Kita tidak seharusnya bersikap sombong apabila mempunyai suatu kelebihan

Mengatasi Sifat Sombong, Ini Enam Nasihat Imam Al-Ghazali

Seorang mukmin sudah seharusnya membenamkan sifat sombong dan angkuh.

Jumat , 13 Mar 2020, 03:21 WIB

Republika/Agung Supriyanto

Kesombongan hanya akan membawa kita pada kehancuran. Kita harus belajar dari kisah Iblis. (ilustrasi).(Republika/Agung Supriyanto)

Red: Heri ruslan

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Abdillah


Haritsah bin Wahb berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Maukah kalian aku beri tahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang kasar, rakus, dan sombong." (HR Bukhari dan Muslim). Hadis ini menjelaskan tentang bahayanya sifat sombong. Kesombongan merugikan pelakunya di dunia dan juga di akhirat kelak. Tiga perilaku buruk tersebut akan membawa manusia menjadi penghuni neraka.

Kesombongan hanya akan membawa kita pada kehancuran. Kita harus belajar dari kisah iblis. Iblis itu hebat. Namun, dia sombong dan angkuh; merasa diri lebih baik dari nabi Adam AS. Akhirnya, dia diusir dari surga-Nya Allah. Allah SWT berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina." (QS al-A’raf: 13).

Apabila kita diberikan kekayaan, misalnya, terkadang kita juga merasa hebat dari orang yang tak punya. Padahal, kekayaan dan kemiskinan sejatinya hanyalah ujian dari Allah untuk manusia, untuk melihat seberapa baik orang kaya dan seberapa sabar orang miskin. Oleh sebab itu, sungguh tak elok jika kita melukai hati manusia lain dengan kekayaan dan jabatan yang sejatinya adalah titipan. Rasulullah SAW bersabda: “Cukuplah seseorang dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya yang Muslim.” (HR Muslim).

Seorang mukmin sudah seharusnya membenamkan sifat sombong dan angkuh. Kita harus merendahkan hati agar tak dibenci Allah yang Mahasuci. Untuk mengatasi kesombongan dan keangkuhan, Imam al-Ghazali menyampaikan enam nasihat. Pertama, jika berjumpa dengan anak-anak, anggaplah bahwa anak-anak tersebut lebih mulia daripada kita karena mereka belum banyak melakukan dosa. Kedua, apabila bertemu dengan orang tua, anggaplah ia lebih mulia daripada kita karena dia sudah lama beribadah.

Ketiga, jika berjumpa dengan orang alim, anggaplah dia lebih mulia daripada kita karena mereka telah mempelajari dan mengetahui banyak ilmu. Keempat, jika melihat orang bodoh, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita karena mereka melakukan dosa dalam kebodohan, sedangkan kita melakukan dosa dalam keadaan mengetahui. Kelima, apabila melihat orang jahat, jangan anggap kita lebih mulia karena mungkin suatu hari nanti dia akan bertobat atas kesalahannya. Keenam, apabila bertemu dengan orang kafir, katakan di dalam hati bahwa mungkin suatu hari nanti mereka akan mendapatkan hidayah dan memeluk Islam sehingga segala dosa mereka akan diampuni oleh Allah.

Nasihat Imam al-Ghazali mengajarkan kita agar rendah hati dan tidak merasa lebih baik daripada orang lain. Orang mukmin adalah mereka yang selalu rendah hati dan menghargai manusia lainnya. Allah SWT berfirman: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS al-Furqan:63). Wallahualam.


  • hikmah republika
  • imam al ghazali
  • akhlak rasulullah
  • nabi muhammad
  • sombong

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Subscribe to Notifications

Pantaskah Kita Bersikap Sombong?

Rasulullah SAW pun dengan tegas melarang umatnya agar menjauhi sifat sombong.

Selasa , 15 Oct 2019, 03:03 WIB

Sombong/Ilustrasi

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah di bumi. Segala yang ada di muka bumi adalah hanya titipan dari Zat yang Maha Memiliki, yakni Allah Azza Wajalla.


Oleh karena itu, tidak sepantasnya manusia sebagai hamba bersikap sombong atau takabur. Karena sifat ini hanya dimiliki oleh Allah dan manusia dilarang untuk membanggakan dirinya.

Sebagaimana Allah berfirman, Janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS Luqman: 18).

Rasulullah SAW pun dengan tegas melarang umatnya agar menjauhi sifat ini. Dalam suatu riwayat Rasulullah bersabda, Maukah kuberitahukan kepada kalian siapakah penghuni neraka itu? Yaitu, setiap orang yang berperilaku bengis, kasar, dan menyombongkan diri. (HR Bukhari-Muslim).

Banyak dari manusia yang tidak tahu bahwa setan sedang berusaha dengan sekuat tenaga untuk menggelincirkan manusia dari jalan Allah. Mereka meng gunakan tipu daya yang seindah mungkin untuk mengajak ma nusia berada dalam barisannya.

Manusia yang memiliki iman dan tetap berpegang teguh kepada perintah Allah dan sunah Rasulullah akan mampu menghancurkan siasat dan bujukan setan tersebut. Dan ma nusia yang jauh dari Allah dan sunah RasulNya yang akan terpengaruhi oleh mereka.

Hal yang dilakukan setan, salah satunya, menanamkan sifat sombong dalam diri manusia bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki akal dan keutamaan dari pada makhluk lain. Selain itu, hasil yang didapat adalah dari kerja keras sendiri tanpa ada campur tangan Allah SWT. Na'udzu billah.

Balasan Allah SWT kepada orang-orang yang demikian adalah siksa yang pedih di akhirat nanti. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, Tiga golongan yang kelak Allah tidak akan berbicara kepada mereka, tidak akan membersihkan mereka (dari dosa), dan tidak akan melihat mereka (dengan pandangan rahmat), sedang mereka akan memperoleh siksa yang amat pedih, yakni laki-laki yang berzina, pemimpin yang berdusta, dan orang miskin yang sombong.

  • sombong
  • sifat sombong
  • bahaya sombong

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Subscribe to Notifications

Tausyiah Ramadhan; Manusia Tidak Pantas Menyombongkan Diri

Humas IAIN Parepare — Pelaksana tausyiah Ramadhan secara daring pada meeting ASN IAIN Parepare, Kamis,14/5/2020 di bawakan oleh pejabat administrasi dari Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam. Hilmiah, Kasubag AUK, bertindak sebagai pengarah acara dan Kasubag AKA, ustas Amiruddin sebagai pembawa tausyaiah Ramadhan.

Ustas Amiruddin memperingatkan para peserta dalam tausyiahnya dengan menguraikan bahaya kesombongan bagi manusia atau pun bagi kehidupan. Menurutnya, sombong adalah melihat diri sendiri lebih besar dari orang lain. Orang sombong itu memandang dirinya lebih sempurna dan memandang orang lain rendah atau hina dibandingkan dirinya.

Kasubag AUK Fakshi, Hilmiah saat mengarahkan acara tausyiah

Dalam sebuah hadist, sebut ustas Amiruddin, Rasulullah bersabda “Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” (H.R. Muslim). Mengapa manusia dihinggapi rasa kesombongan? Menurut ustas Amiruddin, manusia dihinggapi kesombongan karena beberapa hal, yaitu; 1) Selalu membanggakan diri; 2) Meremehkan atau merendahkan orang lain; 3) Selalu menonjolkan diri atau CCM (cari-cari muka); dan 4) Mengikuti hawa nafsu.

Selain itu, menurutnya ada juga 4 tempatnya orang sombong, yaitu; 1) Kecantikan/ketampanan; 2) Kekayaan; 3) Orang berilmu; dan 4) Pangkat dan jabatan. “Karena menganggap dirinya cantik, kaya, pejabat, atau berilmu maka meremehkan, merendahkan dan menghina orang lain,” ulas ustas Kasubag AKA Fakshi ini.

“Ada beberapa contoh kesombongan yang terjadi pada masa terdahulu. Misalnya Fir’aun, karena kekuasaan membuatnya sombong dan menyatakan diri sebagai Tuhan. Tapi pada saat ditenggelamkan oleh Tuhan, dia tidak mampu menolong dirinya sendiri. Begitu pun Raja Namrud, karena kepintarannya dia menjadi sombong dan membuat patung untuk disembah manusia, tapi akibatnya dia terbunuh oleh patungnya sendiri.” katanya menguraikan.

Kesombongan, lanjut ustas Amiruddiin adalah dosa pertama yang dibuat oleh Iblis pada saat diperintahkan sujud kepada Adam. Tetapi iblis menolak sujud karena merasa diri lebih mulia dari manusia (Adam) yang diciptakan dari tanah, sementara iblis berasal dari api. Kesombongan iblis tersebut menyebabkan kemurkahan Allah dan melaknatnya. “Kesombongan iblis tersebut adalah dosa yang pertama dan dosa pertama yang dilaknat oleh Allah Swt,” tegas ustas Amiruddin sambil membacakan Q.S. al- Baqarah ayat 34.

Dalam tausyiah ini, ustas Amiruddin mengurai panjang lebar mengenai bahaya dari sombong bagi manusia. Sederet dalil-dalil disampaikan terkait kesombongan ini, baik dari al- Quran mau pun hadist. “Orang sombong itu termasuk golongan kafir dan termasuk syirik (Q.S. Shad ayat 73-74). Orang sombong tempat kembalinya di neraka (Q.S. Az- Zumar ayat 72). Kesombongan adalah tirai penghalang masuk Syurga (Q.S. al- ‘Araf ayat 13). Allah tidak menyukai orang-orang sombong (Q.S. an- Nahl ayat 22-23).”

Kesombongan merupakan keburukan bagi kehiduapan. Mengapa? Orang sombong tidak bisa berbuat adil dan ikhlas karena selalu meremehkan orang dan menganggap dirinya sempurna sehingga merasa dirinya paling benar. Selain itu, ustas Amiruddin menyebut kesombongan adalah dosa besar dan balasannya neraka jahannam. “Jadi apa yang harus disombong di muka bumi ini? Sementara bahaya kesombongan itu sangat berat, baik di dunia mau pun di akhihat,” tandasnya.

By Humas IAIN Parepare | May 16, 2020 | Berita | 0 Comments |

Sifat Sombong atau Takabbur

  • Puan Siti Shamsiah binti Md Supi
  • 28/05/2002

Perjalanan hidup sebagai seorang muslim sebenarnya adalah suatu perjalanan seorang hamba kepada Penciptanya yang mengharapkan keredaan dan keberkatan-Nya. Mengorak langkah perjalanan ini akan menemukan kita dengan pelbagai persoalan dan permasalahan hidup. Persoalan mengenai pengabdian kita terhadap Pencipta dan permasalahan hidup sesama manusia.

Apabila kita berurusan dengan manusia, bermakna kita berhadapan dan berurusan dengan kerenah dan tingkah laku manusia.. Kebiasaannya kita berpendapat bahawa pertimbangan kita dalam menghadapi kerenah manusia atau dalam kita berurusan dengan manusia merupakan suatu pertimbangan yang paling tepat dan terbaik bagi diri kita. Tindak tanduk yang kita lakukan adalah berdasarkan kepada pertimbangan dan budi bicara yang kita rasa amat tepat dan wajar untuk dilakukan. Biarpun dalam keadaan kita bersikap biadap, marah atau acuh tak acuh dan kesannya, ia akan dipertikai oleh orang lain, tetapi pada kita itulah pertimbangan pertama yang paling sesuai dan wajar.

Antara sikap yang amat tidak digemari oleh manusia untuk dihadapi ialah sikap sombong atau takabbur. Walaupun sikap ini tidak menyebabkan kekurangan kepada diri orang lain secara fizikalnya, tetapi mengucapkan perkataan-perkataan yang berbaur ketakburan atau kesombongan menyebabkan orang yang mendengar merasa meluat, tersinggung dan panas hati.

Apakah tanggapan agama terhadap sikap sombong atau takabbur? Adakah Islam amat memberi perhatian kepada sikap ini yang pada lahirnya tidak memberi kesan yang nyata kepada diri pelaku atau orang di sekeliling? Di dalam ruangan ini kita akan cuba mengupas secara terperinci mengenai sikap sombong atau takabbur ini.

Sombong atau takabbur ertinya perasaan tinggi diri oleh si pelaku terhadap satu atau lebih mengenai dirinya dalam aspek-aspek kehidupan. Seseorang itu boleh bersikap sombong kepada orang di sekelilingnya jika dia mendapati kedudukannya lebih tinggi berbanding orang di sekelilingnya. Kesombongan atau ketakabburan juga boleh berlaku apabila manusia mendapati keturunannya, sifat lahiriahnya sama ada cantik, kacak atau perkasa ataupun kaya dari segi material adalah lebih berbanding dengan orang lain.

Di dalam hal ini kita perlu menyedari hakikat bahawa tidak ada satu makhlukpun di dunia ini yang mengatakan bahawa dia berhak untuk berlaku sombong. Ini kerana, kesombongan atau kebanggaan itu menunjukkan kebesaran atau kehebatan diri seseorang. Sedangkan kebesaran atau kehebatan adalah kriteria mutlak yang menjadi milik Allah s.w.t., dan tidak ada seorangpun yang boleh memilikinya. Ini seiring dengan sebuah hadis Qudsi yang bermaksud:

“Allah Ta’ala berfirman (di dalam Hadis Qudsi): Kesombongan adalah selendangKu dan kebesaran adalah sarungKu. Maka barang siapa menyamai-Ku salah satu dari keduanya, maka pasti Kulemparkan ia ke dalam Jahannam dan tidak akan Kupedulikan lagi.”

Apabila kita meneliti maksud hadis ini, ia dengan jelas menyatakan bahawa kesombongan dan kebesaran itu hanya milik Allah s.w.t. semata-mata, tetapi bagaimanakah perasaan ini masih boleh timbul di dalam hati manusia?

Sebenarnya, perasaan sombong atau takabbur boleh berlaku apabila timbulnya suatu pandangan terhadap orang lain dengan pandangan yang kecil dan hina. Pandangan tersebut mungkin suatu pandangan yang secara faktanya benar. Umpamanya jika kita membandingkan pendapatan sebanyak RM7000.00 sebulan dengan pendapatan sebanyak RM3500.00 sebulan, tentulah jumlah pendapatan pertama jauh lebih besar berbanding dengan jumlah pendapatan kedua. Walau bagaimanapun, kesombongan itu berlaku apabila pandangan tersebut beriringan dengan anggapan orang yang dipandangnya itu lebih kecil, serba kekurangan atau kurang berharga berbanding dengan dirinya. Ketakabburan berlaku apabila pandangannya itu tidak disertakan dengan kesyukurannya kepada Allah s.w.t. kerana memberi kelebihan tersebut. Secara tidak langsung dia menganggap apa yang dimilikinya itu tidak mempunyai kaitan dengan rahmat atau rezeki yang diberikan oleh Allah. Ataupun dia menganggap bahawa dia sememangnya individu istimewa kerana itu Allah memilihnya untuk memiliki kelebihan tersebut. Maka orang yang sombong dan takabbur itu menganggap dirinya lebih mulia dan terhormat berbanding dengan orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud;

“Sombong itu ialah menolak kebenaran dan menghinakan makhluk.”

Perkara-perkara yang biasanya menjadi bahan kesombongan atau ketakabburan sebagaimana yang dinyatakan di dalam Kitab Ihya Ulumuddin (tulisan Imam Al-Ghazali) ada tujuh perkara, iaitu ilmu pengetahuan, amalan dan peribadatan, keturunan, keindahan dan kelebihan pada bentuk fizikal, harta kekayaan, kekuatan fizikal dan kuasa atau pengaruh.

1) Dalam aspek ilmu pengetahuan, lazimnya kesombongan itu berlaku apabila seseorang itu telah mendapat pengiktirafan daripada masyarakat tentang ilmu yang ada padanya. Mungkin apabila orang memberi ‘title’ ustaz, orang alim atau sebagainya, pada anggapannya dia benar-benar telah berilmu. Lantas, orang yang sombong inipun menganggap orang lain itu bodoh dan jahil

Sebaliknya, haruslah disedari bahawa menuntut ilmu pengetahuan bagi seorang muslim sebenarnya adalah untuk membawa diri dan jiwanya kepada suatu keinsafan tentang kedudukannya sebagai seorang hamba dan kedudukan Tuhannya sebagai Pencipta. Ilmu pengetahuan yang dimilikinya seharusnya akan menambahkan lagi nilai ketakwaan kepada Allah s.w.t.. Seiring dengan firman Allah yang bermaksud;

“Bahawasanya yang dapat merasakan takut kepada Allah dari golongan hamba-hamba-Nya itu ialah alim ulama”

2) Amalan dan peribadatan. Memang tidak dinafikan, apabila masyarakat mengiktiraf seseorang itu sebagai orang warak dan bertakwa, bagi mereka yang sombong dan takabbur, dia akan mengira-ngira dia telah banyak melakukan amal ibadat. Dia akan mengharapkan agar dia diberi keutamaan dalam majlis-majlis tertentu, diraikan dan diberi puji-pujian oleh masyarakat.

3) Keturunan atau salasilah. Tanpa sedar, manusia lazimnya akan berbangga dengan keturunan mereka seperti daripada kerabat diraja, golongan aristokrat, bangsawan dan sebagainya. Perasaan ini secara tanpa sedar juga pernah dialami oleh seorang sahabat Rasulullah s.a.w., yakni Abu Dzar. Beliau berkata;

“Pada suatu hari, ketika aku berada di hadapan Rasulullah s.a.w., datanglah seorang yang berkulit hitam. Lantas saya menyapanya, “Hai anak orang hitam” Apabila Rasulullah s.a.w. terdengar sahaja aku menyebut anak orang hitam, baginda menempelakku dengan mengatakan; Hai Abu Dzar, tidak ada kelebihan bagi seseorang yang berketurunan kulit putih di atas orang yang berketurunan kulit hitam. Alangkah menyesalnya aku apabila telah terlanjur mengucapkannya. Lalu akupun membaringkan tubuhku dan berkata kepada orang tersebut; Nah saudara, pijaklah pipiku ini.”

4) Kecantikan atau ketampanan. Kesombongan atas sebab ini amat mudah untuk diterima oleh sesiapa sahaja. Suatu anugerah yang Allah berikan sejak dari manusia dilahirkan. Orang yang cantik atau tampan mudah sahaja menjadi tumpuan orang-orang yang berada di sekelilingnya. Seseorang yang tidak mempunyai iman yang kuat, sudah pasti amat mudah merasa bangga dan sombong dengan apa yang ada padanya.

5) Kesombongan amat mudah berlaku di kalangan mereka yang berada dan kaya. Terdapat satu kisah yang menceritakan tentang perkara ini yang boleh dijadikan sebagai suatu pengajaran;

Abu Bakar Al-Hazali berkata:

“Suatu hari kami bersama Hassan. Lalu Ibn al-Ahlam datang kepada kami hendak bercukur. Dia memakai jubah sutera tersusun di atas betis, tersingkap pula bahagian luarnya. Dia berjalan berlenggang. Perbuatannya yang sedemikian itu dilihat oleh Hassan, lalu Hassan pun berkata: “Sombongnya, dia memalingkan pipi dan menampakkan kebodohannya. Engkau akan terlihat kebodohanmu dalam nikmat yang tidak disyukuri dan tidak menggunakannya sesuai dengan perintah Allah serta tidak pula memberikan haknya pada setiap yang memerlukan. Nikmat itu hak Allah dan dengannya syaitan sentiasa mencari mangsa. Demi Allah, seseorang yang berjalan dengan wataknya atau bergerak seperti orang gila itu lebih baik daripada ini.” Ibn al-Ahlam mendengar lalu dia kembali dan minta maaf kepadanya. Hassan berkata, “Jangan kau minta maaf padaku, tapi bertaubatlah kepada Allah. Tidakkah engkau dengar firman Allah,

(Yang maksudnya berbunyi) :”Janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan sombong, sesungguhnya engkau itu tiada dapat menembusi bumi dan tidak akan engkau sampai setinggi gunung.” (Al-Isra’ :37)

6) Kekuatan dan keperkasaan tubuh. Manusia amat mudah merasa amat bangga dan sombong apabila memiliki tubuh yang kuat dan perkasa. Kelebihan yang dimilikinya kadang-kadang menjadi bahan untuk mengancam orang lain yang lebih lemah. Atau untuk memaksa orang-orang yang lebih lemah menuruti kemahuannya. Di dalam hal ini, Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud;

“Orang yang paling gagah perkasa di antara kamu semua ialah orang yang dapat mengalahkan nafsunya pada waktu marah dan orang yang tersabar di antara kamu semua itu ialah orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain padahal ia mampu untuk membalasnya.”

7) Manakala perkara yang terakhir sekali yang dinyatakan oleh Imam al-Ghazali sebagai perkara yang boleh menimbulkan kesombongan ialah pengaruh ataupun kuasa.

Pemimpin yang tertipu dengan perasaannya, walau di peringkat mana sekalipun kepimpinannya akan merasa bahawa dirinya sudah cukup hebat berbanding orang lain.

Kesombongan atau takabbur merupakan suatu perasaan yang apabila ia timbul dan tidak dikendalikan dengan baik dan penuh keinsafan, akan menjadikan pemiliknya amat kerugian. Ini kerana sikap ini mampu menjadi penghalang bagi seseorang untuk ditempatkan di dalam syurga, disebabkan sifat ini menjadi pemisah antara seseorang dengan akhlak dan budi pekerti kaum mukmin keseluruhannya. Sebagaimana yang telah dinyatakan sebelum ini, takabbur atau sombong adalah rasa tinggi diri berbanding dengan orang lain. Seseorang yang memiliki sifat ini sudah pasti tidak mempunyai perasaan menyayangi saudara mukminnya yang lain sebagaimana dia menyayangi dirinya sendiri.

Orang yang sombong juga tidak akan dapat meninggalkan perasaan dendam, memberi nasihat kepada saudara muslim yang lain secara jujur atau ikhlas dan tidak dapat melaksanakan budi pekerti yang baik.

Sifat sombong atau takabbur juga sebenarnya menyebabkan seseorang itu awal-awal lagi akan disisihkan oleh Allah swt di dunia sebagaimana firman-Nya yang bermaksud;

“Nanti Aku palingkan daripada ayat-ayatKu orang-orang yang sombong di muka bumi tanpa kebenaran.” (Al-A’raf: 146)

Selain itu natijah kesombongan juga, menyebabkan pintu hati pengamalnya tertutup dari menerima hidayah dan kebaikan dari Allah sebagaimana firman Allah yang bermaksud;

“Demikianlah Allah menutup tiap-tiap hati orang yang sombong lagi ganas (memaksa rakyat).” (Surah Al-Mukmin : 35)

Apa yang lebih malang, pemilik sifat takabbur yang menafikan hak-hak Allah akan ditempatkan ke dalam neraka seiring dengan firman Allah yang bermaksud:

“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan dirinya dari menyembahKu, mereka itu akan masuk neraka Jahannam dengan menderita kehinaan.” (Surah Al-Mu’min: 60)

Dan ini diperkukuhkan lagi oleh dua buah hadis yang berbunyi yang bermaksud;

“Tidak akan masuk ke dalam syurga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari sifat kesombongan.”

Manakala Hadith kedua bermaksud;

“Tidak akan masuk syurga seseorang yang bakhil dan berbuat sewenang-wenang (kerana kesombongannya).”

Sebagai suatu kesimpulan, sesungguhnya sifat sombong atau takabbur, selain ia dicela di dunia oleh Allah serta orang-orang mukmin, ia adalah sifat yang amat merugikan seseorang itu di dunia dan di akhirat. Apakah kita sebagai hamba yang penuh kedhaifan dan serba kekurangan ini layak untuk menganggap diri kita hebat? Sebagai manusia, Allah menganugerahkan kepada kita kelebihan-kelebihan tertentu agar kita menjadi lebih mudah untuk meniti perjalanan hidup ke arah kehidupan yang lebih abadi. Kelebihan yang diberi bukanlah bererti yang kita diberi izin untuk mendabik dada kepada orang lain. Suatu hakikat yang perlu kita sama-sama sedari ialah, tidak ada manusia yang sempurna dari segala segi. Di mana kelebihan manusia, di situlah sebenarnya kelemahan atau kekurangannya berada.

Maka kita sewajarnya sama-sama menginsafi bahawa keagungan, kehebatan dan sifat sombong itu hanya dimiliki oleh Allah. Dan bagi manusia, sifat sombong atau takabbur sebaik-baiknya dengan dengan sifat tawaddhu’. Sifat tawaddhu’ adalah sifat rendah diri dan menginsafi diri bahawa manusia itu perlu sentiasa berada di bawah ketundukan dan ketaat kepada Allah s.w.t. Sifat inilah sebenarnya yang mengangkat darjat manusia di sisi Allah s.w.t. Sebagaimana hadis Rasulullah yang bermaksud;

“Barang siapa bertawaddhu’ kerana Allah, maka akan diangkat darjatnya oleh Allah, barang siapa yang sombong, maka akan dijatuhkan darjatnya oleh Allah, barang siapa bersikap bersederhana (tidak boros dan tidak pula kikir), maka akan dijadikan kaya oleh Allah, barang siapa membazir, maka akan dijadikan miskin oleh Allah dan barang siapa memperbanyak ingatan kepada Allah, maka dicintai oleh Allah.”

Share

Sebab-sebab Seseorang Bersikap Takabbur (Sombong)

23 Januari 2010 07:46 |

Diperbarui: 26 Juni 2015 18:19


Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

" Asbaabut Takabbur "

Assalamualaikum.Wr.Wb.

Rasulullah SAW bersabda : " Tidak akan masuk Syorga orang yang ada di dalam dirinya seberat zarrah dari sifat sombong "

Kita tahu bahwa " Kebesaran,Al Kibriyaa, " hanyalah milik Allah semata.Oleh sebab itu tak pantas kita memiliki sedikitpun rasa sombong di dalam jiwa sanubari kita.Kalau ada,cepatlah buang jauh-jauh,jangan biarkan ia bersemayam di dalam diri kita.

Keluarnya Iblis dari Syorga,adalah karena sifat sombongnya,merasa diri lebih mulia dari Adam,yang diciptakan dari tanah,sementara ia di ciptakan dari Api.

Oleh sebab itu,Rasulullah sangat-sangat ketat dalam hal ini,dan selalu memperingati ummatnya,agar menjauhi sifat yang satu ini,selain sifat-sifat jelek,penyakit hati lainnya,seperti hasad ,iri ,dengki ,dendam lainnya.Karena apa ? ,karena sifat hasad,iri dendam akan mematikan kebaikan yang ada pada diri kita,sebagaimana, api memakan kayu.

Begitupun dengan sifat sombong,sifat ini sangatlah jeleknya,karena didalam hadist yang dikatakan sombong adalah orang yang tidak mau menerima kebenaran,merasa diri pintar sendiri,tidak pernah mau mengakui kelebihan yang ada pada orang lain.Dari sikap sombong inilah akan muncul sifat hasad.Ia akan berusaha sekeras tenaganya,agar nikmat yang ada pada orang yang di irikannya hilang dan punah,bahkan dengan sekuat tenaganya ia akan menyebarkan fitnah,memberikan berita yang tidak tepat,dan tidak benar .

Api besar,mulainya dari api kecil.Akibat di biarkan terus,tanpa disiram langsung,namun terus menerus dipupuk maka jadilah ia menjadi api yang besar.Begitu pulalah dengan sifat " Sombong " ini .

Kalau seorang dokter ingin mengobati pasien,pasti sang dokter bertanya dulu pada pasien,sakit apa yang dirasakannya , gejala-gejala bagaimana yang dialaminya,dengan hypotesa-hypotesa atau analisa-analisa sementara itu ,maka sang dokterpun dengan ilmu yang ada padanya akan memberikan obat yang tepat dengan dosis yang tepat pula pada sang pasien,untuk dimakan,ataupun diminumnya .Sebab belum tentu orang yang punya penyakit yang sama,tapi obat dan dosis yang diberikan dokterpun sama pula,tidak selalu begitu,tetapi lihat kadar dari penyakit orang terebut.

Begitu pulalah dengan diri manusia.Kalau kita ingin mengobati penyakit yang ada di dalam diri kita,tentu kita cari dulu sebab-sebab kita sakit,gejalanya dan akhirnya kita tahu obat apa yang pas kita pakai,dan seberapa dosis yang kita gunakan..

Sebab-sebab penyakit Sombong :

1 ) Faktor lingkungan dan Keturunan.

Seseorang itu tumbuh sangat berpengaruh dari factor keluarga dan lingkungan dimana ia tinggal.

Biasanya seorang insan tumbuh sesuai dengan polesan tangan kedua orang tuanya.Kata orang buah itu tidak akan jatuh jauh dari pohonnya ( pokoknya ),kecuali setelah ia jatuh,ada yang ambil dan di bawa jauh dari tempat itu,namun tetap saja,kalau ia jatuh,tidak jauh jatuhnya dari pokok tersebut ,ataupun sebelum ia jatuh ada yang memetiknya dan dibawa pergi berjalan, berlayar kemana suka oleh si pemetik,jadi terserah si pemetik mau diapakan buah itu,di jualkah,dijadikan bibitkah,atau dijadikan manisan,Asinan, juice dan sebagainya..

Sifat-sifat dari ortu baik positif,ataupun negative,akan sangat berpengaruh sekali terhadap sang anak.Sikap senang di puji,merasa diri pintar,cantik,kaya, dan benar , dan sebagainya,kalau di pupuk dari kecil akan menjadi watak ,atau karier seseorang sampai ia dewasa kelak.

2 ).Sanjungan dan Pujian yang berlebihan.

Sanjungan yang berlebihan,tanpa memperhatikan etika agama dapat diidentikkan dengan penyembelihan,sebagaimana yang disebut-sebut dalam sebuah Hadist.Seringkali sebagian orang yang terlalu berlebihan memuji sehingga seringkali membuat yang dipuji lupa diri.

3 ).Bergaul dengan orang yang terkena penyakit sombong.

Tidak Syak lagi,sering sekali kita melatahi tingkah laku teman.Rasulullah SAW bersabda : " Perumpamaan teman yang shalih dan teman yang jahat adalah seperti seorang yang berteman dengan penjual minyak wangi dan pandai besi " ( H.R Bukhari dan Muslim ).Teman akan membawa pengaruh besar dalam kehidupan seseorang.

4 ).Kufur Nikmat dan Lupa pada Allah SWT.

Seseorang yang diberi Allah nikmat,tapi karena ia merasa nikmat itu berasal dari usaha dan ilmunya,bukan berasal dari Allah SWT,maka akan bersaranglah didalam diri hamba ini sifat " Sombong ",yang tak pantas dimiliki dan dibanggakannya.

Lihatlah sifat Qarun yang berkata " Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku " ( Al Qashas 78 ).

5. ). Menangani suatu pekerjaan belum matang dan belum terbina.

Betapa banyaknya kita temui di zaman sekarang ini,orang-orang berlagak pintar,pada hakikatnya ia belum berarti apa-apa,boleh dikatakan bodoh.Seseorang dikatakan pintar,kalau memang sekian banyak manusia mengakui dan mengecap buah dari kepintarannya.

Tapi kalau ia sendiri ataupun beberapa orang yang berkepentingan terhadap dirinya,belumlah dikatakan pintar.Kepintaran seseorang baru bisa dikatakan syah,kalau sudah di lihat hasilnya yang banyak dimanfaatkan orang lain.Tapi orang yang berlagak pintar,tak obahnya seperti kata buah pepatah : " Sudah di petik sebelum matang " .

Masyarakat umum ,ibaratnya seperti orang yang menganggap emas , seluruh yang berwarna kuning ".

Perlu diketahui,bermain-main dengan pemikiran,lebih berbahaya daripada bermain dengan api.

6 ). Jahil dan mengabaikan Hakikat Diri ( Lupa daratan ).

Dikatakan : " Barang siapa yang mengenal dirinya,berarti ia telah mengenal Tuhannya ".Analoginya,orang yang belum mengenal siapa dirinya,bagaimana ia akan mengenal Tuhannya.Manusia kalau sudah tak kenal Tuhannya,maka sifat sombong akan bersemayam dalam dadanya,sifat ragu dan bimbang,serta merasa apa yang datang dari Allah tidak benar adanya.

Seharusnya sifat yang kita ambil adalah sebaliknya,semakin kita mengenal isi dan perintah yang ada pada Allah dan rasulNya,maka akan semakin bertambahlah keimanan kita,bukan semakin merasa Al Qur'an dan Hadist itu tidak benar adanya.Lihatlah betapa banyak orang Eropah yang meneliti Al Qur'an dan hadist,pada akhirnya mereka masuk Islam,akibat merasakan bahwa apa yang berasal dari Allah itu maha benar.

Orang Eropah saja sering bersikap semacam itu,kenapa kita yang dilahirkan dari perut ibu,kita dididik dengan didikan Islam,semakin jauh kita mengetahui ilmu itu,kenapa semakin jauh pula keimanan dan keyakinan kita pada Allah SWT ?.Inilah seringnya yang merusak Ummat Islam,Sifat Sombong !.Karena apa semua ini,..? Karena kedangkalan Ilmunya sendiri ( tetapi merasa sudah pintar dan tinggi ),serta tipisnya iman yang ada di dalam dadanya.

Manusia itu seharusnya meniru sifat padi di sawah,semakin berisi,semakin merunduk,semakin merasa dirinya tak ada arti apa-apanya sama sekali di hadapan sang khalik.Tapi pada hakikatnya padi itu semakin matang dan sangat diperlukan oleh banyak manusia lainnya.Lihatlah betapa banyaknya dinegara di dunia ini,yang tidak bisa lepas dari keterkaitan dengan padi.Begitupun dengan perumpamaan orang berilmu yang tawadhuk,kemana-mana akan dicari orang dan di pergunakan dimana sajapun ia berada.

Sifat Jahil dan lupa daratan ini,seperti yang pernah diungkapkan seorang penyair ,yang di tujukan kepada orang yang terbelenggu penyakit sombong : "

Hai orang yang pongah dalam keangkuhan,lihatlah tempat buang airmu,sebab kotoran itu selalu hina ".

Sekiranya manusia merenungkan apa yang ada didalam perutnya,niscaya tak seorangpun yang menyombongkan dirinya.Lima macam kotoran keluar dari dalam dirinya. Hidung beringus,sementara telinga bau tengik,tahi mata berselemak,sementara dari mulut mengalir air liur.

Wahai bani Adam yang berasal dari tanah,dan akan dilahap oleh tanah,tahanlah diri dari kesombongan.

7 ). Berbangga-bangga dengan nasab dan keturunan.

Terkadang seseorang yang merasa dirinya cantik,berasal dari keturunan bangsawan,darah campuran Eropah,Belanda, yang berkulit putih,,sehingga seringsekali ia menganggap dirinya lebih dari orang yang berkulit lain dari dirinya.

8 ). Berlebih-lebihan dalam memuliakan dan menghormati.

Barangkali inilah himahnya Rasulullah SAW melarang sahabat-sahabat beliau untuk berdiri menyambut beliau.

Dalam sebuah Hadist riwayat Rasulullah SAW bersabda : " Barangsiapa yang suka agar orang-orang berdiri menyambutnya,maka bersiaplah ia untuk menempati tempatnya di Neraka " ( H.R At Tirmidzi dan beliau katakan Hadist ini derajatnya Hasan ).

----Hadist Hasan adalah Hadist yang derajat Hadistnya di bawah derajat Hadist Shahih,semua syarat-syarat-syaratnya sama dengan Hadist Shahih,namun sedikit perbedaan di dalam " Kekuatan ingatan dari sang perawi ".Kalau Hadist Shahih,perawinya benar-benar pintar dan ingatannya kuat,sementara Hadist Hasan perawinya sedikit pelupa.

9 ) Lengah terhadap akibat yang di timbulkan oleh penyakit Sombong :

Rasulullah SAW bersabda :

" Sesungguhnya seluruh orang-orang sombong, akan di kumpulkan pada hari kiamat bagaikan semut yang diinjak-injak manusia "

Ada seorang yang bertanya : " Wahai Rasulullah ,bukankah seseorang itu ingin agar baju yang dikenakannya bagus,sandal yang dipakainya juga bagus ? ".

Rasulullah SAW menjawab : " Sesungguhnya Allah itu maha indah,dan menyukai keindahan, hakikat kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain " ( H. R. Muslim dari Abd. Bin Mas'ud ).

Demikian dulu selingan pelepas lelah saya,dalam kesibukan sehari-hari yang sangat menyita waktu.Tak ada gading yang tak retak,tak ada manusia yang tak bersalah.Jangan katakana matahari tenggelam,gelap seluruh bumi,karena masih ada bulan disana,jangan katakan bulan lenyap,karena tokh esok mentari akan muncul lagi memancarkan sinar nya menerangi bumi seluruh isi jagad raya.

Tirulah watak Matahari yang tidak memberikan syarat,kriteria pada siapa saja,yang akan disinarinya , tapi ia akan menyinari apa dan siapa saja.Begitupun lautan yang luas,tanpa bertanya siapa yang datang,apa kedudukan kapal yang datang,sampankah,kapal layarkah,kapal laut yang besarkah,namun ia tetap menyediakan tempat baginya untuk tetap berlayar di lautan itu.Tirulah alam terkambang jadi guru kita.

Bukankah Matahari,Bulan,Bintang dan Bumi serta alaa ini ketika ditanya Allah,:

" Apakah kamu datang beriman pada KU dengan senang hati atau terpaksa..? " Mereka mengatakan " Kami datang dengan penuh ketaatan ".Alam yang tidak diberi akal saja mengatakan begitu,apatah lagi kita manusia yang diberi akal,seharusnya ketaatan kita jauh lebih tinggi dari makhluk di dunia ini,karena kita diberi kelebihan akal,oleh Allah SWT.

Jadilah kita manusia yang selalu Tawadhuk dan merendah hati.Jangan pupuk sifat sombong dalam diri kita,karena itu akan menjebloskan kita kedalam neraka yang teramat Panas,setitik semburan dari panasnya api neraka ini,tidak akan mungkin dapat kita menahankannya,apalagi seluruh tubuh kita di cemplungkan kedalamnya,bisa hancur lebur,meleleh bagaikan kertas yang hangus kena api,hitam pekat,ataupun piring plastik yang meleleh-leleh,ingatlah kayu api neraka itu berasal dari kayu dan manusia.Jangan sampai kita menjadi kayu di dalam neraka jahannam itu.Naudzubillahimindzalik...

Wassalam.El Ghiza,Egypt, 10 January 04/2010 Rahima.




Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA