Prasasti kedukan bukit dari kerajaan sriwijaya berisi tentang

Halo anak Nusantara! Ingatkah kalian dengan nama Kerajaan Sriwijaya? Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan bercorak Buddha terbesar yang pernah ada di Indonesia. Sebagai kerajaan yang besar, Sriwijaya memiliki banyak peninggalan seperti Kitab, Candi, sampai Prasasti. Pada kesempatan kali ini, Munus akan membahas tentang salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya, yaitu Prasasti Kedukan Bukit. 

Jika kalian ingin tahu lebih dalam mengenai peninggalan berikut, simak pembahasan Munus di bawah ini!

Prasasti Kedukan Bukit, Bukti Berharga Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kedukan Bukit , Kota Palembang, Sumatera Selatan, atau lebih tepatnya di tepi Sungai Tatang. Prasasti ini merupakan salah satu bukti tersohornya Kerajaan Sriwijaya sekaligus bukti dari lahirnya Kerajaan Sriwijaya. Penemuan prasasti ini terjadi pada tanggal 29 November 1920 oleh C.J. Batenburg.

Prasasti Kedukan Bukit merupakan peninggalan dari raja Dapunta Hyang atau juga dikenal dengan Raja Sri Jayanasa. Beliau adalah raja pertama sekaligus pendiri dari Kerajaan Sriwijaya. Pada prasasti yang berbentuk seperti telur besar ini, tertulis tentang peristiwa lahirnya Kerajaan Sriwijaya.

Peristiwa yang pertama adalah Dapunta Hyang menaiki sebuah perahu menuju kuil Buddha dalam rangka merayakan Waisak. Setelah kedatangan pertamanya, Dapunta Hyang datang lagi sebulan kemudian dengan membawa 20.000 pasukan. Kemudian, Ia akhirnya mendirikan sebuah Kerajaan bernama Sriwijaya di tempat yang saat ini kita kenal sebagai Palembang.

Ukuran prasasti ini adalah 45 x 80 cm, ukuran yang cukup kecil jika dibandingkan kebanyakan prasasti dari kerajaan lain. Prasasti ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dengan huruf Pallawa. Saat ini, Prasasti Kedukan Bukit diletakkan di Museum Nasional, Jakarta dan pernah menjadi salah satu koleksi dalam Pameran “Kedatuan Sriwijaya The Great Maritime Empire” pada tahun 2017.

Baca Juga:  Perjanjian Renville: Diplomasi Berujung Kerugian

Isi Prasasti Kedukan Bukit

Berikut adalah isi Prasasti Kedukan Bukit dalam Bahasa Melayu Kuno dan Bahasa Indonesia.

Isi Prasasti Kedukan Bukit (sumber: Kompas)

1. Bahasa Melayu Kuno (Versi Asli)

svasti sri sakavastitta 605 ekadasi suklapaksa 

vulan vaisakha dapunta hiyam nayik di 

samvau mangalap siddhayatra di saptami suklapaksa 

vulan jyestha dapunta hiyam marlapas dari minana 

tamvan mamava yam vala dua laksa dangan kosa

duaratus cara di samvau danan jalan sarivu 

tluratus sapulu dua vañakña datam di mata jap mukha upam 

sukhacitta di pañcami suklapaksa vulan… asadha 

laghu mudita datam marvuat vanua … 

srivijaya jaya siddhayatra subhiksa nityakala!

2. Bahasa Indonesia (Terjemahan)

Selamat! Tahun Saka telah lewat 605, pada hari ke sebelas paro-terang bulan Waisakha Dapunta Hiyang naik di sampan mengambil siddhayatra. 

Pada hari ke tujuh paro-terang bulan Jyestha Dapunta Hiyang berlepas dari Minanga untuk membawa bala tentara 20.000 dengan perbekalan 200 peti di sampan dengan diiringi sebanyak 1312 orang berjalan kaki datang ke hulu Upang dengan sukacita. 

Pada 15 hari pertama bulan asadha dengan lega gembira datang membuat benua… 

srivijaya jaya siddhayatra subhiksa nityakala!

Maksud Dari Isi Prasasti Kedukan Bukit

Maksud dari isi prasasti tersebu menyatakan bahwa pada tanggal 11 Waisaka 604 Dapunta Hyang, Raja Sriwijaya, menaiki perahu suatu tempat untuk bertemu para pasukannya yang baru saja menaklukkan Minanga. Pada tanggal 7 Jesta, Dapunta Hyang membawa pasukannya dari Minanga kembali ke ibu kota dengan perasaan sukacita. Setelah tiba di ibu kota, Dapunta Hyang memberi perintah untuk membangun sebuah vihara sebagai bentuk rasa syukur dan kegembiraan atas kemenangan pasukannya.   

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Lainnya

Selain Prasasti Kedukan Bukit, Kerajaan Sriwijaya juga memiliki berbagai peninggalan lainya. Berikut adalah beberapa peninggalan lainnya.

Baca Juga:  6 Ancaman di Bidang Sosial Budaya, Contoh, & Cara Menyikapinya

1. Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu (sumber: Dictio Community)

Prasasti Telaga Batu ditemukan pada tahun 1935 yang berlokasi tidak jauh dari sekitar kolam Telaga Biru, Palembang, Sumatera Selatan. Saat ini, Prasasti Telaga Batu tersimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, dengan nomor inventaris D.155. Pada Prasasti Telaga Batu tertulis himbauan tentang kutukan bagi siapa saja yang tidak patuh dan melawan perintah raja. Prasasti ini diduga dibuat pada sekitar tahun 686 masehi.

2. Prasasti Talang Tuo

Prasasti Talang Tuo (sumber: Wikipedia)

Prasasti Talang Tuo ditemukan di Talang Tuo, bagian barat dari Kota Palembang. Prasasti ini ditulis pada tahun 606 Saka atau 684 Masehi. Pada awalnya, Prasasti Talang Tuo ditemukan oleh seorang petani, lalu diberikan pada pamong praja Belanda, yaitu  Louis Constant Westenenk. Dalam prasasti ini, terdapat syair tentang pembuatan taman Sriksetra, yang dibangun atas perintah Dapunta Hyang, serta beberapa doa doa agama Buddha. Ukuran prasasti ini sebesar 50 x 80 cm, dan saat ini tersimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.

3. Prasasti Karang Berahi

Prasasti Karang Berahi (sumber: Wisato ID)

Prasasti Karang Berahi ditemukan di Desa Kerang, Kabupaten Merangin, Jambi. Prasasti ditemukan pada tahun 1904 oleh L. Berkhout. Pada prasasti ini tertulis angka 608 Saka atau 686 masehi, yang menunjukkan tahun pembuatan prasasti ini, dan tertulis dalam bahasa Melayu kuno menggunakan huruf Pallawa. 

Isi dari prasasti ini adalah permohonan kepada dewa supaya Kerajaan Sriwijaya selalu dijaga. Selain itu, prasasti ini juga berisi kutukan kepada para pengkhianat kerajaan. Prasasti Karang Berahi adalah satu satunya prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berada di Jambi. Jambi adalah daerah strategis sebagai jalur perdagangan dan pelayaran di Selat Malaka.

4. Prasasti Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur (sumber: Jelajah Bangka)

Seperti namanya, Prasasti Kota Kapur ditemukan di daerah Kota Kapur yang terdapat di pesisir barat dari Pulau Bangka. Prasasti ini diduga sudah ada sejak tahun 608 Saka atau 686 masehi, sesuai dengan angka yang tertera pada prasasti. Bentuk prasasti ini berupa tiang batu bersurat, serta tulisan yang dipakai dalam bahasa Melayu Kuno. Isi dari prasasti ini adalah hukuman bagi para pengkhianat raja.

Baca Juga:  7 Tempat Yang Bisa Jadi Tujuan Wisata di Hari Kemerdekaan

5. Candi Muara Takus

Candi Muara Takus (sumber: Batiqa Hotels)

Candi Muara Takus berada di muara Sungai Kampar Kanan, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Candi ini adalah peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya dan bercorak Buddha. Hal ini dapat dilihat dari bentuk candi yang berupa stupa dan temuan beberapa fragmen yang bertuliskan mantra dalam agama Buddha.

Para peneliti mengatakan bahwa candi ini sudah dibangun sekitar abad 13-14. Dalam kompleks Candi Muara Takus, terdapat empat buah bangunan lain, yaitu Candi Sulung, Candi Bungsu, Stupa Palangka, dan Mahligai, serta beberapa reruntuhan yang masih dipertanyakan bentuk aslinya.

Baca juga: Kerajaan Sriwijaya: Sejarah, Peninggalan, Masa Kejayaan dan keruntuhannya

Demikian penjelasan Munus tentang Prasasti Kedukan Bukit serta beberapa peninggalan Kerajaan Sriwijaya lainnya. Jika kalian ingin tahu lebih banyak tentang kerajaan Buddha terbesar di Indonesia ini, kalian dapat juga melihat beberapa peninggalannya yang saat ini sudah berada di Museum Nasional. Belajar sejarah tidak selalu harus membosankan, kok.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA