jelaskan contoh kesamaan nilai nilai budaya dan tradisi masyarakat praaksara

Inilah kunci jawaban SMP MTS kelas 7 Buku IPS bab 4. /pixabay.com/ThorstenF

KabarLumajang.com - Salam belajar untuk adik-adik kelas 7 SMP MTs.

Buku IPS Kelas 7 SMP MTS kurikulum 2013 edisi revisi 2017 bab 4, bertema "Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara, Hindu-Budha, dan Islam"

Pembahasan buku IPS kelas 7 SMP MTs kali ini, akan membahas tentang "Manusia pada Masa Praaksara".

Baca Juga: Ciri-ciri Zaman Neozoikum atau Kenozoikum pada Kunci Jawaban IPS Kelas 7 SMP MTs Hal 198 Aktivitas Kelompok

Adapun artikel ini hanya sebagai referensi bagi adik-adik ataupun orang tua untuk mengoreksi pekerjaan sekolah.

>

Maka, alangkah baiknya sebelum melihat artikel ini, adik-adik mengerjakan terlebih dahulu soal tersebut.

Dilansir oleh KabarLumajang.com dari pengawasan alumnus Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Lumajang, Sri Wahyuningsih, S. Pd berikut kunci jawaban IPS Kelas 7 SMP MTs halaman 219.

Baca Juga: Mengapa Indonesia Memiliki Keanekaragaman Hayati yang Sangat Tinggi? Kunci Jawaban IPS Kelas 7 SMP MTs

Kunci Jawaban IPS Kelas 7 SMP Halaman 219

Nilai-Nilai Budaya Masa Praaksara di Indonesia, belajar dari kehidupan manusia pada masa praaksara, maka terdapat nilainilai budaya dan tradisi yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dan suri teladan. Nilai-nilai budaya dan tradisi ini masih terlihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

Nilai Religius (Kepercayaan)

Nilai-Nilai Budaya Masa Praaksara di Indonesia, masyarakat praaksara sudah memiliki kepercayaan terhadap adanya kekuatan ghaib. Mereka mempercayai bahwa pohon rimbun yang tinggi besar, hutan lebat, gua yang gelap, pantai, laut atau tempat lainnya dipandang keramat karena ditempati oleh roh halus atau makhluk ghaib. Mereka meyakini bahwa kejadian-kejadian alam seperti hujan, petir, banjir, gunung meletus, atau gempa bumi adalah akibat perbuatan roh halus atau makhluk ghaib. Untuk menghindari malapetaka maka roh halus atau makhluk ghaib harus selalu dipuja. Kepercayaan terhadap roh halus ini disebut dengan animisme.

Selain percaya kepada roh halus, mereka juga percaya bahwa benda-benda tertentu seperti kapak, mata tombak atau benda lainnya memiliki kekuatan ghaib, karena ada kekuatan ghaibnya maka benda tersebut harus dikeramatkan. Kepercayaan bahwa benda memiliki kekuatan ghaib disebut dinamisme.

Masyarakat praaksara hidup secara berkelompok, mereka bergotong royong untuk kepentingan bersama, contohnya membangun rumah yang dilakukan secara bersama-sama. Budaya gotong royong juga dapat terlihat dari peninggalan mereka berupa bangunan-bangunan batu besar yang dapat dipastikan dibangun secara gotong royong.

Nilai Musyawarah

Dalam kehidupan berkelompok, masyarakat praaksara telah mengembangkan nilai musyawarah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan dipilihnya pemimpin yang dianggap paling tua (sesepuh) yang mengatur masyarakat dan memberikan keputusan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bersama.

Nilai Keadilan

Nilai keadilan sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat praaksara, yaitu adanya pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Tugas antara kaum laki-laki berbeda dengan kaum perempuan.Hal ini mencerminkan sikap yang adil karena setiap orang akan memperoleh hak dan kewajiban sesuai kemampuannya.

Tradisi Bercocok Tanam

Salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat praaksara untuk memenuhi memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan bercocok tanam. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya alat khas pertanian yang berupa beliung persegi dan alat lainnya.

Masyarakat praaksara telah mengenal ilmu astronomi.Ilmu ini sangat membantu pada saat mereka berlayar dari pulau ke pulau dengan memakai perahu yang sangat sederhana. Perahu-perahu cadik merupakan bentuk yang paling umum dikenal pada waktu itu.Perahu bercadik adalah perahu yang kanan-kirinya dipasang alat dari bambu dan kayu agar perahunya tidak mudah oleng. Perahu bercadik memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masa praaksara, selain sebagai sarana lalu lintas sungai dan laut, perahu ini juga berperansebagai alat penyebaran budaya.

Baca juga Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Dari uraian ini dapat diketahui bahwa kehidupan masyarakat praaksara sudah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Dengan memiliki kebudayaan dan nilai-nilai tersebut, masyarakat praaksara di Indonesia mampu mengadakan hubungan dan menerima pengaruh kebudayaan baru yang datang dari luar tanpa mengorbankan kebudayaan sendiri.

Kamis, 10 Maret 2022 | 19:37 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 19:35 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 19:33 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 19:32 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 19:30 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 19:27 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 18:35 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 17:22 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 17:18 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 17:15 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 17:09 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 17:05 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 17:02 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 16:46 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 14:08 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 14:05 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 14:03 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 13:53 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 10:55 WIB

Kamis, 10 Maret 2022 | 10:20 WIB

Page 2

Page 3

Nilai-nilai budaya masa praaksara di Indonesia adalah suatu hal yang menjadi suri tauladan atau hikmah pada masa tersebut sebagai pelajaran untuk masa sekarang. Masa praaksara sendiri merupakan suatu periode dimana masyarakat belum mengenal kegiatan membaca dan menulis. Oleh karena itu, nilai dan norma diturunkan melalui lisan dan kebiasaan yang membentuk suatu budaya atau tradisi.

Untuk menemukan nilai yang dianut oleh sebuah masyarakat, kita bisa melihat beberapa aspek dalam berkehidup, contohnya dari aspek religius atau kepercayaan dan aspek sosial beserta kegiatan yang terjadi di dalamnya. Berikut nilai-nilai budaya masa praaksara di Indonesia.

Nilai religius (kepercayaan)

Pada masa praaksara, masyarakat Indonesia mempercayai bahwa hal-hal yang terjadi dalam kehidupan berkaitan dengan kekuatan ghaib (roh halus dan makhluk ghaib). Kekuatan ghaib ini pula yang menciptakan fenomena alam seperti petir, hujan badai, gerhana matahari dan gunung meletus. Agar terhindar dari malapetaka dan hal-hal buruk, masyarakat kemudian menyembah dan memuja roh halus dan para makhluk ghaib. Kepercayaan terhadap roh halus atau makhluk ghaib seperti ini disebut animisme.

Selain percaya pada roh halus, masyarakat praaksara juga percaya bahwa beberapa benda seperti kapak, pohon, dan mata tombak memiliki kekuatan ghaib sehingga harus dikeramatkan. Kepercayaan bahwa benda-benda memiliki kekuatan ghaib disebut dengan dinamisme.

Nilai gotong royong

Nilai gotong royong di Indonesia sudah berlangsung lama dari zaman dahulu kala. Masyarakat praaksara sudah hidup secara berkelompok. Maka dari itu, mereka hidup bergotong royong untuk mewujudkan tujuan bersama. Sebagai contoh, bangunan-bangunan peninggalan masa praaksara memiliki ukuran besar sehingga perlu bergotong royong untuk membangunnya.

Baca juga:  Contoh Hak dan Kewajiban dalam Aspek Kehidupan

Nilai musyawarah

Dalam hidup berkelompok, masyarakat praaksara juga telah menerapkan nilai musyawarah, yaitu menyelesaikan masalah melalui musyawarah. Hal tersebut tercermin dari kegiatan pemilihan pemimpin atau sesepuh.

Setiap suku-suku selalu memiliki satu orang pemimpin di dalamnya. Pemimpin ini mengatur masyarakat dan memberi keputusan terhadap masalah bersama. Dengan demikian, apabila terdapat masalah atau perselisihan, mereka wajib melapor kepada sesepuh. Sesepuh akan mengumpulkan pihak bermasalah dan mengambil keputusan berdasarkan musyawarah.

Nilai keadilan

Adil bisa memiliki arti tidak berat sebelah, tidak memihak, dan tidak sewenang-wenang. Pada masa praaksara keadilan tercemin dari cara masyarakat dalam membagi tugas. Masyarakat membagi tugas sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap orang memiliki hak dan kewajiban berbeda-beda.

Contohnya, laki-laki – yang umumnya memiliki kekuatan fisik lebih kuat dari pada wanita – banyak melakukan pekerjaan fisik berat seperti kuli, berburu, dan menjadi tentara. Sementara itu, perempuan memiliki ketelitian dan keuletan yang lebih baik sehingga banyak di antaranya menjadi penenun dan pengatur rumah tangga.

Tradisi bercocok tanam

Tradisi bercocok tanam berkaitan dengan mata pencaharian atau pekerjaan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup. Para ahli menemukan banyak alat-alat pertanian dari masa praaksara seperti beliung persegi (alat untuk mencangkul). Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat saat itu sudah memiliki kebiasaan untuk bertani.

Beliung. sumber foto: regional.kompas.com

Masyarakat praaksara telah mengenal ilmu astronomi yaitu ilmu yang mempelajari benda-benda langit. Dengan mengetahui posisi bintang, mereka bisa menentukan arah. Hal ini sangat penting dalam menentukan posisi pulau dan juga pelayaran. Saat berlayar mereka akan mengikuti posisi bintang sebagai arah berlayar.

Perahu bercadik. sumber: artikelsiana.com

Dalam berlayar, masyarakat praaksara umumnya menggunakan perahu cadik yang memiliki bambu atau kayu di kanan-kirinya untuk mencegah perahu oleng. Perahu bercadik ini kemudian menjadi alat transportasi utama di sungai dan laut serta menjadi angkutan penting dalam penyebaran budaya dari satu pulau ke pulau lainnya.

Baca juga:  KERAJAAN-KERAJAAN MASA HINDU BUDHA DI INDONESIA

Kesimpulan

  1. Apa pengeritian nilai budaya? Hal-hal atau tradisi dalam masyarakat yang menjadi suri tauladan.
  2. Apa ciri-ciri dari nilai-nilai budaya masa praaksara di Indonesia?a). Masyarkat praaksara memiliki kepercayaan terhadap roh halus dan makhlus halus serta benda-benda yang memiliki kekuatan ghaib lainnya. Mereka menyembah kekuatan ghaib dan mengkeramatkan benda-benda berkekuatan ghaib.b). Masyarakat praaksara hidup secara berkelompok. Mereka bergotong royong untuk mewujudkan tujuan bersama dan memilih sesepuh untuk memimpin dalam pemecahan masalah bersama.c). Masyarakat praaksara adil dalam berkehidupan. Contoh, memberikan tugas berdasarkan kemampuan dan keahlian seseorang.d). Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat praaksara bercocok tanam atau bertani.

    e). Dalam penyebaran budaya dan memenuhi kebutuhan transportasi, masyarakat membuat perahu bercadik sebagai alat transportasi air yang utama.

  3. Apa perbedaan kepercayaan animisme dan dinamisme? Kepercayaan animisme bertumpu pada kekuatan makhluk ghaib yang mengakibatkan berbagai fenomena alam sedangkan kepercayaan dinamisme bertumpu pada benda yang berkekuatan ghaib.
  4. Apa contoh nilai musyawarah pada masa praaksara di Indonesia? Contohnya yaitu dengan pemilihan pemimpin atau sesepuh yang akan bertindak sebagai penengah/pengambil keputusan terhadap masalah bersama.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA