Mengapa sesama muslim harus saling menghormati

Menghargai Terhadap Sesama Muslim – Salah satu sikap penting yang harus ditanamkan dalam diri setiap Muslim adalah sikap menghormati dan menghargai orang lain. Menghormati dan menghargai orang lain merupakan salah satu upaya untuk menghormati dan menghargai diri sendiri. Bagaimana orang lain mau menghormati dan menghargai diri kita, jika kita tidak mau menghormati dan menghargainya. Cara mengormati dan menghargai orang lain pun berbeda tergantung dalam keberagaman masing-masing.

Menghargai Terhadap Sesama Muslim – Penghormatan kepada orang lain yang dilakukan Nabi Muhammad SAW menimbulkan pengaruh besar dan membawa seseorang menjadi Muslim. Menghormati orang lain, dapat pula diungkapkan dalam hal yang mungkin dianggap sepele, di antaranya dengan bersikap ramah.

Lewat sikap ramah ini, melahirkan persatuan yang kuat di dalam tubuh umat. Rasul pun menyatakan agar Muslim tak menganggap remeh kebaikan walaupun hanya dengan menampakkan wajah ramah. Bisa kita ambil contoh dan teladan dari kesan Jarir bin Abdullah selama bergaul dengan Rasul.

“Sejak masuk Islam, saya melihat wajah Rasul selalu tersenyum ramah. Demikian terungkap dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Shaleh Ahmad Asy-Syaami, menyampaikan penjelasan lain mengenai sikap menghormati orang. Jika diberi hadiah, Rasul akan menerimanya dan membalasnya dengan yang lebih baik.

Sebaliknya, saat menolak sebuah pemberian, dia akan menyampaikan permintaan maaf kepada orang yang ingin memberinya hadiah tersebut. Seperti yang ia katakan kepada sahabatnya Sha’b bin Jatstsamah. Waktu itu, Sha’b mau agar Rasul menerima pemberian daging hasil buruannya, namun ditolaknya.

Rasul menjelaskan, ia tak bersedia menerima bukan karena tidak suka Sha’b, tetapi karena sedang berihram. Selain itu, utusan Allah ini selalu mendoakan orang yang berbuat baik kepadanya sesuai dengan kondisi orang bersangkutan. Dikisahkan, Ibnu Abbas membantunya dengan memberikan air wudhu.

Kemudian, Rasul mendoakan agar Ibnu Abbas menjadi orang yang ahli dalam agama dan menguasai tafsir Alquran. Pada waktu lain, Abu Qatadah pernah menjaga tubuh Rasul yang sedikit miring dari tunggangannya pada malam hari agar tak jatuh. Rasul mendoakan agar Allah menjaga Abu Qatadah seperti Dia menjaga nabi-Nya.

Terhadap orang lain sesama Muslim, kita harus membina tali silaturahmi dan memenuhi hak-haknya seperti yang dijelasakan dalam hadist Nabi Muhamad SAW. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim ditegaskan, Nabi SAW bersabda:

“Hak seorang Muslim terhadap Muslim lainnya ada lima, yaitu 1) apabila bertemu, berilah salam kepadanya, 2) mengunjunginya, apabila ia (Muslim lain) sedang sakit, 3) mengantarkan jenazahnya, apabila ia meninggal dunia, 4) memenuhi undangannya, apabila ia mengundang, dan 5) mendoakannya, apabila ia bersin,” (H.R. al-Bukhari dan Muslim). Kita harus membina dan memperkuat persaudaraan sesama Muslim, karena persaudaraan sesama Muslim diibaratkan satu bangunan yang bagian-bagiannya saling menguatkan (H.R. al-Bukhari dan Muslim), atau bagaikan suatau badan yang jika anggotanya sakit akan terasa pada bagian lainnya (H.R. al-Bukhari dan Muslim). Selebihnya, di antara sesama Muslim tidak boleh saling menghina dan mengkhianati, sebaliknya diantara mereka harus saling mencintai seperti mencintai dirinya sendiri.

Dengan demikian, janganlah perbedaan pendapat menjadikan tali persaudaraan terputus. Sebab tidak ada kemuliaan pada sikap diri merendahkan sesama, apalagi merasa diri yang paling benar untuk selanjutnya memaki-maki bahkan melucuti kehormatan sesama Muslim.

Sebaiknya berupaya agar tetap bisa saling merendahkan diri. Rasulullah bersabda, “Tidaklah seseorang merendahkan diri di hadapan Allah melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim).

Hanya dengan sikap demikian, perintah Allah yang bersifat strategis dalam upaya membangun kekuatan umat bisa dilaksanakan dengan baik dan tersistem.

‌ۘوَتَعَاوَنُواْعَلَىٱلۡبِرِّوَٱلتَّقۡوَىٰ‌ۖوَلَاتَعَاوَنُواْعَلَىٱلۡإِثۡمِوَٱلۡعُدۡوَٲنِ‌ۚوَٱتَّقُواْٱللَّهَ‌ۖإِنَّٱللَّهَشَدِيدُٱلۡعِقَابِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Ma’idah [5]: 2).

Jadi, mari tetap menjadi pribadi yang benar dengan tidak membiarkan sesama terjerumus pada ketidakbenaran. Andai pun harus bereaksi dengan sikap keras, tetaplah itu diorientasikan pada terwujudnya semangat ukhuwah, bukan permusuhan.

Semoga Allah senantiasa membimbing diri kita untuk senantiasa menghormati, menghargai sesama Muslim, sehingga dengan demikian barisan umat Islam semakin kuat dalam segala sisi kehidupan. Wallahu a’lam.

Islam mengajarkan agar sesama manusia saling menjalin kasih sayang dan atau mencintai. Dalam sebuah hadits nabi dikatakan bahwa, tidak sempurna iman seseorang hingga yang bersangkutan sanggup mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Seseorang tidak akan mungkin mau dirinya susah, menderita, menanggung kerugian, dan apalagi celaka. Begitu pula, sebagai bentuk kecintaan terhadap sesama, semestinya orang lain pun tidak boleh menanggung perasaan yang ia sendiri membencinya itu.

Ajaran yang sedemikian mulia itu, ternyata belum selalu ditangkap oleh umatnya. Seseorang telah mengaku sebagai seorang muslim dan beriman, tetapi perilaku sehari-harinya tatkala bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain ternyata belum menunjukkan sifat yang mulia itu. Mereka telah mengucapkan dua kalimah syahadah, dan juga menjalankan shalat secara tertib, akan tetapi sifat kasih sayang kepada sesama, dan bahkan pada kalangan terdekat sekalipun belum mampu ditampakkan.

Atas dasar kenyataan itu, maka seringkali muncul kritik atau bahkan juga autokritik dari kaum muslimin sendiri, mengapa keber-Islaman seseorang belum mampu melahirkan sikap-sikap mulia yang seharusnya dikembangkan itu. Dalam sebuah diskusi rutin yang pernah saya ikuti, yang pada kesempatan itu dihadiri oleh para cendekiawan muslim dari beberapa kampus, muncul seseorang yang memberikan kritik terhadap kehidupan kaum muslimin sedemikian tajamnya.

Ia (seorang yang melakukan autokritik itu) membandingkan kehidupan kaum muslimin dengan kehidupan di Barat. Dikatakan bahwa kehidupan di negara-negara maju itu sangat beradab. Ia mencontohkan bagaimana lingkungan dijaga kebersihannya, di pusat-pusat pelayanan umum orang tidak merasa diganggu, kualitas selalu dijaga, demikian pula kejujuran dan keadilan selalu dikedepankan. Mereka juga mampu bekerja secara profesional. Setelah menguraikan apa saja yang diamati di Barat, ia mengajak membandingkannya dengan apa yang tampak di masyarakat yang sehari-hari berbicara tentang Islam.

Saya menangkap, peserta diskusi yang melakukan autokritik terhadap kehidupan kaum muslimin dimaksud merasa kecewa. Ia melihat ada jarak yang sedemikian jauh antara idealitas ajaran Islam dengan perilaku sehari-hari yang ditampakkan oleh kaum muslimin sendiri. Dia mengatakan, orang barat atau negara-negara maju tanpa berbicara tentang Islam, akan tetapi sudah sangat Islami. Sementara orang yang sehari-hari membicarakan tentang keindahan Islam tetapi sehari-hari belum menampakkan perilaku Islami.

Kesenjangan antara keindahan ajaran dan perilaku sehari-hari dari umatnya tersebut sebenarnya bukan persoalan sederhana. Keindahan ajaran itu semestinya tergambar atau tampak pada kehidupan sehari-hari. Akan tetapi sayangnya, jarak itu masih tampak dan terasa secara jelas. Orang yang sehari-hari menjalankan shalat, puasa, dan bahkan juga haji, tetapi perilaku mereka belum sebagaimana yang diajarkan oleh ibadah shalat, puasa, dan haji. Kesenjangan itu masih tampak dan bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari di mana-mana.

Antar sesama semestinya saling mencintai, hormat menghormati, bekerjasama dalam menjalankan kebaikan, dan bertolong menolong. Nilai-nilai agung dan mulia itu ternyata belum selalu tampak dalam kehidupan sehari-hari. Setelah shalat, berpuasa, dan ibadah haji lewat, maka seolah-olah nilai ajaran itu juga boleh dilewatkan. Padahal seharusnya, semua kegiatan ritual itu membekas dalam kehidupan sosialnya. Orang mengatakan kesalehan ritual seharusnya diikuti oleh kesalehan sosial dan bahkan juga kesalehan intelektual. Namun nyatanya, kesenjangan itu masih ada di mana-mana.

Kecintaan terhadap dirinya sendiri, hartanya, jabatannya, dan kedudukannya, ternyata belum berhasil diimbangi dengan kecintaannya terhadap sesama. Bahkan sebaliknya, sedemikian tinggi kecintaan terhadap hal-hal yang terkait dengan dirinya sendiri itu memunculkan kebenciannya terhadap orang lain. Orang lain dibenci oleh karena dianggap mengganggu, menjadi pesaing, dan keberadaannya tidak menguntungkan dirinya. Padahal, Islam mengajarkan sebaliknya. Antar sesama harus saling mengenal, memahami, menghargai, menjalin kasih sayang, dan saling tolong menolong dalam kebaikan.

Melihat kenyataan tersebut, sebagai seorang pendidik, kiranya merasakan ada pertanyaan mendasar, yaitu apa sebenarnya yang kurang tepat dari pendidikan Islam selama ini. Di sekolah para siswa sudah diajari ilmu tauhid, fiqh, tarekh, akhlak dan tasawwuf. Demikian pula di perguruan tinggi Islam dibuka fakultas syari'ah, fakultas ushuluddin, fakultas tarbiyah, fakultas dakwah, dan fakultas adab. Pertanyaannya adalah, apakah yang masih tersisa dari semua itu. Adakah nilai-nilai kemanusiaan yang bersumber dari kitab suci dan tauladan nabi yang sebenarnya amat penting tetapi masih belum tersampaikan.

Atas pertanyaan tersebut, saya mencoba menjawab secara sederhana, yaitu jangan-jangan kekurangan itu terletak pada hal yang mendasar. Yaitu misalnya, selama ini belum diajarkan tentang bagaimana Nabi Muhammad membangun peradaban masyarakat Madinah, yakni selalu mengedepankan kasih sayang dan mencintai antar sesama. Selain itu bahwa, mereka sudah diajari tentang shalat, zakat, puasa, haji, halal, haram, makruh, sunnah, dan mubah, tetapi belum ditanamkan jiwa bagaimana seharusnya umat Islam mengembangkan ilmu pengetahuan, menjadi manusia unggul, jujur dan adil, dan juga harus selalu bekerja secara profesional. Wallahu a'lam.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA