelejen inflitrasi pasukan ke Hotzone. Apa Saja Fitur Google Maps ? Merujuk definisi awal glosary, Goolge Maps adalah layanan internet gratis yg menyediakan teknologi canggih pemetaan digital. Selain bentangan landscape planet bumi, informasi lain seperti lokasi bisnis, kontak bisnis, dan jalur berkendara terbaik juga tampil pada peta digital tsb. Namun perlu dicatat tidak semua Fitur Google Maps ini bisa dinikmati orang indonesia. Sebagaimana pernyataan resmi pihak google sendiri kalau layanan google maps itu berbeda kualitas tergantung negara. Mengenai kekurangan google maps bagi pengguna internet indonesia ada pada bagian selanjutnya. Melalui fitur Google Maps, pengguna internet dapat browsing informasi grafis berikut: 1. Foto Satelit Kamu dapat menikmati gambar satelit planet bumi yg cantik. Kamu juga bisa menikmati foto satelit lebih detail lengkap dengan cara zooming pada bagian peta yang kamu inginkan. Kami bisa memperoleh informasi topograpi yg terintegrasi dgn database kontak bisnis. • Hasil Pencarian Integrasi bisnis Mencari lokasi bisnis dan kontak informasi pada satu lokasi, integrasi pada map. Contoh, bila kamu mencari cafe buat ngopi dan ngeteh, lokasi daftar alamat dan nomor telepon muncul di peta digital. Kamu bisa memperoleh informasi tambahan dengan jam kerja, tipe cara pembayaran, dan review bisnis. • Draggable Maps Peta digital mapping yg dragable (bisa digeser) dengan bantuan mouse. • Terrain Maps (Peta Topograpi) Terrain Maps menyediakan informasi fitur peta fisik atau peta topograpy yg biasa disediakan Buku peta Atlas. Informasi itu bisa berupa lokasi gunung berapi aktif di pulau jawa, Posisi gunung dan danau, letak hewan langka, dan tanaman berkasiat. • Street View (Peta Jalan) Kita, sebagai pengguna layanan, bisa dengan nikmat melihat foto satelit sebuah jalan. Kita bisa mengecek situasi jalan depan rumah tempat kita tinggal. Kita juga bisa mengecek jalanan protokol kota bandung seperti jalan soekarno hatta, dan jalur pantura dan jalan lintas sumatera. • Petunjuk Arah Berkendara Ambil contoh, kamu hendak mudik lebaran ke jawa dan lupa posisi kampung halaman kamu, sidoharjo. Untuk masalah ini, google Maps tidak bisa membantu karena fitur petunjuk ini tidak tersedia bagi peta indonesia. (kalau ngak salah, yah). Namun untuk mempelajarinya baca cara belajar google maps ini : Google Maps driving directions. Ingin belajar tutorial google maps bagi pemula ? ikuti penjelasan Google Maps tour. Kekurangan Fitur Google Maps bagi Warga Negara Indonesia (WNI) ? Fungsi penuh Google Maps hanya tersedia bagi negara Australia, Eropa Barat, Amerika, Kanada, dan Cina. Fungsi penuh google maps juga disediakan bagi pengguna internet jepang. Namun minus kelebihan fitur penunjuk berkendara. Sementara data foto satelit google Maps cuma tersedia bagi negara tertentu juga. Jadi untuk indonesia, tidak sedetail negara utama. Untuk asia tenggara, cuma singapura yg secara resmi dimasukkan ke database google maps. Sementara bagi negara lain, termasuk indonesia, google cuma bisa menyediakan foto pencitraan satelit berdasar tingkat resolusi foto tertentu. Catatan tambahan, Google Maps bisa dilihat dari komputer rumah atau laptop. Resolusi monitor tidak mempengaruhi tampilan selama tersedia koneksi internet.

( Sumber : //www.bakawan.com/log/google-maps-dan-teknologi-fitur-pemetaan/ )


TomTom adalah peta digital dan routing yang berfokus pada navigasi mobile

TomTom didirikan oleh Harold Goddijn, Peter-Frans Pauwels dan Pieter Geelen pada tahun 1991. Saham perusahaan yang terdaftar di Euronext Amterdam pada Mei 2005. Setelah bertahun-tahun yang cepat tumbuh organik didukung oleh akuisisi kecil langkah besar diambil tahun 2008 ketika Tele Atlas diakuisisi.
Seperti produk-produk lainnya tomtom berangkat dari teknologi GPS yang diintegrasikan pada portable navigasi devices.

(sumber: //www.tomtom.com)

Peta

Peta merupakan gambaran wilayah geografis, biasanya bagian permukaan bumi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Peta dapat menunjukkan banyak informasi penting, mulai dari supply listrik di daerah Anda sampai daerah Himalaya yang berbukit-bukit atau sampai kedalaman dasar laut. Peta bisa menjadi petunjuk bagi pelancong/wisatawan, atau menjelaskan dunia dengan menyertakan jenis informasi geografi khusus. Peta juga dapat mengundang eksplorasi. Sebagai contoh, peta berwarna Pulau Marquases dengan pelabuhan yang eksotik seperti Hakapehi di Nuku Niva mungkin kedengaran menarik bagi seseorang. Dengan kata lain, peta yang berisi banyak detail yang menarik dari suatu daerah/wilayah dapat menggoda/menarik orang lain ke wilayah tersebut.

Peta dapat digambar dengan berbagai gaya, masing-masing menunjukkan permukaan yang berbeda untuk subjek yang sama yang memungkinkan kita untuk men-visualisasikan dunia dengan mudah, informatif dan fungsional. Beberapa fakta dan skill yang sederhana akan dijabarkan di sini guna membantu anda menggunakan peta dengan efektif. Tetapi sebelumnya, perhatikan beberapa fakta penting berikut ini :

1. Tidak ada peta yang sempurna

Orang membuat peta dari data yang mereka kumpulkan dengan alat tertentu. Sekalipun peta dibuat dengan menggunakan komputer, tetapi tergantung pada program dan mesin yang didesain oleh manusia. Manusia membuat kesalahan dan mesin total tidak pernah akurat. Tidak ada alat untuk merekam setiap detail lansekap. Peta – bagaimanapun juga – dapat melakukan error (salah) dan tidak akurat. Data atau kartografi yang salah bisa membuat letak desa/kampung tertentu tidak tepat pada peta, atau puncak pegunungan tidak setinggi yang muncul pada peta.

Kartografer (pembuat peta) yang menggunakan alat tradisional, seperti merekam data dengan manual atau menggunakan fotografi altitude tinggi, terbatas pada seberapa banyak objek yang terekam oleh mereka dan seberapa kecil objek yang dapat terekam. Objek yang terlalu kecil bisa jadi tidak akurat ditempatkan atau malah bisa tidak muncul.

Alat modern seperti fotografi yang menggunakan satelit resolusi tinggi mampu merekam detail sampai resolusi beberapa meter. Sebagian besar permukaan objek yang penting dapat terekam dengan imagery untuk kemudian dialihkan menjadi peta atau foto dengan akurasi yang lebih tinggi, tetapi tetap masih harus diinterpretasikan lagi dan masih ada data yang error.

2. Peta selalu menjadi tidak update, tidak lama menunjukkan keakuratan dunia

Hal ini disebabkan dunia secara konstan berubah baik secara fisik maupun secara kurtural/budaya. Teknologi modern menyediakan solusi komputer yang memungkinkan kita memperbaharui peta dengan mudah tanpa menggambar ulang. Bagaimanapun informasi yang tepat patut dipertimbangkan. Perubahan dunia tetap harus dikumpulkan secara periodik dan digunakan untuk memperbaiki database peta.

3. Peta adalah bias.

Peta umumnya tidak menunjukkan setiap penampakan area topografi secara terpisah misalnya setiap pohon, rumah, atau jalan sehingga kartograf harus menentukan proyeksi dan skala peta dan jumlah detail yang tersedia. Tujuan pemetaan dan latar belakang budaya Kartograf juga sering berpengaruh pada proses ini, yang disebut dengan generalisasi. Informasi pada peta dan bagaimana distorsi terjadi juga berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang tentang dunia dan apa yang mereka lakukan.

Jenis Peta

Berdasarkan temanya, peta dapat dibagi menjadi tiga kategori. Yang pertama, peta umum, biasanya terdiri dari banyak tema dan memberikan gambaran umum. Peta umum biasanya praktis, menunjukkan dunia yang memungkinkan orang dari satu ujung menuju ujung lain tanpa tersesat, atau menunjukkan layout keseluruhan suatu tempat yang belum dikenal tanpa harus pergi ke sana. Contoh peta umum adalah peta jalan suatu negara yang juga menunjukkan kota besar, pegunungan, sungai, landmark dan lain-lain. Yang kedua, adalah peta tematik, yang terdiri dari satu atau beberapa tema dengan informasi yang lebih dalam/detail. Peta tematik juga dapat menunjukkan hampir semua jenis informasi yang beragam dari satu tempat ke tempat lain. Contoh peta tematik adalah peta penyebaran penduduk atau tingkat penghasilan menurut negara, propinsi atau kabupaten, dengan masing-masing bagian diberi warna yang berbeda untuk menunjukkan tingkat relativitas jumlah penduduk atau penghasilan. Peta kategori ketiga adalah grafik, di mana keakuratan peta rute perjalanan digunakan untuk navigasi laut dan udara. Ini harus sering diupdate sehingga kapten atau pilot mengetahui bahaya yang terjadi di sepanjang rute mereka. Peta dapat dibuat dengan berbagai bentuk. Peta pertama mungkin dibuat manusia dengan menggambar garis di pasir atau batu kerikil dan ranting kecil disusun di atas tanah. Peta modern diterbitkan untuk penggunan yang lebih lama oleh manusia. Peta cetak adalah bentuk yang paling sederhana. Peta cetak menggambarkan dunia sebagai bidang datar dalam dua dimensi. Dalam peta cetak, relief gunung dan lembah ditunjukkan dengan simbol khusus untuk memperbaiki kekurangan “tingkat kedalaman”, di mana hal tersebut adalah dalam bentuk tiga dimensi. Jadi, peta relief adalah peta bidang datar dengan penambahan tonjolan dan lekukan untuk menunjukkan perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi. Tonjolan dan lekukan ini biasanya dibuat dari tanah liat atau plastik. Peta berbasis komputer (digital) lebih serba guna. Peta yang terprogram akan lebih dinamis karena bisa menunjukkan banyak view yang berbeda dengan subjek yang sama. Peta ini juga memungkinkan perubahan skala, animasi gabungan, gambar, suara, dan bisa terhubung ke sumber informasi tambahan melalui internet. Peta digital dapat diupdate ke peta tematik baru dan bisa menambahkan detail informasi geografi lainnya. Hal ini disebabkan informasi baru dapat dimasukkan ke dalam database setiap saat. Mempunyai peta digital sama seperti mempunyai selusin peta tematik cetak yang meng-overlay daerah tertentu yang terhubung secara elektronik ke sebuah perpustakaan besar dalam tema utama atau yang berhubungan dengan tema utama.

Penggunaan peta tergantung pada jenis peta yang ada dan jenis informasi yang diinginkan dari peta tersebut. Dalam kasus peta sederhana, hanya satu atau dua jenis informasi yang mungkin tersedia sehingga sedikit atau bahkan tidak perlu keahlian membaca peta untuk menggunakannya. Sebagai contoh, sketsa lingkungan sekitar (tetangga) hanya menunjukkan hubungan rumah utama dengan sudut jalan atau jaraknya dari suatu pasar atau sekolah. Semua orang dapat menggunakan peta seperti ini. Peta lengkap dapat menggambarkan jarak yang sebenarnya, lokasi lahan dengan tepat, elevasi, vegetasi dan aspek lainnya. Untuk menginterpretasikan peta lengkap seperti ini, diperlukan beberapa keahlian dasar membaca peta.

Komponen Peta

– Proyeksi

Permukaan bumi adalah bidang lengkung, dan peta – baik yang tercetak maupun dalam bentuk gambar di layar komputer – adalah bidang datar. Artinya, semua peta tidak terkecuali globe (bola dunia) mengalami distorsi dari bumi yang sebenarnya. Untuk wilayah yang lebih kecil, distorsi tidak signifikan karena wilayah yang kecil dalam globe kelihatan seperti permukaan datar. Untuk wilayah yang lebih luas atau untuk tujuan yang butuh akurasi yang tinggi, bagaimanapun distorsi merupakan hal yang sangat penting. Kita dapat melihat bagaimana distorsi peta terjadi jika kita melihat kulit jeruk. Ketika permukaan luar lengkungan jeruk dikupas dan diletakkan mendatar, hamparan kulit akan dalam potongan yang terpisah. Kartografer menghadapi masalah yang sama ketika memetakan permukaan bumi. Mereka harus memindahkan bagian geografis dengan cara tertentu, menarik dan menggabungkan kembali bagian-bagian tersebut secara bersamaan agar menjadi peta datar yang nyambung.

Pada prinsipnya, proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bola (bidang lengkung) ke bentuk bidang datar dengan persyaratan; bentuk yang diubah harus tetap sama, luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap.

Untuk memenuhi ketiga syarat itu sekaligus merupakan hal yang tidak mungkin.
Untuk memenuhi satu syarat saja bagi seluruh bola dunia, juga merupakan hal yang tidak mungkin. Yang bisa dilakukan hanyalah satu saja dari syarat di atas untuk sebagian kecil permukaan bumi.

Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar, harus dilakukan kompromi antara ketiga syarat di atas. Ini mengakibatkan lahirnya bermacam jenis proyeksi peta. Beberapa jenis proyeksi yang umum adalah silinder/tabung (cylindrical), kerucut (conical), bidang datar (zenithal) dan gubahan (arbitrarry)

Jenis proyeksi yang sering kita jumpai sehari-hari adalah proyeksi gubahan, yaitu proyeksi yang diperoleh melalui perhitungan. Salah satu proyeksi gubahan yang sering digunakan adalah proyeksi Mercator. Proyeksi ini merupakan sistem proyeksi Silinder, Konform, Secant, Transversal.

– Skala

Ukuran peta dalam hubungannya dengan bumi disebut dengan skala, biasanya dinyatakan dengan pecahan atau rasio/perbandingan. Pembilang, yang terletak di bagian atas pecahan merupakan satuan unit peta dan penyebut yang terletak di bagian bawah pecahan merupakan angka dalam unit yang sama yang menunjukan jarak yang sebenarnya di lapangan/bumi. Sebagai contoh skala 1/10.000 artinya jarak satu centimeter di peta eqivalen dengan 10.000 centimeter di lapangan. Sebagai perbandingan, skala ini akan ditunjukkan sebagai 1:10.000. Jika penyebut makin besar atau pecahan makin kecil maka semakin luas permukaan bumi yang dapat ditunjukkan dalam peta tunggal. Oleh karena itu, peta berskala kecil akan menunjukkan bagian bumi yang lebih luas dan peta berskala besar relatif menunjukkan bagian bumi yang lebih kecil.

Skala peta digital bisa lebih bervariasi yang dapat dirubah dengan “zoom”. Memperbesar zoom dan lebih memperdekat ke bumi akan menggambarkan skala yang lebih besar.

– Koordinat

Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang dipakai adalah koordinat geografis (geographical coordinate). Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis katulistiwa. Garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan, mengukur seberapa jauh suatu tempat dari meridian. Sedangkan garis lintang adalah garis khayal di atas permukaan buni yang sejajar dengan khatulistiwa, untuk mengukur seberapa jauh suatu tempat di utara/selatan khatulistiwa.

Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Derajat dibagi dalam 60 menit dan tiap menit dibagi dalam 60 detik. Sebagai contoh Menara Eiffel di Paris mempunyai koordinat 48? 51? 3? Lintang Utara dan 2? 17? 35? Bujur Timur. Kadang-kadang koordinat ditunjukkan dalam desimal sebagai ganti dari menit dan detik. Jadi koordinat Menara Eiffel dapat juga ditulis sebagai 48? 51,53333 Lintang Utara dan 2? 17,5833 Bujur Timur.

– Legenda

Peta ini menggunakan simbol untuk menggambarkan letak objek yang sebenarnya.
Legenda adalah penjelasan simbol-simbol yang terdapat dalam peta. Gunanya agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi peta. Contoh simbol legenda adalah ikon-ikon yang melambangkan bangunan, perbedaan warna yang melambangkan elevasi, perbedaan jenis garis yang melambangkan batas-batas atau jenis ukuran jalan, titik dan lingkaran yang menunjukkan populasi suatu kota. Jika detail peta kelihatan tidak familiar, mempelajari legenda peta akan sangat membantu sebelum melanjutkan proses lebih jauh.

– Arah

Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokkan objek di peta dengan objek sebenarnya di lapangan.

– Elevasi

Salah satu unsur yang penting lainnya pada suatu peta adalah informasi tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Unsur ini disebut dengan elevasi, yaitu ketinggian sebuah titik di atas muka bumi dari permukaan laut. Kartograf menggunakan teknik yang berbeda untuk menggambarkan ketinggian, misalnya permukaan bukit dan lembah.

Peta yang sudah modern menggambarkan pegunungan dengan relief yang diberi bayangan, yang disebut dengan hill shading. Peta Topografi tradisional menggunakan garis lingkaran yang memusat yang disebut dengan garis kontur, untuk menggambarkan elevasi. Setiap garis menandakan ketinggian di atas permukaan laut.

Sebagai ganti garis kontur, peta berwarna seringkali menggunakan standarisasi skala warna untuk menunjukkan elevasi; laut diberi warna biru, elevasi rendah digambarkan dengan bayangan hijau, elevasi tinggi digambarkan dari range sawo matang sampai coklat, dan puncak tertinggi diberi warna putih, menunjukkan salju.
Semakin tajam bayangan warna biru sama artinya dengan semakin dalam kedalaman suatu laut atau danau.(lil)

GEOGRAFI Geografi sebagai ilmu pengetahuan yang pernah disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of sciences) mengalami pasang-surut peranannya untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan. Apabila geografi tetap ingin berperan dalam memberikan sumbangan pemikiran dalam kebijakan pembangunan, geografi harus mempunyai konsep inti, metodologi dan aplikasi yang mantap. Pada pembahasan kali ini juga disertakan makalah bertujuan untuk menelusuri konsep inti geografi yang sesuai untuk dikembangkan di Indonesia untuk mendasari kompentensinya, khususnya dalam bidang geografi fisik. Pemisahan geografi fisik dan geografi manusia yang tinggi kurang mencirikan jati diri geografi, dan jika kecenderungan pemisahan tersebut semakin berlanjut jati diri geografi akan pudar dan akan larut dalam disiplin ilmu lainnya, dan bahkan kita akan kehilangan sebagian dari kompetensi keilmuan geografi. PETA Pengertian Peta – Jenis, Macam, Bentuk, Warna, dan Syarat Membuat Peta, Atlas atau Globe / Bola Bumi – Bahas Pelajaran Geografi Dapat Dikatakan, Peta merupakan media utama dalam belajar ataupun mengajarkan geografi, karena dari pengertiannya, geografi merupakan gambaran tentang bumi. Untuk lebih mengetahui apa itu peta, mari kita bahas secara terperinci mengenai apa dan bagaimana itu peta? A. Arti, Pengertian atau Definisi Peta Peta adalah gambar atau lukisan keseluruhan atau pun sebagian permukaan bumi baik laut maupun darat. B. Macam-Macam atau Jenis-Jenis Peta Peta dapat diklasifikasi menjadi dua / 2 jenis, yakni : 1. Peta Umum Peta umum adalah peta yang manampilkan bentuk fisik permukaan bumi suatu wilayah. Contoh : Peta jalan dan gedung wilayah DKI Jakarta. 2. Peta Khusus Peta khusus adalah peta yang menampakkan suatu keadaan atau kondisi khusus suatu daerah tertentu atau keseluruhan daerah bumi. Contohnya adalah peta persebaran hasil tambang, peta curah hujan, peta pertanian perkebunan, peta iklim, dan lain sebagainya. C. Pembagian Peta 1. Peta Luas Peta luas adalah peta yang menggambarkan suatu daerah yang luas seperti peta dunia, peta daerah amerika utara, peta benua, peta samudera, peta kutub utara dan kutub selatan, dsb. 2. Peta Sempit Peta sempit adalah peta yang hanya menampilkan sebagian kecil suatu area. Contoh peta sempit yaitu peta desa atau pedesaan, peta kota atau perkotaan, peta gorong-gorong kampung, peta gedung, denah rumah, dan lain sebagainya. D. Bentuk Lain Dari Peta 1. Atlas Atlas adalah gabungan dari beberapa peta yang dikumpulkan dalam sebuah buku yang memiliki judul atlas serta jenis-jenis atlas yang ada di buku tersebut. 2. Globe Globe atau Bola Dunia adalah suatu bentuk tiruan bola bumi yang dibuat dalam skala yang kecil untuk dapat lebih memahami bentuk asli planet bumi. E. Berbagai Macam dan Jenis Warna Peta Beserta Artinya / Arti Warna Pada Peta 1. Warna Laut – hijau : 0 – 200 meter dpl / ketinggian – kuning : 200 – 500 meter dpl / ketinggian – coklat muda : 500 – 1500 meter dpl / ketinggian – coklat : 1500 – 4000 meter dpl / ketinggian – coklat berbintik hitam : 4000 – 6000 meter dpl / ketinggian – coklat kehitam-hitaman : 6000 meter dpl lebih / ketinggian 2. Warna Darat – biru pucat : 0 – 200 meter / kedalaman – biru muda : 200 – 1000 meter / kedalaman – biru : 1000 – 4000 meter / kedalaman – biru tua : 4000 – 6000 meter / kedalaman – biru tua berbintik merah : 6000 meter lebih / kedalaman F. Syarat-Syarat yang Wajib Ada Pada Peta 1. Judul peta 2. Skala peta 3. Lambang Peta : jalan, sungai, ibu kota, pelabuhan, batas wiayah, dll 4. garis pinggir peta 5. Petunjuk arah mata angin : utara, selatan, timur, barat , dll G. Jenis Skala Pada Peta Pengertian atau definisi : Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan satuan atau tehnik tertentu. 1. Skala angka / skala pecahan Contohnya seperti 1 : 1000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 1000 cm jarak aslinya di dunia nyata. 2. Skala Satuan Misalnya seperti 1 inchi to 5 miles dengan arti 1 inch di peta adalah sama dengan 5 mil pada jarak sebenarnya. 3. Skala Garis Skala garis menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak yang ada. H. Proyeksi Pada Peta Proyeksi peta adalah suatu teknik pemindahan gambar peta ke berbagai macam bentuk peta. Beberapa jenis-jenis proyeksi peta : 1. Proyeksi Mercator 2. Proyeksi Silinder 3. Proyeksi Mollowide 4. Proyeksi Kerucut Jenis – Jenis Proyeksi Peta

Proyeksi Peta merupakan suatu sistem pemindahan dari bentuk permukaan bumi yang lengkung ke suatu bidang datar. Jenisnya ada 3:

1. Proyeksi Azimut / Zenithial
Bidang Proyeksi : Bidang datar yang menyinggung bola pada kutub, ekuator atau di sembarang tempat yang terletak antara ekuator dan kutub.

Contoh : A. Peta daerah kutub utara hasil Proyeksi Azimut Normal

Sumber : //www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=125&fname=geo103_10.htm

2. Proyeksi Silinder
Bidang Proyeksi : BIdang silinder yang menyinggung bola bumi pada lingkaran tertentu

Contoh : A. Peta Dunia diproyeksikan melalui proyeksi silinder

Sumber : //www.google.co.id/imgres?imgurl=//www.farmworks.com/

B. Peta dunia yang dibuat melalui proyeksi silinder dengan proyeksi Mercator

Sumber : astacala.org/admin/print.php?id=1243926588&archive

c. Contoh gambar Proyeksi Silinder

Sumber : lailiaidi.blogspot.com

3. Proyeksi Kerucut
Bidang Proyeksi : Kerucut yang menyinggung lingkaran paralel dari bola bumi

Contoh :

A. Contoh gambar proyeksi Kerucut Sumber : lailiaidi.blogspot.com Diposkan oleh Giovanni Janitra di 07.48 Salah satu hal yang membuat para pemula di dunia geoprocessing bingung (seperti saya ) adalah pemahaman mengenai proyeksi peta. Hal inilah yang sering membuat dahi saya berkerut ketika mendengar penjelasan salah seorang profesor dari LAPAN. Saat itu beliau menjelaskan pembahasan mengenai Teknologi Remote Sensing. Tulisan ini bertujuan sebagai pengantar mengenai proyeksi peta, dan semoga bisa menambah pustaka bacaan mengenai geographic processing berbahasa indonesia yang masih sangat terbatas di internet. Apa itu proyeksi peta? Untuk menjelaskan mengenai definisi hal ini, berikut saya kutipkan dari wiki; A map projection is any method of representing the surface of a sphere or other shape on a plane (mathematics). Terjemahan bebasnya, Proyeksi Peta adalah suatu metode untuk merepresentasikan permukaan dari benda bulat atau bentuk lain menjadi bidang datar. Sebenarnya ada beberapa macam pembagian jenis proyeksi, tapi saya hanya akan menjelaskan proyeksi yang banyak digunakan di Indonesia, dan tentunya yang berhubungan dengan apa yang saya kerjakan . Proyeksi dapat dibedakani menjadi dua, WGS-84 (World Geodetic System) dan UTM (Universal Transverse Mercator Coordinate System). [segini dulu, lagi males nulis to be continued.. insyaallah] Proyeksi Peta, Satuan Koordinat dan Konversi Datum A. Proyeksi Peta Dalam pembuatan peta apabila kita ingin menggambarkan perubahan benda yang berukuran tiga dimensi ke benda yang berukuran dua dimensi, benda itu harus diproyeksikan ke bidang datar. Teknik proyeksi ini juga berlaku untuk memindahkan letak titik-titik pada permukaan bumi ke bidang datar yang dinamakan Proyeksi Peta. Secara khusus pengertian dari proyeksi peta adalah cara memindahkan sistem paralel (garis lintang) dan meridian (garis bujur) berbentuk bola (Globe) ke bidang datar (peta). Hasil pemindahan dari globe ke bidang datar ini akan menjadi peta.Pemindahan dari globe ke bidang datar harus diusahakan akurat. Agar kesalahan diperkecil sampai tidak ada kesalahan maka proses pemindahan harus memperhatikan syarat-syarat di bawah ini: 1. Bentuk-bentuk di permukaan bumi tidak mengalami perubahan (harus tetap), persis seperti pada gambar peta di globe bumi. 2. Luas permukaan yang diubah harus tetap. 3. Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan bumi yang diubah harus tetap. Di dalam proses pembuatan peta untuk dapat memenuhi ketiga syarat di atas sekaligus adalah suatu hal yang tidak mungkin. Bahkan untuk dapat memenuhi satu syarat saja untuk seluruh bola dunia juga merupakan hal yang tidak mungkin, yang bisa dipenuhi hanyalah satu saja dari syarat-syarat di atas dan ini hanya untuk sebagian kecil dari muka bumi. Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar harus dilakukan kompromi ketiga syarat di atas. Akibat dari kompromi itu maka lahir bermacam jenis proyeksi peta. Proyeksi berdasarkan bidang asal • Bidang datar (zenithal) • Kerucut (conical) • Silinder/Tabung (cylindrical) • Gubahan (arbitrarry) Jenis proyeksi no.1 sampai no.3 merupakan proyeksi murni, tetapi proyeksi yang dipergunakan untuk menggambarkan peta yang kita jumpai sehari-hari tidak ada yang menggunakan proyeksi murni di atas, melainkan merupakan proyeksi atau rangka peta yang diperoleh melaui perhitungan (proyeksi gubahan). Dalam kesempatan ini tidak akan dijelaskan bagaimana perhitungan proyeksi tersebut di atas, akan tetapi cukup jenis proyeksi apa yang biasa digunakan dalam menyediakan kerangka peta di seluruh dunia. Contoh proyeksi gubahan : • Proyeksi Bonne sama luas • Proyeksi Sinusoidal • Proyeksi Lambert • Proyeksi Mercator • Proyeksi Mollweide • Proyeksi Gall • Proyeksi Polyeder • Proyeksi Homolografik Kapan masing-masing proyeksi itu dipakai ? 1. Seluruh Dunia • Dalam dua belahan bumi dipakai Proyeksi Zenithal kutub • Peta-peta statistik (penyebaran penduduk, hasil pertanian) pakai Mollweide • Arus laut, iklim pakai Mollweide atau Gall • Navigasi dengan arah kompas tetap, hanya Mercator 2. Daerah Kutub • Proyeksi Lambert • Proyeksi Zenithal sama jarak 3. Daerah Belahan Bumi Selatan • Sinusoidal • Lambert • Bonne 4. Untuk Daerah yang lebar ke samping tidak jauh dari Khatulistiwa • Pilih satu dari jenis proyeksi kerucut. • Proyeksi apapun sebenarnya dapat dipakai Untuk daerah yang membujur Utara-Selatan tidak jauh dari Khatulistiwa pilih Lambert atau Bonne. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dalam membuat peta kita hanya dapat menggambar beberapa bagian permukaan bumi. Untuk dapat membuat peta yang meliputi wilayah yang lebih luas atau bahkan seluruh permukaan bumi. Untuk dapat membuat peta yang meliputi wilayah yang lebih luas atau bahkan seluruh permukaan bumi kita harus mengadakan kompromi antara ketiga syarat di atas. Sebagian dampak kompromi tersebut, keluarlah bermacam-macam jenis proyeksi peta. Masing-masing proyeksi mempunyai kelebihan dan kelemahan sesuai dengan tujuan peta dan bagian mukabumi yang digambarkan. Bila diminta untuk memetakan seluruh permukaan bumi, maka Kita dituntut harus tepat dalam memilih proyeksi yang digunakan. Pemilihan proyeksi tergantung pada bentuk, luas dan letak daerah yang dipetakan, ciri-ciri tertentu/ciri asli yang akan dipertahankan.

Sekarang perhatikan terlebih dahulu gambar berikut ini!

Pada gambar 03.3 Anda dapat melihat perubahan bentuk dari segi empat pada globe:

Berubah menjadi: pada bidang datar.
Sebagai akibatnya dapat dilihat pada gambar 03.4 berikut ini.

Pada gambar 03.4 bagian tengah globe yaitu daerah sekitar garis khatulistiwa sedikit mengalami distorsi (penyimpangan) sedangkan daerah kutub mengalami distorsi yaitu menjadi lebih besar.
Proyeksi ini cocok untuk mempertahankan bentuk sekitar khatulistiwa.

Titik singgung antara permukaan bola bumi dan bidang datar dapat terletak pada kutub, ekuator atau antara kutub dan ekuator. Misalnya Anda akan memproyeksikan garis-garis meridian dan garis-garis lintang. Jika titik singgung antara bidang datar dan permukaan bola bumi terletak di kutub utara, setelah diproyeksikan garis lintang akan taampak sebagai lingkaran konsentris yang mengelilingi kutub. Garis meridian akan tampak sebagai garis lurus yang berpusat di kutub dengan sudut yang sama.

Perhatikan gambar berikut ini!

Pada gambar 03.6 Anda dapat melihat perubahan bentuk pada garis lingkaran terluar. Garis tersebut lebih besar dari garis di globe. Jadi paling banyak mengalami distorsi. Pada bagian kutub relatif tidak mengalami perubahan atau distorsi, jadi hampir mendekati kesesuaian. Proyeksi ini cocok untuk mempertahankan bentuk sekitar kutub. B. Satuan Koordinat Koordinat adalah pernyataan besaran geometrik yang menentukan posisi satu titik dengan mengukur besar vektor terhadap satu Posisi Acuan yang telah didefinisikan. Posisi acuan dapat ditetapkan dengan asumsi atau ditetapkan dengan suatu kesepakatan matematis yang diakui secara universal dan baku. Jika penetapan titik acuan tersebut secara asumsi, maka sistim koordinat tersebut bersifat Lokal atau disebut Koordinat Lokal dan jika ditetapkan sebagai kesepakatan berdasar matematis maka koordinat itu disebut koordinat yang mempunyai sistim kesepakatan dasar matematisnya. Koordinat Geografi pada Proyeksi UTM adalah salah satu transformasi geografi yang mempunyai referensi Posisi Acuan dan arah yang sama yaitu Titik Pusat Proyeksi untuk posisi dan arah utara Grid di Meridian Pusat sebagai arah acuan. Permasalahan yang timbul adalah :  SATUAN (unit) . Besaran Pada Koordinat Geografi dinyatakan dalam besaran sudut (derajat), besaran pada Koordinat UTM dinyatakan besaran panjang (meter).  Bidang persamaan, pada Koordinat geografi dinyatakan sebagai permukaan Elipsoid, sedang bidang persamaan UTM merupakan bidang datar. Jadi hubungan antara koordinat geografi dan UTM adalah : ON = Origin North = 10,000,000 m G = Panjang busur Meridian ko =0.9996 OE = Origin East = 500,000 m p = Panjang busur Paralel Kor = Koreksi akibat perubahan bentuk 3 D garis lengkung ke 2D. Garis Meridian : Garis lengkung melingkar dipermukaan Elipsoid dan melewati 2 kutub Garis Paralel : Lingkaran melintang dipermukaan Elipsoid dari Kutub U ke S sejajar Equator. Kesimpulan Dihubungkan Dengan Konsep GIS Karena Sistem Informasi Geografi (GIS) merupakan metoda sajian terpadu, maka semua data masukan spasial maupun tabular harus berupa data terpadu. Artinya, kesatuan Sistim Koordinat untuk data spasial, kesatuan ID untuk data tabular, kesatuan dalam me-manage data untuk sasaran informasi tersebut agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Fungsi Sistim Proyeksi dan transformasi sangat memegang peranan sangat penting.

Hal lain yang perlu diingat bahwa konsep GIS memanfaatkan pula jaringan data antar Pusat dengan Daerah, antar Instansi yang bersifat Nasional , yang sangat berguna untuk analisis terhadap suatu dampak dari perubahan data yang masuk dalam cakupan yang lebih luas. Jadi kesatuan dalam Sistim Koordinat adalah mutlak dalam konsep GIS.

C. Transformasi Datum Dalam permasalah proyeksi peta, datum merupakan hal penting yang harus diperhatikan, karena hal tersebut akan menentukan keakuratan peletakan titik/objek pada sebuah peta. Transformasi datum merupakan proses konversi koordinat-koordinat titik-titik yang bereferensi terhadap suatu datum (system koordinat) ke datum yang lain. Saat ini terdapat sekitar 200 datum yang digunakan di dunia. Sebagai contoh adanya perbedaan datum yang digunakan oleh Negara Indonesia pada masa lampau yaitu Id-74. Oleh karena itu dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan SIG dimana kita biasanya mengintegrasikan dengan data koordinat/spasial yang lain, maka pengguna harus mentransformasikan datum tersebut ke datum global yaitu WGS84. Hal tersebut disa dilakukan pada jendela Projection Utility Wizard pada menu DATUM. Pada kotak dialog dimenu DATUM pilih Indonesia_1974_To_WGS_1984. Extension ini berguna untuk memproyeksikan shapefiles ke dalam system koordinat yang umum. Utiliti proyeksi ini mendukung sejumlah system proyeksi dan konversi datum. Bila telah ter-install dan kemudian diaktifkan, fasilitas ini akan muncul di menu file-Arcview Projection Utility Wizard

Sistem Hitungan Geodesi

Geoid Geoid adalah salah satu bidang ekuipotensil gaya berat yang berimpit dengan permukaan air laut rata-rata diseluruh bumi (Vanicek and Krakiwsky, 1982) Ellipsoid

Sebagaimana telah dijelaskan diatas, untuk keperluan hitungan Geodesi iperlukan suatu bidang analitis yang mempunyai bentuk dan ukuran mendekati geoid. Bidang yang teratur , yang bentuk dan ukuanya mendekati geoid adalah bidang ellipsoid

Penentuan Ellipsoid Metode-metode yang digunakan untuk menentukan bentuk dan ukuran dari ellipsoid adalah sebagai berikut (Purworahardjo, 1986) : • Pengukuran busur di muka bumi (metode Astro Geodesi) • Pengukuran Variasi gravitasi dimuka bumi (metode Astrogravimetrik)

• Pengukuran medan gravitasi bumi dari orbit satelit buatan

Sistem Koordinat Sistem koordinat lokal • Sistem Koordinat Polar • Sistem Koordinat Kartesian Sistem Koordinat Global • Sistem Koordinat Astronomis (Lintang Astronomis dan Bujur Astronomis) bidang terhadap Geoid • Sistem Koordinat Geodetik (Lintang geodetic dan Bujur Geodetik) bidang terhadap ellipsoid

• Sistem Koordinat Kartesian Tiga Dimensi

Gambar Sistem Koordinat Geodetik • Lintang Geodetik (L) dari suatu titik adalah besar sudut lancip yang dibentuk oleh arah normal pada ellipsoid dengan bidang ekuator geodetic • Bujur geodetic (B) yaitu sudut yang dibentuk antara bidang meridian dari titik tersebut dengan bidang meridian nol BIH

• Titk geodetik / geometrik (h) didefinisikan sebagai jarak dari bidang ellipsoid kea rah normal sampai titik tinngi yang di maksud

Sisitem Koordinat Kartesian Tiga Dimensi Posisidari suatu titik dinyatakan dalam besaran X,Y dan Z. dengan arah arah dari sumbu-sumbu koordinat didefinisikan sebagai berikut • Sumbu Z berimpit dengan sumbu rotasi bumi, yang didefinisikan sebagai CTP (Conventional Terrestrial Pole) • Sumbu X mengarah ke meridian nol, yaitu meridian nol Greenwich yang ditetapkan oleh BIH (Bureau International de l’Heure) yang terletak pada bidang ekuator ellipsoid.

• Sumbu Y adalah sumbu yang terletak pada bidang ekuator serta tegak lurus terhadap sumbu X dan Z berdasarkan aturan tangan kanan

Datum Geodetik • Datum Geodetik adalah titik asal dari sistem perhitungan dan permukaan tempat dilakukannya perhitungan-perhitungan (Rais, 1975)

• Datum geodetik adalah himpunan parameter parameter yang menggambarkan hubungan antara ellipsoid local dan sistem refrensi geodetik global (Seeber, 1993)

Pendefinisian Datum Konvensional • Ditetapkan parameter ellipsoid refrensi yang dipilih yaitu setengah sumbu panjang (a) dan pegepengan (f) • Wllipsoid refrensi menyinggung geoid pada satu titik yang telah ditentukan (titik datum) • Pada titik datum, didefinisikan bahwa lintang geodetik (L), bujur geodetik (B) dan Azhimuth geodetik (A) sama lintang astronomi, bujur astronomi san azimuth astronomi serta tinggi suatu geometric yaitu tinggi titik diatas ellipsoid (h), sama dengan tinggi di atas geoid (H) atau dengan perkataan lain undulasi (N) pada titik datum sama dengan nol.

• Sumbu putar ellipsoid dan bidang meridian nol geodetik sejajar sumbu menengah bumi dan bidang nol astronomi.

Pendefinisian Datum Modern • Parameter dari ellipsoid refrensi yang dipilih, yaitu setengah sumbu panjang (a) dan pegepengan (f). • Parameter translasi (ΔX, ΔY, ΔZ) titik asal salib sumbu X,Y dan Z terhadap geocenter (pusat massa bumi) atau titik asal satu CTS (conventional Terrestrial System) tertentu • Parameter rotasi (Ex,Ey,Ez) sistem salib sumbu X,Y dan Z terhadap CTS

• Faktor skala (s)

Datum yang digunakan di Indonesia Datum Genuk Bidang hitungan yang digunakan adalah permukaan ellipsoid Bessel 1841 yang mempunyai dimensi sebagai berikut Setengah sumbu panjang (a) = 6377397.155 m Pegepengan (f) = 1/299.15 Datum Moncong Lowe Datum Gunung Serindu Datum Indonesia 1974 (DI’74) Speroid / ellipsoid yang diadopsi ialah SNI (Speroid Nasional Indonesia), yaitu suatu modifikasi (pembulatan parameter) ellipsoid GRS’67 (Geodetic Reference System 1967). Parameter parameter ellipsoid SNI ialah : Setengah sumbu panjang (a) = 6378160.000 m Pegepengan (f) = 1/298.247 Datum Indonesia 1995 (DI’95) = WGS’84 Parameter parameter dari datum Indonesia 1995 ini sama dengan parameter parameter datum WGS 84, yang mirip parameter GRS 80 (Geodetic Reference System 1980), yaitu sistem referensi Geodesi yang diperkenalkan oleh international Association of Geodesy (IAG) pada tahun 1979. Adapun parameter parameter yang diakai untuk pendefinisian dari datum DI95 adalah Subarya dan Matindas, 1995) : Setengah sumbu panjang (a) = 638137.000 m Setengah sumbu pendek (b) = 6356752.3142 m

Pegepengan (f) = 1/298.257223563

Proyeksi Peta
Proyeksi peta adalah teknik teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik titik di muka bumi dan di peta.

Sistem proyeksi peta dipilih untuj menyatakan posisi titik titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar yang nantinya bias digunakan untuk perhitungan jarak dan arah antar titik.
Menyajikan secara grafis titik titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar yang selanjutnya bias digunakan untuk membantu studi dan pengambilan keputusan berkaitan dengan topografi, iklim, vegetasi, hunian dan lain-lainya yang umumnya berkaitan dengan ruang yang luas

Pertimbangan Ekstrinsik Bidang Proyeksi yang digunakan Proyeksi Azimutal / zenital : bidang proyeksi bidang datar Proyeksi kerucut : bidang proyeksi bidang selimut kerucut

Proyeksi silinder : bidang proyeksi bidang selimut silinder

Persinggungan bidang proyeksi dengan pola bumi Proyeksi tangent : bidang proyeksi bersinggungan dengan pola bumi Proyeksi Secant : bidang proyeksi berpotongan dengan pola bumi

Proyeksi “Polysuperficial” : banyak bidang proyeksi

Posisi sumbu simetri bodang proyeksi terhadap sumbu bumi Proyeksi normal : Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu pola bumi Proyeksi miring : Sumbu simetri bidang proyeksi miring terhadap sumbu pola bumi

Proyeksi transversal : Sumbu simeri bidang proyeksi terhadap sumbu pola bumi

Pertimbangan Instrinsik Sifat asli yang dipertahankan : Proyeksi Ekuivalen : Luas daerah yang pertahankan : Luas pada peta setelah disesuaikan dengan skala peta = luas asli pada muka bumi Proyeksi Konfrom : Bentuk daerah dipertahankan, sehingga sudut sudut pada peta dipertahankan sama dengan sudut sudut dimuka bumi Proyeksi Ekuidistan : Jarak antar titik di peta setelah disesuaikan dengan skala peta sama dengan jarak asli di muka bumi Cara penurunan peta Proyeksi geometris : Proyeksi perspektif atau proyeksi sentral. Proyeksi Matematis : Semua di peroleh dengan hitungan matematis

Proyeksi Semi Geometris : Sebagian peta diperoleh dengan cara proyeksi dan sebagian lainya diperoleh dengan cara matematis

Pertimbangan Pemilihan Proyeksi • Ditorsi pada peta berada pada batas batas kesalahan grafis • Sebanyak mungkin lembar peta yang bias digabungkan • Perhitungan plloting setiap lembar sesederhana mungkin • Plotting manual bias dibuat dengan cara semudah mudahnya

• Menggunakan titik control sehingga posisinya segera bias diplot

Jenis Proyeksi dan Kedudukan Terhadap Bidang Datum

Proyeksi Polyeder
Sistem proyeksi kerucut, Normal, Tanggent dan Konfrom

Keuntungan Proyeksi Polyeder : Karena perubahan jarak dan sudut pada satu bagian derajat 20’ x 20’, sekitar 37 km x 37 km bias diabaikan, maka proyeksi ini baik untuk digunakan pada pemetaan teknis skala besar. Kerugian proyeksi Polyeder : • Untuk pemetaan daerah luas harus serring pindah bagian derajat, memerlukan transformasi koordinat. • Grid kurang praktis karena dinyatakan dalam bentuk kilometer fiktif • Tidak praktis untuk skala kecil dengan cangkupan luas

• Kesalahan arah maksimum 15 m untuk jarak 15 km

Proyeksi UTM UTM merupakan sistem proyeksi Silinder, Konform, Secant, Tranversal ketentuan selanjutnya : • Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang disebut meridian standar dengan factor skala 1 • Lembar Zone 6º dihitung dari 180 º BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180 º BT dengan nomor zone 60. tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri • Perbesaran di meridian tengah = 0.9996

• Batas paalel tepi atas dan tepi bawah adalah 84 º LU dan 80 º LS

Proyeksi dari bidang datum ke bidang proyeksi

Sistem Grid UTM Global

Zone UTM Indonesia

TM-3 º

Ketentuan TM-3 º Ketentuan sistem proyeksi peta TM-3 º : • Proyeksi : TM dengan lebar zone 3 º • Sumbu pertama (Y) : Meredian Sentral dari seiap zone • Sumbu kedua (X) : Ekuator • Satuan : Meter • Absis semu (T) : 200 000 meter + X • Ordinat semu 1 500 000 meter + Y • Faktor skala pada meridian sentral : 0.9999 lat Ukur Sudut 1. Theodolite

Theodholite adalah salah satu alat ukur sudut, yang pengoprasiannya masih manual, dan tanpa dilengkapi EDM. Jenis theodolite dipandang dari ketelitiannya mempunyai beberapa macam, diantaranya T0, T1, dan lainya. Biasa digunakan untuk pengukuran detail dan perapatan titik koordinat yang mempunyai refrensi TDT Orde 4.

2. Theodolite Semi Digital
Seperti halnya Theodholite pada angka 1, tanpa EDM, hanya saja pengoprasiannya sudah menggunakan sistem digital. Biasa digunakan untuk perapatan titik koordinat dan pengukuran detail.

3. Total Station Total station adalah sebuah Teodholite yang di gunakan untuk mengukur sudut, hanya saja di lengkapi dengan pengoprasian sistem digital, dan sebuah EDM yang berguna untuk pengukuran jarak, dalam pengukuran jarak pada total Station diperlukan Target berupa prisma yang berguna untuk mengembalikan sinyal EDM kembali ke Total Station. ketelitian jarak Total Station adalah sampai dengan 1mm dan ketelitian sudutnya berkisar 1-5” tergantung dari alatnya. Biasa digunakan untuk mengukur Koordinat TDT Orde 4, sebuah perapatan titik koordinat dari beberapa refrensi TDT Orde 3 atau di atasnya. Di gunakan juga dalam pengukuran detail. Jarak yang digunakan dalam poligon adalah jarak datar yang dapat dihasilkan dari berbagai cara diantaranya : 1. Dari pengamatan sebuah pita ukur, hal ini bersifat kasar dikarenakan ketelitian dari pita ukur hanya mencapai cm dan untuk memenuhi metode pengukuran jarak datar sangatlah susah untuk diterapkan.

2. Dari pengamatan rambu ukur dengan theodolite, bersifat kasar karena ketelitian 5cm dan tergantung dari jauh dan dekatnya jarak tersebut.

Dari gambar di samping dapat kita lihat ba = 04.50 dm bt = 04.25 dm bb = 04.00 dm jika V = 30º00’20”

(V adalah hasil pengurangan dari 90˚-bacaan vertikal, karena pada keadaan datar bacaan vertikal pada angka 90˚)

maka, d (slope distance) dapat dihitung d = 100*(ba-bb) catatan (ba-bt=bt-bb) d = 100*(4.50-04.00) d = 100*0.50 d = 50 dm

d = 5m

jika d sudah diketahui maka kita sudah dapat menghitung jarak datar dengan cara hd = d*cosV hd = 5*cos30º00’20”

hd = 4.33 m

3. Dari penghitungan data jarak miring dan besaran sudut vertikal,

d = 89 m (jarak miring) bv = 51º30’40” (bacaan sudut vertikal) maka, sudut yang dibentuk adalah (v)

v = 90 º – 51º30’40” = 38º29’20”

jarak datar (hd) hd = d * cosV hd = 89 * cos 38º29’20”

hd = 69.663 meter

4. Dari hasil penghitungan instant oleh Total Station, sebenarnya pada Total station sudah terdapat bacaan HD (Horizontal Distance) yang muncul secara otomatis. Dalam pengukuran poligon, sudut yang digunakan ialah sudut yang mempunyai putaran searah jarum jam, jika anda membuat sudut 90 º berlawanan arah jarum jam maka sudut yang dihasilkan adalah 270 º (sesuai dengan arah jarum jam). Cara pengukuran sudut dilakukan seperti gambar di bawah ini : Pertama bidik target 1, Set 0 º pada bacaan horisontalnya Setelah itu bidik target 2 Catat bacaan Horisontalnya

Sudut yang dibentuk dari gambar di atas adalah hasil pengurangan dari bacaan target 2 dikurangi bacaan target 1, jika pada bacaan target 2 sebesar 270 º00’30” maka sudut yang di hasilkan adalah 270 º00’30” – 00 º00’00” = 270 º00’30” (dikarenakan bacaan target 1 diset nol derajat) Ulangi sampai 2 atau 3 kali dengan set bacaan horizontal yang berbeda di target 1, (contoh : 30 º, 90 º). Pengulangan ini bertujuan untuk memperkecil kesalahan dan mengindari human error atau salah pencatatan.

Selain itu gunakan bacaan luar biasa dan biasa, ( satu sesi atau satu seri), langkahnya : Sudut biasa • Bidik target 1, • Set Nol pada bacaan horisontalnya, jangan lupa dicatat, • Bidik target 2 dan catat bacaannya, Sudut Luar Biasa • Putar 180 derajat baik vertikal ataupun secara harisontal, • Kembali bidik target 2, tanpa mengubah hasil bacaan horisontalnya, • Catat hasil bacaan di target 2, Hasil bacaan di target 2 seharusnya memiliki selisih kurang lebih 180 derajat dengan bacaan target 2 saat pengukuran sudut biasa

• Setelah itu kembali bidik ke target 1, catat hasil bacaannya

Hal ini dinamakan 1 Sesi, mempunyai 2 besaran sudut (Biasa dan Luar biasa), hal ini untuk menghindari efek kesalahan pada alat, untuk pengecekannya dapat di lihat selisih antara bacaan awal dan akhir pada target 1 ataupun 2, seharusnya selisih tidak terlalu jauh di angka 180 derajat. Ulangi hal ini dalam pengukuran poligon setidaknya 2 atau 3 sesi.

Contoh pencatatan hasil pengukuran beserta penghitungan perataannya

Pada kolom “Rata rata Sudut Horisontal” merupakan hasil pengurangan bacaan target 2 dikurangi bacaan target 1 sedangkan pada baris paling bawah sendiri di kolom yang sama adalah perataan sudut horizontal. Sedangkan pada rata rata jarak datar adalah perataan jarak hasil pengukuran. Jadi setiap kali kita mendirikan alat data yang kita dapat adalah 2 jarak antara alat dan kedua target serta satu sudut yang membentuk di tempat berdiri alat dengan kedua target.
Azhimuth adalah sebuah sudut yang dibentuk dari 2 titik dengan arah utara.

Gambar 1 : merupakan gambar Azimuth yang di bentuk dari titik 1 ke titik 2 (A12), sedangkan pada gambar 2 : adalah sebuah gambaran penghitungan azimuth dari 2 titik yang mempunyai koordinat,

Pada Gambar 2, jika pada titik 1 dan 2 mempunyai sebuah koordinat sebagai berikut, X1 = 1000 Y1 = 1000 X2 = 900 Y2 = 980

B1 = 200º05’10”

Maka A12 (azimuth dari titik 1 ke titik 2) dapat kita hitung A12 = Arctan((X2-X1)/(Y2-Y1)) A12 = Arctan((1000-900)/(1000-980)) A12 = Arctan 5 A12 = 78.6900˚ A12 = 78˚41’24”

Dikarenakan titik 2 berada di daerah kuadran III, maka hasil dari penghitungan ditambahkan 180˚, jadi hasilnya 258˚41’24”. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang kuadran silahahkan lihat gambar dibawah ini.

Untuk menentukan Azimuth dari titik 1 ke titik a dapat kita hitung dengan : A1a = B1-(360˚-A12) A1a = 200˚05’10”-(360˚-258˚41’24”) A1a = 97˚23’46” ngan Koordinat Detail Jika pada titik 1 dan 2 mempunyai sebuah koordinat sebagai berikut, X1 = 1000 Y1 = 1000 X2 = 900 Y2 = 980 Dan sebuah sudut horisontal B1 = 200º05’10” d1a = 22.365m

Untuk penghitungan koordinatnya sebagai berikut :

Hitung Azimuth titik 1 ke titik 2 A12 = Arctan((X2-X1)/(Y2-Y1)) A12 = Arctan((1000-900)/(1000-980)) A12 = Arctan 5 A12 = 78.6900˚ A12 = 78˚41’24” + 180˚ (berada di kuadran III)

A12 = 258˚41’24”

Hitung Azhimuth titik 1 ke detail a A1a = B1-(360˚-A12) A1a = 200˚05’10”-(360˚-258˚41’24”) A1a = 97˚23’46” Hitung Koordinat titik detail a Untuk koordinat Xa Xa = X1+d sin A1a Xa = 1000+22.365sin97˚23’46” Xa = 1022.1789 Untuk koordinat Ya Xa = X1+d cos A1a Xa = 1000+22.365cos97˚23’46” Xa = 997.1210 Proyeksi Peta PEMETAAN

Peta merupakan gambaran suatu tempat seperti kota, negara atau benua yang memperlihatkan kharakteristik utamanya bila di lihat dari atas [Collin English Dictionary, 2003]. Jadi pemetaan dapat diartikan sebagai kegiatan penggambaran permukaan bumi yang di proyeksikan ke dalam bidang datar dengan skala tertentu. Sebuah peta dasar dibuat dengan skala terkecil mulai dari 1 : 50.000 sampai 1 : 250.000. Pembagian peta di Indonesia mengacu pada system proyeksi Universal Transvers Mercator (UTM) dengan system koordinat DGN 95 atau WGS 84.

Gambar 1. Peta Sumatera Utara (Kabupaten Labuhan batu) PROYEKSI

Proyeksi diartikan sebagai metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu menjadi bentuk dimensi yang sistematik. Analoginya adalah sama dengan saat kita akan menghitung luas kulit jeruk. Untuk menghitungnya kita harus mengupasnya dan meletakkannya pada bidang datar. Karena awalnya kulit jeruk tersebut 3 Dimensi dengan dikupas dan di letakkan mendatar maka dipaksakan menjadi 2 Dimensi maka sebagai akibatnya terjadi perubahan dari bentuk awal yang dikarenakan adanya sobekan, mengembang atau berkerut.

Gambar 2. Metoda Proyeksi Peta
Sistem UTM dengan system koordinat WGS 84 sering digunakan pada pemetaan wilayah Indonesia. UTM menggunakan silinder yang membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi) sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid. Pada system proyeksi UTM didefinisika posisi horizontal dua dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan conform yang memotong bumi pada dua meridian standart. Seluruh permukaan bumi dibagi atas 60 bagian yang disebut dengan UTM zone. Setiap zone dibatasi oleh dua meridian sebesar 6° dan memiliki meridian tengah sendiri. Sebagai contoh, zone 1 dimulai dari 180° BB hingga 174° BB, zone 2 di mulai dari 174° BB hingga 168° BB, terus kearah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174° BT sampai 180° BT. Batas lintang dalam system koordinat ini adalah 80° LS hingga 84° LU. Setiap bagian derajat memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80° LS kearah utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan dimulai dari C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O tidak digunakan). Jadi bagian derajat 80° LS hingga 72° LS diberi notasi C, 72° LS hingga 64° LS diberi notasi D, 64° LS hingga 56° LS diberi notasi E, dan seterusnya.

Gambar 3. Zona UTM Dunia Setiap zone UTM memiliki system koordinat sendiri dengan titik nol pada perpotongan antara meridian sentralnya dengan ekuator. Untuk menghindari koordinat negative, meridian tengah diberi nilai awal absis (x) 500.000 meter. Untuk zone yang terletak dibagian selatan ekuator (LS), juga untuk menghindari koordinat negative ekuator diberi nilai awal ordinat (y) 10.000.000 meter. Sedangkan untuk zone yang terletak dibagian utara ekuator, ekuator tetap memiliki nilai ordinat 0 meter.

Untuk wilayah Indonesia terbagi atas sembilan zone UTM, dimulai dari meridian 90° BT sampai dengan 144° BT dengan batas pararel (lintang) 11° LS hingga 6° LU. Dengan demikian wilayah Indonesia dimulai dari zone 46 (meridian sentral 93° BT) hingga zone 54 (meridian sentral 141° BT).

Gambar 4. Zona UTM Indonesia Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bola (bidang lengkung) ke bentuk bidang datar, dengan persyaratan sebagai berikut ; 1. Bentuk yang diubah itu harus tetap. 2. Luas permukaan yang diubah harus tetap. 3. Jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap. Untuk memenuhi ketiga syarat itu sekaligus suatu hal yang tidak mungkin. Untuk memenuhi satu syarat saja dari tiga syarat di atas untuk seluruh bola dunia, juga merupakan hal yang tidak mungkin. Yang bisa dilakukan hanyalah satu saja dari syarat di atas untuk sebagian kecil permukaan bumi. Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar harus dilakukan kompromi ketiga syarat di atas. Akibat dari kompromi itu maka lahir bermacam jenis proyeksi peta. Proyeksi berdasarkan bidang asal * Bidang datar (zenithal) * Kerucut (conical) * Silinder/Tabung (cylindrical) * Gubahan (arbitrarry) Jenis proyeksi no.1 sampai no.3 merupakan proyeksi murni, tetapi proyeksi yang dipergunakan untuk menggambarkan peta yang kita jumpai sehari-hari tidak ada yang menggunakan proyeksi murni di atas, melainkan merupakan proyeksi atau rangka peta yang diperoleh melaui perhitungan (proyeksi gubahan). Secara umum, proyeksi peta dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari cara pemindahan data topografi dari permukaan Bumi ke atas permukaan peta. Proyeksi peta menurut jenis bidang proyeksi dibedakan : 1. Proyeksi bidang datar / Azimuthal / Zenithal 2. Proyeksi Kerucut 3. Proyeksi Silinder Proyeksi peta menurut kedudukan bidang proyeksi dibedakan : 1. Proyeksi normal 2. Proyeksi miring 3. Proyeksi transversal Proyeksi peta menurut jenis unsur yang bebas distorsi dibedakan : 1. Proyeksi conform, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya sudut 2. Proyeksi equidistant, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya panjang jarak 3. Proyeksi equivalent, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya luas suatu daerah pada bidang lengkung Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bidang lengkung ke bentuk bidang datar, dengan persyaratan bentuk yang diubah itu harus tetap, luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap. Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta untuk memenuhi semua ketiga persyaratan perubahan dari bidang lengkung ke bidang datar rasanya tidak mungkin bangat, maka ada kompromi2 dalam menggunakan syarat tersebut, sehingga munculah berbagai macam jenis proyeksi. Beberapa jenis proyeksi yang umum adalah silinder/tabung (cylindrical), kerucut (conical), bidang datar (zenithal) dan gubahan (arbitrarry) Jenis proyeksi yang sering kita jumpai sehari-hari adalah proyeksi gubahan, yaitu proyeksi yang diperoleh melalui perhitungan. Jenis proyeksi yang sering di gunakan di indonesia adalah WGS-84 (World Geodetic System) dan UTM (Universal Transverse Mercator) WGS-84 (World Geodetic System) adalah ellipsoid terbaik untuk keseluruhan geoid. Penyimpangan terbesar antara geoid dengan ellipsoid WGS-84 adalah 60 m di atas dan 100 m di bawah-nya. Bila ukuran sumbu panjang ellipsoid WGS-84 adalah 6 378 137 m dengan kegepengan 1/298.257, maka rasio penyimpangan terbesar ini adalah 1 / 100 000. Indonesia, seperti halnya negara lainnya, menggunakan ukuran ellipsoid ini untuk pengukuran dan pemetaan di Indonesia. WGS-84 “diatur, diimpitkan” sedemikian rupa diperoleh penyimpangan terkecil di kawasan Nusantara RI. Titik impit WGS-84 dengan geoid di Indonesia dikenal sebagai datum Padang (datum geodesi relatif) yang digunakan sebagai titik reference dalam pemetaan nasional. Sebelumnya juga dikenal datum Genuk di daerah sekitar Semarang untuk pemetaan yang dibuat Belanda. Menggunakan ER yang sama – WGS 84, sejak 1995 pemetaan nasional di Indonesia menggunakan datum geodesi absolut. DGN-95. Dalam sistem datum absolut ini, pusat ER berimpit dengan pusat masa bumi. Proyeksi UTM merupakan proyeksi Peta yang banyak di pilih dan di gunakan dalam kegiatan pemetaan di Indonesia karena di nilai memenuhi syarat2 ideal yang sesuai dengan bentuk, letak dan luas Indonesia. Spesifikasi UTM antara lain adalah (1) menggunakan bidang silender yang memotong bola bumi pada dua meridian standart yang mempunyai faktor skala k=1, (2) Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri, (3) setiap zone memiliki meridian tengah sendiri dengan faktor perbesaran = 0.9996, (4) Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS dan (5) proyeksinya bersifat konform. Menurut Frans (iagi.net) UTM menggunakan silinder yg membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi), sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yg berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid. Akibatnya, titik2 pada garis tersebut terletak pada kedua bidang, sehingga posisinya walaupun dipindahkan (diproyeksikan), dari ellipsoid ke silinder, tidak akan mengalami perubahan (distorsi). 1. Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan a. Proyeksi Ekuivalen adalah luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala. b. Proyeksi Konform artinya bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan bentuk aslinya.

c. Proyeksi Ekuidistan artinya jarak-jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi setelah dikalikan skala.

2. Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetris a. Proyeksi Normal, apabila sumbu simetrisnya berhimpit dengan sumbu bumi. b. Proyeksi Miring, apabila sumbu simetrinya membentuk sudut terhadap sumbu bumi.

c. Proyeksi Transversal, apabila sumbu simetrinya tegak lurus pada sumbu bumi atau terletak di bidang ekuator. Proyeksi ini disebut juga Proyeksi ekuatorial.

3. Berdasarkan bidang asal proyeksi yang digunakan a. Proyeksi Zenithal (Azimuthal), adalah proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik. Untuk memperjelas silahkan perhatikan lagi gambar 03.5. Proyeksi ini menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub pada titik pusat proyeksi. Ciri-ciri Proyeksi Azimuthal: a. Garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub. b. Garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi kutub. c. Sudut antara garis bujur yang satu dengan lainnya pada peta besarnya sama. d. Seluruh permukaan bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk lingkaran. Proyeksi Azimuthal dibedakan 3 macam, yaitu: a. Proyeksi Azimut Normal yaitu bidang proyeksinya menyinggung kutub. b. Proyeksi Azimut Transversal yaitu bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator. c. Proyeksi Azimut Oblique yaitu bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat antara kutub dan ekuator.

Untuk memperjelas pemahaman, perhatikan gambar berikut ini!

Khusus proyeksi Azimut Normal cocok untuk memproyeksikan daerah kutub.
Perhatikan gambar berikut ini!

Gambar 03.8. Peta daerah kutub utara hasil proyeksi Azimuth Normal Karena proyeksi Azimuthal paling tepat untuk menggambarkan kutub, maka penggambaran kutub melalui proyeksi ini dibedakan menjadi 3 macam yaitu: 1. Proyeksi Gnomonik Pada proyeksi ini pusat proyeksi terapat di titik pusat bola bumi. Ekuator tergambar hingga tak terbatas. Lingkaran paralel berubah ke arah luar mengalami pembesaran yang cepat dan ekuator tidak mampu digambarkan karena pembesaran tak terhingga tadi. Pada daerah lintang 45° akan mengalami pembesaran 3 kali.

Perhatikan gambar dibawah ini!

Gambar 03.10. Lingkaran besar diproyeksikan sebagai garis lurus 2. Proyeksi Azimuthal Stereografik Titik sumber proyeksi di kutub berlawanan dengan titik singgung bidang proyeksi dengan kutub bola bumi. Jadi jarak antara lingkaran paralel tergambar semakin membesar ke arah luar.

Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini!

3. Proyeksi Azimuthal Orthografik Proyeksi ini menggunakan titik yang letaknya tak terhingga sebagai titik sumber proyeksi. Akibatnya sinar proyeksinya sejajar dengan sumbu bumi.

Lingkaran paralel akan diproyeksikan dengan keliling yang benar atau ekuidistan. Jarak antara lingkaran garis lintang akan semakin mengecil bila semakin jauh dari pusat.

Gambar 03.12. Proyeksi Azimuthal Orthografik, hanya sesuai dekat pusat peta saja

b. Proyeksi Kerucut (Conical Projection), Proyeksi Kerucut yaitu pemindahan garisgaris meridian dan paralel dari suatu globe ke sebuah kerucut. Untuk proyeksi normalnya cocok untuk memproyeksikan daerah lintang tengah (miring). Proyeksi ini memiliki paralel melingkar dengan meridian berbentuk jari-jari. Paralel berwujud garis lingkaran sedangkan bujur berupa jari-jari.
Perhatikan Gambar berikut ini!

xperience for a better engineer’s life….!!! Tuesday, July 8, 2008 Proyeksi Peta Pengertian Proyeksi Peta Persoalan ditemui dalam upaya menggambarkan garis yang nampak lurus pada muka lengkungan bumi ke bidang datar peta. Bila cakupan daerah pengukuran dan penggambaran tidak terlalu luas, seperti halnya dalam ilmu ukur tanah (plane surveying) yang muka lengkungan bumi bisa dianggap datar maka tidak ditemui perbedaan yang berarti antara unsur di muka bumi dan gambarannya di peta. Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid. Istilah ini sinonim dengan istilah spheroid yang digunakan untuk menyatakan bentuk bumi. Karena bumi tidak uniform, maka digunakan istilah geoid untuk menyatakan bentuk bumi yang menyerupai ellipsoid tetapi dengan bentuk muka yang sangat tidak beraturan. Untuk menghindari kompleksitas model matematik geoid, maka dipilih model ellipsoid terbaik pada daerah pemetaan, yaitu yang penyimpangannya terkecil terhadap geoid. WGS-84 (World Geodetic System) dan GRS-1980 (Geodetic Reference System) adalah ellipsoid terbaik untuk keseluruhan geoid. Penyimpangan terbesar antara geoid dengan ellipsoid WGS-84 adalah 60 m di atas dan 100 m di bawah-nya. Bila ukuran sumbu panjang ellipsoid WGS-84 adalah 6 378 137 m dengan kegepengan 1/298.257, maka rasio penyimpangan terbesar ini adalah 1 / 100 000. Indonesia, seperti halnya negara lainnya, menggunakan ukuran ellipsoid ini untuk pengukuran dan pemetaan di Indonesia. WGS-84 “diatur, diimpitkan” sedemikian rupa diperoleh penyimpangan terkecil di kawasan Nusantara RI. Titik impit WGS-84 dengan geoid di Indonesia dikenal sebagai datum Padang (datum geodesi relatif) yang digunakan sebagai titik reference dalam pemetaan nasional. Sebelumnya juga dikenal datum Genuk di daerah sekitar Semarang untuk pemetaan yang dibuat Belanda. Menggunakan ER yang sama – WGS 84, sejak 1995 pemetaan nasional di Indonesia menggunakan datum geodesi absolut. DGN-95. Dalam sistem datum absolut ini, pusat ER berimpit dengan pusat masa bumi. Untuk memudahkan rekonstruksi proyeksi peta dari titik di muka bumi maka digunakan model spheroid dengan volume yang sama dengan spheroid terbaik. Rekonstruksi proyeksi peta yang baik adalah yang bisa meminimkan distorsi dalam hal: luas, bentuk, arah dan jarak. Dalam praktek tak ada satupun sistem proyeksi peta yang bisa menghasilkan peta dengan keempat faktor luas, bentuk, arah dan jarak tidak mengalami distorsi. Upaya mempertahan salah satu unsur berakibat terjadinya distorsi pada unsur yang lain. Sistem proyeksi peta dibuat untuk mereduksi sekecil mungkin distorsi tersebut dengan: * Membagi daerah yang dipetakan menjadi bagian-bagian yang tidak terlalu luas, dan * Menggunakan bidang peta berupa bidang datar atau bidang yang dapat didatarkan tanpa mengalami distorsi seperti bidang kerucut dan bidang silinder. Kebanyakan orang enggan untuk berpindah atau ganti dari satu sistem proyeksi peta ke sistem proyeksi peta yang lain. Namun dengan berkembang majunya teknologi komputer dan komunikasi dengan terapannya dalam bidang pemetaan, seperti GPS dan GIS, maka perpindahan sistem proyeksi merupakan hal yang penting dan untuk dikerjakan. 5.2 Tujuan dan Cara Proyeksi Peta Sistem Proyeksi Peta dibuat dan dipilih untuk: * Menyatakan posisi titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar yang nantinya bisa digunakan untuk perhitungan jarak dan arah antar titik. * Menyajikan secara grafis titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar yang selanjutnya bisa digunakan untuk membantu studi dan pengambilan keputusan berkaitan dengan topografi, iklim, vegetasi, hunian dan lain-lainnya yang umumnya berkaitan dengan ruang yang luas. Cara proyeksi peta bisa dipilah sebagai: * Proyeksi langsung (direct projection): Dari ellipsoid langsung ke bidang proyeksi. * Proyeksi tidak langsung (double projection): Proyeksi dilakukan menggunakan “bidang” antara, ellipsoid ke bola dan dari bola ke bidang proyeksi. Pemilihan sistem proyeksi peta ditentukan berdasarkan pada: * Ciri-ciri tertentu atau asli yang ingin dipertahankan sesuai dengan tujuan pembuatan / pemakaian peta, * Ukuran dan bentuk daerah yang akan dipetakan, * Letak daerah yang akan dipetakan. 5.3 Pembagian Sistem Proyeksi Peta Secara garis besar sistem proyeksi peta bisa dikelompokkan berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik. 5.3.1 Pertimbangan Ekstrinsik: Bidang proyeksi yang digunakan: * Proyeksi azimutal / zenital: Bidang proyeksi bidang datar. * Proyeksi kerucut: Bidang proyeksi bidang selimut kerucut. * Proyeksi silinder: Bidang proyeksi bidang selimut silinder. Persinggungan bidang proyeksi dengan bola bumi: * Proyeksi Tangen: Bidang proyeksi bersinggungan dengan bola bumi. * Proyeksi Secant: Bidang Proyeksi berpotongan dengan bola bumi. * Proyeksi “Polysuperficial”: Banyak bidang proyeksi Posisi sumbu simetri bidang proyeksi terhadap sumbu bumi: * Proyeksi Normal: Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bola bumi. * Proyeksi Miring: Sumbu simetri bidang proyeksi miring terhadap sumbu bola bumi. * Proyeksi Traversal: Sumbu simetri bidang proyeksi ^ terhadap sumbu bola bumi. 5.3.2 Pertimbangan Intrinsik: Sifat asli yang dipertahankan: * Proyeksi Ekuivalen: Luas daerah dipertahankan: luas pada peta setelah disesuikan dengan skala peta = luas di asli pada muka bumi. * Proyeksi Konform: Bentuk daerah dipertahankan, sehingga sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan sudut-sudut di muka bumi. * Proyeksi Ekuidistan: Jarak antar titik di peta setelah disesuaikan dengan skala peta sama dengan jarak asli di muka bumi. Cara penurunan peta: * Proyeksi Geometris: Proyeksi perspektif atau proyeksi sentral. * Proyeksi Matematis: Semuanya diperoleh dengan hitungan matematis. * Proyeksi Semi Geometris: Sebagian peta diperoleh dengan cara proyeksi dan sebagian lainnya diperoleh dengan cara matematis. Tabel 5.1: Kelas proyeksi peta KELAS Pertimbangan EKSTRINSIK 1. Bid. Proyeksi Bid. Datar Bid. Kerucut Bid. Silinder 2. Persinggungan Tangent Secant Polysuperficial 3. Posisi Normal Oblique/Miring Transversal Pertimbangan INTRINSIK 4. Sifat Ekuidistan Ekuivalen Konform 5. Generasi Geometris Matematis Semi Geometris Pertimbangan dalam pemilihan proyeksi peta untuk pembuatan peta skala besar adalah: * Distorsi pada peta berada pada batas-batas kesalahan grafis * Sebanyak mungkin lembar peta yang bisa digabungkan * Perhitungan plotting setiap lembar sesederhana mungkin * Plotting manual bisa dibuat dengan cara semudah-mudahnya Menggunakan titik-titik kontrol sehingga posisinya segera bisa diplot. 5.4 Peristilahan Dalam Proyeksi Peta Beberapa ketentuan yang berhubungan dengan pemodelan bumi sebagai spheroid adalah: a. Meridian dan meridian utama b. Paralel dan paralel NOL atau ekuator. c. Bujur (longitude – j ), Bujur Barat (0° – 180° BB) dan Bujur Timur (0° – 180° BT) d. Lintang ( latitude – l ), Lintang Utara (0° -90° LU) dan Lintang Selatan (0° –90° LS) Bidang Datum Dan Bidang Proyeksi: * Bidang datum adalah bidang yang akan digunakan untuk memproyeksikan titik-titik yang diketahui koordinatnya (j ,l ). * Bidang proyeksi adalah bidang yang akan digunakan untuk memproyeksikan titik-titik yang diketahui koordinatnya (X,Y). Ellipsoid: a. Sumbu panjang (a) dan sumbu pendek (b) b. Kegepengan ( flattening ) – f = (a – b)/b c. Garis geodesic adalah kurva terpendek yang menghubungkan dua titik pada permukaan elipsoid. d. Garis Orthodrome adalah proyeksi garis geodesic pada bidang proyeksi. e. Garis Loxodrome ( Rhumbline) adalah garis (kurva) yang menghubungkan titik-titik dengan azimuth a yang tetap. 5.5 Proyeksi Polyeder Sistem proyeksi Kerucut, Normal, Tangent dan Konform Proyeksi Peta Gambar 5.6: Proyeksi kerucut: bidang datum dan bidang proyeksi. Proyeksi Peta Gambar 5.7: Proyeksi polyeder: bidang datum dan bidang proyeksi. Digunakan untuk daerah 20′ x 20′ ( 37 km x 37 km ), sehingga bisa memperkecil distorsi. Bumi dibagi dalam jalur-jalur yang dibatasi oleh dua garis paralel dengan lintang sebesar 20′ atau tiap jalur selebar 20′ diproyeksikan pada kerucut tersendiri. Bidang kerucut menyinggung pada garis paralel tengah yang merupakan paralel baku – k = 1. Meridian tergambar sebagai garis lurus yang konvergen ke arah kutub, ke arah KU untuk daerah di sebelah utara ekuator dan ke arah KS untuk daerah di selatan ekuator. Paralel-paralel tergambar sebagai lingkaran konsentris. Untuk jarak-jarak kurang dari 30 km, koreksi jurusan kecil sekali sehingga bisa diabaikan. Konvergensi meridian di tepi bagian derajat di wilayah Indonesia maksimum 1.75′. Proyeksi Peta Gambar 5.8: Lembar proyeksi peta polyeder di bagian lintang utara dan lintang selatan Proyeksi Peta Gambar 5.9: Konvergensi meridian pada proyeksi polyeder. Secara praktis, pada kawasan 20′ x 20′, jarak hasil ukuran di muka bumi dan jarak lurusnya di bidang proyeksi mendekati sama atau bisa dianggap sama. Proyeksi polyeder di Indonesia digunakan untuk pemetaan topografi dengan cakupan: 94° 40 BT – 141° BT, yang dibagi sama tiap 20′ atau menjadi 139 bagian, 11° LS – 6° LU, yang diabgi tiap 20′ atau menjadi 51 bagian. Penomoran dari barat ke timur: 1, 2, 3, … , 139, dan penomoran dari LU ke LS: I, II, III, … , LI. 5.5.1 Penerapan Proyeksi Polyeder di Indonesia Sistem Penomoran Bagian Derajat Proyeksi Polyeder Peta dengan proyeksi Polyeder dibuat di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II, meliputi peta-peta di pulau Jawa, Bali dan Sulawesi. Wilayah Indonesia dengan 94° 40′ BT – 141° BT dan 6° LU – 11° LS dibagi dalam 139 x LI bagian derajat, masing-masing 20′ x 20′. Tergantung pada skala peta, tiap lembar bisa dibagi lagi dalam bagian yang lebih kecil. Cara Menghitung Pojok Lembar Peta Proyeksi Polyeder Setiap bagian derajat mempunyai sistem koordinat masing-masing. Sumbu X berimpit dengan meridian tengah dan sumbu Y tegak lurus sumbu X di titik tengah bagian derajatnya. Sehingga titik tengah setiap bagian derajat mempunyai koordinat O. Koordinat titik-titik lain seperti titik triangualsi dan titik pojok lembar peta dihitung dari titik pusat bagian derajat masin-masing bagian derajat. Koordinat titik-titik sudut (titik pojok) geografis lembar peta dihitung berdasarkan skala peta, misal 1 : 100 000, 1 : 50 000, 1 : 25 000 dan 1 : 5 000. Pada skala 1 :50 000, satu bagian derajat proyeksi polyeder (20′ x 20′) tergambar dalam 4 lembar peta dengan penomoran lembar A, B, C dan D. Sumbu Y adalah meridian tengah dan sumbu X adalah garis tegak lurus sumbu Y yang melalui perpotongan meridian tengah dan paralel tengah. Setiap lembar peta mempunyai sistem sumbu koordinat yang melalui titik tengah lembar dan sejajar sumbu X,Y dari sistem koordinat bagian derajat. 5.5.2 Keuntungan dan Kerugian Sistem Proyeksi Polyeder Keuntungan proyeksi polyeder: Kareana perubahan jarak dan sudut pada satu bagian derajat 20′ x 20′, sekitar 37 km x 37 km bisa diabaikan, maka proykesi ini baik untuk digunakan pada pemetaan teknis skala besar. Kerugian proyeksi polyeder: a. Untuk pemetaan daerah luas harus sering pindah bagian derajat, memerlukan tranformasi koordinat, b. Grid kurang praktis karena dinyatakan dalam kilometer fiktif, c. Tidak praktis untuk peta skala kecil dengan cakupan luas, d. Kesalahan arah maksimum 15 m untuk jarak 15 km. 5.6 Proyeksi Universal Traverse Mercator ( UTM ): UTM merupakan sistem proyeksi Silinder, Konform, Secant, Transversal Ketentuan selanjutnya: * Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang disebut meridian standar dengan faktor skala 1. * Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri * Perbesaran di meridian tengah = 0.9996 * Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS. Pada Gambar 5.10 berikut ditunjukkan perpotongan silinder terhadap bola bumi dan gambar XYZ menujukkan penggambaran proyeksi dari bidang datum ke bidang proyeksi. Proyeksi Peta Gambar 5.10: Kedudukan bidang proyeksi silinder terhadap bola bumi pada proyeksi UTM Proyeksi Peta Gambar 5.11: Proyeksi dari bidang datum ke bidang proyeksi. Proyeksi Peta Gambar 5.12: Pembagian zone global pada proyeksi UTM. Pada kedua gambar tersebut, ekuator tergambar sebagai garis lurus dan meridian-meridian tergambar sedikit melengkung. Karena proyeksi UTM bersifat konform, maka paralel-paralel juga tergambar agak melengkung sehingga perpotongannya dengan meridian membentuk sudut siku. Ekuator tergambar sebagai garis lurus dan dipotong tegak lurus oleh proyeksi meridian tengah yang juga terproyeksi sebagai garis lurus melalui titik V dan VI. Kedua garis ini digunakan sebagai sumbu sistem koordinat (X,Y) proyeksi pada setip zone. Sistem grid pada proyeksi UTM terdiri dari garis lurus yang sejajar meridian tengah. Lingkaran tempat perpotongan silinder dengan bola bumi tergambar sebagai garis lurus. Pada daerah I, V, II dan III, VI, IV gambar proyeksi mengalami pengecilan, sedangkan pada daerah IA, IIB, IIIC dan IVD mengalami perbesaran. Garis tebal dan garis putus-putus pada gambar menunjukkan proyeksi lingkaran-lingkaran melalui I, II, III dan IV yang tidak mengalami distorsi setelah proyeksi. Notasi sistem proyeksi UTM: L Lintang, positif ke utara katulistiwa L’ Lintang titik kaki pada Meridian Tengah B Bujur, positif ke timur Meridian Greenwich B’ Bujur Meridian Tengah i Subskrip untuk menunjukkan nomor urutan titik dL Li – Li-1 dB Bi – Bi-1 db B – B’ , beda bujur dihitung dari Meridian Tengah. U’ Jarak grid suatu titik diukur dari katulistiwa T’ Jarak grid suatu titik diukur dari Meridian Tengah. U Ordinat grid suatu titik, jika titik di sebelah utara katulistiwa, U = U’ m jika titik di sebelah selatan katulistiwa, U = 10 000 000 – U’ m T Absis grid suatu titik, jika titik di sebelah timur Meridian Tengah, T = 500 000 + T’ m, jika titik di sebelah barat Meridian Tengah, T = 500 000 – T’ m. N, M Jari-jari kelengkungan bidang normal dan jari-jari kelengkungan bidang meridian. A Azimuth geodesi, adalah sudut antara meridian spheroid dan garis geodesik searah jarum jamdari utara sebenarnya sampai 360° . Ag Azimuth grid, adalah sudut antara utara grid dan garis geodesik searah jarum jamdari utara sebenarnya sampai 360° . As Sudut jurusan grid, adalah sudut antara utara grid dan garis penghubung lurus 2 titik searah jarum jam sampai 360° . Kg Konvergensi grid, adalah sudut antara azimuth geodesi dan azimuth grid. Km Konvergensi meridian adalah perubahan azimuth dari garis geodesi antara dua titik di spheroid. Azimuth belakang = Azimuth muka + Konvergensi meridian ± 180° . A2-1 = A1-2 + Km ± 180° . Kn Sudut kelengkungan garis adalah perubahan azimuth grid antara 2 titik pada busur. Ag i-1 = Ag i + K n ± 180° . tmt Koreksi kelengkungan busur, adalah sudut antara busur dan garis lurus (arc-to-chord). As = Ag + tmt = A + Kg + tmt s Jarak spheroid = jarak di atas spheroid sepanjang garis geodesi atau sepanjang irisan normal busur. S Jarak grid adalah panjang busur sebagai proyeksi dari jarak geodesi (jarak di spheroid) D Jarak di bidang datar, yaitu garis penghubung lurus antara dua titik di bidang datar. m Panjang meridian pada spheroid dihitung dari katulistiwa. a, b Setengah sumbu panjang dan sumbu pendek ellipsoid e2 Eksentrisitas ellipsoid = (a2 – b2)/a2 e’2 Eksentrisitas kedua = (a2 – b2)/b2 k0 Angka perbesaran (faktor skala) pada meridian tengah = 0.9996. k Angka perbesaran titik di sembarang tempat. K Angka perbesaran garis di sembarang tempat. Konvergensi Meridian: Proyeksi Peta

Gambar 5.13: Konvergensi Meridian pada proyeksi UTM

A. Pengertian Peta •Erwin Raisz memberikan batasan peta sebagai gambaran konvensional permukaan bumi yang diperkecil seperti kenampakannya bila dilihat dari atas dan diberi tulisan serta keterangan bagi kepentingan pengenalan •International Cartographic Association (ICA) memberikan batasan peta sebagai gambaran konvensional dan selektif yang diperkecil biasanya dibuat pada bidang datar, dapat meliputi perujudan dari permukaan bumi atau benda angkasa maupun data yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda angkasa •F.J Mounkhous dan H.R Wilkinson; Peta ialah suatu perakitan terpadu atau suatu sintesa dari empat kelompok infomasi yaitu titik, garis, wilayah dan nama yang dikemukakan dalam istilah : liputan, ciri, pola, bentuk, ukuran, ketebalan simbul dan lain-lain. Batasan tersebut di atas langsung menunjuk ke pada segi teknik penetapan simbul dan analisis keruangan aspek persebaran data dalam jenis dan besaran serta penamaan geografiknya ( toponimy ) Dari pengertian diatas dalam pembuatan peta perlu memperhatikan batasan-batasan sebagi berikut: 1. Peta menggambarkan hubungan yang jelas secara sistematis antar obyek yang digambarkan dengan ukuran sebenarnya, yang dinyatakan dengan skala 2. Tidak semua kenampakan permukaan bumi tergambarkan dalam peta sehingga perlu dilakukan generalisasi, klasifikasi dan penyederhanaan A. Proyeksi Peta Seperti yang kita ketahui bumi bulat sedangkan peta berbentuk datar sehingga untuk memindahkan kenampakan bumi pada bidang datar, maka diperlukan system proyeksi. Ada beberapa hal yang harus di pertimbangkan dalam memilih proyeksi yang digunakan antara lain : •Bentuk, letak, dan luas wilayah yang akan dipetakan •Ciri-ciri yang dipertahankan misalnya mempertahankan bentuk ( conform), luas (equivalent) jarak (equidistant) Dalam system proyeksi dikenal berbagi macam proyeksi antara lain : 1. Proyeksi berdasarkan bidang proyeksi a. Proyeksi zenithal (azimuthal) Bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub atau equator. Proyeksi ini dibedakan menjadi : •Proyeksi azimuth normal,bidabg proyeksinya bersinggungan dengan kutub •Proyeksi azimuth tranversal,bidang proyeksinya tegak lurus dengan equator •Proyeksi azimuth obique, bidang proyeksinya menyinggung kutub dan equator b. Proyeksi Silinder Proyeksi ini menggunakan Silinder sebagai bidang proyeksinya dan menyinggung bola Bumi. Proyeksi ini memiliki kelebihan dapat menggambarkan wilayah yang luas dan sesuai untuk menggambarkan wilayah katulistiwa atau lintang rendah. Proyeksi ini dibagi menjadi : •Proyeksi kerucut normal •Proyeksi kerucut tranversal •Proyeksi kutub Oblique 2. Proyeksi Modifikasi a. Proyeksi Bonne menggambarkan wilayah Asia disekitar katulistiwa b. Proyeksi Mollweid, semakin mendekati kutub berubah semakin kecil c. Proyeksi Mercator, melikiskan bumi diatas bidang silinder yang sumbunya berimpit dengan bola Bumi d. Proyeksi Sinusoidal, proyeksi ini cocok untuk menggambarkan derah sekitar Amerika selatan, Australia, dan Afrika e. Proyeksi Holomografik, merupakan perbaikan kesalahan pada proyeksi Mollweide 3. Proyeksi Berdasrkan Sifat Asli Yang Dipertahankan a. Proyeksi Equivalent proyeksi untuk mempereahankan luas daerah b. Proyeksi Konform, proyeksi mempertahankan sudut-sudut di permukaan Bumi (bentuk) c. Proyeksi Equdistant, proyeksi untuk mempertahankan jarak 4. Proyeksi Berdasarkan Kedudukan Sumbu a. Proyeksi Normal, Sumbu simetri berimpit dengan sumbu Bumi b. Proyeksi Miring, Sumbu simetri membentuk sudut miring dengan sumbu Bumi c. Proyeksi Tranversal, menyinggung equator C. Komponen Peta 1. Judul Peta, merupakan informasi yang menampilkan isi peta 2. Skala, merupakan perbandingan antara ukuran di peta dengan ukuran yang sebenarnya 3. Petunjuk arah, bertujuan untu menunjukkan arah 4. Simbol,digunakan untuk menenali obyek. Dapat berupa garis, titik maupun luasan 5. Sumber dan tahun pembuatan peta, sebagai acuan dalam perolehan data 6. Inset, digunakan untuk memperjelas posisi suatu wilayah yang ada dipeta 7. Legenda, berisikan keterangan symbol yang terdapat pada peta D. Komposisi Peta Komposisi peta yang baik akan memberikan gambaran wujud dan letak yang sebenarnya serta tampilan yang menarik, komposisi peta antara lain: 1. Judul Peta 2. Skala angka 3. Nomor lembar peta 4. Daerah yang dicakup 5. Edisi 6. Keterangan proyeksi peta 7. Penerbit 8. Petunjuk orientasi 9. Skala Grafis 10. Pembagian daerah administrasi 11. Petunjuk Pembacaan Koordinat 12. Grid lintang dan grid bujur E. Skala Sebagai Kunci 1. Untuk Membandingkan Ukuran Setiap peta mencantumkan skala, ada yang dinyatakan dengan pecahan ( skala numerik ), ada yang dinyatakan dengan grafik dan ada pula yang dinyatakan dalam perbandingan inchi / mil ( skala verbal ). Pencantuman skala dimaksudkan agar pembaca peta mengetahui perbandingan ukuran medan ( real world yang dipetakan ) dengan ukuran gambar ( peta ). 2. Menyatakan Detail Informasi Skala peta juga merupakan indikator detail data geospasial yang dipresentasikan oleh sebuah peta. Peta topografi yang dikeluarkan oleh BAKOSURTANAL yang dikenal dengan Peta Rupabumi Indonesia, terbit dengan berbagai skala, antara lain : a. Skala 1 : 10.000., Nomor lembar peta 8 digit ( Mis: 1209-6229 ) Format 2’30” x 2’30” Kontur interval 5 meter b. Skala 1 : 25.000 Nomor lembar peta 7 digit ( Mis : 1209-224 ) Format 7’30” x 7’30” Kontur interval 12,5 meter c. Skala 1 : 50.000 Nomor lembar peta 6 digit ( Mis : 1209-43 ) Format 15’ x 15’Kontur interval 25 meter d. Skala 1 : 100.000 Nomor lembar peta 5 digit ( Mis : 1209-1 ) Format 30’ x 30’Kontur interval 50 meter

Ilustrasi ini memperlihatkan bahwa semakin besar skala peta, detail informasi hipsografi yang dipersentasikan dengan symbol garis berupa kontur semakin rinci.

Peta
Manusia telah mengenal peta sejak sebelum masehi. Akan tetapi, pada waktu itu peta masih digambar pada lempengan tanah liat yang kemudian dibakar, tidak pada kertas seperti zaman sekarang. Contoh peta pada lempengan tanah liat adalah peta-peta yang dibuat oleh bangsa Babilonia, Mesir dan Cina yang saat ini disimpan di Museum Semit Harvard, Amerika Serikat Peta Adalah gambaran umum (konvensional) permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi dengan tulisan serta simbol sebagai keterangan. Oleh karena merupakan gambaran konvensional, maka peta menggambarkan semua kenampakan yang ada di permukaan bumi, antara lain gunung, danau, sungai, laut, dan jalan. Namun kenampakan-kenampakan tersebut hanya dilukiskan atau digambarkan dengan simbol-simbol tertentu yang sesuai. Ilmu yang mempelajari tentang peta adalah Kartografi, sedangkan orang yang ahli dalam bidang pembuatan peta disebut kartograf.

Definisi 1. Menurut ICA (International Cartographic Association) Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. 2. Menurut Aryono Prihandito (1988) Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu. 3. Menurut Erwin Raisz (1948) Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas. 4. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005)

Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan.

Jenis Peta Secara umum peta dibagi atas beberapa klasifikasi, sebagai berikut : Berdasarkan Sumber Datanya Berdasarkan sumber datanya peta dikelompokkan menjadi dua, yaitu Peta Induk (Basic Map) Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan. Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta dasar (basic map). Peta dasar inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta lainnya. Peta Turunan (Derived Map) Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta turunan ini tidak bisa digunakan sebagai peta dasar. Berdasarkan Isi Data yang Disajikan Berdasarkan isi data yang disajikan, peta dibagi menjadi – Peta Umum Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur topografi di permukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia, serta menggambarkan keadaan relief permukaan bumi yang dipetakan. Peta umum dibagi menjadi 3, sebagai berikut. 1. Peta topografi peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama. 2. Peta chorografi, peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. (Contoh peta chorografi adalah atlas) 3. Peta dunia peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas. – Peta Tematik Peta tematik yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu / khusus. Misal peta geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya. Berdasarkan Skalanya Berdasarkan pada skalanya peta dibagi sebagai berikut. – Peta Kadaster/Peta Teknik Peta Kadaster mempunyai skala sangat besar antara 1 : 100 – 1 : 5000 Peta kadaster ini sangat rinci sehingga banyak digunakan untuk keperluan teknis, misalnya untuk perencanaan jaringan jalan, jaringan air, dan sebagainya. – Peta Skala Besar Peta Skala Besar mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Biasanya peta ini digunakan untuk perencanaan wilayah. – Peta Skala Sedang Peta Skala Sedang mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000. – Peta Skala Kecil Peta Skala Kecil mempunyai skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000. – Peta Geografi/Peta Dunia Peta Dunia mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000. Berdasarkan Bentuknya Berdasarkan pada skalanya peta dibagi sebagai berikut. – Peta Stasioner Peta Stasioner menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya bersifat relatif tetap (stabil). Contohnya: peta topografi, peta geologi, peta jenis tanah – Peta Dinamis Peta Dinamis menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya bersifat selalu berubah (dinamis). Contohnya: peta kepadatan penduduk, peta sebaran korban bencana alam, peta jaringan komunikasi. Berdasar Tujuannya Berdasarkan pada tujuan pembuatan peta, berikut contoh-contoh peta berdasar tujuannya, – Peta Pendidikan (Educational Map) Contohnya: peta lokasi sekolah SLTP/SMU. – Peta Ilmu Pengetahuan. Contohnya: peta arah angin, peta penduduk. – Peta Informasi Umum (General Information Map) Contohnya: peta pusat perbelanjaan. – Peta Turis (Tourism Map) Contohnya: peta museum, peta rute bus. – Peta Navigasi Contohnya: peta penerbangan, peta pelayaran. – Peta Aplikasi (Technical Application Map) Contohnya: peta penggunaan tanah, peta curah hujan. – Peta Perencanaan (Planning Map)

Contohnya: peta jalur hijau, peta perumahan, peta pertambangan.

Fungsi dan Tujuan Pembuatan Peta Fungsi Pembuatan Peta Peta mempunyai beberapa fungsi di berbagai bidang, antara lain untuk: 1. menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain) di permukaan bumi, 2. memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi (misalnya bentuk benua, atau gunung) sehingga dimensi dapat terlihat dalam peta, 3. menyajikan data tentang potensi suatu daerah, dan 4. memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas permukaan bumi. Tujuan Pembuatan Peta Tujuan pembuatan peta antara lain sebagai berikut: 1. membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, atau perencanaan, 2. analisis data spasial, misalnya perhitungan volume, 3. menyimpan informasi, 4. membantu dalam pembuatan suatu desain, misal desain jalan, dan

5. komunikasi informasi ruang.

Materi lainnya mengenai Peta • Komponen Peta • Membaca Peta • Memperbesar dan Memperkecil Peta • Proyeksi Peta • Membuat dan Menganalisa Peta • Atlas

• Globe

Sumber Informasi Data dan Informasi yang digunakan pada artikel ini berasal dari, 1. Geografi 3 – SMA Kelas XII (Samadi, S.Pd., M.Si). Jakarta: Quadra, 2007 2. Catatan Mata Kuliah Kartografi. Jakarta: Pendidikan Geografi – Universitas Negeri Jakarta, 2000 Membaca tulisan Irfan Amalee di Madina edisi Mei 2009 yang lalu tentang Budaya Membaca Peta, mengingatkan saya pada sebuah pelajaran tentang peta buta di Sekolah. Pelajaran ini hanya bagian terkecil saja dari cara belajar yang tidak tepat yang diajarkan. Seperti yang dituliskan Irfan, Membaca peta adalah bagian tak terpisahkan dari tradisi membaca, berpikir, menganalisis dan men-digest sebuah informasi. Buta-baca-peta akan menyebabkan ”greget” dari sebuah informasi gagal tersampaikan. Membaca peta erat kaitannya dengan cara belajar serta minat membaca. Fakta minat baca masyarakat Indonesia untuk kawasan Asia Tenggara menduduki peringkat keempat setelah Malaysia, Thailand, dan Singapura. Budaya membaca yang masih rendah dikalangan penduduk Indonesia ini, ditenggarai sebagai alasan mengapa membaca peta sulit. Mungkin juga ada alasan lain yaitu peribahasa “malu bertanya, sesat dijalan”, dengan peribahasa ini membaca peta hanya bagian kecil saja selebihnya bertanya saja dari pada susah-susah membuka peta. Pelajaran peta buta berfokus pada hapalan, yaitu menghapal lokasi sebuah negara atau kota tanpa petunjuk lain selain kota atau negara terdekat. Sementara membaca peta adalah berpikir, menganalisis dan menyimpulkan baik itu jalur atau lainnya sesuai kebutuhan. Peta buta adalah bukti ketidaktepatan menggunakan alat sebagaimana mestinya alat tersebut berfungsi. Peta adalah alat atau media untuk mengetahui lokasi tempat kita berada serta mencari jalur untuk tujuan yang hendak kita capai. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Bukan sebagai media untuk hapalan. Itulah yang membedakan cara belajar di Indonesia, memposisikan peta sebagai media untuk hapalan bukan sebagai alat.

3. f Cartography 6th Edition (Arthur H. Robinson). New York : John Wiley & Sons Inc., 1995

A. Arti, Pengertian atau Definisi Peta

Peta adalah gambar atau lukisan keseluruhan atau pun sebagian permukaan bumi baik laut maupun darat.

B. Macam-Macam atau Jenis-Jenis Peta

Peta dapat diklasifikasi menjadi dua / 2 jenis, yakni : 1. Peta Umum Peta umum adalah peta yang manampilkan bentuk fisik permukaan bumi suatu wilayah. Contoh : Peta jalan dan gedung wilayah DKI Jakarta. 2. Peta Khusus

Peta khusus adalah peta yang menampakkan suatu keadaan atau kondisi khusus suatu daerah tertentu atau keseluruhan daerah bumi. Contohnya adalah peta persebaran hasil tambang, peta curah hujan, peta pertanian perkebunan, peta iklim, dan lain sebagainya.

C. Pembagian Peta

1. Peta Luas Peta luas adalah peta yang menggambarkan suatu daerah yang luas seperti peta dunia, peta daerah amerika utara, peta benua, peta samudera, peta kutub utara dan kutub selatan, dsb. 2. Peta Sempit

Peta sempit adalah peta yang hanya menampilkan sebagian kecil suatu area. Contoh peta sempit yaitu peta desa atau pedesaan, peta kota atau perkotaan, peta gorong-gorong kampung, peta gedung, denah rumah, dan lain sebagainya.

D. Bentuk Lain Dari Peta

1. Atlas Atlas adalah gabungan dari beberapa peta yang dikumpulkan dalam sebuah buku yang memiliki judul atlas serta jenis-jenis atlas yang ada di buku tersebut. 2. Globe

Globe atau Bola Dunia adalah suatu bentuk tiruan bola bumi yang dibuat dalam skala yang kecil untuk dapat lebih memahami bentuk asli planet bumi.

E. Berbagai Macam dan Jenis Warna Peta Beserta Artinya / Arti Warna Pada Peta

1. Warna Laut – hijau : 0 – 200 meter dpl / ketinggian – kuning : 200 – 500 meter dpl / ketinggian – coklat muda : 500 – 1500 meter dpl / ketinggian – coklat : 1500 – 4000 meter dpl / ketinggian – coklat berbintik hitam : 4000 – 6000 meter dpl / ketinggian

– coklat kehitam-hitaman : 6000 meter dpl lebih / ketinggian

2. Warna Darat – biru pucat : 0 – 200 meter / kedalaman – biru muda : 200 – 1000 meter / kedalaman – biru : 1000 – 4000 meter / kedalaman – biru tua : 4000 – 6000 meter / kedalaman

– biru tua berbintik merah : 6000 meter lebih / kedalaman

F. Syarat-Syarat yang Wajib Ada Pada Peta

1. Judul peta 2. Skala peta 3. Lambang Peta : jalan, sungai, ibu kota, pelabuhan, batas wiayah, dll 4. garis pinggir peta

5. Petunjuk arah mata angin : utara, selatan, timur, barat , dll

G. Jenis Skala Pada Peta

Pengertian atau definisi : Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan satuan atau tehnik tertentu.

1. Skala angka / skala pecahan Contohnya seperti 1 : 1000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 1000 cm jarak aslinya di dunia nyata. 2. Skala Satuan Misalnya seperti 1 inchi to 5 miles dengan arti 1 inch di peta adalah sama dengan 5 mil pada jarak sebenarnya. 3. Skala Garis

Skala garis menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak yang ada.

H. Proyeksi Pada Peta

Proyeksi peta adalah suatu teknik pemindahan gambar peta ke berbagai macam bentuk peta. Beberapa jenis-jenis proyeksi peta : 1. Proyeksi Mercator 2. Proyeksi Silinder 3. Proyeksi Mollowide 4. Proyeksi Kerucut 4. Penyair dengan Pusisinya, Musisi dengan Lagunya, Maka Geograf Berbicara Dengan Peta.Peta adalah Karya Seni, Peta Adalah Informasi/Data dan Peta Juga Proses dan Hasil Analsis.Peta Haruslah Jelas Tujuan Yang Akan Disampaiakan Sehingga Siapa Saja Yang Mendengar(Membaca) Paham akan isi Yang Dibicarakan. 5. Peta Bukan Gambar, Maka Sekala Menjadi Penting untuk Menyatakan Kedetailan Dari Informasi/Data Yanga Ada. Sekala Besar ( 1 : 1.000) informasinya sangat Detail dibandingkan Sekala Kecil (1 : 1.000.000). Membaca Sekala Besar dan Kecil Kadang Membingungkan, Meski Sebenarnya Tidak Jika Menggunakan Logika. Lebih Besar Karena 1 dibagi 1.000 = 0,001 Dibandikan Dengan 1 dibagi 1.000.000 = 0,0000001. Ini adalah Logika Sederhana. 6. Jika Indonesia mau berbiara dengan Lantang, Maka Berbicaralah Dengan Peta Detail, Sehingga Apa YAang Ada Terkandung Didalamnya Baik Masalah atau Kekayan akan Dengan Jelas Bisa Di Telaah. 7. Maka Peta Repubublik Indonesia Harus Menjadi Lambang Negara Indonesia dan Harus Di Ketahui Oleh Orang Yang Mengaku Bangsa Indonesia Karena Itulah Wilayah Negaranya.

8. Selamat Ulang Tahun Geografi UI Ke 50 Tahun, Semoga Semakin Banyak Orang Berbicara Dengan Peta

Dalam SIG ada analisis menganai Jaringan. Jaringan Bisa Jaringan Jalan, Sungai, Kabel Data dan lainnya. Di awal akan dibahas Jaringan Jalan terlebih dahulu.SIG memberikan kemmapuan analisis jaringan Jalan untuk keperluan Mencari Jalan Terbaik (Find Best Road), Mencari Fasilitas2 Terdekat (Find Closed Facilitys) dan Mencari Area Servis (Find Service Area). Contoh Find Best Road : Ada Titik Awal dan Ada Titik Tujuan, maka Komputer akan secara otomatis menacari jalan terbaik (bukan terdekat dan tercepat) Contoh Find Closed Facility : Ada Rumah ada Banyak Mall, maka dapat dicari mana Mall Yang Terdekat Contoh Find Best Area : Ada Rumah Sakit, Berapa Jauh Service Area Yang Bisa Terlayani Berdasarkan Jarak Yang Sama di Jaringan Jalan Ada. Hasilnya Berbebtuk Poligon. Mirip Dengan Buffer, Tetapi Buffer Tidak Memasukkan Faktor Jalan, Sehingga semua Jarak Dianggap Sama Pemahaman bahwa overlay peta (minimal 2 peta) harus menghasilkan peta baru adalah hal mutlak. Dalam bahasa teknis harus ada poligon yang terbentuk dari 2 peta yang di overlay. Jika dilihat data atributnya, maka akan terdiri dari informasi peta pembentukya. Misalkan Peta Lereng dan Peta Curah Hujan, maka di peta barunya akan menghasilkan poligon baru berisi atribut lereng dan curah hujan. Teknik yang digunaan untuk overlay peta dalam SIG ada 2 yakni union dan intersect. JIka di analogikan dengan bahasa Matematika, maka union adalah gabungan, intersect adalah irisan. Contoh di atas menggunakan teknik union. Hati-hati menggunakan union dengan maksud overlay antara peta penduduk dan ketinggian. Secara teknik bisa dilakukan, tetapi secara konsep overlay tidak. Wilayah jangkauan adalah hasil (output) dari teknik buffer di SIG (GIS). Sebagai contoh jika terjadi ledakan bom di suatu tempat, maka radius kerusakan dari bom tersebut dapat kita hasilkan dengan teknik buffer di SIG, sehingga didapatkan zona 1 sangat hancur, zona 2 hancur, zona 3 sebagian hancur. jarak masing zona berkisar antara 100, 200, 300 meter dari titik (lokasi) bom meledak. Layanan Puskesmas atau Posyandu (asumsi semua jalan kaki) dapat dibuatkan Buffer sehingga terdapat wilayah jangkauannya puskesmas atau posyandu, dengan jarak 250, 500, 750 hingga 1000 meter (1 km). Area Hutan yang diproteksi, misalnya bisa dibuatkan zonasi sesuai dengan fungsi sebagai pengghalang rusaknya kawasan hutan, sehingga bisa dibuat zona inti, zona peralihan dan zona pemanfaatan umum. Zonasi ini bisa dikerjakan dengen Buffer di SIG. Bantaran (Wilayah Sepadan) juga bisa dihasikan dengan teknik Buffer, sehingga bisa dilakukan pendataan mana yang masuk sebagai penyanga atau sepadan, misal sepadan sungai, jalan tol, jalur listrik, jalur air. Banyak macam GPS, salah satunnya adalah GPS navigasi. Teknologi ini memberikan informasi posisi koordinat dimana saat ini penguna GPS berada , sehingga dengan cepat bisa diketahui. GPS Navigasi juga bisa memandu arah yang dituju jika kita bisa memasukkan koordinat lokasi yang akan dituju. Perangkat Handphone juga sudah dilengkapi GPS. Catat koordinatnya. Jika ada Sudah terinstal Google Earth atau yang lain, masukkan data koordinat, sehingga bisa diketahui apakah benar posisinya? Banyak lagi kegunaan GPS misalnya, untuk alat Investigasi. Misalnya mencari Dimana lokasi dari Barang-barang yang Keluar Dari Gudang? dengan Koordinat GPS bisa dijadikan alat bukti, dimana lokasi keberadaan barang tersebut. Semoga bermanfaat. Peta adalah data spasial. Data spasial sangat dibutuhkan oleh berbagai kalangan bergantung pada kebutuhannya. Kasus Pelanggan PAM. Pemetaan lokasi pelanggan PAM awalnya hanya melakukan verifikasi data, apakah pelanggan X (misalnya) dari data alamat, apakah elanggan memang benar masih di alamat yang sama, atau sudah berganti orang lain. Kedua dulu rumahnya kecil, sekarang sudah menjadi besar (jumlah anggota keluarga bertambah asumsinya jumlah pemakaian air bertambah) dikategorikan pemutakhiran data. Ketiga pencurian air secara maling dan manipulasi data, misal kodenya Rumah Tangga ternyata sekarang menjadi Ruko, alatnya dirusak sehingga bayaran tetap Rumah Tangga. Dari temuan dilapangan, data spasial pelanggan, bisa dijadikan sebagai alat bukti adanya manipulasi alat ukur (kenakalan kontraktor pemasang alat), manipulasi data penggunaan air (kontraktor pembaca data air). Data pelanggan bisa juga digunakan untuk data perencanaan pengembangan jaringan potensial pelanggan PAM. Kasus Flu Burung. Hal yang menarik adalah data spasial tentang lokasi Penderita flu burung (tesis S2 FKM UI, Kamal 2008) memperlihatkan dimana lokasi-lokasi penderita flu burung terdapat data secara spasial dan temporal (urutan tanggal penderita terkena virus), sehingga distribusi sebaran penderita pertama kali, kemudian kedua dan seterusnya hingga pada akhirnya kembali ke lokasi awal ditemukan kasus yakni di tangerang (setelah bergerak ke arah jakarta, bandung, karawang, dll). Indikasi awal (berupa asusmsi) adalah adanya korelasi spasial antara penderita dengan kedekatan lokasi peternakan ayam. Ternyata ada juga penyebaran firus akibat ada hubungan kekerabatan antara penderita di satu tempat dengan tempat yang lain (urutan tangggal/bulan), tetapi ada asusmsi juga bahwa jalur transportasi unggas juga menjadi faktor adanya penderita terkena flu burung. Kasus Perbaikan lampu jalan. Perbaikan lampu jalan ide awalnya adalah ada kordinasi antara Gudang dan Kontraktor Kordinator/Pengawas) perbaikan lampu, dimana jumlah lampu yang dipasang dan dimana saja dipasang, pihak gudang tidak mampu membuktikan barang di pasang dimana. Kedua indikasi ditukarnya lampu dari gudang dengan yang dipasang di Tiang Lampu. Dengan data spasial, setiap ada laporan perbaikan, wajib diambil koordinat lokasi (dengan GPS), sehingga ada korelasi antara jumlah lampu yang keluar dari gudang dengan jumlah titik lampu dilapangan. Kedua dengan Dibuatnya Data Spasial, dapat merubah perilaku mubasir perbaikan lampu dan pengambilan barang di gudang, sehingga ada menjadi perilaku kehati-hatian dalam permintaan lampu perbaikan, karena tiap ada perbaikan lampu wajib mencantumkan lokasi titik lampu yang akan diperbaiki lampunya. Berdasarkan Kasus-kasus sederhana di atas, maka data spasial sangat penting, dalam melakukan solusi berbagai permasalahan, hingga dapat digunakan sebagai alat ivestigasi, alat bukti, serta ukuran kinerja kerja suatu instansi bahkan merubah perilaku menjadi lebih terkordinasi dan terstruktur hingga rencana dan realisasi sesuai. Membaca Peta Kompas

Bagi seorang pecinta alam, adalah biasa bergelut dengan alam, baik itu alam pegunungan ataupun alam rimba belantara. Dalam bergelut dengan alam, khususnya alam pegunungan, sudah selayaknya seorang pecinta alam mengenal peta yang menggambarkan kondisi fisik derah pegunungan. Karena dgn menggunakan peta sedikit banyak akan membantu dalam suatu perjalanan baik itu pada kegiatan pendakian ataupun pada saat belajar orientasi medan.

Dasar dasar yang harus diketahui untuk orientasi medan:

1. Memahami peta Peta yang digunakan untuk orientasi medan adalah peta topografi, yaitu peta yang menyajikan gambaran relief permukaan bumi. Relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk garis garis yang disebut garis countur. Atau dengan kata lain garis countur adalah garis yang menghubungkan tempat tempat pada ketinggian yang sama. Yang harus dipahami dalam membaca peta topografi adl mengartikan bentuk bentuk garis countur dengan benar, apakah bentukan itu berupa punggungan, lembah,jurang, sungai,sehingga akan dapat diperoleh informasi tentang tinggi rendahnya suatu tempat, bentuk, kedalaman, perkiraan kemiringan, dan sebagainya. Hal hal tersebut mutlak dikuasai sebagai dasar dalam orientasi. Tak kalah pentingnya adalah memahami skala peta. Ini adalah penting, karena dari skala peta akan diketahui perbandingan antara kondisi di peta dengan kondisi medan yang sebenarnya. Contoh : Skala 1 : 25.000; berarti 1 cm di peta sama dengan 250 meter di medan yang sebenarnya. Selanjutnya antara skala peta, garis countor dengan medan yang sebenarnya dapat diperbandingkan. Maka sedikit banyak akan dapat diinterpretasikan keadaannya, agar kita tidak keliru dalam orientasi medan. Sebab kadang kadang pada daerah yang kita perkirakan tergambar dalam peta(pada countur), ternyata belum tergambar karena keliru dalam merperbandingkan skala peta dengan kondisi medan. Contoh: dengan skala 1 : 25.000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 250 meter di medan yang sebenarnya. Pada saat tertentu kita melewati suatu punggungan kecil

Kita sudah memperkirakan bahwa dengan melewati punggungan itu berarti sudah berubah counturnya. Padahal kondisi punggungan itu masih kurang dari 50 meter. Berarti kita telah salah orientasi. Hal hal inilah yang harus dipahami, agar kesalahan orientasi yang terkecil dapat dihindari.

2. Memahami Kompas
Kompas yang biasa digunakan dalam orientasi ada 2 jenis yaitu:

a. Kompas bidik jenis prisma

kompas prisma nama bagian-bagiannya

1. kotak kompas dengan pembagian arah angin dan cincin karet 2. kaca kompas yg dapat diputar dengan pembagian derajat 3. pelat yg bercahaya dengan garis tanda dan garis rambut 4. garis petunjuk yg bercahaya 5. lingkaran kompas dengan pembagian derajat dan jarum kompas yg bercahaya 6. gelang kaca dari tembaga 7. tutup kompas dengan kaca, garis rambut, garis tanda yg bercahaya di bibir pelindung 8. pelindung kaca 9. sekrup pengapit

10. prisma yg dapat disetel, dengan lubang tempat melihat dan cincin jempol dengan takik

b. Kompas orientasi (kompas Silva)

kompas silva Pada dasarnya kedua kompas tersebut mempunyai fungsi yang sama yaitu : Mengetahui arah Pada posisi mendatar, jarum kompas akan selalu menunjuk arah utara. Sesuai dengan arah utara Magnet Bumi.Membidik sasaran

Dengan kompas prisma, apabila kita ingin mengetahui berapa besar sudut kompas dari posisi kita berdiri ke sasaran bidik. Besarnya sudut bidikan akan langsung dapat diketahui. Sedangkan dengan kompas silva terdapat sedikit perbedaan dengan kompas prisma, yaitu pada kompas ini apabila kita membidik sasaran, besarnya sudut kompas tidak dapat langsung kita baca. Melainkan harus dgn penyesuaian terlebih dahulu yaitu dengan memutar piringan pembagian derajat sehingga tanda panah penyesuai atau tanda “N”(North) dapat segaris dengan jarum utara kompas. Maka besarnya sudut sudah dapat diketahui,

3. Memahami Peta-Kompas Sebelum masuk ke medan yang sebenarnya kita harus mengetahui dan memahami tanda tanda medan pada peta. Misalnya nama puncak bukit, sungai, jurang, dan sebagainya. Keterangan mengenai hal ini dapat diketahui dgn membaca keterangan pada peta atau mungkin bertanya ke pada penduduk.

Langkah selanjutnya adalah orientasi peta. Orientasi peta adalah meng Utarakan peta atau dengan kata lain menyesuaikan letak peta dengan benatng alam yang sebenarnya kita hadapi. Langkah langkah dalam orientasi peta :

*Dengan kompas prisma 1.Letakkan peta pada bidang datar 2.Bentangkan kompas di atas peta 3.Himpitkan garis rambut pada kompas dan takik pada cincin jempol dengan sumbu Y peta

4.Geser/ putar putarkan peta tanpa posisi kompas, sampai jarum kompas dengan garis rambut sejajar dengan sumbu Y Peta.

*Dengan kompas silva 1.Letakkan peta pada bidang datar 2.Setel piringan kompas dengan pembagian derajat pada posisi 0°, kemudian letakkan di atas peta 3.Himpitkan tanda panah penyesuai, garis penyesuai, garis bantu, sehingga sejajar dengan sumbu Y peta.

4.Geser/ putar-putarkan peta tanpa merubah posisi kompas sampai jarum kompas dengan tanda panahpenyesuai sejajar dengan sumbu Y peta.

Bila semua tahapan tersebut telah dilakukan dengan benar, berarti peta telah terorientasi.

Untuk mengetahui posisi kita saat berada di alam bebas, yang penting
untuk dilakukan adalah menentukan arah mata angin (U,S,B dan T), lalu menentukan arah utara peta. Setalah itu menentukan posisi kita dengan pasti. Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk menentukan posisi kita, yaitu :

a. Resection
Adalah menentukan posisi kita pada peta, langkahnya adalah

1.Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing. 2.Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alam), kemudian cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda berdiri ke salah satu tanda medan yang terlihat dan dikenal, baik di peta maupun di medan. Misalkan tanda medan adalah puncak bukit X, dengan sudut kompas sebesar 130°, maka sudut peta adalah 130° + 180° = 310° (Back Azimuth) 3.Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, polakan/buatlah garis dari titik sasaran dengan acuan besar sudut peta. 4.Lakukan hal yang sama dengan sasaran bidik yang berbeda, misal Y. Bila kita melakukannya benar maka akan didapalkan tititk perpotongan antara kedua garis tersebut.

5.Titik perpolongan itulah posisi kita di peta.

Resection dapat pula dilakukan hanya dengan satu tanda medan atau titik ketinggian, bilamana kita berada pada tepi jurang, tepi sungai, jalan setapak yang ada di peta atau di garis pantai, dan sebagainya.

b. Intersection :
Adalah menetukan posisi orang lain/tempat lain, langkahnya adalah: Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing.

1.Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing. 2.Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alam), kemudian cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda berdiri(letaknya sudah pasti diketahui di medan dan di peta) ke saran bidik. Misal tempat anda berdiri adalah X, dengan hasil bidikan sebesar 130′ terhadap sasaran. Maka sudut peta adalah 130° (Azimuth). 3.Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, polakan/buatlah garis dari titik sasaran dengan acuan besar sudut peta. 4.Lakukan hal yang sama dengan tempat membidik yang berbeda, misal Y. Bila kita melakukannya benar maka akan didapatkan tititk perpotongan antara kedua garis tersebut 5.Titik perpotongan itulah posisi kita di peta.

Dikutip dari : //salehbmusa.blogspot.com

Membuat Peta Hasil Scan Sebagai Garmin Map

Garmin telah mengumumkan tersedianya layanan Custom Maps, dimana Anda bisa membuat peta hasil scan atau hasil download dari Google Maps sebagai Garmin map di GPS. Saat ini GPS Garmin yang support untuk layanan ini terbatas pada tipe Oregon, Dakota dan Colorado. Sebelumnya Anda harus menginstal software terbaru untuk ketigaGPS Garmin tersebut yang tersedia di //my.garmin.com, dengan mengkoneksikan GPS tersebut via USB ke komputer.

Berikut adalah langkah-langkah membuat Custom Maps :

Langkah 1: Simpan peta hasil scan atau hasil download dari Google Maps dalam format JPG

Langkah 2: Dengan menggunakan Google Earth, georeference-kan / posisikan peta JPG tersebut menggunakan fitur Image Overlay.

Langkah 3: Simpan peta tersebut sebagai file KMZ

Langkah 4 : Copy file KMZ tersebut ke GPS Garmin. Sebaiknya copy file tersebut ke micro SD card, agar jika terjadi trouble dengan firmware custom maps ini, Anda cukup melepas micro SD tersebut.

Beberapa catatan untuk Garmin Custom Maps ini :

* Image tidak boleh melebihi ukuran satu megapixel (1024 x 1024; 2048 x 512; etc.) * Anda bisa mengcopy file image yang saling bersambung, tapi tidak bisa melebihi 100 image di GPS Anda. * Jika Anda memiliki image yang ber-georeference seperti GeoTiff, ERDAS Imagine, MRSID atau BSB file atau worldfile, Anda tidak bisa menggunakannya untuk Garmin Custom Maps ini, Anda tetap harus mengkonversinya ke dalam format JPG.

Dikutip dari : //inigis.info/blog/membuat-peta-hasil-scan-sebagai-garmin-map/

Apa itu radio compass? Yang jelas bukan radio untuk yang sering mengudarakan berita terkini atau melantunkan lagu-lagu hits teranyar. Dan juga bukan radio transistor yang dilengkapi dengan kompas. Alat ini memiliki fungsi seperti kompas. Bedanya, jika kompas bekerja karena adanya medan magnet Kutub Utara dan Kutub Selatan, maka Radio Compass bekerja karena adanya pemancar gelombang radio yang biasanya sengaja dipasang pada lapangan terbang. Radio compass ini menjadi alat navigasi yang sangat vital, terlebih sebelum dunia sipil belum diperkenankan untuk menggunakan GPS (Global Positioning System). Terbang tinggi di angkasa untuk menuju ke tempat yang jauh, hanya akan membahayakan penerbangan tanpa dilengkapi peralatan navigasi yang memadai. Misalnya Radio Compass ini.

Jika Anda pernah melihat bagian cockpit sebuah pesawat terbang, pada bagian dashboard tampak banyak sekali terpasang indikator yang beberapa diantaranya adalah kompas magnetic (kompas biasa) dan radio compass. Kedua alat navigasi ini memiliki fungsi yang saling mendukung, saling melengkapi. Sebab kedua jenis alat navigasi ini memiliki kelemahan masing-masing.

Dengan adanya kedua jenis kompas tersebut, jalur penerbangan bisa lebih terjamin keakuratan arahnya. Tidak bisa hanya mengandalkan pada kompas magnetic untuk menentukan arah sebab pada daerah-daerah tertentu benda ini seringkali tidak mampu berfungsi dengan akurat. Ini tidak baik bagi arah penerbangan. Bias derajat yang sangat kecil sekalipun bisa membuat arah penerbangan menjadi melenceng jauh, terlebih pada penerbangan jarak jauh. Pada saat-saat seperti itu lah radio compass menjadi sangat berperan. Pilot akan segera memeriksa alat navigasi yang telah disetting secara intarnasional itu. Penuntun arahnya beradasarkan pemancar gelombang radio yang penyebarannya hampir memenuhi seluruh kawasan di bumi ini.

Seperti halnya GPS, pembuatan radio compass pun awalnya dibuat untuk kepentingan bidang penerbangan militer. Pertama kali diperkenalkan di Jerman sebelum berkecamuknya Perang Dunia kedua, yaitu pada sekitar tahun 1930an. Awalnya digunakan jika keadaan cuaca sedang buruk lalu kemudian pemakaiannya dikembangkan untuk system navigasi bagi penyerangan atau pengeboman menggunakan pesawat terbang pada malam hari. Misalnya untuk menentukan titik dimana bom harus dijatuhkan. Jika hanya mengandalkan penglihatan biasanya, misi seperti itu sulit dilakukan. Setelah berakhirnya perang dunia kedua, penggunaan radio compass sebagai alat bantu navigasi penerbangan dengan segera menyebar ke seluruh dunia. Terutama di Amerika.

Hingga dewasa ini ada empat jenis radio compass yang digunakan dalam penerbangan standard internasional. Yaitu VHF Omni-directional Radio Range (VOR), Non Directional Beacon (NDB), Automatic Direction Finder (ADF), dan Instrumen Landing System (ILS). Keempatnya memiliki fungsi tersendiri. Pada umumnya ADF dipasang pada pesawat terbang dan berfungsi guna menangkap gelombang yang dipancarkan dari NDB yang dipasang di darat yang gunanya memang untuk mengarahkan pesawat terbang menuju lapangan terbang dimana NDB dipasang. Pilot akan memposisikan pesawat sedemikian rupa hingga jarum pada ADF paralel dengan kelurusan badan pesawat. Itu dianggap sebagai arah yang benar guna menuju ke lapangan terbang tersebut.

ILS (Instrumen Landing System), sesuai dengan namanya adalah berfungsi untuk memandu pilot dalam mengarahkan pesawat terbangnya ke landasan. Menurut cara kerjanya terdiri dari dua subsistem, yaitu untuk menunjukkan letak landasan dan memandu penerbang mendekati landasan dengan aman. Biasanya pemancarnya diletakkan di ujung landasan atau di sebelah kanan dan kiri landasan. Pada pesawat juga terpasang alat dengan nama yang sama (ILS), tapi berfungsi sebagai receiver.

VOR atau VHF Omni-directional Radio Range digunakan oleh pilot untuk memandu pesawatnya menuju ke Bandar udara dimana stasiun VOR dipasang. Seperti halnya ILS, receiver pada pesawat terbang juga disebut VOR. Sistem ini difungsikan saat receiver di pesawat terbang sudah mampu menangkap gelombang dari pemancar VOR yang dipasang di bandara. Pada beberapa bandara yang lebih modern, VOR digantikan oleh HSI (Horizontal Situation Indicator). Alat ini punya fungsi sama dengan VOR, tapi lebih canggih dan tentu saja harganya lebih mahal dibanding VOR. Compass Si Penunjuk Arah Dulu, sebelum GPS digunakan secara meluas di kalangan sipil, alat bantu navigasi yang paling utama digunakan adalah kompas. Benda yang tampilannya mirip seperti jam ini sangat berjasa untuk menentukan arah. Terutama pada awal sejarah transportasi laut. Benda ini sangat populer kegunaannya di kalangan pelaut. Orang lalu mengembangkan pemakaiannya dengan bantuan jam dan sekstan. Dengan memadukan fungsi atau kegunaan dari ketiga peralatan tersebut orang dapat menentukan posisinya berada dengan tepat.

Benda penunjuk arah ini bekerja dengan cara yang sederhana. Pada dasarnya hanya menunjukkan arah utara dan selatan. Bagian utamanya adalah sebatang jarum (istilah untuk menggambarkan lempeng tipis logam magnetis yang kedua ujungnya meruncing) yang diletakkan dan diusahakan dapat bergerak bebas pada poros tengahnya sehingga bisa bergerak menunjuk arah utara dan selatan. Pada perkembangan berikutnya jarum tersebut dilekatkan pada bidang berbentuk bundar dengan simbol-simbol arah mata angin lengkap dengan garis derajatnya. Cara kerja kompas ini tidak berubah sejak pertama kali digunakan orang.

Menurut beberapa catatan sejarah, kompas pertama kali digunakan di negeri Cina. Ini dibuktikan dengan keberadaan beberapa naskah kuno tentang magnet yang berasal dari abad keempat sebelum masehi. Dan ada yang mengatakan bahwa kompas sudah dibuat pada masa Dinasti Qin (221 – 206 sebelum masehi). Pada awalnya, kompas bukan digunakan sebagai alat navigasi seperti dewasa ini. Orang-orang Cina pada waktu itu memakainya untuk membantu menerapkan salah satu dari tradisi mereka yang terkenal, feng-shui. Pemahaman tentang tata-letak yang bisa mempengaruhi kehidupan manusia.

Kabarnya kompas mulai digunakan sebagai alat navigasi pada sekitar abad kedua belas oleh para pelaut Cina. Sejak saat itu pemakaiannya mulai meluas. Hingga bertahun-tahun kemudian orang membuat kompas yang lebih baik dan modern. Misalnya Gyrocompass atau giroskop yang pertama kali dibuat oleh Marinus G van den Bos dan dipatenkan pada tahun 1885 yang kemudian disempurnakan cara kerjanya oleh Arthur Krebs pada tahun 1889.

Pada perkembangan berikutnya kompas digunakan untuk banyak keperluan, baik di laut maupun di darat. Terutama bagi mereka yang sering melakukan perjalanan di alam bebas, kompas adalah alat yang wajib dibawa. Hingga kemudian orang membuat radio kompas yang sampai sekarang pun masih menjadi peralatan navigasi yang diperlukan dalam dunia penerbangan.
Dikutip dari : //www.bunyu-online.com Altimeter

Altimeter adalah alat untuk mengukur ketinggian suatu titik dari permukaan laut. Altimeter biasanya digunakan sebagai navigasi dalam penerbangan, pendakian, dan kegiatan yang berhubungan dengan ketinggian.

Altimeter bekerja dengan beberapa prinsip.

* tekanan udara (yang paling umum digunakan) * Mangnet bumi (dengan sudut inclinasi)

* Gelombang (ultra sonic maupun infra merah, dan lainnya)

Penggunaan Altimeter umumnya selalu diikuti dengan penggunaan Compas.

Kesalahan Dalam Pengukuran dengan menggunakan Waterpass / Auto Level
Dalam melakukan pengukuran kemungkinan terjadi kesalahan pastilah ada, dimana sumber kesalahan atau permasalahan tersebut, antara lain :

a. Kesalahan yang bersumber dari pengukur Kurangnya ketelitian mata dalam pembacaan alat waterpass, yaitu pembacaan benang atas, benang bawah, dan benang tengah.

Adanya emosi dari pengukur akibat rasa lapar sehingga tergesa-gesa dalam melakukan pengukuran dan akhirnya terjadi kesalahan mencatat.

b. Kesalahan yang bersumber dari alat Pita ukur yang sering dipakai mempunyai tendensi panjangnya akan berubah, apalagi jika menariknya terlalu kuat. Sehingga panjang pita ukur tidak betul atau tidak memenuhi standar lagi.

Patahnya pita ukur akibat terlalu kencangnya menarik pita ukur, sehingga panjang pita ukur bergeser (berkurang)

c. Kesalahan yang bersumber dari alam. Adanya angin yang membuat rambu ukur terkena hembusan angin, sehingga tidak dapat berdiri dengan tegak. Angin yang merupakan faktor alam, membuat pita ukur menjadi susah diluruskan, sehingga jarak yang didapatkan menjadi lebih panjang daripada jarak sebenarnya. GPSMaster : Software Pemetaan Untuk GPS Garmin GPSMaster : Software Pemetaan Untuk GPS Garmin

GPSMaster adalah sebuah software pemetaan gratis berbasis Windows untuk segala tipe GPS Garmin. Koneksi PC ke GPS bisa dilakukan via serial atau USB. Dengan GPSMaster user bisa menampilkan peta hasil scan dan mengatur proyeksinya.

User bisa mendownload seluruh data yang terdapat di GPS untuk kemudian di edit dan di upload kembali ke GPS. Dengan berbasiskan peta hasil scan, user bisa membuat waypoints, routes dan tracks lalu di upload ke GPS.

Kelebihan lainnya adalah kemampuan untuk melakukan zoom in/zoom out dan rotate, 3D view, menmpilkan altitude, speed dan rate of climb/sink (vertical speed). GPSMaster juga supports NMEA0183
Dikutip dari : //inigis.info

Membaca Peta Kompas
Bagi seorang pecinta alam, adalah biasa bergelut dengan alam, baik itu alam pegunungan ataupun alam rimba belantara. Dalam bergelut dengan alam, khususnya alam pegunungan, sudah selayaknya seorang pecinta alam mengenal peta yang menggambarkan kondisi fisik derah pegunungan. Karena dgn menggunakan peta sedikit banyak akan membantu dalam suatu perjalanan baik itu pada kegiatan pendakian ataupun pada saat belajar orientasi medan.

Dasar dasar yang harus diketahui untuk orientasi medan:

1. Memahami peta Peta yang digunakan untuk orientasi medan adalah peta topografi, yaitu peta yang menyajikan gambaran relief permukaan bumi. Relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk garis garis yang disebut garis countur. Atau dengan kata lain garis countur adalah garis yang menghubungkan tempat tempat pada ketinggian yang sama. Yang harus dipahami dalam membaca peta topografi adl mengartikan bentuk bentuk garis countur dengan benar, apakah bentukan itu berupa punggungan, lembah,jurang, sungai,sehingga akan dapat diperoleh informasi tentang tinggi rendahnya suatu tempat, bentuk, kedalaman, perkiraan kemiringan, dan sebagainya. Hal hal tersebut mutlak dikuasai sebagai dasar dalam orientasi. Tak kalah pentingnya adalah memahami skala peta. Ini adalah penting, karena dari skala peta akan diketahui perbandingan antara kondisi di peta dengan kondisi medan yang sebenarnya. Contoh : Skala 1 : 25.000; berarti 1 cm di peta sama dengan 250 meter di medan yang sebenarnya. Selanjutnya antara skala peta, garis countor dengan medan yang sebenarnya dapat diperbandingkan. Maka sedikit banyak akan dapat diinterpretasikan keadaannya, agar kita tidak keliru dalam orientasi medan. Sebab kadang kadang pada daerah yang kita perkirakan tergambar dalam peta(pada countur), ternyata belum tergambar karena keliru dalam merperbandingkan skala peta dengan kondisi medan. Contoh: dengan skala 1 : 25.000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 250 meter di medan yang sebenarnya. Pada saat tertentu kita melewati suatu punggungan kecil

Kita sudah memperkirakan bahwa dengan melewati punggungan itu berarti sudah berubah counturnya. Padahal kondisi punggungan itu masih kurang dari 50 meter. Berarti kita telah salah orientasi. Hal hal inilah yang harus dipahami, agar kesalahan orientasi yang terkecil dapat dihindari.

2. Memahami Kompas
Kompas yang biasa digunakan dalam orientasi ada 2 jenis yaitu:

a. Kompas bidik jenis prisma

kompas prisma nama bagian-bagiannya

1. kotak kompas dengan pembagian arah angin dan cincin karet 2. kaca kompas yg dapat diputar dengan pembagian derajat 3. pelat yg bercahaya dengan garis tanda dan garis rambut 4. garis petunjuk yg bercahaya 5. lingkaran kompas dengan pembagian derajat dan jarum kompas yg bercahaya 6. gelang kaca dari tembaga 7. tutup kompas dengan kaca, garis rambut, garis tanda yg bercahaya di bibir pelindung 8. pelindung kaca 9. sekrup pengapit

10. prisma yg dapat disetel, dengan lubang tempat melihat dan cincin jempol dengan takik

b. Kompas orientasi (kompas Silva)

kompas silva Pada dasarnya kedua kompas tersebut mempunyai fungsi yang sama yaitu : Mengetahui arah Pada posisi mendatar, jarum kompas akan selalu menunjuk arah utara. Sesuai dengan arah utara Magnet Bumi.Membidik sasaran

Dengan kompas prisma, apabila kita ingin mengetahui berapa besar sudut kompas dari posisi kita berdiri ke sasaran bidik. Besarnya sudut bidikan akan langsung dapat diketahui. Sedangkan dengan kompas silva terdapat sedikit perbedaan dengan kompas prisma, yaitu pada kompas ini apabila kita membidik sasaran, besarnya sudut kompas tidak dapat langsung kita baca. Melainkan harus dgn penyesuaian terlebih dahulu yaitu dengan memutar piringan pembagian derajat sehingga tanda panah penyesuai atau tanda “N”(North) dapat segaris dengan jarum utara kompas. Maka besarnya sudut sudah dapat diketahui,

3. Memahami Peta-Kompas Sebelum masuk ke medan yang sebenarnya kita harus mengetahui dan memahami tanda tanda medan pada peta. Misalnya nama puncak bukit, sungai, jurang, dan sebagainya. Keterangan mengenai hal ini dapat diketahui dgn membaca keterangan pada peta atau mungkin bertanya ke pada penduduk.

Langkah selanjutnya adalah orientasi peta. Orientasi peta adalah meng Utarakan peta atau dengan kata lain menyesuaikan letak peta dengan benatng alam yang sebenarnya kita hadapi. Langkah langkah dalam orientasi peta :

*Dengan kompas prisma 1.Letakkan peta pada bidang datar 2.Bentangkan kompas di atas peta 3.Himpitkan garis rambut pada kompas dan takik pada cincin jempol dengan sumbu Y peta

4.Geser/ putar putarkan peta tanpa posisi kompas, sampai jarum kompas dengan garis rambut sejajar dengan sumbu Y Peta.

*Dengan kompas silva 1.Letakkan peta pada bidang datar 2.Setel piringan kompas dengan pembagian derajat pada posisi 0°, kemudian letakkan di atas peta 3.Himpitkan tanda panah penyesuai, garis penyesuai, garis bantu, sehingga sejajar dengan sumbu Y peta.

4.Geser/ putar-putarkan peta tanpa merubah posisi kompas sampai jarum kompas dengan tanda panahpenyesuai sejajar dengan sumbu Y peta.

Bila semua tahapan tersebut telah dilakukan dengan benar, berarti peta telah terorientasi.

Untuk mengetahui posisi kita saat berada di alam bebas, yang penting
untuk dilakukan adalah menentukan arah mata angin (U,S,B dan T), lalu menentukan arah utara peta. Setalah itu menentukan posisi kita dengan pasti. Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk menentukan posisi kita, yaitu :

a. Resection
Adalah menentukan posisi kita pada peta, langkahnya adalah

1.Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing. 2.Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alam), kemudian cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda berdiri ke salah satu tanda medan yang terlihat dan dikenal, baik di peta maupun di medan. Misalkan tanda medan adalah puncak bukit X, dengan sudut kompas sebesar 130°, maka sudut peta adalah 130° + 180° = 310° (Back Azimuth) 3.Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, polakan/buatlah garis dari titik sasaran dengan acuan besar sudut peta. 4.Lakukan hal yang sama dengan sasaran bidik yang berbeda, misal Y. Bila kita melakukannya benar maka akan didapalkan tititk perpotongan antara kedua garis tersebut.

5.Titik perpolongan itulah posisi kita di peta.

Resection dapat pula dilakukan hanya dengan satu tanda medan atau titik ketinggian, bilamana kita berada pada tepi jurang, tepi sungai, jalan setapak yang ada di peta atau di garis pantai, dan sebagainya.

b. Intersection :
Adalah menetukan posisi orang lain/tempat lain, langkahnya adalah: Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing.

1.Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing. 2.Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alam), kemudian cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda berdiri(letaknya sudah pasti diketahui di medan dan di peta) ke saran bidik. Misal tempat anda berdiri adalah X, dengan hasil bidikan sebesar 130′ terhadap sasaran. Maka sudut peta adalah 130° (Azimuth). 3.Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, polakan/buatlah garis dari titik sasaran dengan acuan besar sudut peta. 4.Lakukan hal yang sama dengan tempat membidik yang berbeda, misal Y. Bila kita melakukannya benar maka akan didapatkan tititk perpotongan antara kedua garis tersebut 5.Titik perpotongan itulah posisi kita di peta.

Dikutip dari : //salehbmusa.blogspot.com

Compass

1. Guna Compass

Compass adalah alat penunjuk arah yang digunakan untuk mengetahui arah utara magnetis. Karena sifat kemagnetannya, jarum Compass akan menunjuk arah utara-selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lainnya selain magnet bumi). Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum Compass tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan arah utara sebenarnya. Secara fisik, Compass terdiri atas : a) Badan, yaitu tempat komponen-komponen Compass lainnya berada; b) Jarum, selalu mengarah ke utara-selatan bagaimanapun posisinya;

c) Skala penunjuk, menunjukkan derajat sistem mata angin.

2. Jenis-Jenis Compass

Dalam suatu perjalanan banyak macam Compass yang dapat dipakai, pada umumnya dipakai dua jenis Compass, yaitu Compass bidik (misalnya Compass prisma) dan Compass orienteering (misalnya Compass silva). Compass bidik mudah untuk membidik, tetapi dalam pembacaan di peta perlu dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris. Compass silva kurang akurat jika dipakai untuk membidik, tetapi banyak membantu dalam pembacaan dan perhitungan di peta. Compass yang baik pada ujungnya dilapisi fosfor agar dapat terlihat dalam keadaan gelap.

3. Pemakaian Compass Compass dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet bumi. Dalam memakai Compass, perlu dijauhkan dari pengaruh benda-benda yang mengandung logam, seperti pisau, golok, karabiner, jam tangan dan lainnya. Kehadiran benda-benda tersebut akan mempengaruhi jarum Compass sehingga ketepatannya akan berkurang.

Dikutip dari : //watenkcorner.blogspot.com/

Altimeter Altimeter merupakan alat pengukur ketinggian yang bisa membantu dalam menentukan posisi. Pada medan yang bergunung tinggi, resection dengan menggunakan kompas sering tidak banyak membantu, disini altimeter lebih bermanfaat. Dengan menyusuri punggungan-punggungan yang mudah dikenali di peta, altimeter akan lebih berperan dalam perjalanan, yang harus diperhatikan dalam pemakaian altimeter : – setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi. Periksa ketelitian altimeter di titik-titik ketinggian yang pasti. – Altimeter sangat peka terhadap guncangan, perubahan cuaca, dan perubahan temperatur.

Dikutip dari : //watenkcorner.blogspot.com

Teknik Peta Kompas
1. Orientasi peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis menyamakan utara peta dengan utara magnetis). Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bikit, sungai, atau tanda-tanda medan lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan gambar kontur yang ada dipeta, untuk keperluan praktis, utara magnetis dianggap sejajar dengan utara sebenarnya, tanpa memperlitungkan adanya deklinasi. Langkah-langkah orientasi peta : a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok; b) Letakkan peta pada bidang datar; c) Letakkan kompas diatas peta dan sejajarkan antara arah utara peta dengan utara magnetis/utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi. d) Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medan tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan.

e) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan yang khas dari setiap tanda medan.

2. Azimuth dan Back Azimuth

Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju,azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam. Ada tiga macam azimuth yaitu : a) Azimuth Sebenarnya,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran; b) Azimuth Magnetis,yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran; c) Azimuth Peta,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.

back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara menghitungnya : bila sudut azimuth lebih dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth kurang dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth = 180 derajat maka back azimuthnya adalah 0 derajat atau 360 derajat.

3. Resection

Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik. Langkah-langkah resection : a) Lakukan orientasi peta; b) Cari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan di peta, minimal dua buah; c) Dengan penggaris buat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu; d)Bidik dengan kompas tanda-tanda medan itu dari posisi kita,sudut bidikan dari kompas itu disebut azimuth; e) pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, dan hitung sudut pelurusnya;

f) perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita di peta

4. Intersection

Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di pet dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta. Langkah-langkah melakukan intersection : a) lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita; b)bidik obyek yang kita amati; c) pindahkan sudut yang kita dapat dipeta; d) bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, lakukan langkah b dan c;

e) perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

5. Koreksi sudut

Pada pembahasan utara telah dijelaskan bahwa utara sebenarnya dan utara kompas berlainan. Hal ini sebetulnya tidaklah begitu menjadi masalah penting jika selisih sudutnya sangat kecil, akan tetapi pada beberapa tempat, selisih sudut/deklinasi sangat besar sehingga perlu dilakukan perhitungan koreksi sudut yang didapat dari kompas(azimuth)yaitu : A. Dari kompas (K) dipindahkan ke peta (P): P= K +/- (DM +/- VM) B. Dari peta( P) dipindahkan ke kompas (K): K= P +/- (DM +/- VM) Keterangan: Tanda +/- diluar kurung untuk DM (deklinasi magnetis/iktilaf magnetis) = dari K ke P: DM ke timur tanda (+), DM ke barat tanda (-) = dari P ke K: DM ke timur tanda (-), DM ke barat tanda (+) Tanda +/- di dalam kurung untuk VM (variasi magnetis) =tanda (+) untuk increase/naik; tanda (-) untuk decrease/turun. Contoh Perhitungan: Diketahui sudut kompas/azimuth 120 derajat, pada legenda peta tahun 1942 tersebut: DM 1 derajat 30 menit ketimur, VM 2 menit increase, lalu berapa sudut yang akan kita pindahkan ke peta? P= K=+/- (DM +/- VM) ingat! kompas ke peta, DM ke timur VM increase besar VM sekarang (2002)= (2002-1942)x 2 menit = 120 menit= 2 derajat (1 derajat=60 menit) sudut P= 120 derajat + (1 menit 30 detik + 2 derajat)

= 123 derajat 30 menit, jadi sudut yang dibuat di peta adalah 123 1/2 derajat.

6. Analisa Perjalanan

Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan apa yang akan kita lalui, dengan mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu di analisa adalah jarak, waktu dan tanda medan.

a. Jarak
Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu diperhatikan adalah jarak yang sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalihkannya dengan skala untuk memperoleh jarak sebenarnya.

b. Waktu
Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Tanda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan dan menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.

c. Medan Tidak Sesuai Peta
Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang salah. Memang banyak sungai-sungai kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai tersebut kering ketika musim kemarau. Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lain yang mungkin terjadi.

Bila anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti, lihat tahun keluaran peta, karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan yang terdapat pada peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada di peta sehingga hal-hal yang yang dapat dianalisa akan terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah (mengikuti punggungan yang salah, mengikuti sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta 1:50.000 atau 1:25.000 umumnya cukup teliti. Garmin Nuvi 205W menambah maps banyak cara

Setelah memiliki gadget GPS, seperti Nuvi 205W, keinginan yang mendasar adalah melengkapi-nya dengan map/peta. Sebenarnya map bawaan unit sudah cukup kalau sebatas digunakan di Indonesia. Paket bawaan dilengkapi dengan Garmin City Navigator Indonesia versi v4.00 [relatif terbaru] atau bisa ditambahkan map hasil kreasi anak negeri NavNet yang bisa diunduh di navigasi.net.

Namun apabila unit GPS mau dibawa ke luar negeri dan nggak kepingin tersesat tambahan map adalah sebuah keharusan. Nah tulisan kali ini sekedar berbagi cara menambahkan map ke unit GPS:

Menambahkan maps yang berupa file gmapsupp.img [map supply] ke unit Garmin dan SD Card, cara ini dapat dilakukan dengan mengkoneksikan unit GPS ke PC dan lakukan transfer file .img dengan fungsi copy-paste dan rename.
Struktur file di unit GPS folder Garmin dapat terdiri dari :

1. gmapbmap : basemap 2. gmapprom : map bawaan dari unit GPS [contoh : City Navigator V4.00] 3. gmapprom1 : dapat ditambahkan dengan merename gmapsupp.img [contoh CN Southern Asia V2.0] 4. gmapsupp : tambahan map satu [bisa NavNet V1.59]

5. gmapoem : tambahan map satu [bisa Malaysia Free Map]

Untuk SD Card tambahkan file gmapsupp.img [saya pakai CN Europe NT 2010.1] eh siapa tahu ada kesempatan dinas ke EU! Nah maksimal dapat ditambahkan 4 maps di unit Nuvi 205W.

Sebenarnya ada cara yang lebih mudah dan simple, tutorial bisa dilihat di sini. Cara kedua ini akan lebih simple dan bisa ditambahkan map secara tidak terbatas. Namun dibutuhkan sedikit akal muslihat untuk membuka Locked map dari City Navigator.

Syarat utama adalah buka dulu status Locked map dari Map yang akan di-install-kan. Setelah selesai unduh file CN-nya catat ID-map-nya. Pergunakan unlocker di sini untuk mendapatkan kode aktifasi. Unlocker ini memerlukan ID GPS yang Anda miliki [colokan GPS ke USB dan lakukan koneksi, pergunakan mapsource dengan Utillities> Get Unit ID. Lakukan unlocker dengan memasukkan ID-GPS dan ID-map dan lakukan generate. Copy kode aktifasi yang didapatkan.

Buka Mapsource dan lakukan unlock map melalui Utillities>Manage Map Product. Pilih map yang akan di-unlock, klik Unlock Region dan klik Add. Copy paste-kan kode aktifasi pada area region dan klik OK. Otomatis map akan berubah status. Klik MapTools dan pilih area map yang akan dipasang di unit GPS. Klik Send to Device dan otomatis map akan terkirim ke GPS. Selesai.

Untuk pengecekan, cabut koneksi GPS ke PC. Dan melalaui tools-setting-Map-Map Info akan tertera list map yang terinstall di unit GPS. Pilih salah satu atau semuanya untuk aktifasi.

Nah Nuvi sudah terload dengan beberapa maps, tinggal siapkan duit-visa-paspor dan siap untuk jalan-jalan.
Dikutip dari : //yb2ecg.wordpress.com Cara Kerja GPS

Global Positioning System (GPS) merupakan sistem koordinat global yang dapat menentukan koordinat posisi benda dimana saja di bumi baik koordinat lintang, bujur, maupun ketinggiannya. Teknologi ini sudah menjadi standar untuk digunakan pada dunia pelayaran dan penerbangan di dunia. Kita pun dapat memanfaatkannya untuk kebutuhan kita sendiri.

Sistem GPS dapat memberikan data koordinat global karena didukung oleh informasi dari 24 satelit yang ada pada ketinggian orbit sekitar 11.000 mil di atas bumi. Satelit-satelit tersebut terbagi atas 6 bidang orbit yang berbeda dengan masing-masing bidang orbit diisi oleh 4 satelit. Dengan konfigurasi seperti ini, maka setiap titik di bumi selalu akan dapat ditentukan koordinatnya oleh GPS setiap saat selama 24 jam penuh perhari.

Teknologi GPS pada awalnya digunakan untuk keperluan militer. Penyedia satelit untuk sistem GPS untuk dunia adalah pemerintah Amerika Serikat. Selain Amerika, dulu pihak Rusia/Uni Soviet juga memiliki dan mengembangkan sistem seperti ini. Kini pihak Uni Eropa juga berkeinginan memiliki dan menyediakan sendiri sistem yang sejenis.

Teknologi GPS ini bebas dimanfaatkan oleh siapa saja di dunia secara gratis asal memiliki alat GPS receiver. Alat GPS receiver ini adalah suatu alat yang dapat menerima sinyal satelit-satelit GPS untuk kemudian melakukan perhitungan koordinat posisi dirinya berdasarkan data yang ada.

Cara Kerja GPS Receiver

Setiap satelit GPS memancarkan sinyal-sinyal gelombang mikro. GPS receiver menggunakan sinyal satelit yang diterima untuk melakukan triangulasi posisi dengan cara mengukur lama perjalanan waktu sinyal dikirimkan dari satelit, kemudian mengalikannya dengan kecepatan cahaya untuk menentukan secara tepat berapa jauh dirinya dari satelit.

Dengan mengunci minumum 3 sinyal dari satelit yang berbeda, maka GPS receiver dapat menghitung posisi tetap sebuah titik yaitu koordinat posisi lintang dan bujur (Latitude & Longitude). Penguncian sinyal satelit yang ke-4 membuat pesawat penerima GPS dapat menghitung posisi ketinggian titik tersebut terhadap muka laut (Altitude).

GPS receiver akan terus menjaga dan mengunci sinyal satelit yang diperlukan untuk melakukan triangulasi secara bersama dan paralel. Dengan sistem ini, informasi navigasi yang diterima akan selalu up to date.

GPS receiver juga akan terus mencari sinyal satelit sehingga mendapat 10 sampai 12 sinyal satelit sekaligus. Tambahan channel sinyal satelit ini dapat diolah sehingga data koordinat yang diperoleh akan lebih terpercaya serta akurasinya lebih baik.

Sumber: //islam-download.net/cara-mudah-cepat/cara-kerja-gps.html Peta adalah salah satu alat peralatan penting yang harus kita bawa pada saat akan bepergian, terutama untuk kita-kita yang senang berpetualang di alam bebas

Buat rekans SABHAWANA saya ada bahan referensi tentang peta, tapi saya tidak tahu apakah referensi ini sudah ada / sudah dimiliki oleh Sabhawana.. jadi saya tetap menulis untuk rekans sebagai bahan tambahan informasi.

PENGETAHUAN PETA

a. Peta adalah gambar sebagian atau seluruh permukaan bumi atau gambar geografi diatas bidang datar dengan ukuran kecil bersifat selektif serta yang dapat dipertanggungjawabkan secara matematis maupun secara visual.

b. Macam-macam peta : 1. Peta Topografi adalah peta yang menggambarkan posisi vertikal dan horizontal tanda- medan yang tidak dapat bergerak di atas permukaan bumi. Isi peta tersebut mencakup empat hal , yaitu : a) Relief ( bentuk muka bumi ) b) Perairan ( sungai, danau, sawah ) c) Tumbuh- tumbuhan ( semak, bambu, kelapa, dll )

d) Hasil budaya manusia ( bangunan, jalan raya, rel KA, kuburan , dll )

Peta Topografi dapat digolongkan sbb : a) Berdasarkan skala, peta topografi dibagi : 1) Skala Besar ( 1 : 1000 s.d 1 : 25.000 ) 2) Skala Menengah ( 1 : 50.000 s.d 1 : 250.000 )

3) Skala Kecil ( 1 : 500.000 s.d 1 : 1.000.000 dan yg lebih kecil lagi )

b) Berdasarkan Kenampakan : 1) Peta Garis

2) Peta Foto

c) Berdasarkan tingkat ketelitian 1) Peta topografi sistimatis 2) Peta bagan tofografi 3) Bagan Tofografi 4) Bagan Pemandangan

5) Oleat Medan

d) Berdasarkan Proyeksinya 1) Proyeksi bidang datar 2) Proyeksi kerucut

3) Proyeksi silinder atau tabung

2. Peta Tematik adalah peta yang berisi gambaran satu atau dua tema khusus, biasanya disusun berdasarkan data statistik. Macam Peta Tematik : a) Peta Penerbangan, yaitu peta yang menggambarkan rute jalur penerbangan. b) Peta Administrasi, yaitu peta yang didalamnya yang berisi tanda-tanda yang hanya untuk memperlihatkan perbedaan wilayah. c) Peta Curah Hujan.

d) Peta Penyebaran Penduduk.

c. Perpetaan di Indonesia. 1. Sistim Grid Peta Topografi di Indonesia. a) Sistim Kilometer Fiktif. 1) Peta-peta topografi dalam proyeksi Polyder menggunakan sistim kilometer fiktif , khususnya pada peta-peta topografi daerah Jawa dan Madura. Daerah tersebut di bagi menjadi kotak-kotak seluas 20 menit x 20 menit yang disebut satu satuan

proyeksi yang dilalui paralel baku dengan warna grid hitam.

2) Jumlah garis fiktif tergantung dari kedar peta, dimana ; Kedar 1 : 100.000 jumlah garis 36 x 36 ( 20 menit dibagi 36 bagian ) Kedar 1 : 50.000 jumlah garis 18 x 18 ( 10 menit dibagi 18 bagian )

Kedar 1 : 25.000 jumlah garis 9 x 9 ( 5 menit dibagi 9 bagian )

3) Karena panjang satu sisi satu kotak 20 menit x 20 menit dibagi rata menjadi 36 bagian, maka panjang sisi sebenarnya lebih dari 36 km, sehingga satu bagian akan

lebih panjang dari 1 km sebenarnya.

4) Perbedaan panjang sekitar 24 m, untuk mendapatkan jarak sebenarnya, maka ukuran jarak medan di peta harus dikoreksi dengan angka koreksi yang terdapat pada sisi kiri keterangan tepi peta. Cara menghitungnya kilometer fiktif dikurangi angka koreksi kilometer sebenarnya sehingga mendapatkan kilometer sebenarnya

dilapangan.

b) Sistim Grid Inggris. digunakan pada peta-peta topografi cetakan lama, pemakaian sistim grid Inggris digunakan pada peta proyeksi LCO, dimana wilayah Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah / zone, yaitu ; 1) Wilayah Katulistiwa ( zone equator ), meliputi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku bagian utara dan Irian tengah. 2) Wilayah Selatan (southern zone), meliputi Jawa, Nusa Tenggara, Kepulauan Kai dan Aru.

3) Wilayah New Guini Selatan ( Zone Irian Selatan ), meliputi selatan Pulau Irian.

c) Sistim Grid Universal Transverse Mercator ( UTM ) 1) Dipasang pada bagian dunia antara 80o LS sampai 84o LU. dan dipasang diatas peta dengan proyeksi TM. 2) Dimana dunia dibagi dalam 60 buah zone yang masing-masing zone sebesar 6

derajat.

2. Penomoran Lembar Peta Topografi Indonesia. a) LCO 1) Indonesia dibagi dalam beberapa Lembar Bagian Derajat ( LBD ) 2) Dari kiri ke kanan ( dari Barat ke Timur ) mulai dari kedudukan 12o barat Meredian Nol Jakarta dengan angka arab dari 1 s.d 139. 3) Letak Meredian Nol Jakarta 106o 48’27,79” BT 4) Dari atas ke bawah ( utara ke selatan ) mulai kedudukan 6o LU dengan angka romawi dari I s.d LI ( 11o LS ) 5) Letak wilayah Indonesia (a) Batas Barat 94o 40′ BT (b) Batas Timur 141o BT (c) Batas Utara 6o LU

(d) Batas atas Selatan 11o LS

b) UTM 1) Batas wilayah Indonesia yang dipetakan adalah : 94o 30′ BT s.d 141o BT (= 46o 30′) 6o LU s.d 11o LS ( 18 derajat ) 2) Tetapi dalam penomoran peta-peta UTM daerah yang dipetakan meliputi 94o 30′ BT s.d 141o BT dan 6o LU s.d 12o LS , hal tersebut di maksud bukan untuk merubah batas wil Indonesia, tetapi hanya sekedar mempermudah pembuatan nomor peta. Peta, Dibutuhkan Namun Dihiraukan Peta dasar maupun data dan informasi berbasis spasial lainnya memiliki peran sangat strategis dalam menjaga keutuhan suatu negara, merencanakan program pembangunan dan memonitornya, penataan ruang. Namun begitu, hingga kini kesadaran pemerintah, masyarakat akan manfaat dan pentingnya peta masih sangat rendah. Di sisi lain, hingga kini masih ada kesulitan mensinergikan berbagai data data dari berbagai institusi. Selain itu, aplikasi berbasis data spasial untuk berbagai keperluan masih sangat kurang. Demikian antara lain permasalahan yang mengemuka dalam diskusi Road the5th Indonesian Geoinformation Technology Exhibition (IGTE) 2010 dan peluncuran buku “Survei dan Pemetaan Nusantara yang diselenggarakan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) kemarin di Jakarta. Dr. Asvi Warman Adam, ahli sejarah dari LIPI menyebutkan, peta adalah alat untuk menjaga keutuhan NKRI. “Peta adalah tulang punggung nasionalisme. Rasa kebangsaaan dibentuk lewat peta,” kata Asvi dalam diskusi. Menyadur pendapat Ben Andersen, Asvi menyebutkan, peta adalah satu dari tiga unsur pembentuk komunitas atau negara. Dua lainnya adalah sensus dan museum. Namun, hingga kini, katanya, di Indonesia peta belum dianggap penting. Kesadaran pemerintah dan masyarakat akan manfaat peta belum terbangun. Peta baru dicari saat ada kejadian genting. Pada kasus Amabalat, misalnya, pejabat Indonesia baru secara reaktif mencari peta Indonesia di perpustakaan KITLV di Leiden. Contoh lain, menanggapi kasus Ambalat, sekelompok pemuda di Semarang melakukan cap darah, bertekad membela Ambalat dan bersedia diterjunkan dan menancapkan bendera Merah Putih. “Ini menunjukkan pemahaman masyarakat yang masih lemah terhadap peta. Kalau tahu Ambalat itu bukan pulau, melainkan berupa daratan di dalam laut, mereka tak akan mengatakan bersedia diterjunkan ke Ambalat,” papar Asvi. Sosiolog Imam Prasodjo yang banyak terlibat membantu korban bencana gempa juga mengatakan hal senada. Dikatakan, di Indonesiaa peta baru dibutuhkan saat terjadi bencana. “Celakanya, peta yang dibutuhkan tak ada. Saat terjadi bencana, kita butuh peta setidaknya untuk mengetahui lokasi yang paling parah terkena gempa, menentukan lokasi pengungsian, lokasi untuk mendrop logistik dari helikopter, dan dimana lokasi fasilitas vital seperti rumah sakit, “ kata Imam. Selain itu, tambah Imam, berdasarkan pengalamannya ia harus melakukn tour dari satu instansi ke instansi lain untuk mendapatkan suatu peta karena peta masih tercerai-berai. Diakui Kepala Bakosurtanal R.W. Matindas mengatakan, selain Bakosurtanal, ada lembaga lain yang juga membuat peta. Misalnya, Badan Pertanahan Nasional (BPN) membuat peta untuk keperluan pertanahan, ESDM membuat peta tentang soil, Kehutanan membuat peta hutan. “Hingga saat ini data tersebut masih tercerai-berai di berbagai instansi,” kata Matindas. Untuk mensinergikan data dari berbagai institusi tersebut perlu dibangun sistem yang sama. “Perlu ada aturannya agar data yang dibuat mengikuti standar dan format tertentu agar dapat diakses,” terang matindas. Untuk itu berdasarkan Peraturan Presiden No.85 Tahun 2007, Bakosurtanal sejak lima tahun lalu membangun jaringan data spasial nasional dengan membangun simpul-simpul jaringan di tingkat pusat maupun kabupaten/kota. Diakui Matindas, hingga kini proses menghimpun data dari berbagai instansi masih terus dilakukan Bakosurtanal. “Ini tidak mudah karena terkait dengan lembaga pemerintah lain,” katanya. Menanggapi hal itu, Imam Prasodjo berpendapat tentang perlunya ada kementerian khusus untuk urusan peta agar masalah tembok-tembok antarinstansi dapat diatasi dan masyarakat bisa memperoleh data dan informasi spasial yang sinergis, yang memuat berbagai data mulai dari kependudukan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sumberdaya alam. Sementara itu, Matindas mendorong lahirnya industri untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi berbasis data dan informasi geospasial untuk berbagai sektor. “Kami sudah kumpulkan data selama 40 tahun. Untuk apa data itu kalau tidak digunakan?” kata Matindas. Bambang, asisten pada Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) menceritakan pengalamannya mengembangkan aplikasi data dan informasi geospasial untuk pelaporan kepada lembaga donor saat rehabiliatasi Aceh pascatsunami. “Dengan dilengkapi koordinat, lembaga donor dapat melihat langsung (lewat situs web) bantuannya sudah digunakan untuk membangun suatu fasilitas. Akuntabilitasnya lebih akurat,” katanya. Saat ini, tambah Bambang, UKP4 juga menggunakan data dan informasi geospasial untuk memonitor progres pembangunan dan pemakaian dana pembangunan di berbagai institusi. “Ini lebih memudahkan karena dalam satu lokasi kita bisa mendapatkan berbagai informasi,” katanya.

Kapan peta mulai ada dan digunakan manusia? Peta mulai ada dan digunakan manusia, sejak manusia melakukan penjelajahan dan penelitian. Walaupun masih dalam bentuk yang sangat sederhana yaitu dalam bentuk sketsa mengenai lokasi suatu tempat. Pada awal abad ke 2 (87 M – 150 M), Claudius Ptolomaeus mengemukakan mengenai pentingnya peta. Kumpulan dari peta-peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan dan diberi nama “Atlas Ptolomaeus”.

Istilah peta diambil dari bahasa Inggris yaitu map. Kata itu berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja. Menurut ICA (International Cartographic Association), peta adalah suatu gambaran atau representasi unsur-unsur kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi, yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa. Dengan demikian, peta adalah gambar, akan tetapi tidak semua gambar adalah peta.

Penggunaan skala pada peta merupakan perbandingan antara bidang gambar dengan permukaan bumi sebenarnya. Permukaan bumi tidak mungkin digambar sesuai ukuran aslinya, sehingga harus diperkecil dengan perbandingan tertentu. Karena peta sebagai gambaran permukaan bumi pada sebuah bidang datar, sedangkan bumi merupakan benda berbentuk bola maka untuk membuat

peta, baik sebagian maupun seluruh permukaan bumi harus menggunakan teknik proyeksi tertentu. Ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan dan teknik pembuatan peta disebut kartografi, sedangkan orang yang ahli membuat peta disebut kartografer.

Pada awalnya, pembuatan peta hanya untuk menggambarkan permukaan bumi yang bersifat umum. Setelah itu, peta berkembang sehingga menggambarkan hal-hal khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pembuat dan pengguna peta. Dengan demikian, peta yang biasa kamu temukan sangat benyak jenisnya. Banyaknya jenis peta tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya tujuan pembuatan peta, jenis simbol dan skala yang digunakan, atau kecenderungan penonjolan bentuk fenomena yang akan digambarkan. Dari sekian banyak jenis peta, pada dasarnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu berdasarkan isi peta dan skala peta.

Menurut isi peta, dibedakan atas peta umum dan peta khusus. 1. Peta umum, adalah peta yang menggambarkan seluruh penampakan yang ada di permukaan bumi, baik bersifat alamiah (misalnya sungai, danau, gunung, laut, hutan, dan lain-lain) maupun budaya atau buatan manusia (misalnya: batas wilayah, jalan raya, kota, pelabuhan udara, perkebunan, dan lain-lain). Contoh peta umum antara lain: peta dunia, peta korografi, peta rupa bumi dan peta topografi.

2. Peta khusus disebut pula peta tematik, adalah peta yang menggambarkan atau menyajikan informasi penampakan tertentu (spesifik) di permukaan bumi. Pada peta ini, penggunaan simbol merupakan ciri yang ditonjolkan sesuai tema yang dinyatakan pada judul peta. Beberapa contoh peta tematik antara lain: peta iklim, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran penduduk, dan lain-lain.

Menurut skala yang dibuat, peta dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Peta kadaster, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 100 sampai dengan 1 : 5.000. Contoh: Peta hak milik tanah. 2. Peta skala besar, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 5.000 sampai dengan 1: 250.000. Contoh: Peta topografi 3. Peta skala sedang, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 250.000 sampai dengan 1 : 500.000. Contoh: Peta kabupaten per provinsi. 4. Peta skala kecil, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 500.000 sampai dengan 1 : 1.000.000. Contoh: Peta Provinsi di Indonesia. 5. Peta geografi, yaitu peta yang memiliki skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000. Contoh: Peta Indonesia dan peta dunia. StatPlanet Map Maker adalah aplikasi freeware untuk membuat peta dan grafik online berbasis flash secara interaktif dalam hitungan beberapa menit saja. Software Kartografi ini mungkin masih memiliki beberapa kekurangan, tetapi fungsionalitas yang ditawarkan menarik untuk dicoba. StatPlanet Map Maker menyediakan tools sederhana untuk kemudahan user membuat flash map secara rinci. Interface program ini mudah dipahami. Anda akan mendapatkan pengalaman baru membuat layout peta lebih intuitif. Disertakan pula User Manual yang mengajarkan cara input data milik Anda sendiri. Dengan demikian, kendali penuh atas tampilan peta adalah atas keputusan Anda.

Kemudahan fungsi input data ini adalah kemampuan untuk memasukkan data ke dalam spreadsheet dan meng-upload ke peta Anda. StatPlanet Map Maker juga mengkonversi data ke dalam grafik batang dengan tampilan grafik yang menawan.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA