Bagaimana sikap manusia dalam menerima Al Quran

1. Ada tiga golongan manusia (dengan sikapnya masing-masing) dalam menerima #Quran.

2. Golongan pertama adalah zhalimun li nafs, yaitu golongan manusia yang mendzhalimi dirinya sendiri #Quran

3. Golongan pertama ini sikapnya selalu menolak apa yang diperintahkan #Quran. Mereka selalu mencari alasan untuk tidak menjalaninya.

4. Golongan pertama ini adalah orang2 yang hatinya sudah tertutup (kufr) dari cahaya #Quran. Mereka pun memusuhi orang2 beriman.

5. Dalam lintasan sejarah, golongan zhalimun li nafs ini hadir dalam sosok2 Fir’aun, Namrudz, bangsa Sodom, dll. #Quran

6. Mereka menolak kebenaran #Quran, karena ada kesombongan di dalam hatinya. Kakek-moyang mereka adalah iblis.

7. Banyak diantara mereka sadar bahwa #Quran adalah petunjuk kebenaran, namun karena arogan, mereka justru menzhalimi diri mereka sendiri.

8. #Quran memerintahkan untuk berzakat, mereka pelit. Dilarang riba, mereka memakannya. Disuruh menikah, mereka berzina. Astaghfirullah.

9. Perintah berjilbab dalam #Quran, mereka bilang itu sekedar budaya. Bahkan mereka membiarkan pornografi & pornoaksi.

10. Itulah mereka, golongan zhalimun li nafs, yg senantiasa menolak #Quran, padahal mereka menyadarinya. Merekalah kaum maghdub (dimurkai).

11. Ada juga dari kaum zhalimun li nafs ini yang tidak sadar akan kebodohannya. Mereka mengikuti leluhur mereka, yg bertentangan dgn #Quran

12. Mereka mengikuti begitu saja perkataan rahib2 dan pendeta2 mereka, seakan mereka lebih benar dari #Quran.

13. Mereka tersesat dari jalan yang lurus, padahal kitab (#Quran) berada bersama mereka, perumamaannya seperti hewan ternak.

14. Golongan kedua adalah kelompok muktasib, yaitu orang2 yg santai terhadap seruan #Quran.

15. Kaum muktasib ini sadar bahwa #Quran ini adalah petunjuk keselamatan, namun karena tidak ada keuntungan yang nyata, mereka lalai.

16. Begitu mereka mendapatkan karunia, mereka berkata: tuhan telah memuliakan aku. #Quran 89: 15

17. Begitu karunia itu dicabut darinya, mereka berkata: Tuhan telah menghinakan aku.. #Quran 89: 16

18. Keimanan mereka akan #Quran sangat dangkal, terlebih amal mereka yang kadang tidak ikhlas. Semoga kita terhindar dari sifat ini.

19. Golongan ketiga adalah sabiqun bil khayraat, bersungguh-sungguh terhadap perintah #Quran. Golongan inilah yang akan beruntung.

20. Golongan ini senantiasa menyegerakan apa yang Allah perintahkan. Mereka sangat yakin dan bersungguh-sungguh dengan seruan #Quran.

21. Saat perintah #Quran u menutup aurat turun, para wanita muslimah berbondong2 pulang mencari bahan kain apa saja sebagai jilbab [..]

[..] Bahkan mulai dari kain pakaian hingga tirai kain jendela mereka gunakan sebagai jilbab dan hijab bagi diri mereka.

22. Merekalah yg pertama2 menyatakan keimanan dan keislaman dalam hati, lisan, dan amal perbuatannya, kongruen. #Quran

23. Mereka khusyu’ dalam shalatnya; terjaga dari perbuatan dan perkataan yang sia-sia; pun senantiasa menunaikan zakatnya #Quran 23: 2-4

24. Mereka memilih menikah, dan menjauhi zina. Pun saat belum siap, mereka berpuasa sebagai tameng diri dan hati. #Quran

25. Mereka juga adalah orang2 yg profesional, bekerja penuh dengan tanggung jawab atas amanah yg dipercayakan kepadanya. #Quran 23: 8

26. Merekalah yang akan mewarisi kekuasaan di dunia, sebagaimana orang2 sebelum mereka dan juga surga firdaus #Quran 24: 55 & 23: 11

[..] Bersambung..

Follow: @hudzaifahh

Alquran surah Faathir menjelaskan tiga golongan yang menyikapi Alquran

Kamis , 23 May 2019, 18:27 WIB

republika

Wahyu Alquran yang pertama dan terakhir diturunkan Allah.

Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: ASM Romli

Baca Juga

Allah SWT mengingatkan dalam Alquran tentang terbaginya umat Islam ke dalam tiga golongan dalam menyikapi Alquran (QS. Faathir: 32). Pertama, golongan zhalimu linafsih (menganiaya diri sendiri). Kedua, golongan saabiqun bil-khairi (cepat berbuat kebajikan). Ketiga, golongan muqtashid (pertengahan).

Dewan Penerjemah Alquran Depag RI dalam Al-Quran dan Terjemahannya, memaknai ketiga golongan tersebut sebagai berikut: golongan pertama adalah "orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya"; golongan kedua adalah "orang yang kebaikannya amat banyak dan amat jarang berbuat kesalahan; dan golongan "pertengahan" adalah mereka yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya.

Dapat dikatakan, golongan zhalimu linafsih adalah orang yang mengabaikan Alquran dalam hidupnya. Disebut "menganiaya diri sendiri" karena dengan mengabaikan ajaran Allah ia sesat dalam hidupnya. Ia menolak mengikuti aturan yang akan menyelamatkannya dunia-akhirat.

Golongan sabiqun bil-khair adalah mereka yang cepat mengamalkan Alquran begitu mereka baca dan pahami. Persis sebagaimana dicontohkan Nabi SAW dan para sahabat. Sedangkan golongan muqtashid dapat dikatakan parsial dalam pengamalan Alquran. Mereka mencampuradukkan antara ibadah dan maksiat, hak dan batil. Mereka termasuk orang yang merugi karena Allah memerintahkan agar kita berislam secara total (kaffah).

Oleh karena itu, pada saat ghirah kita tinggi untuk membaca Alquran saat Ramadhan seperti sekarang, seyogianya hal di atas menjadi perhatian serius. Kita tidak sekadar mengejar pahala "satu huruf sepuluh pahala" alias membaca, tetapi lebih dari itu berupaya memahami dan menghayati maknanya, untuk kemudian semampu kita (mastatho'tum) mengamalkan dan mendakwahkannya.

Semoga peringatan Nuzulul Quran membangkitkan kesadaran kita untuk iqra' lebih intensif dan luas. Baik dalam hal membaca ayat qauliyah (Alquran) maupun ayat kauniyah (fenomena alam) berdasarkan petunjuk Alquran agar kita semua, umat Islam, menjadi umat yang terbaik, menjadi teladan bagi umat-umat lain, dan menjadi rahmat bagi semesta alam. Wallahu a'lam

  • marhaban ramadhan
  • puasa
  • puasa ramadhan
  • ramadhan
  • bulan ramadhan
  • hikmah

sumber : Pusat Data Republika

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Oleh: Abdullah Karim*

Untuk dapat mengikuti petunjuk-petunjuk Alquran, memang kita harus belajar kepada orang yang ahli atau punya kompetensi di bidang ilmu-ilmu Alquran. Karena terkadang, secara sepintas bagi orang yang tidak memiliki pemahaman terhadap ilmu-ilmu Alquran, melihat ada perbedaan makna antara satu ayat dan ayat lainnya dalam memberikan informasi tentang sesuatu. Sebagai contoh, dapat kita ambil informasi mengenai petunjuk Alquran. Pada Sûrah al-Baqarah ayat 185 Allah swt. berfirman yang artinya: “[Beberapa hari yang ditentukan itu ialah] bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan [permulaan] Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda [antara yang hak dan yang bathil]”.

Pada ayat ini dijelaskan bahwa petunjuk Alquran itu berlaku umum, sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Bagi orang yang tidak mengerti, mungkin akan membantah kebenaran informasi Alquran ini. Karena dia akan menemukan banyak orang yang tidak mendapat petunjuk Alquran. Banyak orang yang tidak memeluk Agama Islam, atau memeluk Agama Islam, tetapi tidak mampu menerapkan ajaran-ajaran Islam itu dalam kehidupannya sehari-hari. Padahal Allah swt. telah menyatakan dalam firman-Nya Sûrah Âli ‘Imrân ayat 19 yang artinya: “Sesungguhnya agama [yang diridhai] di sisi Allah hanyalah Islam”.

Sebenarnya ayat 185 Sûrah al-Baqarah tadi, menjelaskan nilai petunjuk Alquran itu sendiri yang bersifat netral, siapa pun dapat mengambil dan memanfaatkannya, apakah dia seorang mukmin, seorang muslim, seorang kafir, seorang musyrik, atau seorang atheis yang tidak bertuhan sekalipun, seperti nilai-nilai keadilan, kejujuran, tolong-menolong dalam kebaikan dan kebenaran dan lainnya yang merupakan petunjuk Alquran yang bersifat universal.

Sekedar untuk mendekatkan pemahaman kita terhadap nilai petunjuk Alquran yang bersifat universal ini, kita bandingkan dengan sinar matahari yang sangat berguna bagi kehidupan. Manusia yang melakukan kegiatan di siang hari, dengan sinar terik matahari, tidak lagi memerlukan alat penerangan lainnya. Kebanyakan tanaman yang terkena sinar matahari, akan berkembang dengan baik dan menjadi segar. Jemuran kita akan cepat kering, jika terkena sinar matahari, dan seterusnya. Itu semua berlaku secara umum, selama si penerimanya dalam kondisi sehat dan normal. Akan tetapi, jika si penerimanya dalam kondisi tidak normal atau sakit, seperti orang yang sedang sakit mata, maka jangankan sinar matahari yang terik, lampu remang-remang pun sudah menyusahkannya, karena matanya terasa perih ketika secercah cahaya menerpa penglihatannya.

Dengan demikian, dapat kita pahami bahwa ayat 185 Sûrah al-Baqarah ini menjelaskan nilai petunjuk Alquran itu sendiri yang bersifat umum dan netral, yang dapat dimanfaatkan oleh siapa pun dalam kondisi sehat dan normal.

Pada Sûrah al-Baqarah ayat dua, mengenai petunjuk Alquran, Allah swt. berfirman yang artinya: “Kitab [Al Quran] ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa…”

Pada ayat ini dijelaskan bahwa petunjuk Alquran itu hanyalah untuk orang-orang yang bertakwa. Dengan demikian terlihat adanya perbedaan informasi pada ayat ini dengan ayat 185 Sûrah al-Baqarah terdahulu. Jika kita ikuti penjelasan sebelumnya bahwa ayat 185 Sûrah al-Baqarah tadi menjelaskan nilai petunjuk Alquran itu sendiri, maka Sûrah al-Baqarah ayat dua ini menjelaskan sikap manusia dalam menerima petunjuk Alquran. Dalam hal ini, manusia terbagi kepada tiga kelompok, yaitu: 1. al-Muttaqûn atau al-Mu’minûn, 2. al-Kâfirûn, dan 3. al-Munâfiqûn. Penjelasan ini dapat kita pahami jika kita pelajari Sûrah al-Baqarah ini dari ayat satu sampai dengan ayat 20.

Ayat pertama sampai dengan ayat kelima, menjelaskan sikap orang-orang yang bertakwa yang aktif menerima dan menerapkan petunjuk-petunjuk Alquran dalam kehidupannya, mereka beriman dan melaksanakan ibadah, menafkahkan harta, dan yakin akan adanya Hari Akhirat sebagai hari pembalasan segala amal manusia. Merekalah yang selalu berada di bawah naungan petunjuk Allah dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Ayat keenam sampai dengan ayat  ketujuh, menjelaskan sikap orang-orang kafir yang sama sekali tidak mau menerima petunjuk Alquran. Peringatan tidak berguna bagi mereka, karena itulah Allah mengunci mati hati mereka. Perlu kita ketahui dan kita pahami bahwa Allah mengunci mati hati mereka itu setelah mereka menolak petunjuk-petunjuk Alquran. Ayat keenam menginformasikan bahwa petunjuk Alquran itu tidak berguna bagi orang-orang kafir, mereka tidak bakal menjadi orang-orang yang beriman. Ayat ketujuh baru menjelaskan akibat sikap mereka itu, di mana Allah mengunci mati hati-hati mereka. Penjelasan ini jangan sampai diputar balikkan, menjadi karena Allah mengunci mati hati mereka, maka mereka tidak dapat beriman.

Ayat ke-8 sampai dengan ayat ke-20 menjelaskan sikap orang-orang munafik yang tidak mau menerima petunjuk Alquran, tetapi tidak berani berterus terang. Karenanya mereka berpura-pura menerimanya untuk menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Akan tetapi, apa yang mereka lakukan itu menjadi senjata makan tuan, karena tipuan yang mereka lakukan itu, justeru menimpa diri mereka sendiri. Dalam kehidupan sosial, menghadapi orang-orang munafik ini lebih sulit daripada menghadapi orang-orang kafir, karena orang-orang kafir secara jantan menolak kebenaran, sementara orang-orang munafik sekalipun mereka menolak kebenaran, tetapi mereka berpura-pura menerimanya. Sebenarnya orang-orang munafik itu adalah orang yang tidak percaya diri dan Alquran menyatakan ada penyakit di hati mereka.

Penyakit utama mereka adalah tidak percaya diri. Karenanya mereka tidak berani menolak kebenaran, walaupun hati mereka tidak mau menerimanya. Untuk itu, mereka berpura-pura mengaku sebagai orang beriman, namun Alquran menolak pengakuan mereka dengan menyatakan mereka bukanlah orang-orang yang beriman. Penyakit kedua mereka adalah tidak memiliki kesadaran, ketika melakukan kerusakan. Bahkan mereka merasa apa yang mereka lakukan itu adalah perbaikan. Penyakit mereka selanjutnya adalah lemah otak [lemot] atau ketidakmampuan berpikir logis. Semula mereka mengaku beriman, namun ketika diperintahkan untuk beriman, mereka menganggap orang beriman itu adalah orang bodoh. Dengan demikian, sesungguhnya menurut penilaian mereka sendiri, pengakuan mereka pada ayat delapan sebagai orang-orang beriman, adalah mengakui diri sebagai orang bodoh pada ayat 13. Pada ayat 13 ini Allah menutup firmannya dengan justifikasi mereka itulah orang bodoh yang sesungguhnya bahkan tidak mengetahui kebodohan diri mereka sendiri.

Ayat 14 sampai dengan ayat 20 Sūrah al-Baqarah ini menjelaskan tindakan-tindakan bodoh yang mereka lakukan, seperti bermuka dua ketika berhadapan dengan orang-orang beriman dan ketika berhadapan dengan pemimpin-pemimpin mereka; membeli kesesatan dengan petunjuk yang tentunya tidak akan memperoleh laba secara hakiki. Di samping itu, dijelaskan pula akibat-akibat dari tindakan mereka, mulai dari Allah memperolok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.

Uraian ini memberi pemahaman bahwa Sūrah al-Baqarah ayat 185 menjelaskan nilai petunjuk Alquran yang bersifat netral dan berlaku secara universal. Sementara ayat satu sampai dengan 20 menjelaskan sikap manusia dalam menerima petunjuk Alquran sebagai: al-muttaqūn, al-kāfirūn, dan al-munāfiqūn.

*Profil Penulis

Abdullah Karim, lahir di Amuntai tanggal 14 Februari 1955, dari pasangan Karim [alm.] dan Sampurna [almh.] Sarjana Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin Jurusan Perbandingan Agama Tahun 1981, Magister Agama [S2] Konsentrasi Tafsir-Hadis IAIN Alauddin Ujung Pandang Tahun 1996. Dan Program Doktor, Konsentrasi Tafsir-Hadis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2008.

Menjadi dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari sejak tahun 1982 dengan mata kuliah antara lain: Bahasa Arab, Tafsir, Pengantar Studi Alquran, Metode Penelitian Tafsir, Metode Penelitian Hadis, Ulumul Quran, Alquran dan Orientalisme, dan Tafsir Ayat-ayat Akidah.

Menyajikan makalah, antara lain  pada: Internasional Conference, Theme: “Islamic Cosmopolitanism: Doctrine, Praxis, and Paradox” dengan judul: “Profesionalisasi Kerja dalam Alquran”.

1. Ada tiga golongan manusia [dengan sikapnya masing-masing] dalam menerima #Quran.

2. Golongan pertama adalah zhalimun li nafs, yaitu golongan manusia yang mendzhalimi dirinya sendiri #Quran

3. Golongan pertama ini sikapnya selalu menolak apa yang diperintahkan #Quran. Mereka selalu mencari alasan untuk tidak menjalaninya.

4. Golongan pertama ini adalah orang2 yang hatinya sudah tertutup [kufr] dari cahaya #Quran. Mereka pun memusuhi orang2 beriman.

5. Dalam lintasan sejarah, golongan zhalimun li nafs ini hadir dalam sosok2 Fir’aun, Namrudz, bangsa Sodom, dll. #Quran

6. Mereka menolak kebenaran #Quran, karena ada kesombongan di dalam hatinya. Kakek-moyang mereka adalah iblis.

7. Banyak diantara mereka sadar bahwa #Quran adalah petunjuk kebenaran, namun karena arogan, mereka justru menzhalimi diri mereka sendiri.

8. #Quran memerintahkan untuk berzakat, mereka pelit. Dilarang riba, mereka memakannya. Disuruh menikah, mereka berzina. Astaghfirullah.

9. Perintah berjilbab dalam #Quran, mereka bilang itu sekedar budaya. Bahkan mereka membiarkan pornografi & pornoaksi.

10. Itulah mereka, golongan zhalimun li nafs, yg senantiasa menolak #Quran, padahal mereka menyadarinya. Merekalah kaum maghdub [dimurkai].

11. Ada juga dari kaum zhalimun li nafs ini yang tidak sadar akan kebodohannya. Mereka mengikuti leluhur mereka, yg bertentangan dgn #Quran

12. Mereka mengikuti begitu saja perkataan rahib2 dan pendeta2 mereka, seakan mereka lebih benar dari #Quran.

13. Mereka tersesat dari jalan yang lurus, padahal kitab [#Quran] berada bersama mereka, perumamaannya seperti hewan ternak.

14. Golongan kedua adalah kelompok muktasib, yaitu orang2 yg santai terhadap seruan #Quran.

15. Kaum muktasib ini sadar bahwa #Quran ini adalah petunjuk keselamatan, namun karena tidak ada keuntungan yang nyata, mereka lalai.

16. Begitu mereka mendapatkan karunia, mereka berkata: tuhan telah memuliakan aku. #Quran 89: 15

17. Begitu karunia itu dicabut darinya, mereka berkata: Tuhan telah menghinakan aku.. #Quran 89: 16

18. Keimanan mereka akan #Quran sangat dangkal, terlebih amal mereka yang kadang tidak ikhlas. Semoga kita terhindar dari sifat ini.

19. Golongan ketiga adalah sabiqun bil khayraat, bersungguh-sungguh terhadap perintah #Quran. Golongan inilah yang akan beruntung.

20. Golongan ini senantiasa menyegerakan apa yang Allah perintahkan. Mereka sangat yakin dan bersungguh-sungguh dengan seruan #Quran.

21. Saat perintah #Quran u menutup aurat turun, para wanita muslimah berbondong2 pulang mencari bahan kain apa saja sebagai jilbab [..]

[..] Bahkan mulai dari kain pakaian hingga tirai kain jendela mereka gunakan sebagai jilbab dan hijab bagi diri mereka.

22. Merekalah yg pertama2 menyatakan keimanan dan keislaman dalam hati, lisan, dan amal perbuatannya, kongruen. #Quran

23. Mereka khusyu’ dalam shalatnya; terjaga dari perbuatan dan perkataan yang sia-sia; pun senantiasa menunaikan zakatnya #Quran 23: 2-4

24. Mereka memilih menikah, dan menjauhi zina. Pun saat belum siap, mereka berpuasa sebagai tameng diri dan hati. #Quran

25. Mereka juga adalah orang2 yg profesional, bekerja penuh dengan tanggung jawab atas amanah yg dipercayakan kepadanya. #Quran 23: 8

26. Merekalah yang akan mewarisi kekuasaan di dunia, sebagaimana orang2 sebelum mereka dan juga surga firdaus #Quran 24: 55 & 23: 11

[..] Bersambung..

Follow: @hudzaifahh

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA