Seseorang yang banyak beramal tetapi tidak dengan niat yang ikhlas maka amalan tersebut akan

Merdeka.com - Banyak ulama sering mengingatkan kita untuk melakukan segala sesuatunya dengan ikhlas. Meski sudah sering mendengar kajian atau ajakan untuk bertindak secara ikhlas, namun ini bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan.

Seorang ulama bernama Sufyan Ats Tsauri pernah berkata bahwa, "Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia berubah-ubah."

Ya, sulitnya kita untuk bertindak ikhlas dikarenakan hati kita yang sering berubah-ubah. Padahal, seperti yang kita tahu, setiap amalan atau ibadah yang kita lakukan, harus terdapat keikhlasan di dalamnya.

Anda juga harus ingat bahwa ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya amal. Allah SWT berfirman dalam salah satu ayatnya, yang artinya,

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al Bayyinah: 5).

Kita tahu bagaimana pentingnya ikhlas dalam setiap amalan. Tapi apa sebenarnya ikhlas, dan bagaimana cara untuk meraihnya? Dalam artikel kali ini, kami akan memberi penjelasan tentang ikhlas.

2 dari 3 halaman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ikhlas adalah bersih hati atau tulus hati. Secara bahasa, kata ikhlas artinya murni, tidak bercampur dengan yang lainnya. Maka dari itu, ikhlas adalah memurnikan sesuatu. Sedangkan secara terminologi ikhlas adalah mengerjakan amal perbuatan lillahi ta’ala, semata-mata karena Allah SWT, dan bukan karena faktor lainnya.

Kemudian, dikutip dari rumaysho.com, Abul Qosim Al Qusyairi mengatakan bahwa, "Ikhlas adalah menjadikan niat hanya untuk Allah dalam melakukan amalan ketaatan. Jadi, amalan ketaatan tersebut dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah. Sehingga yang dilakukan bukanlah ingin mendapatkan perlakuan baik dan pujian dari makhluk atau yang dilakukan bukanlah di luar mendekatkan diri pada Allah."

Sedangkan menurut Hudzaifah Al Mar’asiy, "Ikhlas adalah kesamaan perbuatan seorang hamba antara zhohir (lahiriyah) dan batin." Berkebalikan dengan riya’, yang merupakan amalan zhohir (yang tampak) lebih baik dari amalan batin yang tidak ditampakkan, ikhlas, minimalnya adalah sama antara lahiriyah dan batin.

Ulama lainnya, Al Harawi mengatakan bahwa "Ikhlas adalah, membersihkan amal dari setiap noda." Yang lain berkata, seorang yang ikhlas adalah, seseorang yang tidak mencari perhatian di hati manusia dalam rangka memperbaiki hatinya di hadapan Allah, dan tidak suka seandainya manusia sampai memperhatikan amalnya, meskipun hanya seberat biji sawi.

3 dari 3 halaman

Keikhlasan dalam hati tidak hanya membuat amal kebaikan kita diterima, tapi juga membuat kita mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Allah akan menolong umat ini karena sebab orang miskin, karena do’a orang miskin tersebut, karena shalat mereka dan karena keikhlasan mereka dalam beramal.” (HR. An Nasai).

Namun, untuk menimbulkan rasa ikhlas dalam hati bukanlah hal yang mudah. Berikut adalah beberapa cara meraih keikhlasan yang dapat membantu meningkatkan rasa ikhlas dalam hati.

Banyak Berdoa

Cara yang dapat menolong seorang hamba untuk ikhlas adalah dengan banyak berdoa kepada Allah SWT. Kita bisa melihat bagaimana Nabi kita Muhammad SAW, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah doa,

“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad).

Dikutip dari muslim.or.id, Umar bin Khattab juga sering memanjatkan doa seperti berikut, “Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku amal yang saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya karena ikhlas mengharap wajahmu, dan jangan jadikan sedikitpun dari amalanku tersebut karena orang lain.”

Menyembunyikan Amal Kebaikan

Cara lain yang dapat mendorong seseorang agar lebih ikhlas adalah dengan menyembunyikan amal kebaikannya. Seseorang bisa menyembunyikan amal-amal baik yang disyariatkan dan lebih utama, seperti shalat sunnah, puasa sunnah, dan lain-lain. Amal kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang lain dapat mendorong sifat ikhlas, karena tidak ada yang mendorongnya untuk melakukan kebaikan tersebut kecuali hanya karena Allah semata.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang artinya,

“Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya senantiasa terikat dengan mesjid, dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan, namun ia berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya.” (HR Bukhari Muslim).

Memandang Rendah Amal Kebaikan

Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa ridha dengan amal kebaikan yang dilakukan, yang pada akhirnya hal ini dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (berbangga diri) sehingga dapat merusak keikhlasan di dalam hatinya.

Semakin ujub seseorang terhadap amal kebaikan, maka semakin kecil dan rusak keikhlasan dari amal tersebut. Bahkan, pahala amal kebaikan tersebut dapat hilang sia-sia.

Sa’id bin Jubair pernah berkata, “Ada orang yang masuk surga karena perbuatan maksiat dan ada orang yang masuk neraka karena amal kebaikannya”. Ditanyakan kepadanya “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”. Beliau menjawab, “seseorang melakukan perbuatan maksiat, ia pun senantiasa takut terhadap adzab Allah akibat perbuatan maksiat tersebut, maka ia pun bertemu Allah dan Allah pun mengampuni dosanya karena rasa takutnya itu, sedangkan ada seseorang yang dia beramal kebaikan, ia pun senantiasa bangga terhadap amalnya tersebut, maka ia pun bertemu Allah dalam keadaan demikian, maka Allah pun memasukkannya ke dalam neraka.”

Kajian Online Penyejuk Iman (KOPI Ramadan) kembali digelar. Kali ini mengangkat tema mengikhlaskan amal. Ustadz Dr. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psi. dalam kajiannya mengulas tips agar selalu tenang dan bahagia setelah beramal. Menurutnya, perkara paling dasar adalah mengikhlaskan diri kepada Allah sebagai syarat utama diterimanya amal ibadah.

Ikhlas merupakan amalan hati yang perlu mendapatkan perhatian khusus secara mendalam dan dilakukan secara terus-menerus. Baik ketika hendak beramal, sedang beramal, maupun ketika sudah beramal. Hal ini dilakukan agar amalan yang dilakukan bernilai di hadapan Allah.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus ….”

Maksud dari agama yang lurus dari ayat tersebut adalah kita terjauhkan dari hal-hal syirik dan menuju kepada tauhid. Disinilah kedudukan ikhlas yang begitu penting dalam amal ibadah, agar amalan-amalan tidak sia-sia dan tidak mendapatkan azab di dunia maupun akhirat kelak.

Ustadz Sus Budiharjo dalam tausiyahnya memaparkan agar tidak berharap kepada manusia ketika beramal, melainkan berharap hanyalah kepada Allah. Caranya yakni dengan menanyakan kepada diri sendiri mengenai hal yang dilakukan. Apakah kita melakukan ini untuk teman, kerabat, kantor, bangsa, atau untuk Allah?

“Hal ini perlu dilakukan agar hati kita tertata untuk terus menumbuhkan rasa ikhlas di hati. Sehingga apabila mendapatkan cacian atau hinaan dari oranglain, kita tidak merasa sedih. Karena pada hakikatnya kita melakukan itu hanyalah untuk Allah,” terangnya.

Allah menyeru hamba-Nya dalam QS. Al-Ikhlas pada kalimat Qul atau katakanlah. “Mengatakan bahwa Allah itu Maha Esa dan semua yang dilakukan hanya untuk Allah, serta apapun yang telah dilakukannya diserahkan hanya kepada-Nya. Sebab tidak ada yang dapat disetarakan dengan-Nya,” jelasnya.

Ustadz Sus Budiharjo menambahkan, InsyaAllah dengan melakukan hanya karena-Nya, kita mencintai Allah dan sebaliknya. Jika kita diuji kita bersyukur, jika dikhianati kita bersyukur, sebab kita melakukannya hanya karena Allah. Untuk itu kita menjadi lebih tulus, ikhlas dan bahagia.

“Jangan menggantungkan amalan itu untuk mendapatkan pujian dari manusia. Alhamdulillah kalau dapat pujian, kalau dapat makian kita terima dan setelah itu memohon kepada Allah,” pungkasnya. (SF/RS)

sebutkan 5 makanan haram dan 5 minuman haram!!!!!no goglerapi​

6. ب ت ث ج yang termasuk huruf qalqalah adalah....... Dan....... Semoga di jawab ya karena bsk mau di nilai okeeeee! Mohon dibantu jawab ya okay!

5. با اصبر termasuk bacaan qalqalah...... Moga yang nomor 5 di jawab Semoga kalian dapat nilai dari SD

tolong dijawab ya teman brainly ​

tolong dijawab secepatnya ya​

tolong dijawab secepatnya ya​

Abu Bakar adalah khalifah pertama setelah rasulullah wafat beliau juga seorang sahabat rasulullah yang selalu mengikuti perbuatan Rasulullah ceritakan … kebiasaan rasulullah yang diteruskan Abu Bakar setelah rasulullah wafat

tolong dijawab secepatnya ya karena ini mau dikumpul besok, plis tolong ya ...?​

Tuliskan 5 Ceramah sholat tarawih dengan singkat dan jelas (judulnya bebas) ​

blh bntu jawab ng kak? plisss ​

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA