Dalam proses pembentukan biogas agar mendapatkan hasil yang optimal maka harus dilakukan dengan

Dalam melakukan pemeliharaan ternak oleh para petani seperti sapi, kerbau, kambing dan ayam sebagai usaha sampingan, akan menghasilkan limbah berupa kotoran dari ternak yang dipelihara. Limbah dari ternak tersebut berupa limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine dan sisa makanan. Banyaknya limbah dan jenis limbah tergantung pada jenis dan banyaknya ternak yang dipelihara. Feses, urine, sisa makanan yang merupakan limbah utama dari ternak selama ini oleh masyarakat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.

Pada saat ini pemanfaatan Limbah ternak belum optimal, para petani baru memanfaatkan limbah ternak ini baru sebagai pupuk organik. padahal sebelum kotoran ternak itu dijadikan pupuk organik terlebih dahulu dapat diproses untuk menghasilkan biogas dimana gas itu dapat digunakan untuk memasak menggantikan minyak tanah ataupun gas LPG.

PEMBUATAN BIOGAS

Pada prinsipnya pembuatan biogas merupakan adanya dekomposisi bahan organik secara an aerob (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.

Gas metan yang dihasilkan diperoleh dari proses dekomposisi bahan-bahan organik oleh mikroorganisme. Bahan-bahan organik yang dibutuhkan dapat diperoleh dalam limbah hasil kotoran ternak. Di dalam kotoran ternak tersebut terdapat kandungan bahan organik dalam konsentrasi yang tinggi. Kotoran ternak terlebih dahulu harus mengalami dekomposisi yang berjalan tanpa udara (anaerob). Tingkat keberhasilan pembuatan biogas sangat tergantung pada proses yang terjadi dalam dekomposisi bahan-bahan organic tersebut.

Dalam proses pembuatan biogas yaitu dimulai dengan membuat bangunan utama dari instalasi biogas yang disebut Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan.

Untuk menentukan lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Selain membangun digester harus dibangun juga tempat penampung lumpur dimana tempat ini nantinya dapat digunakan untuk memisahkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair hasil sisa dari proses pembuatan biogas.

Adapun langkah-langkah proses pembuatan biogas adalah sebagai berikut:

  1. Langkah pertama yaitu mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:2 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester.
  2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Saat pengisian digester pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
  3. Melakukan penambahan starter berupa rumen segar yang dapat diperoleh dari rumah potong hewan. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
  4. Untuk gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 agar dibuang karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun.
  5. Gas yang dihasilkan pada hari ke-14 dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan dan selanjutnya secara rutin digester terus diisi lumpur kotoran sapi sehingga dihasilkan biogas yang optimal.

HASIL SAMPINGAN BIOGAS

Pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga dapat menghasilkan hasil sampingan yaitu dengan memanfaatkan untuk penerangan (lampu) serta menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi limbah kotoran ternak yang bau yang dapat mencemari lingkungan. (Penulis: ERIYANTO MZ,SP; Penyuluh Pertanian Madya Kabupaten Tanggamus).     

Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh  bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya, semua jenis bahan organik yang diproses menghasilkan biogas, tetapi hanya bahan organik yang padat dan cair homogen, seperti kotoran urin hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Diperkirakan ada tiga jenis bahan baku yang prospektif untuk dikembangkan sebagai bahan baku biogas di Indonesia, antara lain kotoran hewan dan manusia, sampah organik, dan limbah cair. Berikut cara sederhana pembuatan biogas rumah tangga:

  1. Buat campuran sampah organik dan air dengan perbandingan 1 : 1 (bahan biogas)
  2. Masukkan bahan biogas ke dalam reaktor melalui tempat pengisian sebanyak 2.000 liter, selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas di dalam reaktor.
  3. Setelah kurang lebih 10 hari reaktor biogas dan penampung biogas akan terlihat mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar dan kompor biogas dapat dioperasikan.
  4. Sesekali reaktor biogas digoyangkan supaya terjadi penguraian yang sempurna dan gas yang terbentuk di bagian bawah naik ke atas, lakukan juga pada setiap pengisian reaktor.
  5. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak + 40 liter setiap pagi dan sore hari. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge (lumpur) secara otomatis akan keluar dari reaktor setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan langsung sebagai pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.

Biogas sederhana siap digunakan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

Sumber: academia.edu

  • Profil Perumahan Kawasan Permukiman Kabupaten Manggarai Mei 13, 2022
  • Realisasi BSPS di Kabupaten Indragiri Hilir April 27, 2022
  • Webinar Perkim Seri ke 30 “Strategi Perkim Menuju Indonesia Emas” April 27, 2022
  • Profil Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Nagekeo April 13, 2022
  • Webinar Perkim Seri ke 29: “Strategi Perkim di Lahan Gambut” April 13, 2022
  • Investasi Pembangunan Berkelanjutan, berapa biaya yang dibutuhkan untuk mencapai green economy? Maret 21, 2022
  • Pemanfaatan Teknologi di Lahan Food Estate Maret 21, 2022
  • Webinar Perkim Seri #29 “Strategi Perkim di Lahan Gambut” Februari 21, 2022
  • Program Perumahan Swadaya Sejak Kapan Sih? Februari 15, 2022
  • Bagaimana Bencana Banjir terjadi di Lahan Gambut? Februari 15, 2022

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA