Penerapan pola hidup dalam mengurangi sampah

Upaya mengolah sampah secara global dikenal dengan metode 3R atau Reduce (kurangi), Reuse (gunakan kembali), Recycle (daur ulang. Ini adalah upaya bertahap, yang diawali ketika sampah belum diproduksi. Bukan upaya yang dilakukan setelah sampah muncul.

Reduce atau kurangi menjadi langkah pertama yang harus dilakukan. Ini adalah aksi nyata sebelum sampah ada. Ini adalah upaya preventif atau pencegahan agar sampah tidak dihasilkan. 

Contoh aksi reduce adalah adalah membawa tas belanja yang awet atau bisa berulang kali pakai daripada kresek yang biasanya hanya sekali pakai. Bisa juga dengan tidak menggunakan sedotan plastik saat minum, dan menggunakan wadah makan/minum yang berulang kali pakai.

Banyak lagi contoh aksi reduce yang bisa digunakan. Termasuk memilih menggunakan produk tanpa kemasan non organik, menggunakan sabun cuci organik perabotan dapur dari organik seperti jeruk nipis atau nanas daripada produk industri yang banyak dijual di pasaran.

Yang perlu diwaspadai dari aksi reduce ini adalah produk yang tidak memperhatikan kualitas. Contohnya tas belanja non kresek (plastik) seperti tas berbehan kain keras atau kain tapi kualitas pembuatan (jahitan) jelek. 

Bahan non plastik yang kualitas pembuatannya  buruk tentu akan membuat produk itu tidak awet. Ini akan jauh lebih berbahaya, karena bahan yang digunakan lebih tidak ramah lingkungan dan butuh waktu lebih lama untuk terurai di dalam tanah daripada plastik.

Tantangannya adalah melibatkan jutaan dan miliaran penduduk Bumi ini agar menerapkan aksi reduce sampah. Sebab, kebanyakan manusia lebih suka menerapkan gaya hidup serba instan yang biasanya identik dengan produk berkemasan non organik sekali pakai. 

Bagaimana aksi reduce dalam pengolahan sampah menurut kalian?

Penulis: Mochamad Zamroni

Jumlah sampah terus bertembah seiring dengan berjalannya waktu. Jika tidak ditanggulangi, maka bukan hal yang tak mungkin jika sampah memenuhi seluruh permukaan Bumi. Oleh karena itu manusia mulai melaukan pengelolaan sampah.

Dalam pengelolaan sampah dikenal prinsip 3R yaitu reduce, reuse, dan recycle. Apakah pengertian sesungguhnya dari prinsip 3R dan apa manfaatnya bagi kehidupan?

Untuk mengetahuinya yuk kita simak penjelasan di bawah ini:

Reduce

Reduce atau mengurangi adalah prinsip pertama yang paling mendasar

dari pengelolaan sampah. Reduce berarti mengurangi sampah sejak awal.

Misalnya daripada menggunakan kantong plastik yang sekali pakai, lebih baik menggunakan kantong belanja yang bisa berkali-kali digunakan.

Contoh lain dari reduce adalah tidak membiarkan keran air mengalir begitu saja saat mandi maupun menggosok gigi, mematikan lampu, kipas angin, dan juga pendingin ruangan ketika tidak dibutuhkan, dan membawa alat makan sendiri daripada menggunakan kemasan sekali pakai.

Dilansir dari United States Environmental Protection Agency, manfaat melakukan reduce adalah mencegah polusi baru yang disebabkan pengurangan kebutuhan, menghemat energi, mengurangi emisi gas rumah kaca, mengurangi sampah yang harus di daur ulang, dan memungkinkan produk digunakan secara maksimal.

Prinsip reduce juga mendorong manusia untuk lebih dapat memahami kebutuhannya. Dibanding membeli barang yang diinginkan namun tidak berguna dan akan menjadi sampah. Prinsip reduce menekan sikap konsumtif manusia dan otomatis membuat manusia hidup lebih hemat.

Reuse

Reuse atau menggunakan kembali adalah prinsip kedua dalam pengelolaan sampah. Dilansir dari A Singapore Government Agency Website, reduce adalah prinsip untuk mempertimbangkan dahulu barang sebelum dibuang dan memperkirakan kemungkinannya untuk digunakan kembali.

Misalnya menggunakan botol plastik bekas sebagai tempat menyimpan cairan pembersih lantai atau sembagai penyiram tanaman.
Menggunakan ban bekas sebagai ayunan, membeli sampo atau sabun mandi dalam bentuk kemasan refill dan mengisikannya lagi ke botol sebelumnya, juga termasuk ke dalam reuse. Reuse juga mengajarkan manusia untuk memilah sampah yang masih bisa digunakan.

Pakaian bekas yang masih layak pakai bisa disumbangkan, begitu juga dengan peralatan listrik, buku, dan furnitur yang diganti karena bosan atau rusak sedikit. Selain mengurangi sampah, barang-barang tersebut juga dapat bermanfaat bagi orang lain.

Memperbaiki barang yang rusak dibanding membeli barang baru juga merupakan prinsip dari reuse. Beberapa barang bekas juga bisa dijual ke toko barang bekas sehingga reuse juga memberikan keuntungan ekonomi bagi yang menerapkannya.

Recycle

Prinsip 3R yang terakhir adalah recycle atau daur ulang. Daur ulang adalah proses mengubah sampah atau barang bekas menjadi bahan baku untuk membuat barang yang baru.

Mendaur ulang kembali adalah salah satu usaha untuk mengatasi limbah

yang semakin banyak setiap harinya. Selain itu juga bertujuan untuk mengurangi penggunaan sumber daya serta energi yang baru, sehingga penggunaan sumber daya menjadi lebih efisien.

Penggunaan barang bekas daripada bahan mentah sebagai bahan baku pembuatan produk baru dapat menghemat sumber daya alam dan energi. Dilansir dari Stanford Land, Buildings & Real Estate, manufaktur kaleng alumunium daur ulang menggunakan 95% energi lebih sedikit daripada manufaktur kaleng alumunium yang sama dengan bahan baku bauksit dari alam.

Misalnya mendaur ulang kertas bekas menjadi kertas baru, mendaur ulang plastik menjadi produk seni kriya, dan juga mendaur ulang berbagai material seperti logam dan kaca untuk menjadi barang baru yang dapat digunakan kembali.

Recycle bermanfaat untuk melestarikan sumber daya alam, mengurangi jumlah limbah, sampah, dan polusi, menghemat energi, menghemat uang, dan juga menciptakan lapangan pekerjaan baru terutama di industri daur ulang.

Sumber:
//www.kompas.com/skola/read/2021/06/18/152847169/mengenal-reduce-reuse-recycle-dan-manfaatnya?page=all#page2

Posted on: 19/06/2021, by : admin

Gaya hidup modern mendorong manusia untuk terus menerus membutuhkan banyak barang. Kita nggak sadar kalau membeli barang sama saja menghasilkan sampah, apalagi barang sekali pakai. Aktivitas manusia semakin beragam setiap harinya, dan semakin banyak pula barang dan produk yang dibeli sehingga sampah yang dihasilkan sudah melebihi dari kemampuan alam untuk menyerapnya.

Kita lupa bahwa lautan dan sungai sudah tercemar, serta miliaran ton tumpukan sampah yang dihasilkan manusia tidak bisa terurai atau didaur ulang. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah meluap dan tidak lagi bisa menampung timbunan sampah. Longsor sampah pernah terjadi di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, pada tahun 2005. Sebanyak 143 orang terkubur dalam longsor sampah dan tidak kurang dari 86 rumah lenyap ditelan sampah.

Studi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa hanya 7% sampah di Indonesia yang dapat dikompos dan didaur ulang, dan 69% produksi sampah hanya ditimbun di TPA dan produksi sampah harian bisa mencapai ratusan ribu ton!

Menyadari sistem pengolahan sampah di Indonesia yang belum maksimal dan gaya hidup modern dan konsumtif yang destruktif terhadap alam, pada akhirnya kita sudah tiba dalam kondisi dimana zero waste sangat diperlukan, demi kejar mimpi menyelamatkan bumi dan generasi manusia selanjutnya.

Mengapa gaya hidup zero waste dibutuhkan?

Saat ini masyarakat dunia sedang hidup dalam ekonomi linear, dimana sumber daya alam diambil untuk dikelola menjadi produk, dan limbahnya tidak didaur ulang atau digunakan kembali. Timbunan limbah pun melonjak.

Konsep ekonomi linear adalah "Ambil - Pakai - Buang" yang berdampak buruk untuk lingkungan

Ekonomi linear juga berdampak besar Indonesia telah mengalami urbanisasi dan pembangunan ekonomi yang berhasil mengangkat jutaan orang dari kemiskinan. Daya beli dan pola konsumsi meningkat, tingkat produksi setiap tahunnya bertambah karena permintaan pasar, sehingga berdampak kepada kualitas udara, kesehatan manusia dan jumlah produksi sampah yang dihasilkan.

Riset dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyimpulkan bahwa produksi sampah nasional di Indonesia mencapai 175.000 ton per hari. Rata-rata satu orang penduduk Indonesia menyumbang sampah sebanyak 0.7kg per hari. Jika dikalkulasi dalam skala tahunan, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 64juta ton!

Indonesia termasuk ke dalam 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Banyaknya penduduk yang tinggal di sebuah negara tentunya akan menumpulkan sejumlah persoalan, diantaranya adalah produksi sampah dan pengolahannya. Oleh karena itu, zero waste sangat dibutuhkan untuk menjadi solusi terhadap permasalahan sampah.

Apa itu zero waste?

Zero waste atau bebas sampah adalah sebuah konsep yang mengajak kita untuk menggunakan produk sekali pakai dengan lebih bijak untuk mengurangi jumlah dan dampak buruk dari sampah. Tujuannya adalah agar sampah tidak berakhir di TPA, menjaga sumber daya dan melestarikan alam.

Metode zero waste adalah 5R, yaitu Refuse (menolak), Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang) dan Rot (membusukkan sampah). 5R ini menjadi pegangan untuk membentuk gaya hidup tanpa sampah dan menggunakan sumber daya alam secara bijaksana.

Tidak sedikit yang pesimis dan sarkastik dengan istilah nol sampah dan menganggap bahwa itu tidak mungkin dilakukan. Mana mungkin manusia hidup di zaman modern seperti ini tidak menghasilkan sampah? Tidak mudah untuk mengaplikasikan gaya hidup nol sampah di tengah infrastruktur dan masyarakat yang belum mendukung. Masih banyak kita temukan makanan dan minuman dengan plastik di pasar atau supermarket.  

Perlu kamu ketahui bahwa gaya hidup zero waste bukan berarti mengkriminalkan barang-barang plastik, barang sekali pakai dan sejenisnya. Konsep zero waste lebih kepada pengendalian diri kita untuk tidak lagi konsumtif dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Kita menjadi lebih sadar terhadap apa yang kita beli dan konsumsi, dan bagaimana dampaknya terhadap lingkungan.

Karena zero waste adalah gaya hidup, tentunya butuh proses untuk menjalaninya. Lakukan perlahan, tapi pasti dan konsisten. Hal yang bisa kamu lakukan di awal adalah perbanyak literasi, update dengan informasi terkait kondisi lingkungan kita. Kesadaran terhadap dampak untuk lingkungan yang akan didapat dengan kita mengaplikasikan gaya hidup zero waste di kehidupan sehari-hari akan menjadi motivasi untuk menerapkan gaya hidup bebas sampah ini.

Apa saja manfaat zero waste?

1. Minim sampah

Karena tujuan utama zero waste adalah mengurangi dan mengeliminasi sampah, tentunya manfaat utama yang paling dirasakan adalah produksi sampah menjadi berkurang.

2. Kamu jadi sehat

Menerapkan gaya hidup zero waste akan membuat kamu jadi lebih sehat. Kamu tidak lagi mengonsumsi makanan instant dalam kemasan dan beralih ke makanan non kemasan seperti sayuran dan buah. Kamu akan lebih memprioritaskan makanan yang kamu konsumsi dan tidak membeli jajanan makanan ringan dalam kemasan yang tidak perlu.

3. Hemat

Karena kamu tidak lagi mengonsumsi makanan instant dalam kemasan yang menghasilkan sampah plastik, kamu akan beralih ke belanja sayuran dan buah di pasar. Gaya belanja kamu akan lebih banyak perhitungan karena sebisa mungkin kamu akan membeli makanan tanpa kemasan, yang lebih banyak didapatkan di pasar tradisional dengan harga yang murah.

Bagaimana langkah sederhana memulai gaya hidup zero waste?

Karena tujuan utama gaya hidup zero waste adalah untuk membuat sampah tidak terkirim atau berakhir di TPA, maka langkah utama untuk memulai gaya hidup bebas sampah adalah dengan meminimalisir dan memanfaatkan kembali sampah yang kamu hasilkan agar siklus hidupnya lebih panjang.

Berikut adalah langkah sederhana untuk menerapkan gaya hidup zero waste:

1. Memanfaatkan Barang yang Tidak Dipakai

Beberapa dari kita mungkin berpikir untuk membeli barang baru demi gaya hidup zero waste. Sebenarnya kamu bisa memanfaatkan barang-barang yang kamu miliki dan masih bisa dipakai berulang kali. Misal kamu sulap baju bekas menjadi tas belanja sendiri. Dengan begitu kamu tidak perlu menambah jumlah barang di rumah.

2. Membeli makanan secukupnya

Percaya atau tidak, Indonesia ternyata negara yang memproduksi sampah makanan terbesar kedua di dunia, lho! Beli makanan sesuai porsimu dan jangan berlebihan. Selalu bawa wadah makanan saat kamu sedang makan di luar rumah untuk menampung makanan yang tersisa untuk kamu konsumsi lagi nanti.

3. Think Before You Buy It

Kita pasti selalu mencari atau membeli barang yang praktis dan kadang tergoda dengan keinginan impulsive kita. Akhirnya kita tidak berpikir panjang, apakah ini kebutuhan atau keinginan dan kemana perginya barang ini setelah dikonsumsi. Coba deh mulai menjadi smart consumer dengan hanya membeli barang yang kamu butuhkan saja dan menolak bungkusan atau kantung plastik.

Selain lebih hemat, kamu juga mengurangi jejak karbon. Bonusnya, kamu jadi lebih bahagia karena hidup kamu lebih sederhana tanpa banyak barang di sekeliling kamu.

4. Mulai memisahkan Sampah Organik dan Anorganik

Meskipun kita masih menghasilkan sampah, tapi setidaknya kita bisa membantu mengurangi dan mengolah sampah dengan memisahkan tempat sampah organik dan anorganik.

Sampah organik adalah sampah yang bisa diuraikan seperti sayuran, sisa makanan, dan buah-buahan. Sedangkan sampah anorganik itu sampah kering seperti kertas, botol, kaca, atau bekas kemasan plastik sabun cuci, yang bisa didaur ulang. Setelah dikumpulkan, cari bank sampah di kotamu seperti waste4change, banksampah.id atau lainnya yang menerima sampah kering ataupun organik untuk diolah lagi.

Gaya hidup zero waste membantu kita untuk mengevaluasi gaya hidup dan melihat bagaimana sesuatu yang kita konsumsi bisa berdampak terhadap lingkungan. Bumi, tempat satu-satunya manusia tinggal, saat ini sedang dalam kondisi kritis. Yuk kita saling mengingatkan dan belajar untuk lebih peduli dan berbuat sesuatu terhadap kelangsungan bumi kita. Menerapkan gaya hidup zero waste adalah salah satunya.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA